Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Mahmud Syafii
Disusun oleh :
Ikka Wulandari
Lena Setiastri
Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Hidayah
Bogor 2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah UMMUL HADITS yang
berjudul Ulumul Hadits : Pengertian Sejarah Perkembangannya .
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan
dari beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis mengharapkan kritik dan
saran demi kesempurnaan makalah ini . Dan tidak pula penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dosen mata kuliah UMMUL HADITS.
Sebagai bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
dapat diterima dan menjadi amal sholeh dan diterima Allah sebagai sebuah kebaikan. Semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya .
Bogor, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...... i
DAFTAR ISI........ ii
BAB I : PENDAHULUAN...... 1
BAB II : PEMBAHASAN 2
A. PENGERTIAN UMMUL HADITS......... 2
a. Pengertian Ilmu Hadits Riwayah................................................................ 3
b. Pengertian Ilmu Hadits Dirayah................................................................. 5
B. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU HADITS........................................... 6
C. CABANG_CABANG ILMU HADITS ....................... 9
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai di ketahui, banyak istilah untuk menyebut nama-nama hadits
sesuai dengan fungsinya dalam menetapkan syari`at Islam. Ada Hadits
Shahih, Hadits Hasan, dan Hadits Dha`if. Masing-masing memiliki
persyaratan sendiri-sendiri. Persyaratan itu ada yang berkaitan dengan
persambungan sanad, kulitas para periwayat yang di lalui hadits, dan ada
pula yang berkaitan dengan kandungan hadits itu sendiri. Maka persoalan
yang ada dalam ilmu hadits ada dua. Pertama berkaitan dengan sanad,
kedua berkaitan dengan matan. Ilmu yang berkaitan dengan sanad akan
mengantar kita menelusuri apakah sebuah hadits itu bersambung
sanadnya atau tidak, dan apakah para periwayat hadits yang di
dan
akhirnya
mengetahui
apakah
informasi
yang
kandungan
pembahasan
makna,
mengenai
maka
ilmu
kaidah-kaidahnya,
hadits
baik
dirayat
yang
mengambil
berhubungah
dengan sanad atau matan hadits. Kedua pengetahuan tersebut samasama penting. Sebab dengan ilmu yang pertama, setiap muslim yang
ingin mengikuti jejak laku dan teladan Rasulullah , harus menguasai ilmu
tersebut. Sementara itu dengan menguasai ilmu yang kedua, setiap
muslim dan siapapun yang mempelajari dengan baik akan mendapatkan
informasi yang akurat dan akuntabel tentang hadits Nabi/ Rasulullah saw.
Di bawah ini akan dibahas tentang pengertian ilmu hadits, sejarah yang
dilalui, dan cabang-cabang ilmu hadits, terurama ilmu hadits yang
berkaitan dengan kegiataan takhrij dan penelitian sanad hadit Nabi saw.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN UMMUL HADITS
Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik
berupa perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan), atau sifat.1[1]
Hadits menurut bahasa artinya baru. Hadits juga secara bahasa berarti
sesuatu yang dibicarakan dan dinukil, juga sesuatu yang sedikit dan
banyak. Bentuk jamaknya adalah ahadits. Adapun firman Allah Taala,
sifat,
atau
sirah
beliau,
baik
sebelum
kenabian
atau
sesudahnya.
Sedangkan
perbuatan,
menurut
dan
ahli
ushul
fisih,
hadits
penetapan
yang
disandarkan
adalah
perkataan,
kepada
Rasulullah
2[2] Syaikh Manna Al-Qaththan, PENGANTAR STUDI ILMU HADITS, 2005, Jakarta,
halaman 22
3[3] Warsito, Lc, PENGANTAR ILMU HADITS UPAYA MEMAHAMI SUNNAH, 2001,
Bogor, halaman 10
Ulumul Hadits adalah istilah Ilmu Hadits di dalam tradisi Ulama Hadits
(Arabnya : Ulum al Hadits). Ulum al Hadits terdiri atas dua kata yaitu
Ulumu dan al Hadits. Kata Ulum dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak
dari ilm jadi berarti ilmu-imu. sedangkan al Hadits di kalangan Ulama
Hadits berarti segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW dari
perkataan, perbuatan, taqri atau sifat. Dengan demikian Ulum al Hadits
mengandung pengertian ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan
dengan Hadits Nabi.
Secara umum para ulama Hadits membagi Ilmu Hadits kepada dua
bagian, yaitu Ilmu Hadits Riwayah (ilm al Hadits Riwayah) dan Hadits
Dirayah (ilm al Hadits Dirayah):
a.
pemindahan
(periwayatan)
perkataan
Nabi
SAW
dan
Nabi SAW
serta
penguraian lafaz-lafaznya.
