Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengukuran Dan
Penilaian Dalam Pendidikan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan Anak.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang teah
membantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun. Kami sangat mengharapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Luwuk, 2 November 2019

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………..1


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………….2
C. Tujuan ………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………3

A. Pengertian Belajar ……...……………………………………………………...3


B. Jenis-jenis Belajar…………………………...…………………………………3
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar …… ……………………………..6

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………..19


A. Kesimpulan ………………………………………………………………….19
B. Saran …………………………………………………………………………19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Belajar merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam proses
perkembangan dan pendewasaan seseorang yang belum dewasa. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan
seseorang dari tidak bisa menjadi bisa. Ada banyak aspek yang dipelajari
dalam belajar. Cara belajar pun memiliki keberagaman. Setiap karakter anak
biasanya memiliki cara belajar yang berbeda. Belajar adalah syarat mutlak
untuk membuat orang pandai dalam semua hal, baik dalam hal ilmu
pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan atau kecakapan Seorang
bayi misalnya, dia harus belajar berbagai kecakapan terutama sekali
kecakapan motorik seperti belajar menelungkup, duduk, merangkak, berdiri
atau berjalan.
Belajar merupakan kegiatan manusia untuk merubah dirinya dari ketidak
tahuan menjadi tahu, dari ke samaran menjadi jelas, dan tentunya dalam
proses pelaksanaan belajar tidak akan terlepas dari pengaruh-pengaruh yang
datang sebagai stimulus yang dapat merangsang cepat atau lambatnya bahkan
berhasil atau tidaknya sebuah proses belajar.
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses menuju hal yang belum anak
ketahui dengan cara berinteraksi dengan lingkungan belajar yang sengaja
diciptakan maupun lingkungan secara alami. Disanalah anak akan
mendapatkan pengalaman-pengalaman yang akan membentuk suatu konsep
dalam pikiran anak itu sendiri. Ada beberapa ciri-ciri yang menandakan
bahwa seorang anak telah melakukan aktivitas belajar yaitu diantaranya akan
terjadi perubahan tingkah laku pada diri anak yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik; perubahan yang terjadi merupakan buah dari
pengalaman yaitu interaksi antara dirinya dengan lingkungan; dan perubahan
tersebut relative menetap.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian belajar ?
2.  Apa sajakah jenis-jenis belajar?
3.  Faktor-Faktor apa yang mempengaruhi belajar?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian belajar .
2.   Untuk mengetahui jenis-jenis belajar.
3.  Untuk mengetahui Faktor-Faktor apa yang mempengaruhi belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BELAJAR
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar
dapat didefinisikan sebagai berikut :
“Belajar ialah suatu proses usaha  yang dilakukan  seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.”
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat
maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang
anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan semacam itu
tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar. Demikian
pula perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk,
perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan
perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

B. JENIS-JENIS BELAJAR
Dalam proses belajar dikenal  adanya bermacam-macam kegiatan yang
memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainya, baik dalam aspek
materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah
laku yang diharapkan. Keanekaragamn jenis belajar ini muncul dalam dunia
pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga
bermacam-macam.
1. Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir
abstrak. Tujuanya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan
masalah-masalah yang tidak nyata.dalam mempelajari hal-hal yang abstrak
diperlukan pernan akal yang kuat disamping penguasaan atas prinsip,
konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar
matematika, astronomi,dan juga sebagian materi bidang studi agama
seperti tauhid.
2.  Belajar ketrampilan
Belajar ketrampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan –
gerakan motoric yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-
otot neuromuscular. Tujuananya adalah memperoeh dan menguasai
keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan
intensif danteratur amat dibutuhkan. Termasuk belajar dalam jenis ini
misalnya belajar olahraga, music menari melukis, dan juga sebagian materi
pelajaran agama, sepertin ibadah salat dan haji.
3. Belajar Sosial
Belajar social pada umumnya adalah belajar memahami masalah-
masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuanya
adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan
masalah-masalah social seperti masalah keluarga, masalah persahabatan,
kelompok, dan masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
Selain itu, belajar social juga bertujuan untuk mengatur dorongan
nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada
orang lain atau kelompok lain utuk memenuhi kebutuhanya secara
berimbang dan proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk bahan
pelajaran social antara lain pelajaran agama dan PPkn.
4. Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarmya adalah belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis,
teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan
kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan
tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsap-konsep,
prinsip-prinsip, dan generelisasi serta insight (tilikan akal) amat
diperlukan.
5. Belajar Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampun
berfikir secara rasional dan logis (sesuai akal sehat). Tujuannya adalah
untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip
dan konsep-konsep. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki
kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan
maslah dengan pertimbangan strategi akal sehat, logis dan sistematis
(Reber, 1988).
6. Belajar Kebiasan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan
baru atau perbaikan-perbaikan kebiasaan yang telah ada. Belajar
kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri tauladan, dan pengalaman
khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa
memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang
lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan
waktu (kontekstual).
7. Belajar Apresiasi    
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti
penting atau nilai objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan
mengembangkan kecakapan ranah (afektif skill) yang dalam hal ini
kemampuan menghargai secara tepat nilai objek tertentu misalnya
apresisai sastra, apresiasi musik dan lain sebagainya.
8. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pegetahuan tertentu. Tujuan
belajar pengetahuan ini adalah agar siswa memperoleh atau menambah
informasi dan pemahaman terhadap pengatahuan tertentu yang biasanya
lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya
dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.  

