Anda di halaman 1dari 16

MUHAMMADIYAH DAN GERAKAN PEREMPUAN

MAKALAH

OLEH

SUNANDARI

105041103720

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah Swt pencipta alam
semesta penulis panjatkan kehadirat-Nya semoga salawat dan salam senantiasa
tercurah pada Rasulullah Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan orang-
orang yang senantiasa istiqamah untuk mencari Ridha-Nya hingga di akhir zaman.

Makalah dengan judul “Muhammdiyah dan Gerakan Perempuan” diajukan


untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pengampu Dr. Ir. ABD.
Rakhim Nanda, M.T. mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyaan.

Berbekal dari kekuatan dan ridha dari Allah Swt semata, maka penulisan
makalah ini dapat terselesaikan meski dalam bentuk yang sangat sederhana. Tidak
sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, akan tetapi penulis sangat
menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kegagalan. Oleh sebab
itu, hanya dari pertolongan Allah Swt. yang hadir lewat uluran tangan serta
dukungan dari berbagai pihak. Karenanya, penulis menghaturkan terima kasih atas
segala bantuan modal dan spritual yang diberikan dalam menyelesaikan makalah
ini.

Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................

B. Rumusan Masalah..............................................................................

C. Tujuan................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Muhammadiyah dan Gerakan Perempuan.........................................

B. Peran Organisasi Perempuan Muhammadiyah..................................

BAB III PENUTUP

A. Simpulan............................................................................................

B. Saran..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang berkemajuan, yang

ketika penggunaan bangku masih dianggap warisan Belanda yang nota bene

disebut kafir oleh ulama pada masa itu, Kiai Ahmad Dahlan membuat

terobosan dengan pemakaian bangku di sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Ketika Khutbah Jumat masih menggunakan bahasa Arab, Muhammadiyah

berani menganjurkan penggunaan bahasa Indonesia dan tidak jarang

menggunakan bahasa setempat agar isi khutbah tersebut bisa dipahami oleh

masyarakat. KH. Ahmad Dahlan dikenal sebagai Kiai yang moderat dan

cenderung melawan arus pada zamannya banyak mengkritik pemahaman

masyarakat tentang Islam pada masa itu.

Gerakan perempuan Muhammadiyah yaitu Aisyiyah yang lahir tahun

1917 hadir pada situasi dan kondisi masyarakat dalam keterbelakangan,

kemiskinan, tidak terdidik, awam dalam pemahaman keagamaan, dan

berada dalam zaman penjajahan Belanda. Kini gerakan perempuan

Indonesia menghadapi masalah dan tantangan yang kompleks baik dalam

aspek keagamaan, ekonomi, politik, maupun sosial-budaya.

Berdirinya Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga tidak bisa dilepaskan

kaitannya dengan rentang sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat

memerhatikan keberlangsungan kader penerus perjuangan. Muhammadiyah

dalam membangun umat memerlukan kader-kader yang tangguh yang akan


meneruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di lingkungan

Muhammadiyah.

Berdirinya Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga tidak bisa dilepaskan

kaitannya dengan rentang sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat

memerhatikan keberlangsungan kader penerus perjuangan. Muhammadiyah

dalam membangun umat memerlukan kader-kader yang tangguh yang akan

meneruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di lingkungan

Muhammadiyah.

B. Rumusan Masalah

1. Muhammadiyah dan gerakan perempuan

2. Bentuk peran organisasi perempuan muhammadiyah

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang muhammadiyah dan gerakan perempuan.

2. Untuk mengetahui peran oragnisasi perempuan muhammadiyah.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Muhammadiyah dan Gerakan Perempuan

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang berkemajuan, yang

ketika penggunaan bangku masih dianggap warisan Belanda yang nota bene

disebut kafir oleh ulama pada masa itu, Kiai Ahmad Dahlan membuat

terobosan dengan pemakaian bangku di sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Ketika Khutbah Jumat masih menggunakan bahasa Arab, Muhammadiyah

berani menganjurkan penggunaan bahasa Indonesia dan tidak jarang

menggunakan bahasa setempat agar isi khutbah tersebut bisa dipahami oleh

masyarakat. KH. Ahmad Dahlan dikenal sebagai Kiai yang moderat dan

cenderung melawan arus pada zamannya banyak mengkritik pemahaman

masyarakat tentang Islam pada masa itu. Islam sering dituduh telah memberi

legitimasi terhadap penyempitan peran perempuan hingga kekerasan

terhadap perempuan. Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang cukup

mapan menempatkan perempuan setara dengan laki-laki. Kiai Ahmad

Dahlan dibantu Nyai Walidah menggerakkan perempuan untuk memperoleh

ilmu, melakukan aksi sosial di luar rumah yang bisa disebut radikal dan

revolusioner saat itu. Kaum perempuan didorong meningkatkan kecerdasan

melalui pendidikan informal dan nonformal seperti pengajian dan kursus-

kursus.