Dari ketiga definisi di atas dapat di pahami bahwa Ilmu Hadits Riwayah
pada dasarnya adalah membahas tentang tata cara periwayatan,
pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan hadits Nabi SAW.
Objek kajian Ilmu Hadits Riwayah adalah Hadits Nabi SAW dari segi
periwayatannya dan pemeliharaannya. Hal tersebut mencakup:
-
Cara periwayatan Hadits, baik dari segi cara penerimaan dan demikian
juga cara penyampaiannya dari seorang perawi kepada perawi yang
lainnya;
Cara pemeliharaan Hadits, Yaitu dalam bentuk penghafalan, penulisan
dan pembukuannya.
Sedangkan tujuan dan urgensi ilmu ini adalah: pemeliharaan terhadap
Hadits Nabi SAW agar tidak lenyap dan sia-sia, serta terhindar dari
kekeliruan dan kesalahan dalam proses periwayatannya atau dalam
penulisan dan pembukuannya.
6[6] Syaikh Manna Al-Qaththan, PENGANTAR STUDI ILMU HADITS, 2005, Jakarta,
halaman 73
orang
yang
meriwayatkan
atau
segala
sesuatu
yang
atau
berhubungan
terputusnya,
adanya `illat atau tidak, yang menentukan diterima atau ditolaknya suatu
Hadits.
B. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU HADITS
Selama dua puluh tiga tahun Rasulullah SAW mencurahkan segala
aktifitasnya untuk mendakwahkan Islam kepada umat manusia sehingga
belahan dunia (Arab) tersinari oleh agama yang hanif ini.7[7]
Perkembangan ilmu hadits selalu beriringan dengan pertumbuhan
pembinaan hadits itu sendiri. Hanya saja ia belum wujud sebagai suatu
7[7] Warsito, Lc, PENGANTAR ILMU HADITS UPAYA MEMAHAMI SUNNAH, 2001,
Bogor, halaman 45
disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Pada saat Rasulullah SAW masih hidup
ditengah-tengah kaum muslimin, ilmu ini masih wujud dalam bentuk
prinsip-prinsip dasar, yang merupakan embrio bagi pertumbuhan ilmu
hadits dikemudian hari. Misalnya tentang pentingnya pemeriksaan dan
tabayyun, terhadap setiap berita yang didengar, atau pentingnya
persaksian orang adil dan sebagainya. Firman Allah dalam (Al-Hujurat [49]
: 6) menyatakan:
...
kepada al-Quran, yang baru mulai dibukukan pada zaman khalifah Abu
Bakar dan disempurnakan pada saat sahabat Utsman bin Affan menjadi
Khalifah. Selanjutnya ketika mulai terjadi konflik politik, yang memicu
munculnya firqah di kalangan kaum muslimin ; Syiah, Murjiah dan
Jamaah, dan pada gilirannya mendorong timbulnya periwayatan yang
dimanipulasi, dipalsukan dan direkayasa, maka para ulama bangkit untuk
membendung pemalsuan dan menjaga kemurnian hadits Nabi. Dari usaha
ini, terbentuklah teori-teori tentang periwayatan. Keharusan menyertakan
sanad menjadi bagian penting yang dipersyaratakan dalam setiap
periwayatan. Hal ini telah dilakukan antara lain oleh Ibnu Syihab al-Zuhri
ketika menghimpun hadits dari para ulama.
Ketika para ulama hadits membahas tentang kemampuan hafalan /
daya
ingat
para
perawi
(dhabit),
membahas
bagaimana
system
penerimaan dan penyampaian yang dipergunakan (tahammul wa ada alhadits), bagaimana cara menyelesaikan hadits yang tampak kotradiktif,
bagaimana memahami hadits yang musykil dan sebagainya, maka
perkembangan ilmu hadits semakin meningkat. Ketika Imam al-Syafii
(wafat 204 H) menulis kitab al-Risalah, sebenarnya ilmu hadits telah
mengalami perkembangan lebih maju, sebab di dalam kitab tersebut telah
dibahas kaidah-kaidah tentang periwayatan, hanya saja masih bercampur
dengan kaidah ushul fiqih. Demikian pula dalam kitab al-Umm. Di sana
telah ditulis pula kaidah yang berkaitan dengan cara menyelesaikan
haadits-hadits yang bertentangan, tetapi masih bercampur dengan fiqih.
Artinya ilmu hadits pada saat itu sudah mulai tampak bentuknya, tetapi
masih belum terpisah dengan ilmu lain, belum menjadi disiplin ilmu yang
berdiri sendiri.
Sesudah generasi al-Syafii, banyak sekali para ulama yang menulis
ilmu hadits, misalnya Ali bin al-Madini menulis kitab Mukhtalif al-Hadits,
Ibnu Qutaibah (wafat 276 H ) menyusun kitab Tawil Mukhtalif al-Hadits.
