Dosen Pengampu :
Umi baridah,S.psi
Disusun oleh :
1. Deviyana pratiwi
2. Dwi prasetyo
3. Eka arini
4. Emi kartika ratna
5. Siti nur rahayu
6. Sri nur indah
7. Sri sinta fitriana
Dengan menyebut nama Alloh SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rakhmat serta
hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“MAKALAH TENTANG BELAJAR” tepat pada waktunya. Untuk memenuhi tugas
perkesmas. Pada kesempatan hari ini Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Dosen
pembimbing saya Umi baridah,S.psi
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerina segala saran dan kritik dari pembaca agar kam daat memperbaiki
makalah imiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Tim Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………....II
I. DAFTAR ISI……………………………………………………............III
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………....1
A. Latar belakang.....……………………………………………………...1
B. Rumusan masalah……………………………………………………...1
C. Tujuan…………....................…………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….2
A. KESIMPULAN ……………………………………………..............18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..19
III
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar adalah syarat mutlak untuk membuat orang pandai dalam semua hal, baik
dalam hal ilmu pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan atau kecakapan Seorang
bayi misalnya, dia harus belajar berbagai kecakapan terutama sekali kecakapan motorik
seperti belajar menelungkup, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan.
Belajar merupakan kegiatan manusia untuk merubah dirinya dari ketidak tahuan
menjadi tahu, dari ke samaran menjadi jelas, dan tentunya dalam proses pelaksanaan belajar
tidak akan terlepas dari pengaruh-pengaruh yang datang sebagai stimulus yang dapat
merangsang cepat atau lambatnya bahkan berhasil atau tidaknya sebuah proses belajar
Apa yang menjadikan semua kegiatan itu suatu gejala belajar? Kemampuan untuk
melakukan itu semua diperoleh, mengingat mula-mula kemampuan itu belum ada. Maka,
terjadilah proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah mampu, dan proses perubahan
itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang
menandakan telah terjadinya proses belajar.
B.Rumusan masalah
C.Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa
belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu
mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya
kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Karena demikian
pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajarpun
diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses
perubahan manusia itu.
1. Moh. Surya: “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
2. Bell-Gredler:“Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka
ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills),
dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa
bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
4.Crow & Crow: “Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap
baru”.
5. Hilgard: “Belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah
karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
6.Di Vesta dan Thompson: “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai
hasil dari pengalaman”.
7. Gage & Berliner: “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena
pengalaman”
8.James Owhittaker: “Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas ditimbulkan
atau diubah melalui praktek atau latihan).
2
9. Syai’ful Bahri Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar” pengertian belajar adalah
serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja dengan guru atau tanpa guru,
dengan bantuan orang lain, atau tanpa dibantu dengan siapapun. Belajar juga diartikan
sebagai usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang atau reaksi.
Berbagai definisi (rumusan) tentang belajar telah dikemukakan oleh para ahli, yang
semuanya sepakat bahwa belajar itu bertujuan untuk mengadakan perubahan. Jelasnya belajar
dapat didefenisikan yaitu: Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan
perubahan di dalam diri seseorang, mencakup; perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan,
ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Menurut para pakar psikologi belajar bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam
bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai
batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian
organisme yang bersangkutan.
Setelah mengetahui defenisi belajar seperti yang telah disebutkan di atas, maka
berikut ini akan dikemukakan salah satu contoh sebagai bentuk dari proses belajar. Seorang
anak balita (berusia di bawah 5 tahun) memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia
mencoba mainan ini dengan cara memutar kuncinya dan meletakkannya pada suatu
permukaan atau dataran.
Perilaku “memutar” dan “meletakkan” tersebut merupakan respons atau reaksi atas
rangsangan yang timbul/ada pada mainan itu (misalnya, kunci dan roda mobil-mobilan
tersebut).Pada permulaan, respons anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi
biasanya tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur. Namun, berkat latihan dan
pengalaman berulang-ulang, lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-
mobilan dengan baik dan sempurna.