Aisyiyah merupakan organisasi perempuan yang didirikan sebagai

jawaban atas pentingnya perempuan berkiprah di wilayah-wilayah sosial


kemasyarakatan. Gerakan perempuan Muhammadiyah yaitu Aisyiyah yang

lahir tahun 1917 hadir pada situasi dan kondisi masyarakat dalam

keterbelakangan, kemiskinan, tidak terdidik, awam dalam pemahaman

keagamaan, dan berada dalam zaman penjajahan Belanda. Kini gerakan

perempuan Indonesia menghadapi masalah dan tantangan yang kompleks

baik dalam aspek keagamaan, ekonomi, politik, maupun sosial-budaya.

Untuk menghadapi tantangan kompleks tersebut, maka gerakan Aisyiyah

dituntut untuk melakukan revitalisasi baik dalam pemikiran maupun

orientasi praksis yang mana gerakannya mengarah pada pembebasan,

pencerahan, dan pemberdayaan menuju kemajuan yang utama, dan ini

dinyatakan secara visioner.

Sebagai sebuah organisasi pergerakan Aisyiyah telah meletakkan

pijakan dasar tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan, bahkan sejak

didirikan. Hal tersebut mencerminkan bahwa Aisyiyah (Muhammadiyah)

telah menempatkan perempuan dan laki-laki dalam peran kemasyarakatan

yang setara. Oleh karena itu, Aisyiyah sebagai organisasi perempuan dari

Ortom Pergerakan Muhammadiyah perlu mempertegas visi dan misinya,

bukan lagi sekedar organisasi perempuan yang melengkapi organisasi

induknya yaitu Muhammadiyah. Gerakan ini perlu menyelaraskan dan

menegaskan perannya terkait dengan isu-isu perempuan kontemporer

seperti; perdagangan perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan

terhadap TKW, sampai soal kepemimpinan perempuan di sektor publik

yang masih belum mendapatkan legitimasi penuh baik secara kultural


maupun secara teologis, lengkapnya sebagaimana yang tercantum dalam

MDGs (Millenium Development Goals), yang walaupun masa berlakunya

sudah limit, akan tetapi program dunia ini masih akan dilanjutkan dalam

Sustainability Development Goals (SDGs), dengan 12 program pokok

gender, sebagaimana yang tertuang dalam Beijing Platform for Action.

Gerakan pemberdayaan perempuan yang telah banyak dilakukan oleh

Aisyiyah seyogyanya tidak dilakukan secara seporadis, tanpa melihat

keterkaitan dengan program yang ada lainnya. Pergerakan Aisyiyah

haruslah terintegrasi dan komprehensif, dengan mengembangkan orientasi

gerakannya bukan sekadar menciptakan kader-kader perempuan yang

shalihah secara ritual (fiqhiyyah), namun tidak bisa menganalisa

ketertinggalan perempuan ataupun hegemoni tradisi dan tafsir agama yang

tekstual (skripturalis) sehingga mengungkung cara berpikir dan bertindak

sebagian besar perempuan Islam. Aisyiyah perlu melakukan reorientasi

organisasi yang selanjutnya dikuti dengan penguatan dan optimalisasi

praksis sosial, dengan dilandasi teologi al Ma‟un, sebagai inspirasi dasar

gerakan Muhammadiyah dan Aisyiyah. Reorientasi ini harus diikuti dengan

menciptakan kader-kader yang mampu menciptakan perempuan-perempuan

yang shalihah sebagai ulama perempuan yang memahami Al-Quran yang

mampu mensinergikannya dengan kondisi kekinian.

Gerakan sosial sebagai kebaharuan dalam praksis sosial berkemajuan

ini harus dilakukan melalui jaringan kerja sama dengan gerakan perempuan

lain, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Masalah


perempuan merupakan masalah yang sangat kompleks karena itu

membutuhkan kerjasama yang baik agar kehidupan perempuan menjadi

lebih baik. Didirikannya organisasi gerakan perempuan tentulah

dimaksudkan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi kaum

perempuan sebagaimana dikemukakan Syafiq Hasyim dalam buku “Bebas

dari Patriarkisme Islam” bahwa gerakan perempuan baik di Barat ataupun di

dunia Islam memiliki tujuan yang sama, yaitu membebaskan perempuan

dari kedudukan yang tersubordinasi, terepresi dan termarginalisasi menuju

kedudukan yang seimbang dengan kaum laki-laki. Aisyiyah sebagai

organisasi Islam dengan paham keagamaan yang moderat telah

mencontohkan bagaimana seharusnya perempuan berkiprah di ruang publik,

yang menempatkan perempuan sebagaimana nilai-nilai Islam yang

memuliakan dan menjunjung tinggi martabat perempuan. Bahwa perempuan

tidak sepantasnya hanya mengurusi rumah tangga, namun perempuan

memiliki tanggung jawab yang sama dalam tugas-tugas sosial untuk

pencerahan dan kesejahteraan ummat manusia dan membawa pandangan

bahwa perempuan Islam tidak hanya berada di ranah domestik tetapi juga ke

ranah publik, yang sejalan dengan prinsip dan misi Islam sebagai agama

yang membawa risalah rahmatan lil-„alamin.

