Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH TENTANG TEORI-TEORI BELAJAR

DAN PERMASALAHAN YANG ADA PADA

JENJANG PENDIDIKAN DASAR

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
SRI ENDANG LESTARI

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya

kepada kita semua sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan. Tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada Bapak Dr.Aman Simare-mare

selaku dosen mata kuliah “Teori Belajar dan Permasalahan di Jenjang Pendidikan Dasar” yang

telah memberikan tugas ini kepada kami Pendidikan Dasar Kelas A sehingga ilmu dan wawasan

kami bisa bertambah.

Pada pembahasan di makalah ini kami ditugaskan untuk memaparkan tentang teori belajar,

manfaat, tujan dan hal-hal yang mempengaruhi dalam belajar. Yang kita pahami selama ini belajar

merupakan proses seseorang dalam mengenal, yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya

tidak bisa menjadi bisa, dan lain-lain. Belajar merupakan bagian dari kehidupan kita, tanpa kita

sadari kita telah melakukan yang namanya belajar. Belajar juga tidak hanya dilakukan di sekolah,

belajar dapat juga diperoleh di luar sekolah. Bahkan beberapa ahli mengatakan, belajar yang

paling akan melekat pada diri seseorang biasanya diperoleh dari pengalamannya sendiri.

Untuk lebih jelasnya lagi ada beberapa penjelasan yang akan saya paparkan lewat makalah

ini. Adapun jika terdapat kesalahan dalam makalah ini, saya pribadi sebagai penulis mohon maaf.

Penulis,

Sri Endang Lestari, S.Pd.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita selama ini telah mengenal istilah belajar. Mungkin sejak bayi kita telah mengalami hal

yang namanya belajar. Seperti kebanyakan orang mendefiniskan belajar sebagai suatu proses yang

tadinya tidak tahu menjadi tahu, dan yang tadinya tidak bisa menjadi bisa. Meskipun hanya sebatas

itu tapi setidaknya yang didefiniskan oleh orang kebanyakan juga merupakan salah satu pengertian

dari belajar. Ada beberapa hal yang dibahas dalam belajar. Bukan dari pengertian saja melainkan

dari segi tujuan, prinsip, dan masalah-masalah yang akan dihadapi dalam belajar. Sebagai calon

seorang pendidik kita perlu mengetahui ilmu-ilmu yang terkait dalam belajar dan poin-poin yang

harus diterapkan dalam menghadapi proses belajar. Karena sebagian besar yang kita hadapi bukan

satu atau dua orang siswa didalam satu kelas. Maka dari itu selayaknya seorang pendidik untuk

mengetahui pengetahuan dan teori-teori serta apliaksinya nanti didalam belajar. Perlunya

pengetahuan dan pemahaman ini sangat melatar belakangi makalah ini dibuat. Selain untuk

memenuhi tugas yang diberiakan oleh dosen, makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi yang

juga dikutip dari referensi yang diambil dari buku terkait dengan materi belajar agar memperkuat

pengetahuan dan pemahamn yang ada.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan makalah ini dibuat adalah agar penulis dan pembaca dapat mengetahui tentang

pengertian belajar, teori-teori dalam belajar, tujuan, prinsip, serta masalah-masalah yang dihadapi

dalam belajar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar

Anda, tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah “belajar”. Kata ini, secara efektif sudah

Anda kenali sejak anda bersekolah di Kelompok Berrmain maupun Taman Kanan-kanak (TK).

tahukah Anda apa definisi belajar? Untuk memudahkan konsep belajar simaklah ilustrasi berikut:

“Si Fulan sebelum masuk ke sekolah TK tingkat A, belum bisa membaca. Di TK , ia bersama

teman-temannya dikenalkan berbagai abjad oleh Ibu Rina, sang Guru. Dengan menggunakan alat

peraga bu Rina menunjukan kepada siswa-siswanya huruf A s.d Z. Sambil menunjuk huruf-huruf

itu, bu Rina meminta kepada siswa-siswanya untuk menirukan apa yang dikatakannya. Bu Rina

melafalkan huruf “A”, serentak siswa-siswa mengucapkan “A”. Seiring dengan waktu, diakhir

tahun ajaran si Fulan beserta temannya di TK tingkat A dapat menulis dan membaca”fenomena

apa yang dapat Anda indentifikasikan dari ilustrasi tersebut? Benarkah fenomena tersebut

“belajar”? Jika benar, apa cirri-ciri belajar? Tahukah Anda apa belajar itu?

Beberapa pakar pendidikan mendefiniskan belajar sebagai berikut :

a. Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemmpuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.

Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

alamiah.

b. Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku

c. Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (Belajar adalah perubahan

perilaku sebagai hasil dari pengalaman).

d. Harold Spears

Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow

direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba

sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).

e. Geoch

Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah perubahan

performance sebaga hasil latihan).

f. Morgan

Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience.

(Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi

seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat tidaklah demikian.

Belajar dianggapnya property sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas

sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah saha penguasaan

materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti dikatakan

Reber, belajar adalah The Process of acquiring knowl edge. Belajar adalah proses mendapatkan

pengetahuan.

B. Prinsip Belajar

Berikut ini adalah prinsip-prinsip belajar :

Pertama, prinsip belajar prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku

sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri :

1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental, yaitu perubahan yang disadari.

2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup


4. Positif atau berakumulasi

5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

6. Permanen atau tetap

7. Bertujuan dan terarah

8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang

ingin dicapai. Belajar adalah proses sismetik yang dinamis, konstruktif, dan organik.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari

interaksi anatara peerta didik dengan lingkungannya.

C. Tujuan Belajar

Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit

diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional effect,

yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang

menyertai belajar instruksional lazim disebut nuturant effect. Bentuknya berupa, kemampuan

berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya.

Tujaun ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu sistem

lingkungan belajar tertentu.

