Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR BELAJAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Rury Muslifar, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Fisika Sari Suci Rahayu 2105176041


2. Muhammad Fahrurrozy 2105176044
3. Ningsih Rahmawati 2105176055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KOMPUTER

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
beserta keluarga, para sahabat, dan juga kita semua para umatnya sampai akhir zaman.

Makalah ini kami buat sebagai tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, dengan judul
makalah “Konsep Dasar Belajar”, yang kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yangtelah membantu di
makalah ini.

Terlepas dari semua itu. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Terima Kasih.

Dengan Hormat

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II LANDASAN TEORI

A. Definisi belajar
B. Jenis-jenis belajar
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
D. Proses dan fase dalam belajar
E. Konsep belajar
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan konsekuensi dari pembelajaran. Misalnya, seseorang
berubah perilakunya yang cenderung ceroboh dalam menyeberang jalan raya
setelah secara kebetulan ia melihat ada orang lain yang menyeberang, tertabrak
sepeda motor “karena ketidakhati-hatiannya. Oleh karena itu, dapat pula dikatakan
bahwa akuntabilitas belajar bersifat internal-individual, sedangkan akuntabilitas
pembelajaran bersifat publik.
Belajar merupakan kegiatan yang tidak asing lagi di kalangan kita. Seperti di
era sekarng ini, belajar seolah-olah dianggap sebagai tuntutan yang wajib bagi setiap
orang. Tidak hanya bagi mereka yang masih muda, akan tetapi mereka yang sudah
dewasa atau terbilang sudah tua dituntut untuk belajar agar mampu untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan zaman.
Belajar dalam seyogianya dijalankan selama hayat di kandung badan atau
bisa dikatakan seumur hidup. Berkaitan dengan kegiatan belajar di tengah-tengah
masyarakat mengemuka ungkapan “masa muda adalah masa belajar”. Ungkapan
tersebut dimaksudkan bahwa setiap orang muda sudah semestinya mempersiapkan
diri untuk memperoleh segala sesuatu yang berguna bagi hidupnya di kemudian hari.
Dalam makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan beberapa hal
mengenai konsep belajar yang meliputi, definisi belajar, faktor belajar, proses dan
fase belajar, teori-teori belajar serta macam-macam perwujudan perilaku belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Definisi Belajar ?
2. Jenis-jenis belajar?
3. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
4. Bagaimanakah proses dan fase belajar ?

C. Tujuan Masalah
1. Mendiskiripsikan definisi belajar
2. Mengetahui apa saja jenis-jenis pembelajaran
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi belajar
4. Mengetahui proses dan fase belajar
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Belajar
Arti kata belajar di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah suatu usaha
memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan dalam kamus Bahasa Inggris terdapat
empat macam arti belajar, yakni memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, dan
mendapat informasi atau menemukan.

Beberapa ahli menguraikan definisi dari belajar sebagai berikut :


a. L.D. Crow and A. Crow
Ahli ini berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang perlu
dirangsang dan dibimbing ke arah hasil-hasil yang diinginkan (dipertimbangkan).
Belajar adalah penguasaan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap
(learning is an active process that need to be simulated and guided toward
desirable outcome. Learning is the acquisition of habits, knowledge, and
attitudes).
b. Gregory A. Kimble
Belajar menurut Gregory A. Kimble adalah suatu perubahan yang relatif
permanen dalam potensialitas tingkah laku yang terjadi pada seseorang atau
individu sebagai suatu hasil latihan atau praktik yang diperkuat dengan pemberian
hadiah. (learning as a relatively permanent change in behavioral potentiality that
occurs as a result of reinforced practice).

c. Arthur J. Gates
Menurut Arthur, yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku
melalui pengalaman dan latihan (learnig is the modification of behavior through
experience and training).
d. Whiterington
Whiterington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian, atau suatu pengertian.
e. Morgan
Morgan dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan
bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar adalah proses penugasan
tertentu sesuatu yang dipelajari. Penugasan tersebut dapat berupa memahami
(mengerti), merasakan, dan dapat melakukan sesuatu. 

Bertolak dari berbagai pemikiran para ahli tersebut, belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk meningkatkan kualitas
kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap. Belajar secara formal adalah usaha menyelesaikan
program pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi dengan bimbingan guru
atau dosen. Sedangkan belajar secara otodidak atau disebut juga selfstudy atau
belajar mandiri adalah belajar yang dilakukan di  luar program pendidikan di
sekolah atau perguruan tinggi, tetapi melalui usaha sendiri. Sebagai hasil dari
belajar tersebut dapat mencakup beberapa aspek antara lain adalah aspek
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai.