Imam Muslim dalam Muqaddimah kitab shahihnya, Al-Turmudzi menulis alAsma wa al-Kuna, Muhammad bin Saad menulis al-Thabaqat al-Kubra.
Demikian pula al-Bukhari menulis tentang rawi-rawi yang lemah dalam
kitab al-Dluafa. Dengan banyaknya ulama yang menulis tentang
persoalan yang menyangkut ilmu hadits pada abad III H ini, maka dapat
difahami mengapa abad ini disebut sebagai awal kelahiran Ilmu Hadits,
walaupun tulisan yang ada belum membahas ilmu hadits secara lengkap
dan sempurna.
Penulisan ilmu hadits secara lebih lengkap baru terjadi ketika Al-Qadli
Abu Muhammad al-Hasan bin Abd. Rahman al-Ramahurmudzi (wafat 360
H) menulis buku Al-Muhaddits al-Fashil Baina al-Rawi wa al-Wai. Kemudian
disusul al-Hakim al-Naisaburi (wafat 405 H) menulis Marifatu Ulum alHadits,al-Khathib Abu Bakar al-Baghdadi menulis kitab Al-Jami li Adab alSyaikh wa al-Sami, al-Kifayah fi Ilmi al-Riwayat dan al-Jami li Akhlaq alRawi wa Adab al-Sami.
selain itu yang ada hubungannya dengan sejarah perawi dan keadaan
mereka.8[8]
b. Ilmu Tarikh Rijal Al-Hadits
Adalah ilmu yang sangat membantu untuk mengetahui derajat hadits
dan sanad (apakah sanadnya muttashil atau munqathi).
c.
menjatuhkan
ingatannya,
ke
sehingga
adalahannya,
menyebabkan
dan
merusak
gugur
hafalan
riwayatnya,
dan
atau
menyebabkan
pendhaifan
riwayatnya,
atau
tidak
diterima
riwayatnya.
Secara bahasa, Al-Adlu adalah apa yang lurus dalam jiwa, lawan dari
durhaka, dan seorang yang adil artinya kesaksiannya diterima, dan Attadil artinya mensucikannya dan membersihkannya.
Menurut istilah, Al Adlu adalah orang yang tidak nampak padanya apa
yang dapat meruak agamanya dan perangainya, maka oleh sebab itu
diterima beritanya dan kesaksiannya apabila memenuhi syarat-syarat
menyampaikannya hadits.
At-Tadil
yaitu
mensucikannya,
pensifatan
sehingga
perawi
nampak
dengan
sifat
keadalahannya,
sifat
dan
yang
diterima
beritanya.
Ilmu Al-Jarh wa At-Tadil yaitu ilmu yang menerangkan tentang hal
cacat-cacat
yang
dihadapkan
kepada
para
perawi
dan
tentang
8[8] Syaikh Manna Al-Qaththan, PENGANTAR STUDI ILMU HADITS, 2005, Jakarta,
halaman 75
bertentangan.
Lalu
menghilangkan
pertentangan
itu
atau
kandungan
dengan
jalan
membatasi
(taqyid)
Ilmu Gharibul-Hadits
Yaitu ilmu (pengetahuan) untuk mengetahui lafadz-lafadz dalam
matan-matan hadits yang sulit lagi sukar difahami disebabkan karena
jarang sekali digunakan.
Dari tarif (definisi) diatas, nyata bagi kita bahwa obyek dari ilmu
gharibul hadits adalah kata-kata yang musykil (sukar) dan susunan
kalimat yang sulit difahami maksudnya. Hal ini dimaksudkan agar orang
tidak menafsirkan secara menduga-duga dan mentaqlidi pendapat orang
yang bukan ahlinya.12[12]
wurud al-Hadits. Terkadang ada hadits yang apabila tidak di ketahui sebab
turunnya, akan menimbulkan dampak yang tidak baik ketika hendak di
amalkan.
i.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
A. Ulumul Hadits adalah ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan
Hadits Nabi SAW.
B. Ilmu Hadits Riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara
periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadits Nabi
SAW. Objek kajiannya adalah Hadits Nabi SAW dari segi periwayatan dan
pemeliharaannya.
C. Ilmu Hadits Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang kumpulan
kaidah-kaidah dan masalah-masalah untuk mengetahui keadaan rawi dan
marwi dari segi di terima atau di tolaknya. Rawi adalah orang yang
menyampaikan Hadits dari satu orang kepada yang lainnya; Marwi adalah
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Manna Al-Qaththan. PENGANTAR STUDI ILMU HADITS. 2005. Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar
Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsman. MUSHTHALAH AL HADITS.
Yogyakarta : Media Hidayah
Warsito, Lc. PENGANTAR ILMU HADITS UPAYA MEMAHAMI SUNNAH. 2001.
Bogor : LPD Al Huda