Anda di halaman 1dari 8

RESUME STRATEGI PEMBELAJARAN Di SD

TENTANG

HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN, PRINSIP-PRINSIP BELAJAR,


MOTIVASI DAN MASALAH -MASALAH PEMBELAJARAN

Oleh Kelompok 3 :

Siti Nur Anisa Putri 20129077

Riza Amalia Fitri 20129340

Abdul Hamid 20129238

Berlian Selvina Putri 20129254

20 BB 03

Dosen Pengampu :

Dra. Rifda Eliyasni, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


A.Hakikat Belajar Dan Pembelajaran

1.Pengertian Belajar

Menurut Sudjana (2014:28), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut Slameto (2010:2) menyatakan
bahwa, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat lain
menurut Crow and Crow dalam Hamdani (2010:21) mengemukakan bahwa, belajar
adalah upaya pemeroleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru.

Menurut pendapat dari Syah (2009:63), belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan
jenjang pendidikan. Majid (2009:225) mengemukakan bahwa, belajar pada hakikatnya adalah
suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada
individu yang belajar.Sedangkan menurut Hamalik (dalam Hamdani, 2011:20) menyatakan
bahwa belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan,
persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain,
dan cita-cita. Dalam hal ini berarti kebiasaan merupakan salah satu komponen dalam belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar


merupakan suatu proses yang dapat menghasilkan perubahan pada setiap individu dimana
perubahan
itu berbentuk dari perilaku. Perubahan yang terjadi pada setiap individu
diperoleh dari hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan seseorang terjadi secara bertahap, tidak langsung
dapat dilihat setelah proses belajar namun dapat dilihat pada kesempatan yang
akan datang pula. Perubahan tersebut tidak hanya bertambahnya ilmu pengetahuan,
namun juga berwujud keterampilan, kecakapan, sikap, tingkah laku, pola pikir,
kepribadian dan lain-lain.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan


subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dievaluasi secara
sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien (Komalasari, 2010).

Terdapat dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran yaitu belajar
dan mengajar. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan siswa, sedang mengajar mengacu
kepada apa yang dilakukan oleh guru (Mufarrokah, 2009).

Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang


sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara
lain tujuan pembelajaran, media pembelajaran, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan).

Kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses yang meliputi kegiatan yang
dilakukan oleh guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan
program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan (Subroto, 1997).

Kokom menjelaskan secara lebih rinci ketiga proses pembelajaran tersebut dari masing-
masing kegiatan pembelajaran:

 Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan


penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) penyiapan alat kelengkapannya,
antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasi.
 Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran
yang telah dibuatnya. Struktur dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan
banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran
yang telah dirancang penerapannya.
 Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran
ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan
remidial teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar (Komalasari, 2010).

B. Prinsip-prinsip Belajar
Proses belajar memang kompleks, tetapi dapat dapat juga dianalisa dan diperinci
dalam
bentuk prinsip-prinsip atau azas-azas belajar. Hal ini perlu diketahui agar
memiliki pedoman belajar secara efisien. Menurut Dimyati
(2009:42) prinsip-prinsip belajar itu adalah sebagai berikut:

1. Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Tanpa adanya
perhatian tidak mungkin akan terjadi sebuah proses belajar. Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan
untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, maka
akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Di samping perhatian,
motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah
tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang, tanpa adanya
motivasi seseorang tidak dapat melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, dengan perhatian dan motivasi maka siswa akan melakukan proses
belajar atau membiasakan diri dengan belajar dengan baik, sehingga ia dapat
memperoleh hasil yang ia inginkan.

2. Keaktifan

Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu
beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati
sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh
kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain,
menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.

3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar merupakan proses mengamali,
dan belajar tiak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Menurut Edgar Dale dalam
Dimyati (2009:45), “belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman
langsung”. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar
mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Namun demikian, perilaku keterlibatan
siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan
mewujudkadkan keaktifan siswa.

4. Pengulangan

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling tua
adalah
yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-
daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat,
mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka
daya-daya tersebut
akan berkembang, dan juga apabila daya-daya tersebut dilatih dengan pengadaan
pengulangan-pengulangan maka akan menjadi sempurna. Selain itu dengan adanya
pengulangan maka akan membentuk respons yang benar dan akan dapat membentuk
kebiasaan-kebiasaan. Contonya pada saat belajar tidak hanya membaca akan tetapi
mengerjakan soal-soal latihan, mengulang materi yang belum dipahami, dan
lain-lain.

