Anda di halaman 1dari 11

I SASARAN DAKWAH RT

(MAD'U)
Filsafat Dakwah MD 3A
Kelompok 5

Saskia Putri Haqqu 11160530000101

Dwi Apriyani 11200530000008

Fashihatul 'Ula 11200530000009

Muhammad 11200530000023

Puput Putriyani 11200530000029


Mad'u sebagai Sentral Dakwah IV
Dijelaskan bahwa salah satu sasaran utama yang hendak dicapai melalui dakwah

adalah pemberdayaan masyarakat menuju lahirnya suatu komunitas atau masyarakat

yang disebut oleh Al-Qur’an dengan predikat, bukan hanya dari aspek keimanan dan

ibadah semata, melainkan juga dari aspek-aspek sosial, seperti ekonomi, pendidikan,

hukum, iptek, dan sosial budaya, maka kepentingan dakwah itu berpusat kepada apa

yang dibutuhkan oleh komunitas atau masyarakat (mad’u), dan kepada apa yang

dikehendaki oleh pelaku dakwah (dai). Oleh karena itu dakwah mesti berorientasi

kepada kepentingan mad’u (mad’u centred preaching), dan tidak kepada kepentingan

dai (dai centred preaching).

Dalam Al-Qur’an, keharusan menjadikan mad’u sebagai sentral dakwah diisyaratkan

sebagai suatu strategi menjelaskan pesan-pesan agama. Al-Qur’an menggunakan

redaksi al lisan, sebagai suatu simbol yang mengacu kepada aspek kemanusiaan

(humanitas) mad’u.
perhatikan firman Allah SWT ini:

‫َو َم ٓا َاْر َس ْلَنا ِم ْن َّرُس ْو ٍل ِااَّل ِبِلَس اِن َق ْو ِم ٖه ِلُيَبِّيَن َلُه ْم‬
VI

Artinya: Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun kecuali dengan lisan

kaumnya agar ia menjelaskan (agama) kepada mereka. (QS. Ibrahim/14: 4)

Kebanyakan mufasir, baik klasik maupun kontemporer memang mengartikan kata

al-lisan sebagai bahasa (al-lughah). Demikian, pemahaman ini dapat

didefinisikan lebih luas lagi. Abdullah Yusuf Ali pakai tafsir menegaskan bahwa

terjemahan kata al-lisan (language) ini memiliki implikasi yang luas.

M. Quraish Shihab juga merasa perlu memberikan penjabaran lebih luas soal

makna kata al-lisan. Katanya, al-lisan memang diartikan bahasa, namun

pemaknaan ini merupakan simbol dari arti yang lebih luas, yaitu pandangan hidup

(pemikiran), psikologi, dan problematika sosial.


RT
3 hal yang perlu Kedua, dakwah harus memerhatikan

diperhatikan untuk kondisi kejiwaan (suasana psikologis)

memosisikan mad’u suatu masyarakat, kondisi kejiwaan

sebagai sentral dakwah suatu masyarakat memiliki korelasi

erat dengan setiap kejadian atau

peristiwa yang dialami, baik yang

terkait dengan kondisi alam maupun


Pertama, dakwah perlu memerhatikan
sosial.
kapasitas pemikiran (tingkat intelektual)
Ketiga, dakwah perlu memerhatikan
suatu masyarakat, dakwah bertujuan
problematika kekinian yang dihadapi
menyampaikan pesan agama seluas-
oleh suatu masyarakat. Risalah Islam
luasnya kepada umat manusia,
diturunkan dengan kepentingan
sementara dilain pihak, tingkat
merespons masalah-masalah umat
pemahaman suatu kelompok masyarakat
manusia dan membantu mencarikan
dengan kelompok masyarakat yang
bimbingan agar lebih berpihak kepada
lainnya pasti berbeda.
muatan nilai-nilai moral dan ketuhanan.
V Hak-Hak Mad'u
Bahwa dengan karakteristiknya yang egalitarian, dalam

praktiknya dakwah Islam itu condong kepada prinsip

humanisme. Jika logika ini ditarik lebih jauh kemudian


RT
dikaitkan dengan hak-hak mad’u, maka sesungguhnya ia

bukanlah hal yang lain dari hak-hak manusia. Persoalan ini

dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu hak hubungan sosial

antar pribadi (interpersonal relationship right), dan hak

hubungan antar-keterkaitan komunikasi (Comunication

interconecting right).
RT
XI

Terkait dengan persoalan hak-hak mad’u, maka apa yang

dijelaskan melalui teori sosial tentang keharusan hubungan yang

kondusif sebagai syarat keberlangsungan sebuah kontrak sosial,

sangat relevan dengan praktik dakwah Nabi dengan membentuk

piagam tertulis Madinah yang menjadi asas dalam

pembentukan masyarakat sipil melalui sebuah kontrak sosial

yang mengikat semua golongan. Di dalamnya ditegaskan

secara adil hak-hak mad’u yang terdiri dari kelompok non

muslim ahlul kitab dan kaum pagan Madinah.