Dalam kondisi kini, gerakan perempuan Aisyiyah masih sangat

dibutuhkan dan dikembangkan keberadaanya khususnya di Indonesia,

dengan melihat tantangan dan kondisi sosial politik yang ada saat ini.

Berbagai problema yang teramati dan dialami saat ini yang dihadapi
perempuan Indonesia juga semakin multiaspek seperti ketidakadilan gender,

kekerasan, perdagangan perempuan dan anak, kualitas kesehatan perempuan

dan anak yang masih memprihatinkan, kemiskinan, dan berbagai

permasalahan sosial lainnya. Selain itu, berbagai pandangan keagamaan

yang bias gender masih dihadapi dalam realitas kehidupan masyarakat

sehingga berdampak luas bagi kehidupan perempuan. Aisyiyah perlu

melakukan revitalisasi yang bertujuan untuk mewujudkan terbentuknya

Keluarga Sakinah dan Qaryah Thayyibah (masyarakat utama), yang telah

dikenalkan sebagai praksis sosial, dengan strategi community development.

Dalam konteks Muhammadiyah penguatan gerakan perempuan dalam

Persyarikatan melekat dengan misi dan dinamika gerakan Muhammadiyah

dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Revitalisasi

gerakan perempuan muslim juga sejalan dengan misi Islam sebagai agama

yang menjunjung tinggi kemuliaan perempuan dan kemanusiaan untuk

menjadi kholifah dimuka bumi ini dan sebagai perwujudan risalah

rahamatan lil‟alamin.

B. Peran Organisasi Perempuan Muhammadiyah

1. Aisyiyah

Aisyiyah adalah sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah

yang lahir hampir bersamaan dengan lahirnya organisasi Islam

terbesar di Indonesia ini. Dalam kiprahnya hampir satu abad di

Indonesia, saat ini ‘Aisyiyah telah memiliki 34 Pimpinan Wilayah

Aisyiyah (setingkat Propinsi), 370 Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah


(setingkat kabupaten), 2332 Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (setingkat

Kecamatan) dan 6924 Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah (setingkat

Kelurahan). Selain itu, Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang

bergerak diberbagai bidang yakni pendidikan, kesehatan,

kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.

Amal Usaha dibidang pendidikan saat ini berjumlah 4560 yang

terdiri dari Kelompok Bermain, Pendidikan Anak Usia Dini, Taman

Kanak-Kanak, Tempat Penitipan Anak, Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah Pertama, dan lain-lain. Sedangkan amal usaha di bidang

Kesehatan yang terdiri dari Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan

Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Pengobatan dan Posyandu berjumlah

hingga 280 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai

gerakan yang peduli dengan kesejahteraan sosial, ‘Aisyiyah hingga

kini juga memiliki sekitar 459 amal usaha yang bergerak di bidang ini

meliputi yakni Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti Asuhan, Dana

Santunan Sosial, Tim Pengrukti Jenazah dan Posyandu. Aisyiyah

menyadari, bahwa harkat martabat perempuan Indonesia tidak akan

meningkat tanpa peningkatan kemampuan ekonomi di lingkungan

perempuan. Oleh sebab itu, berbagai amal usaha yang bergerak di

bidang pemberdayaan ekonomi ini di antaranya koperasi, Baitul Maal

wa Tamwil, Toko/kios, BU EKA, Simpan Pinjam, home industri,

kursus ketrampilan dan arisan. Jumlah amal usaha tersebut hingga 503

buah. 'Aisyiyah sebagai organisasi perempuan keagamaan terbesar di


Indonesia juga memiliki beragam kegiatan berbasis pemberdayaan

masyarakat khususnya penyadaran terhadap kehidupan bermasyarakat

muslim. Setelah berdiri, 'Aisyiyah tumbuh dengan cepat. Sebagai

organisasi perempuan Muhammadiyah, 'Aisyiyah kemudian tumbuh

menjadi organisasi otonom yang berkembang ke seluruh penjuru tanah

air.

2. Nasyiatul Aisyiyah

Berdirinya Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga tidak bisa dilepaskan

kaitannya dengan rentang sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat

memerhatikan keberlangsungan kader penerus perjuangan.