5. Tantangan

Tantangan yang dihadapi alam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya.
Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan
membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi
kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Contoh dari prinsip
tantangan ini yaitu, melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri,
atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.
C. Motivasi Dan Masalah-Masalah Dalam Pembelajaran

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah.
 angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang
utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah
nilai ulangan atau nilai-nilai pada baik-baik.Angka-angka yang baik itu bagi para siswa
merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, banyak siswa bekerja atau belajar hanya
ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang
berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan . Namun demikian semua
itu harus diingat oleh guru bahwa -angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati,
hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh
bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan terkandung di dalam setiap
pengetahuan yang diajarkan kepada para siswasehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga
keterampilan dan afeksinya.
 Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.Karena hadiah untu
suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbaka
untuk sesuatu pekerjaan tersebut. hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak
akanmenarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.
 Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untukmendorong belajar siswa. Persai
baik persaingan individual maupunpersaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar s
Memang unsurpersaingan ini banyak dimanfaatkan dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi
sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
 Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugasdan menerimanya sebagai
sehingga bekerja keras denganmempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk mot
cukuptinggi. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasiyang ba
menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalahsimbol kebanggaan dan harga diri, b
untuk siswa si subjek belajar. Parasiswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
 Memberi ulanganPara siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Olehkarena itu
ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yangharus diingat oleh guru, adalah jangan terl
(misalnya setiap hari) karenabisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini gu
terbuka,maksudnya kalau ada ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.

Jenis-jenis Masalah Belajar


Dalam pengertian masalah belajar di atas, maka dapat dirincikan jenis-jenis siswayang mengalami per
dalam belajar, yaitu sebagai berikut:
 Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuaidengan pencapaian
seusianya yang ada dalam kelas yang sama.Sesuai dengan tujuan belajar yang tercantum dalam Ku
siswadikatakan lulus atau tuntas dalam suatu pelajaran jika telah memenuhi KriteriaKetuntasan M
yang telah ditentukan oleh tiap-tiap guru bidangstudi. KKM dibuat berdasarkan intake (pencapaian)
kelas.Apabila seorang siswa tidak mencapai kriteria tersebut, maka yangbersangkutan dikatakan ber
pelajaran tersebut
 Siswa yang mengalami keterlambatan akademik, yakni siswa yang.diperkirakan memiliki inteleg
tinggi tetapi tidak menggunakan kemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa yang te
kelas memiliki kemampuan yang sama, ada beberapa siswa dengan kemampuan intelegensi diatas
super. Kondisi inilah yangmenyebabkan si siswa cerdas ini harus menyesuaikan kebutuhan asupa
dengan kemampuan teman-teman sekelasnya, sehingga siswayang seharusnya sudah berhak dia
sebayanya dipaksamenerima kondisi sekitarnya.
 Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri (tingkatIQ yang diatas rata-r
yaitu siswa yang memiliki intelegensidiatas rata-rata normal tetapi tidak mencapai tujua
optimal.Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A sebanyak 65, kemudian nilai yangdicapainya 70. Pa
dengan tingkat intelegensi seperti itu, yangbersangkutan bisa mendapat nilai minimal 80 bahkan lebih
 Siswa yang sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilkibakat akademik yang k
perlu dipertimbangkan untukmendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Siswa yang mengalam
yakni siswa yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan sangat sering bermasalah d
Seringkali Gurukehabisan ide untuk menangani siswa yang seperti ini, bimbingan pelajarantambahan
salah satu alternatif penyelesaian masalahsemacam ini
 Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, yakni keadaan atau kondisisiswa yang kurang berse
seperti jera dan bermalas-malasan. Siswa yang seperti ini biasanya didukung oleh kondisi ataulingkun
peduli terhadap perkembangan belajar siswa.Lingkungan keluarga yang apatis, yang tidak be
belajaranak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga belajar menjadikebutuhan y
Lingkungan masyarakat yang merupakanmedia sosialisasi turut berperan penting dalam proses memo
 Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, yaitukondisi siswa yang ke
belajarnya sehari-hariantagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengu
guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidakdiketahui dan sebagainya. Besarnya kesemp
Guruuntuk menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur pekerjaan yangseharusnya d
diperintahkan, Guru yang terlaludisiplin dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya
seharusnya diberikan oleh siswa kepada Guru.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Mujiyono. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Djaali. 2014. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Setia Pustaka.
Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aunur rahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai