Dosen Pengampu:
JAYADI,S.Pd,M.Si
Oleh:
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses menuntut ilmu tentu saja kita tidak akan lepas dari istilah belajar dan
pembelajaran.Dimana kegiatan tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.Jika
salah satunya tidak ada maka tidak akan sempurna proses atau kegiatan menuntut ilmu
tersebut.Jika ada proses belajar tentu saja pembelajaran.Begitupun sebaliknya jika ada
pembelajaran maka ada belajar.
B.RumusanMasalah:
1.Apa konsep-konsep belajar?
2. Apa konsep-konsep pembelajaran?
3. Apa model-model pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep-konsep belajar
2. Untuk menegtahui konsep-konsep pembelajaran
3. Untuk mengetahui model-model pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Belajar
Secara umum Imron (1996:2), belajar adalah suatu upaya yang dimaksudkan untuk
menguasai/mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari
seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang dikenal dengan guru atau sumber-sumber
lain karena guru sekarang ini bukan merupakan satu-satunya sumber belajar .Dalam
belajar, pengetahuan tersebut dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga akhirnya menjadi
banyak.
Menurut Slavin belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari
pengalaman. Harold Spears memberikan batasan pengertian belajar sebagai:“Learning is
to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
(Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,
mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan).
Sedangkan menurut Bell-Gredler dan Udin S. Winataputra (2008) pengertian
belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka
ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan
(skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai
dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Slameto (2002:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan dalam aspek kematangan,
pertumbuhan, perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
Crow and Crow dalam Educational Psychology (1984), belajar adalah perbuatan untuk
memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam
mengerjakan sesuatu, uusaha memecahkan rintangan, dan menyesuaikan dengan situasi baru.
Definisi ini menekankan hasil dari aktifitas belajar (Sriyanti, 2013:16)
Bedasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan dengan cara membaca,mendengar,mengamati,mengikuti petunjuk.Bahkan kegiatan
belajar juga dapat dilakukan dengan mengambil pelajaran dari suatu pengalaman.Yang dimana
proses belajar akan terus terjadi secara bertahap mulai dari bayi hingga akhir hayat.
B.Perbuatan belajar
Ahli psikologi membedakan perbuatan belajar menjadi beberapa jenis menurut cirinya masing-
masing.
1. Belajar Abstrak
ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak untuk memperoleh pemahaman
dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Termasuk dalam jenis belajar ini adalah
belajar matematika, astronomi, filsafat, materi pembelajaran akidah yang memerlukan
peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Jenis
belajar abstrak menitikberatkan pada peranan akal dan penguasaan prinsip, konsep, dan
generalisasi untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah (problem solving)
dalam mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak.
2. Belajar Keterampilan
Belajar jenis ini adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik, yaitu
berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot yang bertujuan untuk memperoleh dan
menguasai keterampilan-keterampilan jasmaniah tertentu.Termasuk belajar dalam jenis ini
adalah olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan
sebagian materi pembelajaran agama seperti ibadah salat dan haji.
3. Belajar Sosial
Belajarsosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik
untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman
dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial, seperti masalah keluarga,
masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat
kemasyarakatan. Termasuk dalam jenis belajar sosial adalah bahan pelajaran sosial seperti
pelajaran agama dan PPKn.
4.Belajar Pemecahan
Masalah Belajar pemecahan masalah (problem solving) pada dasarnya adalah belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti
untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif dalam memecahkan masalah secara
rasional, lugas, dan tuntas.
5. Belajar Rasional
Belajar rasional erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah, yaitu menggunakan
kemampuan berpikir secara logis dan rasional agar memiliki kemampuan memecahkan
masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis.