D. Unsur-unsur Belajar dan Pembelajaran

1. Dinamika Siswa dalam Belajar

Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotrik

terhadap lingkungannya. Ada beberapa hal yang mempelajari ranah-ranah tersebut dengan hasil

penggolongan kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik secara

hierarkis. Hasil penelitian para ahli tersebut berbeda-beda.Diantara ahli yang mempelajari ranah-

ranah kejiwaan tersebut adalah Bloom, Krathwohl, dan Simpson. Mereka ini menyusun

penggolongan perilaku berkenaan dengan kemampuan internal dalam hubungannya dengan tujuan

pengajaran. Hasil penelitian mereka dikenal dengan taksonomi instruksional Bloom. Kebaikan
taksonomi Bloom terletak pada rincinya jenis perilaku yang terkait dengan kemampuan internal

dan kata-kata kerja operasional. Walaupun ada kritik-kritik tentang taksonomi Bloom, kiranya

taksonomi tersebut masih dapat dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal

akibat belajar.

Ranah kognitif (Bloom, dkk.) terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut:

a) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan

tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah,

teori, prinsip, atau metode.

b) Pemahaman, mencakup kemampuan mengangkap arti dan makna tentang hal yang

dipelajari.

c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi

masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga

terstruktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya, mengurangi masalah menjadi

bagian yang telah kecil.

e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya, kemampuan

menyusun suatu program kerja.

f) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan

kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil karangan.

g) Keenam jenis perilaku ini bersifat hierarkis, artinya perilaku pengetahuan tergolong

terenah dan perilaku evaluasi tegrolong tertinggi. Perilaku yang terendah merupakan perilaku

yang “harus” dimiliki terlebih dahulu sebelum mempelajari perilaku yang lebih tinggi. Untuk

dapat menganalisis misalnya, siswa harus memiliki pengetahuan pemahaman, penerapan tertentu.

Dapat diketahui bahwa siswa yang belajar akan memperbaiki kemampuan internalnya. Dari

kemampuan-kemampuan awal pada pra-belajar, meningkat memperoleh kemampuan-kemampuan

yang tergolong pada keenam jenis perilaku yang di didikan di sekolah.


h) Ranah afektif (Krathowl & Bloo, dkk.) terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai berikut:

i) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan

hal tersebut. Misalnya, kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.

j) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan mempeerhatikan, dan berpartisipasi dalam

suatu kegiatan.

k) Penilaian dan penentuan sikap, mencakup menerima suatu nilai, meghargai, mengakui, dan

menentukan sikap. Misalnya, menerima suatu pendapat orang lain.

l) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman

dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman

bertindak secara bertanggung jawab.

m) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan

membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya, kemampuann mempertimbangkan

dan menunjukan tindakan yang disiplin.

Kelima jenis perilaku tersebut tampak mengandung tumpang tindih dan juga berisi

kemampuan kognitif. Perilaku penerimaan merupakan jenis perilaku terendah dan perilaku

pembentukan pola hidup merupakan jenis perilaku tertinggi.

Ranah psikomotorik (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku sebagai berikut:

a) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-hal

secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. Misalnya, pemilahan warna,

angka 6 (enam) dan 9 (sembilan), huruf b dan d.

b) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan

terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani.

Misalnya, posisi star lomba lari.

c) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau

gerakan peniruan. Misalnya, meniru gerak tari, membuat lingkaran di atas pola.
d) Gerakan yang terbiasa,mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.

Misalnya, melakukan lompat tinggi dengan tepat.

e) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan

yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat. Misalnyabongkar-pasang peralatan

secara tepat.

f) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan

penyesuaian pla gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya, keterampilan

bertanding.

g) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar

prakarsa sendiri. Misalnya, kemampuan membuat tari kreasi baru.

Ketujuh perilaku tersebut mengandung urutan taraf keterampilan yang berangkaian.

Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan urutan fase-fase belajar motorik.

Biggs dan Telfer berpendapat siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar.

Macam-macam motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu:

a) Motivasi instrumental

b) Motivasi sosial

c) Motivasi berprestasi dan

d) Motivasi intrinsik

Dari segi siswa, maka bila siswa memiliki motivasi berprestasi dan motivasi instrinsik diduga

siswa akan berusaha belajar segiat mungkin. Pada motivasi instrinsik ditemukan sifat perilaku

berikut:

a) Kualitas keterlibatan siswa dalam belajar sangat tinggi, hal ini berarti guru hanya

memelihara semangat.

b) Perasaan dan keterlibatan ranah afektif tinggi, dalam hal ini guna memelihara keterlibatan

belajar siswa.
c) Motivasi intrinsik bersifat memelihara diri sendiri. Dengan ketiga sifat tersebut, berarti

guru harus memelihara keterlibatan siswa dalam belajar.

2. Dinamika Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

Menurut Biggs danTefler di antara motivasi belajar siswa ada yang dapat diperkuat dengan

cara-cara pembelajaran. Motivasi mental, motivasi sosial, dan motivasi berprestasi rendah dapat

dikondisikan secara bersyarat agar terjadi peran belajar siswa. Adapun acara-acara pembelajaran

yang berpengaruh pada proses belajar dapat ditentukan oleh guru. Kondisi eksternal yang

berpengaruh pada belajar yang penting adalah bahan belajar, suasana belajar, media, sumber

belajar, subjek pembelajaran itu sendiri.

a) Bahan Belajar

Bahan belajar dapat berrwujud benda dan isi pendidikan. Iisi pendidikan tersebut dapat berupa

pengetahuan, perilaku, nilai, sikap, dan metode pemerolehan. Sebagai ilustrasi buku biografi

Panglima Sudirman adalah bahan belajar sejarah. Wujud buku biografi tersebut dapat dibuat

menarik perhatian siswa, misalnya dengan gambar yang bagus, foto-foto berwarna, dan bentuk

huruf yang indah. Isinya tentang cerita kepahlawanan. Dari kasus buku biografi tersebut dapat

diketahui bahwa bahan belajar dapat dijadikan sarana mempergiat belajar. Dari segi guru, bila

bahan belajar telah menarik perhatian siswa, maka akan lebih mempermudah upaya pembelajaran

siswa.

