Aida Sari Haji Nst, Muhammad Farhan Azmi, Mawaddah Harahap, Mutia Fitri, Siska
Amelia
ABSTRAK
Pendahuluan
Guru bagi masyarakat awan selama ini dipahami sebagai orang yang pekerjaannya
mengajar.+ Pergeseran pengertian guru dari orang yang pekerjaannya mengajar menjadi
pendidik profesional, tetapi bagi sebagian orang mungkin tidak begitu dimasalahkan. Guru
memiliki pengaruh yang luar biasa bagi arah pengembangan pendidikan di Indonesia
pergeseran pemahaman terhadap guru dari mengajar menjadi pendidik sudah menjadi
keputusan hukum di Indonesia yang telah disahkan baik aturan tentang Guru dan Dosen.
Hukum memberikan penjelasan guru sebagai pendidik profesional ketimbang sebagai orang
yang pekerjaannya mengajar dengan kemampuan tenaga professional. Siswa akan terdorong
untuk belajar manakala mereka memiliki motivasi untuk belajar. 1) Kuatnya kemauan untuk
berbuat, 2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar, 3) Kerelaan meninggalkan
kewajiban atau tugas yang lain, 4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Pembahasan
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang
ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi tercapainya
suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiap siagaan).
Perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan di
dahului dengan stimulus untuk mencapai adanya tujuan. Dalam kegiatan belajar, motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan,
menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan
dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Pengamatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk gerakan yang dilakukan terhadap
suatu objek yang dikerjakannya. Jadi secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan itu tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan,
keterampilan,sikap, pengertian, harga diri, minat, watak maupun penyesuaian diri.
Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh banyak faktor, satu diantaranya
adalah motivasi belajar. Masing-masing siswa memiliki motivasi belajar yang berbeda satu
dengan yang lain. Perbedaan semacam ini memiliki dampak yang berbeda pula ketika siswa
mengikuti pelajaran. Hal ini terjadi juga karena adanya perbedaan kebutuhan masing-masing
siswa dalam proses pembelajaran. Perbedaan motivasi belajar siswa semacam ini menjadikan
suatu kasus yang harus dipahami oleh seorang guru dan pada akhirnya harus ditemukan
sebuah solusi untuk menyelesaikannya.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling berkaitan dan memiliki daya
pengaruh yang kuat satu dengan yang lain. Motivasi belajar muncul karena adanya faktor
intrinsik, yaitu berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil serta dorongan kebutuhan belajar.
Faktor ekstrinsiknya yaitu adanya pengakuan terhadap lingkungan belajar yang kondusif,
nyaman dan menarik. Motivasi belajar pada hakikatnya adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa dengan indikator-indikator yang mendukung (Rohman, 2018).
dalam (Aritonang, 2008) Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini
diantaranya adalah: (a) minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu.
Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat (b)
motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah sama. Motivasi belajar
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa,
kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar, dan upaya guru
membelajarkan siswa.
Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini di antaranya adalah lingkungan sosial. Yang
dimaksud dengan lingkungan sosial di sini yaitu manusia atau sesama manusia, baik manusia
itu hadir ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar,
sering mengganggu aktivitas belajar. Salah satu dari lingkungan sosial tersebut yaitu
lingkungan siswa di sekolah yang terdiri dari teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala
sekolah serta karyawan lainnya yang dapat juga mempengaruhi proses dan hasil belajar
individu.
Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang tercermin dalam bukunya
"Motivation and Personality" la mengajukan teori tentang hierarchy of needs. Kebutuhan-
kebutuhan atau needs ini adalah innate, yaitu:
3. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki (the belongingness and love needs)
Apabila kebutuhan yang satu telah terpenuhi, maka kebutuhan yang lebih tinggi
menuntut untuk dipenuhi, demikian seterusnya. Kebutuhan untuk aktualisasi diri merupakan
kebutuhan yang paling tinggi.
Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih me- musatkan
perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman
sifat manusia, selain mempelajari perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku yang
tidak nampak mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran. Introspeksi
sebagai suatu metode penelitian yang telah disingkirkan, harus dikembalikan lagi sebagai
metode penelitian psikologi Psikologi harus mempelajari manusia bukan sebagai tanah liat
yang pasif, yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar, tetapi manusia adalah makhluk
yang aktif, menentukan geraknya sendiri, ada kekuatan dari dalam untuk menentukan
perilakunya (Daulay, 2014).
Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu:
1. Memusatkan perhatian pada orang yang mengalami, dan karenanya berfokus pada
pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempe- lajari manusia.
4. Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan
martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap
individu.
Pengertian Humanistik
Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik, proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar
humanistik sifatnya lebih abstrak danlebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian
dan psikoterapi, daripada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat
mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih
banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-
citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain,
teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada
pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikjaji
oleh teori-teori belajar lainnya.
Dalam pelaksanaannya, teori humanistik ini antara lain tampak juga dalam
pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna
atau ‟meaningful learning”. Yang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan
bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan
pengalaman emosional dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari
pihak si belajar,maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif
yang telah dimilikinya. Teori humanistic berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri,
pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar, secara optimal. Pemahaman terhadap
belajar yang diidealkan menjadikan teori humanistic dapat memanfaatkan teori belajar
apapun asal tujuannya untuk memanusiakan manusia. Hal ini menjadikan teori humanistik
bersifat sangat elektik. Tidak dapatdisangkal lagi bahwa setiap pendirian atau pendekatan
belajar tertentu, akan ada kebaikan dan ada pula kelemahannya. Dalam arti ini eklektisisme
bukanlah suatu sistem dengan membiarkan unsure-unsur tersebut dalam keadaan
sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanistic akan memanfaatkan teori-teori apapun,
asal tujuannya tercapai, yaitu memanusiakan manusia. Manusia adalah makhluk yang
kompleks (Perni, 2018).
