Kesakralan Masyarakat Emil Durkheim
Kesakralan Masyarakat Emil Durkheim
Emile Durkheim
Abstrak
Pendahuluan
Selain tokoh diatas Durkheim juga membaca tulisan Ernest Renan yaitu
kritikus Bibel yang mengkritisi masalah sosial kemasyarakatan, baik zaman
Yunani Kuno dan masyarakat Kristen Kontemporer. Kemudian ilmuan dalam
bidang sejarawan klasik yaitu Numa Denys Fustel de Colenges. Beliau pengarang
buku The Ancien City (1869), berisi tentang kehidupan sosial dunia kuno. Analisis
scara mendalam tentang-negara-kota Yunani dan Romawi. 4
Dengan kata lain
Colenges memaparkan bagaimana sebuah tradisi dapat ditaati berdasarkan
kepercayaan masyarakat beragama.
2
Kamiruddin, “Fungsi Sosiologis Agama (Studi Profan Dan Sakral Menurut Emile Durkheim)” 3,
(July 2011).
3
Pals, Seven Theories of Religion.
4
Ibid.
Durkheim membangun pemikirannya berdasarkan ide dari tokoh-tokoh
diatas. Namun, situasi dan kondisi perancis modern juga berpengaruh. Bertepatan
pada awal revolusi industri (ekonomi) menjadi menjadi revolusi politis.
Berdasarkan situasi ini Durkheim membaginya menjadi empat pola yaitu:
pertama, masyarakat Eropa Tradisional menjadi individualism dan kepentingan
uang lebih berkuasa. Kedua, perihal perilaku dan moral, nilai sakral keagamaan
ditentang menjadi rasionalitas. Keiga, munculnya demokratis pada bidang politik
dan Negara sebagai tuntunan baru. Keempat, kebebasan individu menjadi urusan
serius, yaitu merasa kesepian dan terisolasi.5
5
Ibid.
6
Ibid.
Dewa, sebab yang akan merasakan akibat dari kesepakatan adalah seluruh anggota
masyarakat. Contoh lain adalah konsep kepemilikan pribadi. Pada saat itu mereka
mulai mengembangkan pemikiran pribadi dan masyarakat. Semisal sebidang
tanah muncul dengan alasan barang atau hak tersebut pada hakikatnya adalah
perpanjangan individualisasi satu pribadi. Tetapi, Durkheim berpendapat bahwa
fakta sejarah memperlihatkannya berbeda atau sebaliknya. Sistem kepemilikan
yang pertama kali muncul bukanlah sifat pribadi, melainkan sifat komunal dan
berlandaskan sesuatu yang sakral, bahwa masyarakat menganggap semua
kepemilikan tersebut tidak dikuasai oleh para pendeta atau orang-orang secara
pribadi, tapi oleh suku secara keseluruhan.7 Mulai dari konsep inilah ide-ide purba
membentuk kepemilikan. Maka ide tentang kepemilikan harus bersifat pribadi
yang dimiliki perorangan, dari ide publik yaitu benda dimiliki oleh masyarakat
secara keseluruhan adalah sesuatu yang sakral bagi seluruh klan.
7
Ibid., 137.
8
Ibid., 138.
Studi Ilmiah tentang Masyarakat
Menurut Durkheim kunci untuk memahami setiap ilmu, bik sosial dan
alam, terletak pada pengumpulan bukti, perbandingna, pengelompokan dan
kesimpulan sebagai hukum. Sedangkan dalam sosiologi selain menerapkan pada
metodenya, namun juga metode yang lebih baik. Durkheim tidak mengekor pada
penelitian Tylor dan Frazer, untuk mendapatkan hukum general berdasar pada
keanekaragaman yang lain, dengan memilih ide-ide dan kebiasaan tertentu. Dan
9
Ibid., 139.
10
Ibid., 139–140.
menempatkan sebuah kategori general, misal “prinsip magis imitatif”. Namun,
penelitian ini kurang memperhatikan perbandingan konteks yang melatarinya..11
Buku The Golden Bough, dikritik oleh Durjheim bahwa penelitian ini
belum ilmiah. Karena buku ini hanya berdasar pada kesamaan-kesamaan yang
ditemukan dan sedikit menyinggung substansi permasalahan. Sedangkan dalam
sosiologi hati-hati dalam memaparkan perbandingan yang hanya dilakukan dan
menghasilkan hukum apabila kedua masyarakat diamati dari dekat dan sama-sama
memiliki tipe kesamaan umum. Durkheim menggunakan metode sosiologi dengan
pendekatan agama. Sebagai contoh bunuh diri, sebagian masyarakat, seperti
Jepang, memandang perilaku ini biasa saja, tapi tidak bagi masyarakat lain.