b) Suasana Belajar

Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, alat-alat belajar mempunyai pengaruh pada kegiatan

belajar. Disamping kondisi fisik tersebut, suasana pergaulan di sekolah juga berpengaruh pada

kegiatan belajar. Guru memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang

menarik bagi siswa.

c) Media dan Sumber Belajar

Media dan sumber belajar dapat ditemukan dengan mudah. Sawah percobaan, kebun bibit, kebun

binatang, tempat wisata, museum, perpustakaan umum, surat kabar, majalah, radio, sanggar seni
dapat ditemukan di dekat sekolah. Disamping itu buku pelajaran, buku bacaan, dan laboratorium

sekolah juga tersedia semakin baik. Guru berperan penting memanfaatkan media dan sumber

belajar tersebut.

d) Guru sebagai Subjek Pembelajar

Guru adalah subjek pembelajar siswa. Sebagai subjek pembelajar guru berhubungan langsung

dengan siswa. Siswa SMP dan SMA merupakan pribadi-pribadi yang sedang berkembang. Siswa

SMP dan SMA tersebut memiliki kotivasi belajar yang berbeda-beda. Guru dapat menggolongkan

motivasi belajar siswwa tersebut. Kemudian guru melakukan penguatan-penguatan pada motivasi

instrumental, motivasi sosial, motivasi berorestasi dan motivasi intrinsik siswa.

E. Teori-Teori Belajar
A. Teori-Teori Klasik

1. Behavioristik
Teori Behavioristik merupakan teori dengan pandangan tetang belajar adalah perubahan
dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata lain
belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. (Hamzah Uno, 7:
2006). Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini adalah Thorndike, Watson, Hull, Edwin
Guthrie dan Skinner. Teori belajar Skinner akan dijelaskan pada bagian yang khusus yaitu teori
belajar proses.

a. Thorndike
Menurut Thorndike (Hamzah Uno, 7:2006) belajar adalah proses interaksi antara stimulu
dan respon. Menurut Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati
atau yang tidak dapat diamati
b. Watson
Menurut Watson (Hamzah Uno,7:2006) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon . Stimulus dan respon tersebut berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. dengan kata lain
Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan
menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena faktor-faktor tersebut tidak bisa
menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum.
c. Clark Hull
Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan
hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi
sentral. Menurut Hull kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan, stimulus hampir selalu dikaitan
dengan kebutuhan biologis.
d. Edwin Guthrie
Guthrie mengemukakan bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus dan
respon tertentu. Stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu
diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan lebih langgeng. Suatu respon akan
lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) apabila respon tersebut berhubungan dengan berbagai
stimulus. Guthrie mengemukakan bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses
belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah
kebiasaan seseorang. Contoh seorang anak perempuan yang setiap kali pulang sekolah selalu
mencampakkan baju dan topinya dilantai. Ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai kembali
oleh anaknya. Lalu kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil mengantungkan baju dan
topinya di tempat gantungannya. Setelah beberapa kali melakukan hal itu, respon menggantung
topi dan baju menjadi terasosiasi dengan stimulus memasuki rumah.

2. Pengkondisian klasik
Teori-teori klasik dipelapori oleh seorang ahli sosiologi Rusia bernama Ivan Pavlo pada
awal tahun 1900 an. Untuk menghasilkan teori ini Ivan Pavlov melakukan suatu eksperimen
secara sistimatis dan saintifik, dengan tujuan mengkaji bagaimana pembelajaran berlaku pada
suatu organisme.
Pavlov melakukan suatu eksperimen terhadap anjing. Dia meletakkan secara rutin bubur
daging di depan mulut anjing . Anjing mengeluarkan air liur . air liur yang dikeluarkan oleh
anjing merupakan suatu stimulus yang diasosiasikan dengan makanan. Pavlov juga menggunakan
lonceng sebelum makanan diberikan.
Berdasarkan hasil eksperimen pavlo diperoleh suatu kesimpulan bahwa asosiasi terhadap
penglihatan dan suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran yang penting, yang
kemudian dikenal dengan Teori Pengkondisian Klasik.
Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk
mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus. (Santrock, 2010). Dalam pengkondisian klasik
stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti
makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk menghasilkan respon yang sama.
Dalam teori pengkondisian klasik ada 2 tipe stimulus dan 2 tipe respon,yang harus
dipahami yaitu Unconditioned Stimulus (US), Unconditoned respon (ER), Conditioned Stimulus
(CS), dan Conditioned Respon (CR).
Unconditioned Stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan
respon tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu. Dalam eksperimen Pavlov makanan adalah US.
Unconditioned Respon adalah respon yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh
US, dalam eksperimen Pavlov air liur anjing yang merespon makanan adalah UR.
Conditioned Stimulus adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya
menghasilkan conditioned respon setelah diasosiasi dengan US. Dalam espemen Pavlov beberapa
penglihatan dan suara yang terjadi sebelum anjing menyantap makanan. Conditioned Respon
adalah respon yang dipelajari yang muncul setelah terjadi pasangan US – CS. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada skema exsperimen Palvov berikut :
Sebelum Pengkondisian
US (makanan) >>>>>>>>>>>> UR (Keluar air liur) CS
(lonceng) >>>>> tak ada CR (air liur tidak keluar) Selama
Pengkondisian
CS(lonceng) + US (makanan)>>>>> UR (keluar air liur)
Setelah Pengkondisian
CS (lonceng) >>>>>>> CR (keluar air liur)
(M. Asrori, 2008)
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov diperoleh kesimpulan berkenan dengan beberapa
cara perubahan tingkah laku yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran (M. Asrori, 8:2008
dan Santrock, 270 : 2010) , yaitu :
a. Generalization (generalisasi)
Generalization adalah pengaruh dari stimulus yang baru untuk menghasilkan respon yang
sama. Misalnya murid dimarahi karena ujian biologinya buruk. Saat murid untuk ujian kimia dia
juga akan menjadi gugup karena kedua pelajaran tersebut saling berkaitan. Jadi murid
menggeneralisasikan satu ujian mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain.
b. Discrimination (diskriminasi)
Descrimination dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespon stimulus
tertentu tetapi tidak merespon stimulus lainnya. Dalam kasus murid yang mengikuti ujian di kelas,
dia begitu gugup saat menempuh ujian pelajaran bahasa Indonesia atau sejarah karena kedua mata
pelajaran tersebut jauh berbeda dengan mata pelajaran kimia dan biologi Extinction (pelenyapan)