Belajar jenis ini tidak memberi penekanan pada pembelajaran eksakta, sehingga bidang studi
noneksakta pun dapat memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar
rasional,
6. Belajar Kebiasaan
7. Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu
objek. Tujuannya, agar peserta didik memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah
rasa (affective skill) sebagai kemampuan menghargai nilai objek secara tepat. Bidang-bidang
studi yang dapat menunjang pencapaian tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan
sastra, kerajinan tangan, kesenian, dan menggambar, di samping materi seni baca tulis
Alquran pada bidang studi Pendidikan Agama Islam.
8. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan secara mendalam
terhadap objek pengetahuan tertentu yang bertujuan untuk menambah informasi dan
pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat
khusus dalam mempelajarinya, seperti menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian
lapangan. Bidang studi bahasa dan sains dapat menjadi sarana dalam mengembangkan
kegiatan belajar jenis pengetahuan ini.
2. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang berada di luar individu yang sedang belajar. Faktor eksternal
meliputi :
• Faktor Keluarga
Antara lain : cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
• Faktor Sekolah
Antara lain : metode mengajar, kurikulum, relasi antara guru dan siswa, relasi antarsiswa,
disiplin sekolah, pelajaran, waktu, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas
rumah.
• Faktor Masyarakat
Antara lain : kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam
masyarakat, media massa.
Menurut Muhibbinsyah, faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga macam, yaitu:
1. Faktor Internal
Meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor Eksternal
Meliputi kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Merupakan jenis upaya yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-
materi pelajaran. Menurut hasil penelitian Biggs, ada tiga bentuk dasar pendekatan belajar
siswa:
• Pendekatan surface (permukaan, bersifat lahiriah)
Kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari luar.
• Pendekatan deep (mendalam)
Kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari dalam.
• Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)
Kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan untuk mewujudkan ego enhancement
yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatakan prestasi keakuan dirinya dengan cara
meraih prestasi setingg-tingginya.
E. Motivasi Belajar
Biggs dan Telfer menyatakan bahwa ada empat golongan motivasi belajar siswa, antara lain :
1. Motivasi instrumental
Siswa belajar karena didorong oleh adanya hadiah atau menghindari hukuman.
2. Motivasi social
Siswa belajar untuk penyelenggaraan ugas, dlam hal ini keterlibatan siswa pada tugas menonjol.
3. Motivasi berprestasi
Siswa belajar untuk meraih prestasi atau keberhasilan yang telah ditetapkannya.
4. Motivasi instrinsik
Siswa belajar karena keinginannya sendiri.
Motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa. Motivasi yang tinggi tersebut
dapat ditemukan dalam sifat dan perilaku siswa, antara lain:
• Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi.
• Adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi dalam belajar.
• Adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar senantiasa memiliki
motivasi belajar yang tinggi.
Keller menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam
proses belajar mengajar yang disebut sebagai model ARCS. Model ARCS ini merupakan
empat kategori kondisi yang harus diperhatikan guru agar proses pembelajaran yang
dilakukannya menarik, bermakna, dan memberi tantangan pada siswa. Keempat kondisi
tersebut adalah :
• Attention (perhatian)
Pehatian muncul karena didorong adanya rasa ingin tahu. Oleh karena itu rasa ingin tahu
perlu mendapat rangsangan sehingga siswa selalalu memberikan perhatian terhadap
materi pelajaran yang diberikan.
• Relevance (relevansi)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan antar meteri pelajaran dengan kebutuhan dan
kondisi siswa.
PEMBELAJARAN
A.Pengertian Pembelajaran
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa.
Sedangkan menurut Duffy dan Roehler (1989) pengertian pembelajaran adalah suatu
usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki
guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
B. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga
diperoleh hasil yang optimal. Adapun berbagai metode pembelajaran yang dapat digunakan
pendidik dalam kegiatan pembelajaran, antara lain :
1. Metode Ceramah
Penyampaian materi dari guru kepada siswa dengan melalui bahasa lisan baik verbal maupun
nonverbal.
2. Metode Latihan
Penyampaian materi melalui upaya menanaman terhadap kebiasaa-kebiasaan tertentu, sehingga
diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal.
3. Metode Tanya Jawab
Penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh anak didik.