Seperti masyarakat primitif, melakukan poligami adalah perbuatan normal, tapi
pada masyarakat modern tidaklah berlaku. Jadi, normal atau tidaknya perilaku
berdasar pada penilaia yang dilakukan oleh kondisi sosial yang melakukannya.
Penentuan perilaku normal dan tak normal, adalah kategori fungsi dalam
satu masyarakat yang menduduki posisi dalam menjelaskan perilakau masyarakat.
Kategori ini perlu dipisah dari ide kausalitas. Bertahannya agama bisa sebab dari
wejangan-wejangan yang menggugah dari pemuk agama, namun bertahannya
fungsi sosial mungkin tidak disadari oleh setiap anggota masyarakat. Dilihat dari
pandangan sosiologi, keberhasilan seorang pemuka agama tidak dinilai dari
berapa banyak pendosa yang disadarkannya, namun dilihat dari sesuatu yang tidak
disadari oleh para pengikut agamawan. Yaitu peristiwa-peristiwa yang
mengembalikan perasaan bersama, saling berbagi rasa dan kepentingan tetangga
yang miskin dan terkucilkan.12
11
Ibid., 140.
12
Ibid., 141.
berfikir dan bertindak kepada penganutnya, “ pemilik utama dirinya” sebelum
Tuhan. Sebaliknya, pada agama Katholik memiliki masyarakat yang integritasnya
lebih kuat dengan system kependetaan. Serta pendeta sebagai perantara antara
masyarakat dengan Tuhannya. Dengan kata lain rata-rata bunuh diri pada
masyarakat berbanding terbalik dengan integritas sosialnya. Semakin kuat ikatan
sosialnya, maka tingkat bunuh diri semakin rendah.
Analisa
15
Ibid., 143–144.
Durkheim sangat mengagumkan sains ilmiah. Ia pun sama seperti
teotikus yang lain, dengan mengumpulkan data, membandingkan,
mengklasifikasikan, kemudian generalisasi atau hukum untuk menjelaskan
fenomena yang diamati. Ia juga dipengaruhi oleh ide evolusi sosial. Ia pun
sepakat pada titik tolak untuk memulai penelitian pada masyarakat yang
sederhana menuju tahapan yang kompleks. Namun, Durkheim pun
menolak bangunan filsafat ynag dibangun oleh August Comte. Ia juga
menolak frazer yang mengatakan bahwa manusia bergerak dari magus,
agama dan akhirnya mencapai ilmu pengetahuan.
Durkheim menegaskan bahwa tidak menggunakan metode
komperasi untuk memilih adat istiadat dan kepercayaan dari seluruh
penjuru dunia. Kemudian menyusun skema perkembangan sejarah
tertentu, sehingga tercabutnya pada konteks yang asli. Hal tersebut
tudaklah baik. Seharusnya memusatkan pehatian pada satu masyarakat
saja, menelaah dengan hati-hati dan memperhatikan detail yang terjadi
dalam masyarakat. Kemudian barulah teoritikus melakukan perbandingan
–terbatas dengan masyarakat lain.disini Durkheim menegaskan bahwa
akan bekerja dengan perlahan-lahan dimulai dari beberapa spesimen yang
diamati secara dekat, bukan dari jumlah yang banyak dan dilakukan
tergesa-gesa.
Setelah perang dunia I, metode Durkheim ini sangat berpengaruh
dalam antropologi, tertama Inggris dan Amerika. Di Inggris teoritikus
soisal A.R Radcliffe-Brown dan Antopolog Bronislaw Malinowski yang
menulis tentang agama dan beberapa masalah lain yang terdapat dalam
kebudayaan primitif. Setelah ini dalam ilmu sosial menerapkan prinsip
investigasi mendalam. Prinsip ini telah mengubur dalam-dalam ambisi
Tylor, Frazer dan ilmuan lain yang sezaman era antropologi Victorian.16
16
Ibid., 165–166.
Ritual dan kepercayaan yang dicetuskan oleh Tylor dan Frazer
berbeda dengan Durkheim. Pendekatan “intelektualisme” Tylor dan Frazer
menganggap keyakinan dan ide tentang dunia adalah elemen penting
dalam hidup beragama. Jadi keyakinan lebih muncul dahulu daripada
ritual, ide lebih dahulu dari pada praktik. Durkheim memiliki pendapat
yang berbeda yaitu ritual keagamaan lebih utama, karena ritual sebagai
fundamental dan melahirkan keyakinan. Dengan ritual setiapp anggota
diingatkan kembali bahwa kepentingan kelompok lebih utama dari pada
keinginan pribadi. Fungsi ritual agama selalu konstan, sedangkan muatan
intelektual agama mengalami perubahan. Keyakinan adalah sisi spekulatif.
