Arti Tadwin
Tadwin ialah membukukan atau mencatat segala rupa berita dan kejadian didalam suatu buku,
tidak cukup dengan lafaz saja. Orang-orang Arab Hijaz adalah ummiyun, yaitu tidak pandai membaca
dan menulis apalagi mengenal kaidah-kaidah memberi titik, memberi garis, dan lain sebagainya.
Lantaran inilah kebanyakan ulama Arab berpegangan kepada lafadz dan kekuatan ingatan sehingga
tidak membutuhkan tulisan. Dan karena itu pula Nabi SAW pada mulanya menolak untuk membaca
apa yang dikemukakan Jibril.
Aliran Hanafiyah
Aliran yang banyak dianut oleh ulama pengikut madzhab Hanafi ini, dalam menyusun
teorinya banyak dipengaruhi oleh masalah furu’ yang ada dalam madzhab mereka. Aliran ini berusaha
menerapkan kaidah-kaidah yang mereka susun terhadap furu. Apabila sulit diterapkan, mereka
mengubah atau membuat kaidah baru yang bias diterapkan dalam masalah furu’ tersebut. Inilah yang
menjadi cirri khas aliran Hanafiyah, bahwa semua kaidah Ushul Fiqh mereka, semuanya dapat
diterapkan. Ini logis karena penyusunan Ushul Fiqh mereka telah terlebih dahulu disesuaikandengan
hukum furu’ yang terdapat dalam mazhab mereka.
Aliran Muta’akhirin
Aliran ini mengabungkan antara kedua system yang dipakai dalam menyusun Ushul Fiqh oleh
aliran Syafi’iya dan Hanafiyah. Ulama’-ulama’ muta’akhirin melakukan tahqiq terahadap kaidah-
kaidah ushuliyah yang dirumuskan kedua alirn tersebut. Lalu mereka meletakkan dalil-dalil dan
argumentasi untuk pendukungnya serta menerapkan pada furu’ fiqhiyyah.
Aliran ini diikuti oleh Ulma-ulama yang berasal dari kalangan Syafi’iyah dan Hanafiyah.
Dan perkembangan terakhir penyesuaian Ushul Fiqh, tampak lebih banyak mengikuti cara yang
ditempuh oleh aliran ini.
TOKOH USHUL FIQH
1. Imam Syafi’i
Imam Syafi’i merupakan orang yang pertama kali membukukan ilmu Ushul Fiqh. Ia
mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Arab, sehingga masuk dalam jajaran tokoh
ahli bahasa, selain merupakan seorang ahli hadis yang ternama, ia juga cakap dalam menyelesaikan
permasalahan-parmasalahan fiqh yang terjadi saat itu.
Penguasaan imam Syafi’i terhadap fiqhahli ra’yi serta pendapat-pendapatpara sahabat
dijadikan landasan dalam menetapkan kaidah-kaidah qiyas dan juga sebagai dasar untuk menetapkan
kaidah-kaidah dalam menggali hukum. Dalam hal ini bakan berati beliau yang menciptkan seluruh
kaidah tersebut, tetapi hanyalah menganalisis secara mendalam metode penetapan hukum yang telah
dipakai oleh ulama ahli fiqh yang belum sempat dibukukan. Jadi dia bukanlah yang menciptkan
metode penggalian hukum syara’ (ushul fiqh) tersebut, akan tetapi dialah orang yang pertama kali
menghimpun metode-metode tersebut dalam suatu disiplin ilmu yang hubungan bagian-bagiannya
tersusun secara sistematis.
Pendapat yang menyatakan Imam Syafi’i sebagai pemula dalam membukukan ilmu Ushul
Fiqh ini dalah pendapat Jumhur (mayoritas) fuqaha’, dan tidak ada satu orangpun yang
mengingkarinya.