B. Jenis – jenis Belajar


Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Gagne (1985)
mengemukakan delapan jenis belajar. Kedelapan jenis belajar tersebut adalah:

1. Belajar Isyarat (Signal Learning)


Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu
karena adanya tanda atau isyarat. Misalnya berhenti berbicara ketika mendapat
isyarat telunjuk menyilang mulut sebagai tanda tidak boleh ribut; atau berhenti
mengendarai sepeda motor di perempatan jalan pada saat tanda lampu merah
menyala.
2. Belajar Stimulus-Respon (Stimulus-Response Learning)
Belajar stimulus-respon terjadi pada diri individu karena ada rangsangan dari
luar. Misalnya, menendang bola ketika ada bola di depan kaki, berbaris rapi
karena ada komando, berlari karena mendengar suara anjing menggonggong di
belakang, dan sebagainya
3. Belajar Rangkaian (Chaining Learning)
Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus respon
(S-R) yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan perilaku yang segera
atau spontan seperti konsep merah-putih, panas-dingin, ibubapak, kaya-miskin,
dan sebagainya.
4. Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning)
Belajar asosiasi verbal terjadi bila individu telah mengetahui sebutan bentuk
dan dapat menangkap makna yang bersifat verbal. Misalnya perahu itu seperti
badan itik atau kereta api seperti keluang (kaki seribu) atau wajahnya seperti
bulan kesiangan.
5. Belajar Membedakan (Discrimination Learning)
Belajar diskriminasi terjadi bila individu berhadapan dengan benda, suasana,
atau pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-hal yang
jumlahnya banyak itu. Misalnya, membedakan jenis tumbuhan atas dasar urat
daunnya, suku bangsa menurut tempat tinggalnya, dan negara menurut tingkat
kemajuannya.
6. Belajar Konsep (Concept Learning)
Belajar konsep terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau data yang
kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang abstrak.
Misalnya, binatang, tumbuhan dan manusia termasuk makhluk hidup; negara-
negara yang maju termasuk developed-countries; aturan-aturan yang mengatur
hubungan antar-negara termasuk hukum internasional.
7. Belajar Hukum atau Aturan (Rule Learning)
Belajar aturan/hukum terjadi bila individu menggunakan beberapa rangkaian
peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau yang diberikan sebelumnya
dan menerapkannya atau menarik kesimpulan dari data tersebut menjadi suatu
aturan. Misalnya, ditemukan bahwa benda memuai bila dipanaskan, iklim suatu
tempat dipengaruhi oleh tempat kedudukan geografi dan astronomi di muka
bumi, harga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan, dan sebagainya
8. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)
Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai
konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya, mengapa harga
bahan bakar minyak naik, mengapa minat masuk perguruan tinggi menurun.
Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain saling
berkaitan.

C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi belajar


Telah dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan
terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau
kecakapan. Berhasil atau tidaknya perubahan tersebut tergantung pada bermacam-
macam faktor. Adapun faktor-faktor tersebut, dapat dibedakan menjadi dua
golongan yakni :
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri anak), yakni keadaan atau keadaan
jasmani dan rohani, faktor ini dibagi menjadi dua yaitu :
1. Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis meliputi hal-hal yang bersifat jasmaniah. Kondisi
jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi organ khusus pada anak, seperti tingkat
kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan yang disajikan.
2. Aspek Psikologis
Aspek psikologis meliputi hal-hal yang bersifat rohaniah. Pada
umumnya faktor-faktor rohaniah yang dipandang lebih esensial adalah
sebagai berikut :
a. Kecerdasan/Intelegensi
Intelegensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
untuk mereaksi rangsangan atau untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dengan cara yang tepat. Pada umumnya tidak semua
anak memiliki intelegensi yang sama dalam mempelajari suatu mata
pelajaran dan kecakapan-kecakapan yang lainnya, untuk menolong
terjadinya ketidakadilan yang terjadi antara anak yang memiliki
intelegensi yang tinggi dan anak yang B akan dihadapi anak tersebut
antara lain adalah kesulitan untuk mencari teman belajar atau
berdiskusi.

