Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha untuk mencapai pada tingkat ilmu jiwa belajar tentunya kita harus
lebih dahulu mengetahui tujuan umum belajar beserta bagaimana tentang
psikologi itu sendiri. Menurut Rene Descartles (1596-1650) ilmu jiwa
adalah ilmu tentang kesadaran lain halnya yang dikemukakan oleh
Sarlinto W. Sarwono yakni ilmu pengetahuan yang mepelajari tingkah laku
manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya". Dalam ruang
lingkup psikologi belajar ini banyak hal yang harus diketahui, seperti teoriteori belajar, prinsip belajar, hakikat dan jenis-jenis belajra. Untuk tahap
ini ilmu jiwa belajar menjadi tujuan untuk lebih memahami karakter
pendidik dengan yang dididik, oleh karenanya untuk lebih memperjelas
bagaimana dengan isi-isi yang akan dibahas dalam makalah ini tentunya
harus berawal dari awal mula latar belakang pembelajaran psikologi
belajar ini dan menjadikan pola awal atau dasar yang kuat yang akan
dijadikan kunci pengetahuan umum pembahasan selanjutnya.
Rumusan Masalah
Ada beberapa bagian yang perlu kita ketahui dalam pembahasan makalah
ini yang mana telah menjadi masalah :
1. Untuk memperoleh paham tentang gejala-gejala jiwa dan
pengertian yang lebih *sempurna tentang tingkah laku sesama
manusia pada umumnya dan anak pada khususnya
2. Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa
sebagai sarana untuk menjual tingkah laku manusia atau anak
3. Bagaimana mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik

BAB II
ILMU JIWA BELAJAR
Pengertian Ilmu Jiwa Belajar
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani; Psyche yang
artinya jiwa, dan logos berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti
ilmu jiwa.
Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu dapat membedakan antara nyawa
dan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada
hidup jasmaniah dan menimbulkan perbuatan badaniah (organic
behaviour) yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses belajar.
Misalnya; instink, reflek, nafsu dan sebagainya. Jika jasmani mati, maka
mati pulalah nyawanya. Sedangkan jiwa adalah daya hidup rohaniah yang
bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian
perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi
dan manusia.
Menurut Rene Descartes (1596-1650) ilmu jiwa adalah ilmu tentang
kesadaran. Ilmu jiwa adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah
laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya (Sarlinto W.
Sarwono, h. 5).
Karena sifatnya abstrak, maka kita tidak dapat mengetahui jiwa secara
wajar, melainkan hanya dapat mengenal gejalanya saja. Jiwa adalah
sesuatu yang tidak tampak, tidak dapat dilihat oleh mata kita. Demikian
pula hakikat jiwa, tak seorangpun dapat mengetahuinya. Manusia dapat
mengetahui jiwa seseorang hanya dengan tingkah lakunya. Jadi tingkah
laku itu merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar.
Defenisi dari belajar yaitu "Mengubah atau memperbaiki tingkah laku
melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan". (Sarlinto W.
Sarwono, h. 27).
Objek dan Ruang Lingkup
Setiap
ilmu
pengetahuan
mempunyai
objek
tertentu
dalam
pembahasannya.
Misalnya,
objek
ilmu
tumbuh-tumbuhan
mempercakapkan tentang tumbuh-tumbuhan. Objek ilmu hewan ialah
dunia hewan. Demikian pula ilmu jiwa mempunyai objek, yaitu jiwa, jiwa
yang bersifat abstrak, tidak dapat dilihat, di dengar, dirasa, dicium,
ataupun diraba dengan panca indera kita.
Runga lingkup mengenai belajar adalah :
1) Teori-teori belajar
2) Prinsip-prinsip belajar
3) Hakikat belajar
4) Jenis-jenis belajar
5) Aktivitas-aktivitas belajar
6) Teknik belajar efektif
7) Karakteristik perubahan hasil belajar
8) Manifestasi perilaku belajar
9) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Ruang lingkup mengenai proses belajar adalah

1) Tahap perbuatan belajar


2) Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar
3) Pengaruh pengalaman belajar terhadap perilaku individu
4) Pengaruh motivasi terhadap perilaku belajar.
5) Signifikasi perbedaan individual dalam kecepatan memproses kesan
dan keterbatasan kapasitas individu dalam belajar
6) Masalah proses lupa dan kemampuan individu mempelajari melalui
transfer belajar.
Kegunaan
Pada garis besarnya, guna mempelajari ilmu jiwa adalah untuk
menjadikan manusia supaya hidupnya baik, bahagia dan sempurna.
Karena ilmu jiwa ternyata telah memasuki bidang-bidang yang banyak
sekali, banyak persoalan-persoalan yang dapat dibantu dan diselesaikan
oleh ilmu jiwa. Misalnya; persoalan-persoalan manusia yang hidup di
pabrik, di sekolah, di sawah, dan sebagainya.
Selain itu kegunaan mempelajari ilmu jiwa adalah :
1) Untuk memperoleh paham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian
yang lebih sempurna tentang tingkah laku sesama manusia pada
umumnya dan anak-anak pada khususnya.
2) Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa
sebagai sarana untuk mengenal tingkah laku manusia atau anak
3) Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik

BAB III
KONSEPSI ILMU JIWA BELAJAR
Metode Ilmu Jiwa Belajar
@ Metode SQ3R
Metode SQ3R dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas negeri
Olio Amerika Serikat. Metode tersebut bersifat praktis dan dapat
diaplikasikan dengan berbagai pendekatan belajar langkah-langkah yang
digunakan dalam metode SQ3R.
a) Survey maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi
seluruh teks
b) Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relevan
dengan teks
c) Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun
d) Recite, maksudnya menghafal setiap jawabn yang telah ditemukan
e) Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan
yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga.
@ Metode PQ4R
Metode ini dikembangkan oleh Thomas dan Robinson (1972) menurut
Anderson (1990:211) pada hakekatnya merupakan penimbul pertanyaan
dan tanya jawab yang dapat mendorong pembaca teks melakukan
pengelolahan materi secara lebih mendalam dan luas.
Langkah-langkah yang digunakan :
a) Preview, bab yang akan dipelajari hendaknya disurvei terlebih dahulu
untuk menentukan topik umum yang terdapat di dalamnya. Kemudian bab
sub bab yang dalam bab tersebut hendaknya di identifikasi sebagai unitunit yang akan dibaca.
b) Question, pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan sub bab
hendaknya disusun misalnya dengan cara mengubah judul sub bab yang
bersangkutan ke dalam bentuk kalimat-kalimat pertanyaan
c) Read isi sub bab hendaknya dibaca cermat sambil mencoba mencari
jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tadi
d) Reflect selama membaca isi sub bab hendaknya di kenang secara
mendalam atau difikirkan agar dapat dipahami isinya dan menangkap
contoh-contohnya serta menghubungkannya dan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya
e) Recite, setelah sebuah sub bab selesai dibaca, informasi yang terdapat
didalamnya hendaknya diingat-ingat lalu, semua pertanyaan lengenai sub
bab tersebut dijawab
f) Review setelah menyelesaikan satu bab, tanamkanlah materi bab
tersebut ke dalam memori sambil mengingat. Ingat intisari-intisarinya.
Kemudian, jawablah sekali lagi seluruh pertanyaan yang berhubungan
dengan sub bab dari bab tersebut.

BAB IV
TINJAUAN UMUM TENTANG KEGIATAN BELAJAR
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah key term istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada
pendidikan. adapun definisi lain dari belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dan
merupakan setiap jenis dan jenjang pendidikan (Muhiddi Syah, 2003 h.
63).
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan/ menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi/ materi pelajaran.
B. Jenis-Jenis Belajar
Dalam proses ada dikenal bermacam-macam kegiatan belajar, baik dalam
aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan
tingkah laku yang diharapkan. Adapun jenis-jenis belajar :
@ Jenis abstrak
Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir
abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan
pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.
@ Ragam Keterampilan
Yaitu belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot, Neuromuscula
tujuannya yaitu memperoleh dan menguasai keterampilan jasmania
tertentu, misalnya olahraga, melukis, menari dan lain-lain
@ Jenis Sosial
Yakni belajar memahami masalah-masalah dan teknik untuk memecahkan
masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan
kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial, seperti masalah
keluarga, masalah persahabatan, kelompok dan lain-lain.
@ Jenis Pemecahan masalah
Yaitu belajar menggunakan metode-metode ilmiah yaitu berfikir, secara
sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh
kemampuan dan kecakapan kognitis untuk memecahkan masalah secara
rasional, lugas dan tuntas.
@ Jenis Rasional
Yaitu belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan
sistematis (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya yaitu untuk memperoleh
aneka ragam kecakapan menggunakan prinsipnya dan konsep-konsep.
@ Jenis Kebiasaan
Yaitu proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan yang telah ada. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap dan
kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif.

@ Jenis Apresiasi
Yaitu belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek.
Tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan
ranah rasa atau kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai
objek tertentu
@ Jenis Pengetahuan
Yaitu belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap
objek pengetahuan tertentu. Tujuannya agar siswa memperoleh atau
menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu
lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita
bedakan menjadi 3 macam, yakni :
1) Faktor internal. Yaitu faktor yang berasal dari dalam siswa sendiri yang
meliputi 2 aspek yaitu aspek psiologis dan aspek psikologis (aspek
jasmani dan rohani)
2) Faktor eksternal. Yaitu faktor yang terdiri dari 2 macam faktor
lingkungan sosial seperti para guru, masyarakat dan lain-lain lingkungan
non sosial seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tepat tinggal dan
lain sebagainya.
3) Faktor Pendekatan Belajar. Disamping faktor-faktor internal dan
eksternal siswa faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap
taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut seperti :
Faktor internal siswa yaitu aspek psiologis dan aspek psiokologis
Eksternal siswa yakni lingkungan sosial (keluarga, guru dan staff,
masyarakat) dan lingkungan non sosial seperti, rumah sekolah dan lain
sebagainya.

BAB V
TINJAUAN TEORITIS TENTANG KEGIATAN BELAJAR
Teori-Teori Belajar
Teori-teori dalam belajar adalah :
Connectionism (koneksionisme)
Teori connectionism (koneksionisme) adalah teori yang ditemukan dan
dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949) berdasarkan
eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1980-an. Eksperimen Thorndike
in digunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena
belajar. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Thorndike berkesimpulan
bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Itulah
sebabnya teori koneksionisme disebut "S-R Bond Theory" dan "SR
Psychology of Learning" selain itu, teori itu dikenal dengan sebutan "Trial
and Error Learning". Istilah itu menunjukkan panjangnya waktu dan
banyak jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan (Hillgard dan
Bower, 1975)
Classical Conditioning (Pembiasaan Klasik)
Teori pembiasaan klasik berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang
dilakukan oleh Ivan Paulov (1849-1936), seorang ilmuwan besar Rusia
yang berhasil menggondol hadiah nobel (1909). Pada dasarnya classical
conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara
mendatangkan stimulus sebelum terjadi refleks tersebut (Terrace, 1973).
Dalam eksperimennya, Pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui
hubungan-hubungan antar conditional stimulus (CS), unconditioned
stimulus (UCS). Conditioned response (CR), dan unconditioned response
(UCR). CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respon yang
dipelajari, sedangkan respon yang dipelajari itu sendiri disebut CR.
Adapun UCS berarti rangsangan yang menimbulkan respon yang tidak
dipelajari dan respon yang tidak dipelajari itu disebut UCR.
Dari hasil eksperimen yang dilakukan, bahwa belajar adalah perubahan
yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons.
Apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus
penguat (UCS). Stimulus tadi (CS) cepat atau lambat akhirnya akan
menimbulkan respon atau perubahan yang kita hendaki yang dalam hal
ini CR.
Operant Conditioning (pembiasaan perilaku respon)
Teori ini dikembangkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Operant
conditioning adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek
yang sama terhadap lingkungan yang dekat (Reber, 1980). Respon dalam
operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh
efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer adalah stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu namun
tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya.

Dalam eksperimennya, skinner menggunakan seekor tikus yang


ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan nama
"Skinner Box". Peti sangkar ini terdiri atas dua macam komponen pokok,
yakni : manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain
komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan
reinforcement. Komponen ini terdiri atas tombol, batang jeruji, dan
pengungkit (Reber, 1988).
Contiguous conditioning (pembiasaan asusiasi dekat)
Teori contiguous conditioning adalah sebuah teori belajar yang
mengasumsikan terjadinya peristiwa belajar berdasarkan kedekatan
hubungan antara stimulus dengan respon yang relevan.
Teori ini ditemukan oleh Edwin R. Guthrie. Menurut teori ini apa yang
sesungguhnya dipelajari orang, misalnya seorang siswa, adalah reaksi
atau respons terakhir yang muncul atas sebuah rangsangan atau
stimulus. Artinya, untuk selamanya atau sama sekali tidak terjadi (Reber,
1989 : 153). Dalam pandangan penemu teori ini peningkatan berangsurangsur kinerja hasil belajar yang lazim dicapai seorang siswa bukanlah
hasil dari respons kompleks terhadap stimulus-stimulus melainkan karena
dekatnya asosiasi antara stimulus dengan respon yang diperlukan.
Cognitive theory (teori kognitif)
Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang
telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan
psikologi belajar. Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti
penting proses internal, mental manusia, dalam pandangan para ahli
kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan
diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi,
kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya.
Pakar psikologi kognitif, Piaget, menyimpulkan :
Children have a built in desire to learn (Barlow, 1985) artinya bahwa
semenjak lahirnya setiap anak manusia memiliki kebutuhan yang melekat
dalam dirinya sendiri untuk belajar.
Social Learning theory (teori belajar sosial)
Tokoh utama teori ini adalah Albert Bandura. Bandura memandang
tingkahlaku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus,
melainkan reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan
dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Prinsip dasar belajar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial dan
moral. Menurut Barlow (1985), sebagian besar dari yang dipelajari
manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku
(modeling). Dalam hal ini seorang siswa belajar mengubah perilakunya
sendiri melalui penyaksian siswa belajar mengubah perilakunya sendiri
melalui penyaksian orang lain atau sekelompok orang mereaksi atau
merespon sebuah stimulus tertentu. Siswa ini juga dapat mempelajari
respons-respons baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku contoh
dari orang lain, misalnya guru atau oran tuanya.

Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan


moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan,
merespon) dan imitation (peniruan).
~~ Belajar sebagai Proses ~~
Kognitif
Ada dua kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan
khususnya guru yakni :
a) Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
b) Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya seta
menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran
tersebut
Strategi adalah sebuah istilah populer dalam psikologi kognitif, yang
berarti prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang
memerlukan alokasi berupa upaya yang bersifat kognitif dan selalu
dipengaruhi oleh pilihan kognitif atau pilihan kebiasaan belajar siswa.
Pilihan kebiasaan belajar ini secara global terdiri atas :
a) Menghafal prinsip-prinsip yang terkandung dalam materi
b) Mengaplikasikan prinsip-prinsip materi
Preferensi kognitif yang pertama, timbul karena dorongan luar (motif
ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya sebagai
alat pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikan. Menurut Dark and
Clarke (1990), aspirasi yang dimilikinya bukan ingin menguasai materi
secara mendalam, melainkan sekedar asal usul atau naik kelas semata.
Preferensi kognitif yang kedua, timbul karena dorongan dari dalam diri
siswa sendiri (motif intrinsik), dalam arti siswa menang tertarik dan
membutuhkan materi-materi pelajaran yang disajikan gurunya. Siswa ini
lebih memusatkan perhatiannya untuk benar-benar memahami dan
memikirkan cara menerapkannya (Geed, and Brophy, 1990). Untuk
mencapai aspirasinya, ia memotivasi diri sendiri agar mengaplikasikannya
dalam arti menghubungkannya dengan materi-materi lain yang relevan.
Afektif
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif hanya akan membuahkan
kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif.
Sebagai contoh, seorang guru agama yang piawi dalam mengembangkan
kecakapan kognitif dengan cara seperti yang penyusun uraiakan diatas,
akan berdampak positif terhadap ranah afektif para siswa. Dalam hal ini,
pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi pelajaran
agama yang disajikan guru serta preferensi kognitif ini, antara lain berupa
kesadaran beragama yang mantap.
Dampak positif lainnya ialah dimilikinya sikap mental keagamaan yang
lebih tegas dan lugas sesuai dengan tuntutan ajaran agama yang ia
pahami dan yakini secara mendalam. Sebagai contoh, apabila seorang
siswa diajak kawannya untuk berbuat tidak senonoh seperti, melakukan
seks bebas, meminum keras dan Pil Setan, ia akan serta merta menolak
dan bahkan berusaha mencegah perbuatan asusila itu dengan segenap
daya dan upayanya.

Psikomotorik
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif, juga akan berdampak positif
terhadap pengembangan ranah psikomotorik. Kecakapan psikomotorik
adlaha segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik
kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang ter buka. Namun
disamping kecakapan psikomotorik itu tidak terlepas dari kecakapan
kognitif dan layak terikat oleh kecakapan afektif. Jadi, kecakapan
psikomotorik siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan
kesadaran serta sikap mentalnya.
Sebagai contoh para siswa yang berprestasi baik dalam bidang pelajaran
agama misalnya sudah tentu akan rajin beribadah, shalat dan mengaji.
Dia juga tidak akan segan-segan memberi pertolongan dan bantuan
kepada orang yang melakukan. Sebab ia merasa memberi bantuan itu
adalah kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang berkaitan dengan
kebajikan tersebut dari pemahaman yang mendalam terhadap materi
pelajaran agama yang ia terima dari gurunya (kognitif).
Kesimpulannya bahwa upaya guru dalam mengembangkan keterampilan
ranah kognitif para siswanya merupakan hal yang sangat penting jika
guru tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri
keterampilan ranah-ranah psikologi lainnya.