3
1. Teori Belajar
Teori belajar sangat banyak dan beraneka ragam. Setiap teori menjelaskan aspek-
aspek tertentu dalam belajar, dan setiap teori yang dijadikan dasar akan mewarnai proses
pembelajaran yang berlangsung. Dalam praktek, suatu teori belajar tidak dapat diterapkan
untuk berbagai situasi pembelajaran. Penerapan suatu teori mungkin cocok untuk suatu
situasi tertentu dan tidak untuk situasi yang lain.
Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian tentang perilaku individu dalam
proses belajar. Kajian itu pada intinya menyangkut dua hal:
1) Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah kemampuan potensial
(daya-daya), seperti menalar, mengingat, mengkhayal, yang dapat dikembangkan dengan
latihan.
2) Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yakni suatu
sistem tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam merespon
sistem energi lain sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa. Sistem energi ini
meliputi respon terhadap stimulus, motivasi, dan proses penalaran.
Berdasarkan kajian terhadap kedua macam konsep itulah, teori-teori belajar dibangun
yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam aliran, yaitu:
1) Disiplin mental atau psikologi daya, yang memandang bahwa otak manusia terdiri atas
sejumlah daya yang beraneka ragam. Belajar pada prinsipnya adalah melatih daya-daya
mental tersebut.
2) Behaviorisme atau psikologi tingkah laku, yang menganggap bahwa tingkah laku manusia
merupakan kumpulan respon terhadap rangsangan.
Respon ini meliputi dua macam, sehingga menghasilkan dua macam aliran:
1) Koneksionis atau asosianisme yang menganggap bahwa tingkah laku itu merupakan respon
terhadap stimulus tertentu. Penganut aliran atau teori ini menganggap bahwa suatu stimulus
(S) mempunyai ikatan dengan response ( R ) tertentu.
2) Kognitif atau Gestalt yang menganggap bahwa proses kognitif yaitu insight
(pemahaman/wawasan) merupakan fundamental (asasi) dari respon manusia. Dengan
demikian perilaku manusia itu ditandai oleh kemampuan melihat dan membuat hubungan
antar unsur-unsur dalam situasi problematic, sehingga diperoleh insight.
Teori belajar menurut psikologi daya ini adalah kesulitan untuk menentukan jenis
bahan pelajaran apa yang terbaik untuk melatih, membentuk, atau mengembangkan otak.
Proses belajar yang paling menonojol dalam penerapan teori daya adalah dengan melalui
praktek dan latihan (diantaranya memecahkan soal, menghapal, dan mengarang).
4
Motivasi belajar siswa di pandang tidak begitu penting untuk diperhatikan, demikian
pula faktor perbedaan individual dianggap tidak relevan untuk penerapan teori ini. Persoalan
transfer (pengalihan) dalam belajar dipandang sebagai sesuatu yang bersifat otomatis.
Artinya, bila daya mental tertentu sudah terbentuk maka kemampuan ini dapat di transfer
pada situasi lain.
1. Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan
tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek
sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor);
2. Perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada
individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan. interaksi ini dapat berupa
interaksi fisik dan psikis;
3. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.
1. Mempelajari belajar langsung di lapangan yang sebenarnya atau biasa disebut dengan
naturalistic observation, yaitu cara pendekatan yang langsung pada peristiwa yang terjadi
secara alami.
2. Pendekatan melalui laboratorium yaitu mempelajari masalah belajar di laboratorium. Keadaan
laboratorium pada umumnya akan mereduksi keadaan sebenarnya.
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik.
Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain menurut surya
(1982), disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Diantaranya ciri-ciri perubahan khas
yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:
5
a. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek
yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan.
Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa siswa-siswi menyadari akan adanya
perubahan yang dialami, atau ia sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan pada
dirinya seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu,
keterampilan, dan seterusnya. Karena secara fitrah individu yang bersangkutan tidak
menyadari atau tidak menghendaki keberadaanya.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif, positif artinya
baik, bermartabat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan
tersebut senantiasa merupakan penambahan,yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti
pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik dari pada sebelumnya. Adapun
perubahan yang terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya, bayi
yang bias merangkak setelah bias duduk), karena usaha anak itu sendiri.