Bertujuan memotivasi anak mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran atau guru
mengajukan pertanyaan dan anak didik menjawab.
4. Metode Karyawisata
Metode penyampaian meteri denagn cara membawa langsung anak didik ke objek di luar kelas
atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengalami secara
langsung.
5. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu proses atau suatu benda yang berkaitan
dengan bahan pelajaran.
6. Metode Sosiodrama
Metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan
kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan sosial.
7. Metode Bermain Peran
Pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anak didik dengan cara anak
didik memerankan suatu tokoh, baik okoh hidup maupun mati. Meyode ini mengambangkan
penghayatan, tanggung jawab, dan terampil dalam memaknai materi yang dipelajari.
8. Metode Diskusi
Metode pembelajaran melaui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta memecahkan
masalah secara kelompok.
9. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Metode pemberian tugas dan resitasi merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas
kepada siswa. Resitasi merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada siswa untuk
melaporkan pelaksanaan tugas yang telah diberikan guru.
10. Metode Eksperimen
Pemberian kepada siswa untuk melakukan percobaan.
11. Metode Proyek
Membahas materi pelajaran ditinjau dari sudut pandang pelajaran lain.
Adapun prinsip dalam pemilihan metode pembelajaran adalah disesuaikan dengan tujuan, tidak
terikat pada suatu alternative, dan penggunaannya bersifat kombinasi. Faktor yang menentukan
dipilihnya suatu metode dalam pembelajaran antara lain :
• Tujuan pembelajaran
• Tingkat kematangan anak didik
• Situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran
C.Teori-teori pembelajaran
Untuk dapat menghasilkan proses pembelajaran yang efektif sebagaimana yang diharapkan,
maka pendidik perlu memahami teori-teori belajar yang dapat menjadi landasan pelaksanaan
pembelajaran. Di antara teori tersebut adalah:
Teori Ilmu Jiwa Daya Ahli-ahli Ilmu Jiwa Daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa
manusia mempunyai daya-daya seperti daya mengenal, daya mengingat, daya berpikir, daya
fantasi, dan sebagainya. Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia. Manusia hanya
memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatih sehingga ketajamannya dirasakan ketika
dipergunakan untuk melatih daya ingat seseorang harus melakukan dengan cara menghafal
kata-kata atau angka, istilah-istilah asing, dan sebagainya,
Efek teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya terhadap ilmu pengetahuan yang didapat
hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka yang biasanya jauh dari pengertian dan
pemahaman. Walaupun demikian, teori belajar ini dapat digunakan untuk menghafal rumus,
dalil, peristiwa sejarah, dan sebagainya.
Teori Gestalt Teori belajar Gestalt lahir di Jerman pada tahun 1912 yang dipelopori dan
dikembangkan oleh Max Wertheimer yang diikuti oleh Koffka dan Kohler yang
berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian.Hal terpenting dalam
belajar adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat,
bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.
Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt seringkali disebut field theory atau insight full
learning yang memandang manusia yang bukan hanya sekedar makhluk reaksi yang hanya
berbuat atau beraksi jika ada perangsang yang memengaruhinya.. Tidak ada dua orang yang
mempunyai pengalaman yang benar-benar sama atau identik terhadap objek atau realita
yang sama. Singkatnya, belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt bahwa faktor pemahaman atau
pengertian (insight) merupakan faktor yang penting dalam menghubungkan antara
pengetahuan dan pengalaman. Pribadi atau organisme memegang peranan penting dalam
belajar karena belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif-mekanistis, tetapi dilakukan
dengan sadar, bermotif, dan bertujuan.
Teori Asosiasi Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi disebut juga teori Sarbond, yaitu
stimulus (rangsangan), respons (tanggapan), dan bond (dihubungkan). Rangsangan
diciptakan untuk memunculkan tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan
terjadilan asosiasi. Teori ini berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri atas
penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Terdapat dua teori yang sangat terkenal
dari aliran Ilmu Jiwa Asosiasi, yaitu: teori Connectionism dari Thorndike dan teori
Conditioning dari Ivan P. Pavlov.