Suatu stimulus yang dikondisikan tidak diikuti dengan stimulus tidak dikondisikan, lama
kelamaan organisme tidak akan merespon. Ini berarti bahwa respon secara bertahap terhapus.
Murid yang gugup mengikuti ujian akan mulai menempuh tes dengan lebih baik,dan
kecemasannya mereda.
Teori pengembangan klasik ini sangat membantu untuk mamahami beberapa aspek
pembelajaran dengan lebih baik dan juga membantu memahami kecemasan dan ketakutan pada
murid dalam proses belajar dan pembelajaran .
3. Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian
komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi
kesatuan.
Akhmad Sudrajat (Tersedia pada : http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-gestalt/,16
Maret 2011) menguraikan beberapa Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku.
Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu
kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait
akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan
suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan
pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif
pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan
logis dengan proses kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan
hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan
yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan
yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata- susunan yang tepat. Jadi menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian
menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta
didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru
hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi
yang diajarkannya.
B. Teori – Teori Belajar Proses
1. Teori Skinner
Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian operan. Pelopor teori ini adalah
B.F. Skinner. Inti dari teori ini adalah dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan perubahan
dalam probabilitas prilaku itu akan terjadi (Santrock, 272:2010).
Konsekuensi – imbalan atau hukuman bersifat sementara pada prilaku organisme. Contoh
seorang siswa akan mengemas bukunya secara rapi jika dia tahu bahwa dia akan diberikan hadiah
oleh gurunya.
Menurut Skinner, pengkondisian Operan terdiri dari 2 konsep utama, yaitu : penguatan
(reinforcement), yang terbagi kedalam penguatan positif dan penguatan negative, dan hukuman
(punishment). (M. Asrori, 9 : 2008)
Penguatan positiv (positeve reinforcement) adalah apa saja stimulus yang dapat
meningkatkan sesuatu tingkah laku. Contoh seorang siswa yang mencapai prestasi tinggi
diberikan hadiah maka dia akan mengulangi prestasi itu dengan harapan dapat hadiah lagi.
Penguatan bisa berupa benda, penguatan sosial (pujian, sanjungan) atau token (seperti nilai
ujian).
Penguatan negativ (negative reinforcement) apa saja stimulus yang menyakitkan atau yang
menimbulkan keadaan tidak menyenangkan atau tidak mengenakan perasaan sehingga dapat
mengurangi terjadinya sesuatu tingkah laku. Contoh seorang siswa akan meninggalkan kebiasaan
terlambat mengumpulkan tugas/PR karena tidak tahan selalu dicemooh oleh gurunya.
Hukuman (punishment) adalah apa saja stimulus yang menyebabkan sesuatu respon atau
tingkah laku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Contoh
seorang siswa yang tidak mengerjakan PR tidak dibolehkan bermain bersama teman-temannya
saat jam istirahat.
Ada sejumlah teknik-teknik dalam pengkondisian operan yang dapat digunakan untuk
pembentukan tingkah laku dalam pembelajaran (M.Asrori, 10:2008), yaitu :
a. Pembentukan respon (Shaping Behaviour)
Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada saat
setiap kali ia bertindak kearah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon
sampai suatu saat tidak lagi menguatkan respon tersebut. Prosedur pembentukan respon bisa
digunakan untuk melatih tingkah laku siswa dalam proses pembelajaran agar secara bertahap
mampu merespon stimulus dengan baik. Contoh apabila seorang guru memberikan ceramah,
reaksi siswa sebagai pendengar dapat mempengaruhi bagaimana guru itu bertindak. Jika
sekelompok siswa mengangguk – angguk kepala mereka, ini dapat menguatkan guru tersebut
untuk berceramah lebih semangat lagi.
b. Generalisasi,Diskriminasi dan Penghapusan
Generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan penguatan sebelumnya akan
dapat menghasilkan respon yang sama. Contoh : Seorang siswa akan mengerjakan PR dengan
tepat waktu karena pada minggu lalu mendapat pujian di depan kelas oleh gurunya ketia
menyelesaikan PR tepat waktu.
Diskriminasi adalah respon organisme terhadap sesuatu penguatan, tetapi tidak terhadap
penguatan yang lain. Contoh : seorang siswa mengerjakan PR dengan tepat waktu Karena
mendapat ujian dari gurunya pada mata pelajaran IPA, tetapi tidak begitu halnya ketika mendapat
pujian dari guru IPS. Respon ini bias berbeda karena cara memberikan pujiannya sudah berbeda
Penghapusan adalah suatu respon terhapus secara bertahap apabila penguatan atau
ganjaran tidak diberikan lagi. Contoh : seorang siswa yang mampu mengerjakan PR dengan tepat
waktu tadi bisa secara bertahap menjadi tidak tepat waktu karena gurunya tidak pernah lagi
memberikan pujian sama sekali.
a. Jadwal Penguatan (Schedule of reinforcement)
Skinner menyatakan bahwa cara atau waktu pemberian penguatan dapat mempengaruhi
respon. Penguatan disini dibagi menjadi 2 yaitu penguatan berkelanjutan (Continous Inforcement)
dan penguatan berkala (Variabel Reinforcement).
Penguatan berkelanjutan adalah penguatan yang diberikan pada setiap saat setiap kali
organisme menghasilkan respon. Contoh : setiap kali siswa mampu mengerjakan soal dengan