Muhammadiyah dalam membangun umat memerlukan kader-kader

yang tangguh yang akan meneruskan estafet perjuangan dari para

pendahulu di lingkungan Muhammadiyah.

Berdirinya Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga tidak bisa dilepaskan

kaitannya dengan rentang sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat

memerhatikan keberlangsungan kader penerus perjuangan.

Muhammadiyah dalam membangun umat memerlukan kader-kader

yang tangguh yang akan meneruskan estafet perjuangan dari para

pendahulu di lingkungan Muhammadiyah.

Gagasan mendirikan NA sebenarnya bermula dari ide

Somodirdjo, seorang guru Standart School Muhammadiyah. Dalam

usahanya untuk memajukan Muhammadiyah, ia menekankan bahwa

perjuangan Muhammadiyah akan sangat terdorong dengan adanya


peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada para

muridnya, baik dalam bidang spiritual, intelektual, maupun

jasmaninya.serta memperjuangkan hak wanita Indonesia.

Gagasan Somodirdjo ini digulirkan dalam bentuk menambah

pelajaran praktik kepada para muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan

bersama. Dengan bantuan Hadjid, seorang kepala guru agama di

Standart School Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo

berhasil mendirikan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para

remaja putra-putri siswa Standart School Muhammadiyah.

Perkumpulan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP). Tujuan

dibentuknya Siswa Praja adalah menanamkan rasa persatuan,

memperbaiki akhlak, dan memperdalam agama.

Prinsip Gerakan Nasyiatul Aisyiyah, sering juga disebut

Nasyiah, adatah organisasi otonom dan kader Muhammadiyah yang

merupakan gerakan putri Islam yang bergerak di bidang keagamaan,

kemasyarakatan dan keputrian.

Tujuan organisasi ini ialah membentuk pribadi putri Islam yang

berarti bagi agama, keluarga dan bangsa menuju terwujudnya

masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai oleh Allah.

Pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan upaya-upaya sebagai

berikut.

a) Menanamkan Al-Islam yang bersumber pada Al-Quran dan

Hadis sesuai dengan jiwa Muhammadiyah kepada anggota-


anggotanya sebagai dasar pendidikan putri dan sebagai pedoman

berjuang.

b) Mendidik anggota-anggotanya agar memiliki kepribadian putri

Islam.

c) Mendidik anggota-anggotanya untuk mengembangkan

ketrampilan dan keaktifannya sebagai seorang putri serta

mengamalkannya sesuai dengan tuntunan Islam.

d) Mendidik dan membina kader-kader pimpinan untuk

kepentingan agama, organisasi dan masyarakat.

e) Mendidik anggota-anggotanya untuk menjadi mubalighat

motivator yang baik.

f) Meningkatkan fungsi Nasyiah sebagai pelopor, pelangsung dan

penyempurna amal usaha Muhammadiyah/Aisyiyah.

g) Membina ukhuwah Islamiyah.

h) Usaha-usaha lain yang sesuai dengan tujuan organisasi.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Aisyiyah merupakan organisasi perempuan yang didirikan sebagai

jawaban atas pentingnya perempuan berkiprah di wilayah-wilayah sosial

kemasyarakatan. Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang bergerak

diberbagai bidang yakni pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi

dan pemberdayaan masyarakat.

Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga merupakan salah satu gerakan

perempuan muhammadiyah yang tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan

rentang sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat memerhatikan

keberlangsungan kader penerus perjuangan. Muhammadiyah dalam

membangun umat memerlukan kader-kader yang tangguh yang akan

meneruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di lingkungan

Muhammadiyah. Tujuan organisasi ini ialah membentuk pribadi putri Islam

yang berarti bagi agama, keluarga dan bangsa menuju terwujudnya

masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai oleh Allah.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Muhammadiyah dan

Gerakan Perempuan” masih memilki banyak kekurangan sehingga kami

mengharaplan kritik dan saran yang mampu membangun dari dosen dan

teman-teman.
DAFTAR PUSTAKA

Asfiah, Nurul. 2020. Gerakan Perempuan Dalam Perspektif Muhammadiyah.

Jurnal, 6(1), 1-4.

Cora Vreede-De Stures. 2008. Sejarah Perempuan Indonesia: Gerakan dan

Pencapaian. Penerjemah Elvira Rosa dkk. Jakarta: Komunitas Bambu.

Darban, A. Adaby (ed). 2010. ‘Aisyiyah dan Sejarah Pergerakan Perempuan

Indonesia: Sebuah Tinjaun Awal. Yogyakarta: Jurusan Sejarah UGM.

Gunawan, Wawan dan Evie Shofia Inayati (ed). 2005. Wacana Fiqh Perempuan

dalam Persfektif Muhammadiyah. Yogyakarta: PP Muhammadiyah,

Anda mungkin juga menyukai