2. Imam Baihaqi
Adalah seorang Ulama ahli fiqh, ushul fiqh, hadis dan seorang tokoh utama dalam madzhab
Syafi’i. Ia dilairkan di Khasrujard, Baihaq, yaitu di Naisabur Persia. Ia mempelajari Hadis dan
mendalami Fiqh Madzhab Syafi’I, dandalam hal Akidah mengikutiMadzhab Asy’ari. Dalam
pencarian ilmunya ia mendatangi para Ulama di Baghdad, Kufah, dan Makkah, sebelum akahirnya
kembali ke-Baihaqi. Imam Baihaqi kemudian mengajar di Naysabur, dan menjadi orang pertama yang
mengumpulkan naskah-naskah fiqh Imam Syafi’i dalam kitabnya Al-Mabsuth, sekaligus menjadi
penyebar fiqh mazhab Syafi’i.
“Tidak ada pengikut mazhab Syafi’i yang mempunyai keutamaan melebihi Baihaqi, karena karyanya
dalam mengembangkan mazhab dan pendapat Syafi’i”.
3. Imam Al-Ghazali
Abu Hamid Al-Ghazali yang selanjutnya disebut Al-Ghazali, lebih dikenal sebagai hujjat al-
Islam wa al-Muslimin, karena dedikasinya yang tinggi dan karya-karyanya dalam mengembangkan
pemikiran Islam di berbagai bidang. Lebih darilima puluh kitab hasil karyanyadalam katalogisasi
kitab klasik, baik dalam bidang teologi, filsafat,tasawuf maupun ilmu fiqih.
Karyanya dalam ilmu ushul, ada beberapa tipologi yang dikembangkan oleh Imam Al-
Ghazali dalam dua kitabnya yang pertama, Al-Mankhul min ta’liqat al-ushul dan syifaa al-ghalil fi
bayani al-syibhi wa al-mukhayah wa masalik al ta’lil.
Ada beberapa tipologi pemikiran hukum yang dikembangkan oleh al-Ghazali dalam dua
kitabnya yang pertama (al-Mankhul dan syifaa alGalil), tipologi pemikiran hukumnya mengikuti
corak pemikiran hukum gurunya, Imam Haraimain al-Juwaeni. Sedangkan pada al-Mustasyfa.
Ghazali menjadi tokoh ushul yang mandiri yang menembakkan ilmu ushul yang filosofis. Karya-
karyanya telah banyak diedit oleh para Ulama. Diantara kayanya yang telah diedit,dielaborasi atau
diringkas antara lain dalam bidang Ushul Fiqh. Karya yang sepat diperbanyaj antara lain al-Mankhul,
Syifa al-Galul, dan al-Mustasyfa min Ilm al-Ushul. Faktor lain yang mendukung munculnya gagasan
baru Ghazali juga karena sudah tidak ada tokoh yang paling berpengaruh pada Ghazali, Imam
Haramain. Dengan demikian kesempatan Ghazali untuk merefleksikan ide-idenya dalam ushul fiqh
menjadi sebuah kenyataan. Pola yang dikembangkan oleh Ghazali berbeda dengan karya-karya
sebelumnya.
Ushul fiqh sebelum pembukuan Penarikan hukum melalui istidlal baru dilakukan generasi
sahabat setelah Nabi meninggal, dengan kaidah-kaidah, walaupun tidak mereka jelaskan secara lugas.
Kaidah-kaidah tersebut merupakan malakah yang melekat erat dengan mereka, karena kemurnian dan
kedalaman pengetahuan/penguasaan bahasa, maqashid syari’ah, asbab al wurud dan asbab al nuzul,
serta cara berpikir yang masih bersih. Apalagi mereka dididik secara langsung oleh nabi Saw. dan
mengalami masa penurunan wahyu.
Demikian pula generasi tabi’in. Malakah tersebut di atas masih menjadi bagian kehidupan
mereka, sehingga belum membutuhkan kaidah dalam bentuk tertulis. Kondisi ini berlanjut hingga
masa Syafi’ie, Abad ke 2 Hijriyyah (generasi tabi’ tabi’in).
B. DAFTAR PUSTAKA
http://wikipedia.com/