betul, guru selalu memberikan pujian kepadanya
Penguatan berkala adalah penguatan yang diberikan dalam jangka waktu tertentu.
Penguatan berkala terbagi dua , yaitu : berdasarkan nisbah (rasio) yang disebut penguatan nisbah
dan berdasarkan interval waktu atau disebut juga dengan penguatan waktu.
Penguatan nisbah dibagi menjadi dua, yaitu : Nisbah tetap adalah apabila penguatan
diberikan setelah beberapa respon terjadi. Misalnya ada 10 kali siswa memberikan respon baru
diberikan 1 kali penguatan. Dan nisbah berubah adalah apabila penguatan diberikan setelah
beberapa kali respon muncul, tetapi kadarnya tidak tetap. Misalnya penguatan diberikan kepada
siswa kadang kala setelah 10 kali respon kadang kala setelah 5 respon
Penguatan waktu juga dibagi dua, yaitu : waktu tetap adalah apabila penguatan diberikan
pada akhir waktu yang ditetapkan. Misalnya memberikan pengutan kepada setiap respon
yang muncul setelah 1 menit. Waktu berubah adalah apabila penguatan diberikan pada akhir
waktu yang ditetapkan, tetapi waktu yang ditetapkan itu berbeda berdasarkan respon yang
muncul.
b. Penguatan Positif
Penguatan posistif dilakukan dengan memberikan penguatan sesegera mungkin setelah
suatu tingkah laku muncul. Misalnya seorang siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru maka
pada sait itu juga guru segera memberikan pujian.
c. Penguatan Intermiten
Penguatan intermiten dilakukan dengan memberikan penguatan untuk memelihara
perubahan tingkah laku atau respon positif yang telah dicapai seseorang. Dengan penguatan
seperti ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri individu . Misalnya : seorang siswa yang tadinya
malu untuk membaca puisi di depan kelas, kemudian secara bertahap dia sudah tidak malu lagi
dan mampu membaca puisi di depan kelas. Maka guru memberikan pujian di depan teman-
temannya agar keberanian membaca puisi di depan kelas tersebut dapat terpelihara.
d. Penghapusan
Penghapusan dilakukan dengan cara tidak melakukan penguatan sama sekali atau tidak
mengirakan respon yang akan muncul pada seseorang. Misalnya siswa yang berbicara lucu
dengan maksud memancing teman-temannya bergurau agar suasana kelas menjadi gaduh, tidak
diberikan sapaan oleh guru bahkan guru tidak menghiraukannya. Denga demikian, siswa yang
bersangkutan akan merasa bahwa apa yang dilakukannya tidak berkenan di hati gurunya sehingga
dia tidak akan melakukannya lagi.
e. Percontohan (modeling)
Percontohan adalah prilaku atau respon individu yang dilakukan dengan mencontoh
tingkah laku orang lain. Contohnya : seorang siswa berusaha berbicara dengan suara keras, tidak
terges-gesa, sistematis, dan mudah dipahami karena dia meniru guru IPA yang selalu
menunjukkan prilaku seperti itu pada saat mengajar. Oleh karena itu seorang guru harus mampu
menunjukkan tutur kata, sikap, kemampuan, kecerdasan dan tingkah laku yang dapat dicontoh
oleh siswa.
f. Token Ekonomi
Adalah memberikan gambaran terhadap sesuatu yang memiliki nilai ekonomi ketika
seseorang telah mampu menunjukkan respon atau tingkah laku yang positif sesuai dengan
yang diharapkan. Misalnya guru member hadiah buku novel yang bagus kepada seorang
siswa.
2. Teori Gagne
Robert Gagne lahir tahun 1916 di North Andover, Beliau mendapatkan gelar A.B. pada
Yale tahun 1937 dan pada tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. Ada beberapa hal yang melandasi
pandangan Gagne tentang belajar. menurutnya belajar bukan merupakan proses tunggal
melainkan proses luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, dimana
tingkah laku itu merupakan proses komulatif dari belajar. Artinya banyak keterampilan yang
dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit.
Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk
mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil
dari efek belajar yang kumulatif (Gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu
bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena
belajar bersifat kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar, orang memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut berasal dari (1)
stimulasi yang berasal dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang dilakukan siswa. Dengan
demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan,
melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Juga dikemukakan bahwa belajar
merupakan faktor yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan, perkembangan tingkah laku
merupakan hasil dari aspek kumulatif belajar. Berdasarkan pandangan ini Gagne mendefinisikan
pengertian belajar secara formal bahwa belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas
manusia yang berlangsung selama satu masa waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh
proses pertumbuhan. Perubahan itu berbentuk perubahan tingkah laku. Hal itu dapat diketahui
dengan jalan membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan tingkah laku yang diperoleh
setelah belajar. Perubahan tingkah laku dapat berbentuk perubahan kapabilitas jenis kerja atau
perubahan sikap, minat atau nilai. Perubahan itu harus dapat bertahan selama periode waktu
dan dapat dibedakan dengan perubahan karena pertumbuhan, missalnya perubahan tinggi badan
atau perkembangan otot dan lain-lain.
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu:
 Fase pengenalan (apprehending phase). Pada fase ini peserta didik memperhatikan stimulus
tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian
ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang
unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap
belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.