BAB VI
Evaluasi dan Appresiasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Pengertian dan Objek Evaluasi
Aktivitas belajar, perlu diadakan evaluasi. Hal ini penting karena dengan
evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar yang telah
ditetapkan dapat tercapai atau tidak.
Pengukuran dan evaluasi mempunyai kaitan yang erat, tetapi
mengandung titik beda. Menurut Sumadi Surabrata, pengertian
pengukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang
dapat dikuantifikasikan, baik dengan tes maupun dengan cara lain.
Sedangkan pengertian evaluasi menekankan penggunaan informasi yang
diperoleh dengan pengukuran maupun dengan cara lain untuk
menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan,
jadi evaluasi belajar adalah suatu aktivitas untuk mengetahui berhasil
tidaknya tujuan belajar.
Adapun objek evaluasi adalah evaluasi yang sempurna tidak hanya
berobjekan pada aspek kecerdasan akan tetapi mencakup seluruh pribadi
anak dalam seluruh situasi pendidikan yang dialaminya.
Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Tujuan evaluasi ada 2 segi tujuan umum dan khusus L. Pasaribu dan
Simanjuntak, menegaskan bahwa :
(+) Tujuan umum dari evaluasi adalah
- Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid
dalam mencapai tujuan yang diharapkan
- Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas /pengukuran yang
didapat
- Menilai metode mengajar yang dipergunakan
(+) Tujuan khusus dari evaluasi adalah :
- Merangsang kegiatan siswa
- Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan
- Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan
dari bakat siswa yang bersangkutan
- Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang
diperlakukan orang tua dan lembaga pendidikan
- Memperbaiki mutu pelajaran/ cara belajar dan metode mengajar
(+) Fungsi evaluasi :
Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar
untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan
program bagi murid
a) Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil
belajar dari setiap murid. Misalnya, dalam penentuan kenaikan kelas atau
lulus tidaknya seorang murid
b) Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat
sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh murid

c) Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungannya)


murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar nantinya dapat
dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan belajar yang
timbul.
(+) Jenis-Jenis Evaluasi
Evaluasi formatif
Fungsinya adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah
yang lebih baik atau memperbaiki program satuan pelajaran yang telah
digunakan
Evaluasi sumatif
Fungsinya adalah untuk menentukan angka/nilai murid setelah mengikuti
program pengajaran dalam satu catur wulan, semester akhir tahun atau
akhir dari suatu program bahan pengajaran dari suatu unit pendidikan
Evaluasi placement (penempatan)
Fungsinya adalah untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan
seluruh pribadinya, agar anak tersebut dapat ditempatkan pada posisinya
yang tepat
Evaluasi diagnostic
Fungsinya adalah untuk mengetahui masalah apa yang diderita atau yang
mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan hambatan atau
gangguan ketika mengikuti program tertentu.

BAB VII
PENUTUP
Kesimpulan
Pada bab terakhir ini kita dapat merangkum beberapa bagian dari isi-isi
apa yang ada dalam pembahasan makalah ini, karena ilmu jiwa belajar
tersebut membahas tentang definsi belajar yaitu mengubah atau
memperbaiki tingkah laku melalui latihan, pengalaman dan kontak
dengan lingkungan. Dan juga ada banyak metode dan konsepsi ilmu jiwa
belajar.
Ilmu jiwa belajar merangkum 2 bagian yakni objek dan ruang lingkup
serta kegunaan-kegunaan lainnya dan dalam makalah tersebut diuraikan
pula beberapa teori-teori belajar
Saran
Sebagai manusia biasa kami menyadari bahwa dalam makalah masih
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan meskipun kami sudah
berusaha semaksimal mungkin, tapi itulah usaha kami, olehnya itu kritik
dan saran pembaca yang bersifat motivasi sangatlah kami harapkan,
sebagai saran bagi kami untuk kedepan.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs. Psikologi Belajar Ilmu, Surabaya. 1983.
Widodo Supriyono, Drs. Psikologi Belajar, Jilid I. II, Sumbangsih Yogya,
1969.
The Liang Gie, Drs. Cara Belajar yang Efesien, Jakarta. Perc. Pustaka
Rakyat. 1965.
Masrun MA dan Dra. Sri Mulyani Martaniah, Psikologi Pendidikan, Yasbit .
Fakultas Psikologi UGM. 1964.
Oemar Hamalik Drs. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar,
Tarsito, Bandung. 1975.
Sekian penulisan artikel dari toko blog lengkap dengan sumber bukunya
dan anda bisa langsung print dan dikumpulkan tentunya tugas mata
kuliah Ilmu Jiwa Belajar ini kepada dosen pengampu Psikologi Ilmu JiWa
belajar anda.

Anda mungkin juga menyukai