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna.
Artinya, perubahan tersebut membawa makna dan manfaat tertentu bagi siswa dan siswi.
Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relative
menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan
dimanfaatkan.
Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas misalnya ketika siswa-
siswi menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selain itu, perubahan efektif dan fungsional
biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya perubahan positif lainnya.
Sebagai contoh, jika seorang siswa/siswi belajar menulis, maka di samping ia akan mampu
merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, ia juga akan memperoleh kecakapan
lainnya seperti membuat catatan,mengarang surat, dan bahkan menyusun karya sastra atau
karya ilmiah.
Hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor, antara lain karakteristik belajar dan motivasi
belajar. Karakteristik belajar yaitu kebiasaan belajar yang baik dan motivasi belajar yaitu
keseluruhan kekuatan dan daya penggerak/pendorong agar tujuan belajar tercapai optimal.
6
2. Ragam Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak
yang berbeda antara satu dan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya, maupun
dalam aspek tujuan dan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini
muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga
beraneka macam. Berikut adalah beberapa ragam belajar:
Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara berfikir abstrak. Tujuannya
adalah untuk memperoleh dan memecahkan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam
mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat. Disamping penguasaan
atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika,
kimia, kosmografi, astronomi dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.
Belajar sosial pada umumnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-
teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman
dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga,
persahabatan, kelompok dan masalah lainnya yang bersifat kemasyarakatan. Selain itu,
belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan
bersama dan member peluang kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya secara
berimbang dan proporsional.
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis
dan rasional. Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan
prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini erat kaitannya dengan belajar pemecahan
masalah.
7
e. Ragam Keterampilan
Selain itu arti tepat dan positif diatas adalah selaras dengan norma dan tata nilai yang
berlaku, baik yang bersifat religious maupun yang bersifat cultural dan tradisional, belajar
kebiasaan lebih tepat dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga sebagaimana yang
dimaksut oleh undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 bab VI bagian keenam
pasal 27 ayat (1) namun demikian, tentu tidak tertutup kemungkinan penggunaan pelajaran
agama sebagai sarana belajar kebiasaan bagi para siswa.
Ragam belajar adalah merupakan keragaman dari metode cara seorang belajar(bias disebut
gaya belajar). Setiap orang memiliki metode belajar yang berbeda. Metode belajar bisa dibagi
3:
1. Visual
8
2. Auditorial
- Berbicara dengan diri sendiri (jawa:gremengan) saat bekerja atau belajar
- Lebih senang music dari pada seni yang melibatkan visual
- Senang berdiskusi
- Berbicara dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar
3. Kinestetik
Seseorang tersebut lebih mudah memahami sesuatu dengan bergerak (dengan praktek
langsung).Gaya belajar tipe kinestetik adalah gaya belajar yang dominan dengan praktek atau
eksperimen atau yang dapat diuji coba sendiri. Berikut beberapa ciri dari belajar tipe
kinestetik:
Dengan mengetahui karakteristik belajar siswa ini guru akan dapat memberikan bekal
kepada siswanya untuk dapat menghadapi perubahan cara atau pola belajar di tiap jenjang
pendidikan.
9
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis atau jasmani individu, baik yang bersifat
bawaan/hereditas maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur badan
dan sebagainya. Faktor internal lain yaitu faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan
maupun yang diperoleh, yang terdiri dari faktor intelektif (faktor potensial, yaitu intelegensi
dan bakat serta faktor actual yaitu kecakapan yang nyata, seperti prestasi). Faktor psikologis
lain yaitu faktor non intelektif yaitu komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat,
kebiasaan, kebutuhan, motivasi, konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya.
- Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan jasmani dan rohani siswa.
Yaitu: aspek fisiologis (jasmani, mata dan telinga) dan aspek psikologis (intelegensi siswa,
sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa).
- Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Yaitu:
lingkungan sosial (keluarga, guru, masyarakat, teman) dan lingkungan non-sosial (rumah,
sekolah, peralatan, alam).
- Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran, yang
terdiri dari pendekatan tinggi, pendekatan sedang dan pendekatan rendah.
10
Contoh faktor Eksternal: Faktor yang berasal dari luar diri anak.
- Faktor non sosial yang meliputi keadaan udara; waktu (pagi; siang dan sore), tempat dan
alat-alat yang dipakai dalam pembelajaran.
- Faktor sosial yang meliputi pendidik, metode pengajaran.
- Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf, dan teman-teman sekelasnya yang dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
- Lingkungan masyarakat, tetangga, juga teman-teman bermain yang disekitar
perkampungan siswa tersebut juga mempengaruhi belajar siswa. Yang paling berpengaruh
dalam belajar siswa adalah lingkungan keluarga.
- Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan siswa.
Contoh lain:
1. Faktor Lingkungan
Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan
yang di sebut Ekosistem. Dua lingkungan yang pengaruh cukup signifikan terhadap belajar
anak didik di sekolah:
- Lingkungan Alami, Pencemaran lingkungan hidup merupakan mala petaka bagi anak didik
yang hidup di dalamnya.
- Lingkungan Sosial Budaya, Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi
kehidupan yang mendatangkan problem sendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah.
Pembangunan gedung sekolah yang tak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan
kegaduhan suasana kelas.
2. Faktor Instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat
kelembagaan,agar dapat mencapai ke arah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam
berbagai bentuk dan jenisnya. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-
baik agar berdaya guna dan berhasil untuk kemajuan belajar anak didik di sekolah:
- Kurikulum
- Program
- Sarana dan fasilitas
- Guru
- Kondisi Psikologis pendidik dan peserta didik
11
3. Kondisi Fisikologis (Keadaan Jasmani)
Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang.
Berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor luar dan faktor
dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama
dalam menentukan intensitas belajar seorang anak.Minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan
kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses dan hasil belajar peserta didik.
- Minat, Menurut Slameto (1991 : 182), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin
kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat.
- Bakat, Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar
seseorang. Hampir tidak ada yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai
dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.
- Motivasi, Menurut Noehi Nasution (1993 : 8 ) motivasi adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi
psikologis yang mendorong seorang untuk belajar. Penemuan – penemuan penelitian
menunjukan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar
bertambah.
- Kemampuan Kognitif, Dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa
lampau atau atau berdasarkan kesempatan yang diperoleh di masa lampau.
12
HASIL BELAJAR
Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah
siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.
Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan
intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
- Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat
dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
- Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas
pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar
yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri
siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras
untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
- Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan
percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha
sebagaimana mestinya.
- Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat,
membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan
untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
- Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup
ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik,
keterampilan atau perilaku.
- Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam
menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha
belajarnya.
13
D. Eksperimen Proses Belajar
Metode eksperimen merupakan metode yang umum digunakan pada ilmu eksak
seperti biologi, fisika atau ilmu-ilmu alam lainnya. Namun, yang perlu diingat, dalam metode
penelitian ilmu sosial dikenal juga metode eksperimen untuk menjelaskan sebuah
fenomena.Metode eksperimen dilakukan dengan memberikan treatment (perlakuan) yang
berbeda pada setiap grup sampel. Dengan adanya treatment yang berbeda, maka reaksi yang
terjadi akan berbeda. Jadi inti dari metode eksperimen adalah “what if”= apa yang terjadi
apabila dilakukan perubahan pada setiap grup sampe.
a. Ikut aktif mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan belajar untuk dirinya.
b. Murid belajar menguji hipotesis dan tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, ia berlatih
berpikir ilmiah dan
c. Mengenal berbagai alat untuk melakukan eksperimen dan memiliki keterampilan
menggunakan alat-alat tersebut.
a. Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid
b. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan
c. Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
d. Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid
e. Guru membicarakan masalah yang akan yang akan dijadikan eksperimen
f. Membagi kertas kerja kepada murid
g. Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan
h. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal.