 Fase perolehan (acqusition phase). Pada fase ini peserta didik memperoleh pengetahuan baru
dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata
lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi- asosiasi antara informasi baru dan informasi
lama.

 Fase penyimpanan (storage phase). Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi,
ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui
pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka
panjang.

 Fase pemanggilan (retrieval phase). Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali
atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja
informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang.
Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara
terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori,
konsep sehingga lebih mudah dipanggil.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu :
 Fase motivasi
sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
 Fase generalisasi
adalah fase transer informasi pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat,
siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.
 Fase penampilan

adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah
mempelajari sesuatu
 Fase umpan balik, siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan
(reinforcement).
C. Teori – Teori Kognitif
1. Pemrosesan informasi
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175).
Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat
dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu
yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Pemerosesan informasi menyatakan bahwa murid mengolah informasi, memonitiringnya,
dan menyusun strategi berkenaaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah
proses memori dan berfikir (thinking). (Santrock, 310:2010). Anak secara bertahap
mengembangkan kapasitas untuk mengembangkan untuk memproses informasi, dan secara
bertahap pula mereka biasa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Pemerosesan informasi pada awalnya menggunakan sistem komputer sebagai analog.
Penggunaan sistem komputer sebagai analog cara manusia memproses, menyimpan dan
mengingat kembali informasi sesungguhnya kurang tepat karena terlalu menyederhanakan
manusia. Cara manusia memproses informasi sesungguhnya lebih kompleks dibandingkan dengan
komputer. (M.Asrori, 13:2008)
Roobert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karateristik utama dari pendekatan
pemrosesan informasi , yaitu : Proses pikiran, mekanisme pengubahan dan modifikasi diri.
(Santrock, 310 :2010).
Pemikiran menurut pendapat Siegler (2002), berfikir adalah pemerosesan informasi.
Ketika anak merasakan, malakukan, mempresentasikan dan menyimpan informasi dari dunia
sekelilingnya, mereka sedang melakukan proses berfikir. Pikiran adalah sesuatu yang sangat
fleksibel, yang menyebabkan individu bias beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan
dalam lingkungan, tugas dan tujuan. (Santrock, 311 : 2010).
Mekanisme pengubahan menurut Siegler (2002) dalam pemerosesan informasi focus
utamnya adalah pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme
yang bekerjasama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak, yaitu : Ecoding
(penyandian), Otomatisasi, konstruksi strategis dan generalisasi.
Ecoding adalah proses memasukkan informasi kedalam memori. Aspek utama dari
pemecahan problem adalah menyandikan informasi dan relevan dan mengabaikan informasi yang
tidak relevan.
Otomatisitas adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa
usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemerosesan informasi menjadi makin
otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan – hubungan baru antara ide dan kejadian. (Kail,
2002 dalam Santrock, 311 : 2010).
Konstruksi Strategi yaitu penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Anak
perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengoordinasikan informasi
tersebut dengan pengetahun sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah.
Agar dapat manfaat penuh dari strategi baru diperlukan generalisasi. Anak perlu melakukan
generalisasi, atau mengaplikasikan strategi pada problem lain.
Modifikasi diri. Anak memainkan peran aktif dalam perkembangan mereka. Mereka
menggunakan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari untuk menyesuaikan respon
pada situasi pembelajaran yang baru. Anak membangun respon baru dan lebih canggih
berdasarkan pengetahuan dan strategi sebelumnya.
2. Metakognisi
Metakognisi adalah suatu kemampuan individu berdiri di luar kepalanya dan berusaha
merenungkan cara dia berfikir atau merenungkan proses kognitif yang dilakukan. (M.Asrori,
20:2008). Pengetahuan metakognisi melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran
seseorang pada saat sekarang. Aktivitas metakognisi terjadi pada saat murid secara sadar
menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan
memikirkan sesuatu tujuan. (Santrock, 340:2010).
Orang yang pertama memperkenalkan istilah metakognisi adalah John Flavell. Ia membagi
metakognisi keempat variable yang penting, yaitu :
a. Variabel Individu
Variabel individu mengandung makna bahwa manusia itu adalah organism kognitif atau
pemikir. Segala tindak – tanduk kita adalah akibat dari cara kita berfikir. Variabel individu dibagi
menjadi tiga, yaitu :
 Variabel Intra Individu
Variabel intra individu adalah apa saja yang terjadi di dalam diri seseorang. Misalnya
seseorang yang mengetahui dirinya lebih pandai dalam mata pelajaran matematika
dibandingkan dengan mata pelajaran sejarah.
 Variabel antra individu

Variabel antra individu adalah kemampuan individu membandingkan dan membedakan


kemampuan kognitif dirinya dengan orang lain. Misalnya : seorang siswa mengetahui bahwa
dirinya pandai pada mata pelajaran IPA dibandingkan dengan teman yang duduk dengan dia di
kelasnya.

b. Variabel Universal
Variabel universal adalah pengetahun yang diperoleh dari unsur-unsur yang ada didalam
sistem budaya sendiri. Misalnya : mengetahui bahwa sebagai manusia kita lupa. Sebenarnya kita
paham terhadap apa yang kita lupakan, tetapi lama kelamaan kita sadar bahwa kita tidak paham
c. Variabel Tugas
Variabel tugas adalah kesanggupan individu untuk mengetahui kesan-kesan, pentingnya
dan hambatan sesuatu tugas kognitif. Contoh : seandainya informasi yang disampaikan oleh guru
adalah sesuatu yang sulit dan siswa tahu bahwa guru tersebut tidak akan mengulangi, maka para
siswa tentu akan memberikan perhatian yang lebih serius dan mendengarkan serta memproses
informasi itu dengan lebih teliti.

d. Variabel Strategi
Variabel strategi adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu atau
mengatasi kesulitan yang timbul.
3. Sibernetik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. (Hamzah Uno, 17 : 2006). Dalam
teori sibernetik yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses, karena informasi ini
yang akan menentukan proses.
Kelebihan Teori Sibernetik

 Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.


 Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
 Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
 Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai.
 Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
 Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu
Balikan informativ memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah
dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan. Kelemahan teori sibernetik adalah
teori ini dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang
memperhatikan bagaimana proses belajar.
2. Masalah-masalah dalam belajar

Dalam belajar pasti siswa maupun guru mendapatkan beberapa masalah. Terdapat dua masalah

bila dilihat dari segi factor. Yaitu masalah-masalah intern belajar, dan masalah-masalah ekstern

belajar.

a. Masalah-masalah intern belajar

Dalam interaksi belajar-mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa

merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan engan

bahan belajar. Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswa lah yang menentukan terjadi

atau tidaknya belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern.

Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai

berikut.

1. Sikap Terhadap Belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai

dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima.

Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar

tersebut.

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar dalam diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya

motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi

belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.

3. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Untuk

memperkuat perhatian pada pembelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi

belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan waktu istirahat.

4. Mengolah Bahan Belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara

pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Kemampuan menerima isi dan cara

pemerolehan terebut dapat dikembangkan dengan belajar berbagai mata pelajaran. Kemampuan

siswa mengolah bahan tersebut menjadi makin baik, bila siswa berpeluang aktif belajar. Dari segi

guru, pada tempatnya menggunakan pendekatan-pendekatan keterampilan proses, inkuiri, ataupun

laboratory.

5. Menyimpan Perolehan Hasil Belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isis pesan dan cara

perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan

waktu yang lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat

dilupakan. kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa.

6. Menggali hasil belajar yang tersimpan.

Proses menggali pesan lama tersebut dapat berwujud (i) transfer belajar, atau (ii) unjuk prestasi

belajar. Ada kalanya siswa juga mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama.

Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri.

Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan.

Dengan kata lain, penggalian hasil yang tersimpan ada hubungannya dengan baik atau buruknya

penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan kesan.

7. Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar

Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu

berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses

penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk


pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat

berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi.

8. Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi

perkembangan rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Sebagai

ilustrasi, siswa yang gagal ujian bahasa Inggris, bila didorong terus, akhirnya akan berhasil lulus.

Bahkan bila kepercayaan dirinya timbul, ia dapat lulus pada saat ujian akhir dengan nilai baik

pada mata pelajaran bahas Inggris.

9. Intelegensi dan Keberhasilan Belajar

Menurut Wechler (Monks dan Knoers, Siti Rahayu Haditono) Intelegensi adalah suatu

kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara

baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa

memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Menurut Siti Rahayu Haditono, di

Indonesia juga ditemukan banyak siswa memperoleh angka hasil belajar yang rendah. Hal itu

disebabkan oleh factor-faktor seperti (i) kurangnya fasilitas belajar di sekolah dan rumah

diberbagai pelosok, (ii) siswa makin dihadapkan oleh berbagai pilihan dan mereka merasa ragu

dan takut gagal, (iii) Kurangnya dorongan mental dari orang tua karena orang tua tidak memahami

apa yang dipelajari oleh anaknya disekolah, dan (iv) keadaan gizi yang rendah sehingga siswa

tidak mampu belajar yang lebih baik, serta (v) dari gabungan factor-faktor tersebut,

mempengaruhi berbagai hambatan belajar.

10. Kebiasaan Belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan

belajat tersebut antara lain (i) belajar pada akhir semester, (ii) beajar tidak teratur, (iii)

menyianyiakan kesempatan belajar, (iv) bersekolah hanya untuk bergengsi, (v) datang terlambat

bergaya pemimpin, (vi) bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan (vii)

bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.


11. Cita-cita Siswa

Cita-cita merupakan motivasi intrinsik. Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan.

Didikan memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan

pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi

dan emansipasi diri siswa.

b. Faktor-faktor Ekstern Belajar

Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan factor

ekstern belajar. Di tinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor ekstern yang

berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor-faktor ekstern tersebut adalah sebagai berikut :

1. Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi

yang tumbuh menjadi penyandang profesi guru bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia

juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan

keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup

sebagai manusia. Di satu pihak, guru mempelajari perilaku budaya wilayah tempat tinggal

bertugas. Di lain pihak, pada tempatnya warga masyarakat setempat perlu memahami dan

menerima guru sebagai pribadi yang sedang tumbuh. Guru juga menumbuhkan diri secara

professional. Ia bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat.

2. Prasarana dan Sarana Pembelajaran

Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang

ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran,

buku bacaan, alat dan fasilitas labolatarium sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain.

Prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak

berarti bahwa lengkapnya prasarana dan sarana menentukan jaminan terselenggaranya proses
belajar yang baik. Justru disinilah timbul masalah “bagaimana mengelola prasarana dan sarana

pembelajaran sehingga terselenggara proses belajar yang berhasil baik”. Dengan tersedianya

prasarana dan sarana belajar berarti menuntut guru dan siswa dalam mengguanakannya.

3. Kebijakan Penilaian

Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa.

Dengan penilian yang dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu,

atau bernilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain.

Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar adalah guru. Hasil belajar dinilai

dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah, dan tingkat nasional. Dengan ukuran-ukuran

tersebut seorang siswa yang keluar dapat di golongkan lulus atau tidak lulus. Oleh Karena itu,

sekolah dan guru diminta berlaku arif dan bijak dalam menyampaikan keputusan hasil belajar

siswa.

4. Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah

Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai

lingkungan sosial siswa. Tiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Ia memiliki

kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Jika seseorang siswa terterima, maka ia dengan

mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia tertolak maka ia akan

merasa tertekan.

5. Kurikulum Sekolah

Program pembelajaran di Sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum

yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu

kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah tersebut berisi tujuan

pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Kurikulum disusun sesuai

tuntutan kemajuan masyarakat.


E. Hasil belajar

Menurut Gagne, “hasil belajar adalah kemampuan (performance) yang dapat teramati dalam diri

seseorang dan disebut kapabilitas.” Gagne membagi hasil belajar menjadi 5 kategori kapabilitas

manusia.