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR


Faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
1. Faktor- faktor Intern
Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga
faktor, yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmaniah
• Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-
bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal
sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun
ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat inderanya
serta tubuhnya.
• Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa
buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan,
lumpuh dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang
cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia
belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu
agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
b. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktir yang tergolong ke dalam
fantor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu
adalah : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
kelelahan. Uraian berikut ini akan membahas faktor-faktor tersebut.
1. Intelegensi
Untuk memberikan pengertian tentang intelegensi, J. P.
Chaplin merumuskannya sebagai
•   The ability to meet and adapt to novel situations quickly and
effectively.
•   The ability to utilize abstract concepts effectively.
•   The ability to grasp relationships and to learn quickly.
Jadi intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat
intelegensi lebih tinggi akan lebih berhasil daripada yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu
siswa yang mempunyai tingkat intelegensi lebih tinggi belum
pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar
adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor
di antara yang lain. Jika faktor lain itu bersifat
menghambat/berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya
siswa gagal dalam belajarnya.
Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat
berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik,
artinya belajar dengan menerapkan belajar yang efisien dan
faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya (faktor jasmaniah,
psikologi, keluarga, sekolah, masyarakat) memberi pengaruh
yang positif. Jika siswa memiliki intelegensi yang rendah, ia perlu
mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus.
2. Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang
dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek
(benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil
belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak
menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia
tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik,
usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara
mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
3. Minat
Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah sebagai
berikut : “Interest is persisting tendency to pay attention to and
enjoy some activity or content.”
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan memegang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa
senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya
sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti
dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan
perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya
tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh
kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat
siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat
menambah kegiatan belajar.
4. Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard: “the capacity to learn”.
Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untk belajar.
Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang
nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengtik,
misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar
dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat di
bidang itu.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi
belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan
bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang
belajar dan pastilah sekanjutnya ia lebih giat lagi dalam
belajarnya itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan
menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan
bakatnya.
5. Motif
James Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai
berikut : Motive is an effective-conative factor which operates in
determining the direction of an individual’s behavior towards and
end or goal, consioustly apprehended unconsioustly.
Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak,
akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan
yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai
daya penggerak/pendorongnya.
Dalam proses belajar siswa haruslah diperhatikan apa yang
dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau
padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan
perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang
berhubungan/menunjang belajar. Motif-motif di atas juga dapat
ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-
latihan/kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa motif yang kuat sangatlah
perlu di dalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu
dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebiasaan-
kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi
latihan/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.
6. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang, di mana alat-alat tubuh sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk
berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis,
dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak dan lain-lain.
Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan
secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan
pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum
dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya
akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajua
baru untuk memiliki kecakapan itu dari kematangan dan belajar.
7. Kesiapan
Kesiapan atau readiness  menurut Jamies Drever
adalah : Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah
kesediaan untuk memberi reponse atau bereaksi. Kesediaan itu
timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan
kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam
proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada
kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
8. Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit dipisahkan tetapi
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan
jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa
pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar
pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala
dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi,
seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani
dapat terjadi terus-menerus memikirkan masalah yang dianggap
berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu
sama/konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena
terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.
Dari uraian di atas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu
mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam
belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari
kelelahan.
Kelelahan baik seara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan
dengan cara-cara berikut :
• Tidur
• Istirahat
• Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja
• Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan
peredaran darah misalnya obat gosok
• Rekreasi dan ibadah teratur
• Olahraga secara teratur dan
• Mengimbangi makan dengan makanan yang memenugi
syarat-syarat kesehatan misalnya yang mmenuhi empat sehat
lima sempurna
• Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi
seorang ahli misalnya dokter, psikiater, konselor dan lain-
lain.
2. Faktor-faktor Ekstern
Faktor ektern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah
dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat. Uraian berikut membahas ketiga faktor tersebut.
a. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa
cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah
tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
• Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap
belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto
Wirwidjodjo dengan pertanyaannya yang menyatakan bahwa :
keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran
kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran
besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia. Melihat
pernyataan di atas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan
keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik
anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya,
misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak
memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan
kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu
belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak
memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, tidak mau tahu
bagaimanakah kemajuan anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami
dalam belajar, dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang
berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai,
tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-
kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam
belajarnya dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang didapatkan,
nilai/hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam
studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua
orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan mereka atau kedua
orang tua memang tidak mencintai anaknya.
Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara
mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap
anaknya tak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar, bahkan
membiarkan saja jika anaknya tidak belajar dengan alasan segan
adalah tidak benar, karena jika hal itu dibiarkan berlarut-laru anak
menjadi nakal, berbuat seenaknya saja, pastilah belajarnya menjadi
kacau. Mendidik anak dengan cara memperlakukannya terlalu keras,
memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk belajar, adalah cara
mendidik yang juga salah. Dengan demikian anak tersebut diliputi
ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar, bahkan jika ketakutan
itu semakin serius anak mengalami gangguan kejiwaan akibat dari
tekanan-tekanan tersebut. Orang tua yang seperti itu biasanya
menginginkan anaknya mencapai prestasi yang sangat baik, atau
mereka mengetahui anaknya bodoh tapi tidak tahu apa yang
menyebabkan sehingga anak dikejar-kejar untuk mengatasi/mengejar
kekurangannya. Disinilah bimbingan dan penyuluhan memegang
peranan yang penting, anak/siswa yang mengalami kesukaran-
kesukaran di atas dapat ditolong dengan memberikan bimbingan
belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua akan
sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.
• Relasi Antaranggota Keluarga
Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang
tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau
dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar
anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan
kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi kebencian, sikap yang
terlalu keras ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya.
Begitu juga jika relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota
keluarga yang lain tidak baik, akan dapat menimbulkan problem
yang sejenis.
Sebetulnya reaksi antaranggota keluarga ini erat hubungannya
dengan cara orang tua mendidik. Uraian cara orang tua mendidik di
atas menunjukkan relasi yang tidak baik. Relasi semacam itu akan
menyebabkan perkembangan anak terhambat, belajarnya terganggu
dan bahkan dapat menimbulkan masalah-masalah psikologis yang
lain.
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak perlu diusahakan
relas yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang
baik adalah hubungan yang penuh dengan pengertian dan kasih
sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman
untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
• Suasana rumah.
Suasana rumah adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering
terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Rumah
yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok akan menyebabkan anak
menjadi bosan dirumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya
menjadi kacau. Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan
suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam rumah yang
tentram anak akan dapat belajar dengan baik.
• Keadaan ekonomi keluarga.
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar
anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokok seperti makan dan pakaian juga membutuhkan fasilitas belajar