Tahap-Tahap Humanistik
Pandangan Para Tokoh Penganut Aliran Humanistik Terhadap Belajar. Banyak tokoh
penganut aliran humanistic, diantaranya adalah Kolb yang terkenal dengan “Belajar Empat
Tahap”nya, Honey dan Mumford dengan pembagian tentang macam-macam siswa, hubermas
dengan “Tiga macam tipe belajar”nya, serta Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan
“Taksonomi Bloom”nya. Pandangan masing-masing tokoh terhadap belajar dideskripsikan
sebagai berikut:
dalam (Perni, 2018) Pandangan Kolb terhadap Belajar. Kolb seorang ahli penganut
aliran humanistic membagi tahap-tahap belajar menjadi 4, yaitu a) Tahap pengalaman
konkret, b) Tahap pengamatan aktif danreflektif, c) tahap konseptualisasi, dan d) Tahap
eksperimentasi aktif.
a. Tahap pengalaman konkret Pada tahap paling awal atau dalam peristiwa belajar
adalah seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian
sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceritakan peristiwa
tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang
hakikat dari peristiwa tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa adanya, dan
belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum
dapat memahami mengapa peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu. Kemampuan inilah
yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap paling awal dalam proses belajar.
b. Tahap pengamatan aktif dan reflektif Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah
bahwa seseorang makinlama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif
terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untukmencari jawaban dan
memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan reflaksi terhadap peristiwa yang dialaminya,
dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa
hal itu mesti terjadi. Pemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya semakin
berkembang. Kemampuan inilah yang dimiliki seseorang pada tahap kedua dalam proses
belajar.
c. Tahap konseptualisasi Tahap ketiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah
mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau
hukumdan prosedur tentang sesuatu yangmenjadi objek perhatiannya. Berpikir induktif
banyak dilakukan untuk merumuskan suatu aturan umumataugeneralisasi dari berbagai
contoh peristiwa yang dialaminya. Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak
berbeda-beda,namun memiliki komponen-komponen yang sama yang dapat dijadikan dasar
aturan bersama.
d. Tahap eksperimentasi aktif Tahap terakhir dari peristiwa belajar menurut Kolb
adalah melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang sudah mampu
mengaplikasikan kosep-konsep, teori-teori, atau atuaran-aturan ke dalam situasi nyata.
Berpikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan danmenguji teori-teori serta
konsep-konsep di lapangan. Ia tidak lagi mempertanyakan asal usul teori atau suatu rumus,
tetapi ia mampu menggunakan teori atau rumus-rumus tersebut untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya, yang belum pernah ia jumpai sebelumnya. Tahap-tahap belajar demikian
dilukiskan oleh Kolb sebagai suatu siklus yang berkesinambungan dan berlangsung diluar
kesadaran orang yang belajar. Secara teoretis tahap-tahap belajar tersebut memang dapat
dipisahkan, namun dalam kenyataannya proses peralihan dari satu tahap ke tahap belajar di
atasnya sering kali terjadi begitu saja sulit untuk ditentukan kapan terjadinya.
Oleh karena itu, layanan bimbingan kelompok dianggap sebagai layanan yang
efektif untuk mengatasi masalah motivasi belajar yang dihadapi oleh siswa. Melalui
layanan bimbingan kelompok, siswa diminta untuk ber BMB3 (berpikir, merasa, bersikap,
bertindak dan bertanggung jawab)terkait dengan topik yang dibahas. Siswa yang memiliki
masalah dalam motivasi belajar dan berperilaku membolos akan memperoleh berbagai hal
yang sangat berguna bagi pemecahan masalahnya. Selain itu, anggota kelompok lain yang
ikut berperan aktif selama kegiatan layanan berlangsung akan meperoleh berbagai
informasi, wawasan, pemahaman, nilai dan sikap, dan berbagai alternatif yang dapat
memperkaya serta dapat dipraktikkan apabila mengalami masalah yang sama. Dengan
demikian, layanan bimbingan kelompok tidak hanya mengentaskan permasalahan yang
dialami oleh anggota kelompok tetapi juga dapat mencegah timbulnya perilaku yang tidak
diinginkan serta mengembangkan/ mempertahankan perilaku anggota kelompokyang baik.
1. Tahap Pembentukkan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan
diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin
dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan
tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari
bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta
menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada
masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara
menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang
lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.
2. Tahap Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya
jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat
segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada
kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok
enggan memasuki tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam
keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas,
membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.
2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan
pada tahap selanjutnya;
3. Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi
dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian
yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin
dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan
tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau
topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat
terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya
seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur
tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
4. Tahap Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada
berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok
itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong
kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh.
Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti
melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada
beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
Hasil Pembahasan
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu.1993. Cara Belajar Mandiri Dan Sukses. Solo:CV Aneka Cipta.
Aritonang, K. T. (2008). Minat dan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Jurnal
pendidikan penabur, 7(10), 11-21.
Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta: CV.Andi Offset. Harbeng Masni, Strategi
Meningkatkan Motivasi Belajar
Perni, N. N. (2018). Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran. Adi Widya:
Jurnal Pendidikan Dasar, 3(2), 105-113.
Rahman, Sunarti. "Pentingnya motivasi belajar dalam meningkatkan hasil belajar." Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Dasar. 2022.
Suprihatin, Siti. "Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa." Jurnal
Pendidikan Ekonomi UM Metro 3.1 (2015): 73-82.