Artinya agama –agama yang ada di dunia boleh saja berbeda dalam hal
ide, namun kebutuhan mengadakan upacaraakan selalu ada, karena sumber
dari kesatuan dan pengikat utama seluruh anggota masyarakat.17
d. Penjelasan fungsional
Arti penting ritual keagamaan akan membawa teori Durkheim yaitu
penjelasan fungsional. Dalam pendekatan intelektual, keyakinan dan ide-
die yang disubut oleh Durkheim sebagai sisi spekulatif agama adalah kata
kunci untuk menjelaskan kebadayaan lain. Pandangan Tylor memahami
ritual keagamaan menggunakan prinsip magis imitatif sesuatu yang
absurd. Tapi Durkeim menjawab masalah lain yaitu fungsi sosialnya.
Hakikat agama tidak akan ditemukan dipermukaan, tapi dalam dasar
agama itu sendiri. dilihat dari agama tetomisme Australia, arti penting
Agama terletak pada upacara-upacara yang dapat memberikan semangat
baru pada individual –individu kelompok masyarakat. Ritual menciptakan
satu simbol yang menggambarkan ide-ide tentang roh-roh leluhur dan
dewa. Masyarakat memerlukan ritual agar tetap eksis, maka
konsekuensinya tidak ada masyarakat yang tidak memiliki agama atau
17
Ibid., 166–167.
Sesutu yang berfungsi sama dalam agama. Jadi ide dianggap absurd oleh
sebagian kalangan, namun perilaku akan selalu ada dalam masyarakat.18
Kritik
Teori Durkheim ini mengapreasi kuatnya pengaruh yang ditimbulkan oleh
struktur sosial dengan menyatakan bagian dari yang sakral dan profan. Meski
begitu, ada hal lain tentnag teorinya yang mempunyai keterbatasan. Kritikan ini
dikelompokkan menjadi tiga isu penting, yaitu:
a. Asumsi-asumsi Durkheim
Durkheim mendasarkan agama menjadi dua aitu sakral dan profan.
Perhatian agama ditunjukkan pada hal utama yaitu sakral., terikat
dengan peristiwa besar dalam klan, sedangkan profan bagian dari
kehidupan pribadi. Dengan kata lain agama adalah kebutuhan sosial.
Penyelidikan Durkheim dimulai dari tempat yang seharusnya dituju.
Yang sajkral bersifat sosial, sedangkan agama bersifat sosial.
Masalah tersebut akan terlihat rumit lagi ketika Durkheim ingin
mematahkan definisi teoritikus lainnya. Misal, agama sebagai
keyakinan terletak di wilayah supranatural, kareana masyarakat
primitif pemeluk agama, tidak memiliki konsep supranatural.
Masyarakat primitive bolehsaja tidak memiliki konsep supranatural
namun memiliki konsep mistik dan peristiwa ajaib yang mirip dengan
konsep modern. Pada saat yang sama masyarakat tidak memisahkan
antara yang sakral dan profane, namun Durkheim menegaskan bahwa
keduanya terpisah.
b. Bukti
Diantara kritikus seorang sosiolog bernama Gaston Richard
menyelidiki lebih lanjut masyarakat Australia dan memperlihatkan
bahwa di beberapa tempat Australia ditemukan beberapa bukti yang
justru berlawanan dengan teori Durkheim. Teori Durkheim dibangun
18
Ibid., 167–168.
tanpa menelaah lebih lanjut laporan-laporan mengenai masyarakat
Australia. Kemudian Arnold Von Gennep mengatakan bahwa analisa
teori Durkheim dipenuhi oleh fakta-fakta etnografi yang tidak
memuaskan. Serta dalam kurun waktu sepuluh tahun mendatang
analisis tentang masyarakat primitif Australia akan ditolak.19
c. Reduksionis
Durkheim masuk pada aliran fungsionalis-reduksionis yang agresif.
Tujuannya mereduksi agama sebagai penampakan luar. Meski
penjelasan fungsionalis memperlihatkan kelebihan selama beberapa
tahun, namun permasalahan reduksinis dalam aliran fungsionalis
adalah permasalahan, karena mulai ditinggalkan oleh kritikus. Dalam
kaca mata iman agama, pendekatan reduksionalis telah salah
memahami apa yang sebenarnya ada di dalam agama tersebut.20
19
Ibid., 171.
20
Ibid., 172.