Teori Connectionism Teori Connectionism ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L.
Thorndike
berdasarkan eksperimen yang ia lakukan dengan menggunakan hewan terutama kucing untuk
mengetahui fenomena belajar. Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berjeruji
besi yang dilengkapi dengan pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang menghubungkan
pengungkit dengan gerendel. Peralatan tersebut ditata sedemikian rupa sehingga
memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang ada di depan pintu. Berdasarkan
hasil eksperimennya, Thorndike menyimpulkan bahwa belajar adalah hubungan antara
stimulus dan respons. Menurut Thorndike, belajar berproses melalui trial and error
(mencoba-coba dan mengalami kegagalan) dan law of effect yang berarti bahwa segala
tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan
siatuasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
Teori Connectionism memandang bahwa organisme (juga manusia) sebagai mekanismus yang
hanya bergerak atau bertindak jika ada perangsang yang memengaruhi dirinya. Terjadinya
otomatisasi dalam belajar disebabkan adanya law of effect tersebut. Karena adanya law of
effect terjadilah hubungan (connection) atau asosiasi antara tingkah laku atau reaksi yang
dapat mendatangnya sesuatu hasil (effect).
Teori Conditioning Teori Conditioning ini dipelopori oleh Pavlov, seorang ahli psikologi-
refleksologi dari Rusia yang menggunakan anjing dalam melakukan eksperimen. Seekor
anjing dimasukkan ke dalam kamar gelap yang hanya tersedia satu lubang yang terletak di
depan moncongnya sebagai tempat menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya pada
saat diadakan percobaan. Dengan demikian, dapat diketahui keluar tidaknya air liur dari
moncong anjing itu pada saat diadakan percobaan. Pada percobaan-percobaan yang dilakukan
terhadap anjing itu, Pavlov mendapatkan kesimpulan bahwa gerakan-gerakan refleks dapat
dipelajari dan dapat berubah karena mendapat latihan. Terdapat dua macam refleks, yaitu
refleks wajar (unconditioned reflex) sebagaimana air liur anjing yang keluar ketika melihat
makanan yang lezat, dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned reflex)
sebagaimana air liur anjing yang keluar karena menerima atau bereaksi dengan warna sinar
tertentu atau terhadap suatu bunyi tertentu.
Penganut teori Conditioning ini memandang bahwa segala tingkah laku manusia tidak lain
adalah hasil dari conditioning, yaitu hasil dari latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan
mereaksi terhadap perangsang-perangsang tertentu yang dialami di dalam kehidupannya.
Kesimpulan
ü Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang saling terkait dan tak dapat
dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan.
ü Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud
perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative permanen atau menetap karena
adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
ü Tingkah laku yang dikategorikan sebagai aktivitas belajar memiliki ciri-ciri : terjadi secara
sadar, kontinyu dan fungsional, positif dan aktif, permanent, bertujuan atau terarah, mencakup
seluruh aspek tingkah laku
ü Pada dasarnya faktor yang mempengaruhi belajar ada dua macam, yaitu faktor internal
(jasmani dan rohani) dan faktor eksternal (keluarga, sekolah, masyarakat)
ü Ada empat golongan motivasi belajar siswa, antara lain : instrumental, social, berprestasi,
instrinsik.
ü Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja olah pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan
berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan effisien
serta dengan hasil optimal.
ü Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga
diperoleh hasil yang optimal, antara lain : metode ceramah, latihan, tanya jawab, karyawisata
demonstrasi, sosiodrama, bermain peran, diskusi, pemberian tugas dan resitasi, eksperimen,
proyek
DAFTAR PUSTAKA
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika
Belajar dan Mengajar. Cet. 8; Bandung: Alfabeta, 2010. Sanjaya, Wina. Kurikulum dan
Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Cet. 1; Jakarta: Kencana, 2008