XII Klasifikasi Mad'u
1. Klasifikasi Mad'u menurut Sikapnya Terhadap Dakwah
Setelah pemaparan bahwa setiap manusia tanpa terkecuali adalah mad’u, yaitu

pihak yang diseru kejalan Allah, maka perbincangan mengenai klasifikasi mad’u

menjadi tidak lepas dari pengklasifikasian manusia dalam keterkaitannya dengan

RT
da’wah.

Pakar dakwah Abdul Karim Zaidan dalam buku ushul al-dakwah, mengelompokan

manusia dalam empat kategori berdasarkan sikapnya terhadap dakwah. Empat

kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. al-mala’ (pemuka masyarakat)

Dalam al-Quran, terminologi al-mala’ digunakan untuk arti kelompok sosial yang

berstatus sebagai pemuka masyarakat (asyraf al qaum), pemimpin masyarakat

(ru’usahum), atau memiliki wewenang atas masyarakat (sadatuhum).


2. jumhur al-nas (mayoritas manusia)
VII
Dilihat dari segi bahasa, jumhur al-nas berarti kelompok mayoritas,

yakni kelompok terbesar dalam masyarakat. Mereka umumnya terdiri

dari kaum lemah yang merupakan lapisan terbesar dalam suatu

masyarakat.

3. kelompok munafiqun (orang-orang munafik)

Adalah tipe kelompok oportunis yang menyembunyikan kekufuran RT

dibalik keIslamannya.

4. kelompok al-‘usat (para pendurhaka)

Kelompok al-usat adalah kategori orang-orang yang masih bimbang

dalam menerima kebenaran. Karena itu, keimanan mereka yang tipis

dinilai cukup kuat untuk menahannya dari perbuatan-perbuatan

maksiat, sekalipun telah menyatakan ke-Islamannya.


2. Pengelompokan Mad'u Berdasarkan Antusiasnya Kepada Dakwah

Mengenai sikap mad'u terhadap seruan dakwah, al-Qur'an menyebutkan tiga IV


kelompok mad'u, yaitu kelompok yang bersegera dalam menerima kebenaran (al-

sabiquna bi al-khairat), kelompok pertengahan (muqthasid), dan kelompok yang

menzalimi diri sendiri (zhalim linafsih).

3. Pengelompokkan Mad'u Berdasarkan Kemampuannya Menangkap Pesan Dakwah

Adapun pengelompokkan mad'u berdasarkan kemampuannya dalam menangkap

pesan dakwah, dalam hal ini terdapat golongan orang yang sering bersinggungan

dengan kebenaran dikarenakan pengetahuannya yang mendalam.

4. Kategori Mad'u Menurut Keyakinannya

Dalam pandangan ini terbagi menjadi dua kelompok, Muslim dan non Muslim.

Pada pemaparan 3 kategori mad’u sebelumnya berfokus kepada Muslim, sehingga

dalam kategori ini lebih ditekankan kepada mad’u yang non Muslim.
VI

Mad'u dan Pilihan Metode


Kitab suci al-Qur'an telah menggariskan nilai-nilai universal terkait

dengan dengan metode atau langkah dakwah. Nilai-nilai universal ini,

secara empiris dan historis, dapat dilihat dalam praktik dakwah Rasulullah

SAW, sebagai teladan para dai, kemudian dalam praktik dakwah para

sahabat, dan para dai Islam setelah mereka. Prinsip-prinsip metodologis

itu ada empat, yaitu arif bijaksana (bi al-hikmah), nasihat yang baik (al-

mau'izhah al-hasanah), dialog dengan cara terbaik (al-jadal al-husna),

dan pembahasan berimbang (iqabah bi al-mitsl).


I RT

TERIMAKASI

Anda mungkin juga menyukai