seperti ruang belajar, buku, pensil dan lain-lainnya. Fasilitas belajar
ini hanya dapat dipenuhi jika keluarga memiliki cukup uang.
• Pengertian orang tua.
Anak yang belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila
anak sedang belajar hendaknya tidak diganggu dengan tugas-tugas di
rumah. Terkadang anak juga mengalami lemah semangat sehingga
orang tua wajib memberi pengertian dan dorongan.
• Latar belakang kebudayaan.
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Oleh karena itu perlu
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada anak agar anak
semangat dalam belajar.
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi :
• Metode mengajar.
Metode mengajar adalah cara yang harus dilalui di dalam
mengajar. Dalam megajar, cara-cara mengajar dan serta cara belajar
haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin.
Guru harus berani mencoba metode-metode baru yang dapat
membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajardan
menungkatkan motivasi belajar siswa.
• Kurikulum.
Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada
siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan
pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan
bahan pelajaran tersebut. Jelaslah bahwa bahan pelajaran itu
mempengaruhi belajar siswa.
• Relasi guru dengan siswa.
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak
akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing
secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan
masing-masing siswa tidak tampak. Oleh karena itu perlu diciptakan
suasana yang menunjang timbulnya relasi yang baik antar siswa,
agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
• Disiplin sekolah.
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa
dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah
mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, kedisiplinan pegawai
serta kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf
beserta siswa-siswanya. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata
tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin
pula. Selain itu juga memberikan pengaruh positif terhadap
belajarnya.
• Alat pelajaran.
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa,
karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar
dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu.
Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa
mudah menerima dan menguasai pelajaran maka belajarnya akan
menjadi lebih giat dan lebih maju.
• Waktu sekolah.
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di
sekolah. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Waktu
belajar pagi hari adalah waktu yang baik karena pikiran masih segar
dan jasmani dalam kondisi baik. Sedangkan waktu sore hari kurang
baik karena sore hari adalah waktu dimana siswa beristirahat, tetapi
terpaksa masuk sekolah. akibatnya siswa menerima pelajaran sambil
mengantuk. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan
memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
• Standar pelajaran di atas ukuran.
Perkembangan psikis dan kepribadian siswa berbeda-beda
sehingga membuat penguasaan siswa terhadap materi juga berbeda
pula. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan
kemampuan siswa masing-masing.Yang penting tujuan yang telah
dirumuskan dapat dicapai.
• Keaadan gedung.
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik
mereka masing-masing menuntut keadaan gedung yang memadai
dalam setiap kelas. Dengan kondisi gedung yang baik akan membuat
siswa belajar dengan enak dan nyaman.
• Metode belajar.
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Oleh karena
itu guru perlu memberikan bimbingan dan pembinaan agar siswa
dapat mengatur waktu dengan baik dan memilih cara belajar yang
tepat. Dengan demikian siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.
• Tugas rumah.
Waktu belajar bagi siswa selain disekolah juga di rumah. Tetapi
guru hendaknya tidak memberikan tugas rumah terlalu banyak
karena ada kegiatan lain selain belajar yang juga harus dikerjakan
anak-anak
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena siswa berada dalam
masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu :
• Kegiatan siswa dalam masyarakat.
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa mengambil bagian
terlalu banyak akan mengganggu belajarnya. Oleh karena itu
kegiatan siswa dalam masyarakat perlu dibatasi agar tidak
mengganggu belajarnya.
• Mass media (Media Masa).
Yang termasuk mass media antara lain bioskop, radio, TV dan
surat kabar. Mass media bisa memberikan pengaruh yang baik
terhadap siswa dan belajarnya . Tetapi mass media juga bisa
memberikan pengaruh yang buruk terhadap siswa. Oleh sebab itu
siswa perlu mendapat bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana
dari orang tua dan pendidik baik di dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat.
• Teman bergaul.
Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk kedalam
jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan
berpengaruh baik terhadap diri siswa. Begitu juga sebaliknya, teman
bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat jelek pula.
Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan agar
mereka memiliki teman bergaul yang baik. Selain itu juga diperlukan
pembinaan dan pengawasan dari orang tua dan pendidik.
• Bentuk kehidupan masyarakat.
Lingkungan di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar
siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak
terpelajar, penjudi dan orang-orang yang memiliki kebiasaan tidak
baik akan berpengaruh buruk terhadap siswa yang ada disitu.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Belajar ialah suatu proses usaha  yang dilakukan  seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Terdapat banyak perbedaan belajar dalam hal ciri khas perilaku belajar,
perwujudan perilaku belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini pastilah banyak khilaf dan salah. Oleh
karenanya kritik dan saran sangat dibutuhkan demi terpenuhinya makalah
dengan kriteria yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://msofanudintohir.blogspot.com/2017/10/makalah-psikologi-
pendidikan_15.html, di akses pada tanggal 2 november 2019
http://semuabaruthursina.blogspot.com/2016/04/makalah-belajar-dan-faktor-
yang.html, di akses pada tanggal 2 november 2019
https://pintubelajarcerdas.blogspot.com/2016/09/makalah-psikologi-belajar-
tentang.html, di akses pada tanggal 2 november 2019

Anda mungkin juga menyukai