Tabel 2.1 lima kategori hasil belajar menurut gagne (1992)

Jenis hasil Definisi Contoh kemampuan


belajar
Keterampilan Jenis ketrampilan yang berkaitan dengan Mengidentifikasikan garis
intelektual kemampuan seseorang untuk berinteraksi diagonal suatu persegi
dengan lingkungan dalam konteks simbol panjang
atau konseptualisasi.
Strategi Kemampuan seseorang yang mengarahkan Mendemonstrasikan
kognitif seseorang untuk mengatur cara belajarnya, menurunkan rumus
cara mengingat, dan tingkah laku berpikir. kimia/fisika.
Informasi Jenis pengetahuan yang dinyatakan secara Mengatur kembali problem
verbal verbal. yang dinyatakan secara
verbal dengan bekerja
ulang.
Menghitung jumlah sel
dalam satu lapang
pandang mikroskop.
Menyebutkan fase – fase
pembelahan sel.
Keterampilan Kemampuan yang direfleksikan dalam bentuk Mengoperasikan mikroskop,
motoric kecepatan, ketepatan, tenaga dan secara Mencetak huruf tertentu
keseluruhan berupa gerak tubuh seseorang
dalam rangka melakukan tugas – tugas
tertentu yang memerlukan integrasi ketiga
aspek tersebut.
Sikap Memilih untuk membaca
fiksi ilmiah
Memilih menjadi ahli dalam
bidang biologi, kimia,
fisika.

Pakar pendidikan lain, benyamin s. Bloom(1994) mengklasifikasikan hasil belajr menjadi

tiga ranah atau domain yaitu:

1. Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan

memecahkan masalah. Ranah kognitif menurut Bloom, et.al (Winkel, 1999; Dimyati &

Modjiono, 1994) dibedakan atas 6 tingkatan dari yang sederhana hingga yang tinggi, yakni:

a. Pengetahuan (knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan

tersimpan dalam ingatan.

b. Pemahaman (comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang

dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni:

 Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam suatu bentuk ke dalam

bentuk lain.

 Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru

 Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramal perluasan trend atau kemampuan meluaskan

trend di luar data yang diberikan

c. Penerapan (aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode dan  kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru.

d.  Analisis (analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian

sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Analisis dapat pula dibedakan atas

tiga jenis, yakni:

 Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci elemen-elemen dari suatu

masalah atau dari suatu bagian besar.

 Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara elemen-elemen

dalam suatu struktur.

 Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan relasi dari struktur

kompleks.

e. Sintesis (synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan

unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur atau sistem baru. Dilihat dari segi

produknya, sintesis dapat dibedakan atas:

 Memproduksi komunikasi unik, lisan atau tulisan

 Mengembangkan rencana atau sejumlah aktivitas


 Menurunkan sekumpulan relasi-relasi abstrak

 Evaluasi (evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau

beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan kriteria tertentu.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan

sosial. Ranah efektif menurut Karthwohl dan Bloom (Bloom.,et.al,1971) terdiri dari 5 jenis

perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga yang kompleks, yakni:

a. Penerimaan (reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli tertentu,

meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut.

b. Pemberian respon (responding) yakni kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap

fenomena atau stimuli.

c. Penilaian atau penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat memberikan penilaian

atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu.

d. Organisasi (organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan

keterhubungan diantara nilai-nilai.

e. Karakterisasi, yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat

manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut Simpson (Winkel, 1999;Fleishman &

Quaintance, 1984) dapat diklasifikasikan atas:

a. Persepsi (perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau lebih

berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing perangsang.

b. Kesiapan melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan menempatkan diri dalam

keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

c. Gerakan terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh

atau gerak peniruan.


d. Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar,

karena sudah dilatih sebelumnya.

e. Gerakan kompleks (complex overt response), meliputi kemampuan untuk melakukan

gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen secara lancar, tepat, dan

efisien.

f. Penyesuaian pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan perubahan dan

penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.

g. Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar

prakarsa dan inisiatif sendiri.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian
kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang
akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah semudah
yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang
dapat menunjang, seperti : lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat
kecerdasan siswa. Semua unsure ini dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu
model teori belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada
asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan.
Makalah ini sudah cukup banyak membahas tetang teori-teori pembelajaran. Teori –
teori pembelajaran tersebut menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana mana belajar itu
terjadi. Teori Behavioristik merupakan teori yang menyatakan bahwa belajar adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan respon. Teori
Pengkondisian Klasik menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha dari organisme
untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus yang pada akhirnya menghasilkan sustu
respon. Teori Gestalt lebih menekankan belajar adalah kecenderungan mempersepsikan apa
yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Inti dari Teori Skinner adalah
dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu
akan terjadi . Teori Gane menyatakan bahwa belajar bukan merupakan proses tunggal
melainkan proses luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku.
Teori Pemerosesan Informasi menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah
informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Metakognisi adalah suatu
kemampuan individu diluar kepalanya dan berusaha merenungkan cara dia berfikir atau
merenungkan proses kognitif yang dilakukan. Sedangkan Sibernetik mengatakan bahwa
belajar adalah pengolahan informasi .
Jadi masing-masing teori menjelaskan belajar dan pembelajaran dalam pengertian
yang berbeda-beda.
B. Saran

Perkembengan dunia pendidikan terus berlangsung sejalan dengan tuntutan hidup

manusia untuk menjawab perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

hari semakin maju dan kompleks. Dunia pendidikan juga dituntut untuk peka terhadap

perubahan dan perkembangan sekecil apa pun dalam dunia ilmu pengetahuan dan

teknologi. Dalam konteks ini peran guru tidaklah kecil. Guru sebagai ujung tombak

pelaksana pendidikan terdepan dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuan,

kemampuan serta keterampilannya. Oleh karena itu disaran kepada semua yang

berhubungan dengan dunia pendidikan dan khususnya guru dapat membaca dan memahami

Teori-teori pembelajar.

Anda mungkin juga menyukai