Metode eksperimen tepat dipergunakan:
14
d. Untuk membantu anak memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuhperhatian,
sebab lebih menarik.
a. Ingin memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami sendiri, mengikuti suatu
proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
tentang suatu objek keadaan atau proses tertentu.
b. Menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir rasional dan ilmiah siswa dalam proses
pembelajaran.
c. Guru menginginkan agar siswa mencoba mengerjakan sesuatu, mengamati proses dan hasil
percobaan.
a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi)
tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru
dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia.
d. Anak didik memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan eksperimen
e. Siswa terlibat aktif mengumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan untuk percobaan.
f. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah.
g. Dapat memperkaya pengalaman dan berpikir siswa dengan hal-hal yang bersifat objektif,
realitas dan menghilangkan verbalisme.
h. Melalui eksperimen siswa dapat menghayati sepenuh hati dan mendalam, mengenai pelajaran
yang diberikan.
i. Siswa dapat aktif mengambil bagian untuk berbuat bagi dirinya, dan tidak hanya melihat
orang lain, tanpa dirinya melakukan.
j. Siswa dapat aktif mengambil bagian yang besar, untuk melaksanakan langkah-langkah
dalam cara berpikir ilmiah. Jalan ini dilakukan melalui pengumpulan data-data observasi,
memberikan penafsiran serta kesimpulan.
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan
ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk
melanjutkan pelajaran.
c. Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen
berakibat siswa keliru dalam mengambil kesimpulan.
15
d. Sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan eksperimen karena guru dan siswa kurang
berpengalaman melakukan eksperimen.
e. Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen
berakibat siswa keliru dalam mengambil keputusan.
f. Memerlukan keterampilan/kemahiran dari pihak guru dalam menggunakan serta membuat
alat-alat eksperimen
g. Bagi guru yang telah terbiasa dengan metode ceramah secara rutin misalnya. Cenderung
memandang metode eksperimen sebagai suatu pemborosan dan memberatkan.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan
atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau
mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang
digunakan harus baik dan bersih.
c. Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan,
maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian
kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk
yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta
ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih
obyek eksperimen itu.
e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa
segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya
suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
a. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen, mereka harus memahami masalah
yang akan dibuktikan melalui eksprimen.
b. Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan
dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan
eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
c. Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi
saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
d. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan
di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
16
Pembelajaran dengan metode eksperimen meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
a. Percobaan awal, Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan
guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-
masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari.
b. Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan
untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
c. Hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil
pengamatannya.
d. Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan
dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan
membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. Aplikasi konsep, setelah siswa
merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan
ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari.
e. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.Penerapan pembelajaran
dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman
konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun
aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk
menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan
pokok bahasan.
a. Metode eksperimen hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis dan urgen
dalam masyarakat.
b. Hendaknya metode eksperimen diarahkan agar murid-murid dapat memperoleh pengertian
yang lebih jelas, pembentukan sikap serta kecakapan praktis.
c. Hendaknya diusahakan agar semua anak dapat mengikuti eksperimen dengan jelas
(pengaturan ruang dan tempat duduk).
d. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian sejelas-jelasnya landasan teori dari apa yang akan
dieksperimenkan. Perlu menjelaskan tujuan yang akan dicapai melalui eksperimen kepada
siswa.
e. Menjelaskan prosedur/langkah-langkah yang akan ditempuh dalam eksperimen serta
persiapan alat-alat eksperimen.
f. Membantu siswa untuk mendapatkan bahan-bahan bacaan serta alat-alat yang akan
diperlukan dalam eksperimen. Setelah eksperimen dilakukan berilah kesempatan kepada
siswa untuk saling tukar pendapat dan saling lengkapi-melengkapi kekurangan yang
dimilikinya.
g. Memberikan kesimpulan dan catatan seperlunya terhadap eksperimen yang baru saja
dilakukan.
h. Diharapkan siswa dapat memberikan ikhtisar berupa laporan mengenai hasil eksperimen
mereka.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakteristik Belajar
Ragam Belajar
18
DAFTAR PUSTAKA
19