D. Proses Dan Fase Belajar


1. Definisi Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang
berarti “berjalan ke depan”. Menurut Chaplin (1927), proses adalah Any change
in any object or organism, particularly a behavioral or psychological
change (proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau
kejiwaan). Sedangkan menurut Reber (1988) proses berarti cara-cara atau
langkah-langkah khusus yang menimbulkan beberapa perubahan hingga
tercapainya hasil tertentu. Dari kedua pendapat tersebut dapat kita tarik
kesimpulan bahwa proses dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri anak. Perubahan
tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada
keadaan sebelumnya.
2. Fase-fase dalam Proses Belajar
Karena belajar merupakan aktivitas yang berproses, maka di dalamnya
terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Tahapan tersebut timbul melalui
fase-fase yang saling berhubungan secara berurutan dan fungsional.
Menurut Jerome S. Brunner, dalam proses pembelajaran, anak
menempuh tiga fase yaitu :
a. Fase informasi (tahap penerimaan materi)
Seorang anak sedang menerima materi, diantara materi tersebut
terdapat materi yang baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi
menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang
sebelumnya telah dimiliki.
b. Fase transformasi (pengubahan materi dalam memori)
Dalam fase ini, informasi yang telah diperoleh dalam fase sebelumnya
dianalisis atau diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak
atau konseptual supaya kelak dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih
luas.
c.  Fase evaluasi (penilaian penguasaan materi)
Dalam fase evaluasi, anak menilai sendiri sampai sejauh mana
pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan) dapat dimanfaatkan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

E. Ciri-ciri belajar
Dari semua pengertian tentang belajar, sangat jelas pada kita bahwa belajar tidak
hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh kemampuan
individu. Kedua pengertian terakhir tersebut memusatkan perhatiannya pada tiga hal.

1. Pertama, belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu.
Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga
meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor).
2. Kedua, perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang
terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan.
Interaksi ini dapat berupa interaksi fisik. Misalnya, seorang anak akan mengetahui
bahwa api itu panas setelah ia menyentuh api yang menyala pada lilin. Di samping
melalui interaksi fisik, perubahan kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui interaksi
psikis. Contohnya, seorang anak akan berhati-hati menyeberang jalan setelah ia melihat
ada orang yang tertabrak kendaraan. Perubahan kemampuan tersebut terbentuk karena
adanya interaksi individu dengan lingkungan. Mengedipkan mata pada saat memandang
cahaya yang menyilaukan atau keluar air liur pada saat mencium harumnya masakan
bukan merupakan hasil belajar. Di samping itu, perubahan perilaku karena faktor
kematangan tidak termasuk belajar. Seorang anak tidak dapat belajar berbicara sampai
cukup umurnya. Tetapi perkembangan kemampuan berbicaranya sangat tergantung
pada rangsangan dari lingkungan sekitar. Begitu juga dengan kemampuan berjalan.
3. Ketiga, perubahan tersebut relatif menetap. Perubahan perilaku akibat obat-obatan,
minuman keras, dan yang lainnya tidak dapat dikategorikan sebagai perilaku hasil
belajar. Seorang atlet yang dapat melakukan lompat galah melebihi rekor orang lain
karena minum obat tidak dapat dikategorikan sebagai hasil belajar. Perubahan tersebut
tidak bersifat menetap. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup
permanen.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

1. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk
meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar di bedakan menjadi dua yakni : faktor
internal dan faktor eksternal.
3.  Fase-fase dalam proses belajar menurut Jerome S Brunner adalah: fase informasi, fase
transformasi, dan fase evaluasi, sedangkan menurut Wittig adalah: acquisition,
storage, retrieval.

DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, M. Ngalim.1990. Psikologi Pendidikan.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Prawira, PurwaAtmaja. 2013. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Jojakarta:Ar-Ruzz


Media.

Sobur, Alex. Psikologi Umum. 2003. Bandung : CV Pustaka Setia.

Bell-Gredler, M.E. (1986). Learning and Instruction. New York: Macmillan Publishing.

Bower, G.H. & Hilgard, E.R. (1981). Theories of learning. (5th ed). Englewood Diffs, N.J.:
Prentice Hall.

Fontana, D. (1981). Psychology for teacher. London: A. Wheaton.

Gagne, R.M. (1985). The conditions of learning and theory of instruction. (4th ed.). Orlando:
Holt, Rinehart, and Winston.

Gagne, R.M., Briggs, L.J., & Wager, W.W. (1992). Principles of instructional design. (4th ed.).
Orlando: Holt, Rinehart, and Winston.

Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Schunk, D.H. (1991). Learning theories: An educational perspective. New York: MacMillan.

Suparman, A. (1997). Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIALAN Press.

Anda mungkin juga menyukai