Anda di halaman 1dari 15

Minat Belajar Siswa

Posted by Hadi Susanto on 12 Mei 2013


Posted in: Uncategorized. & Komentar

A.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Sejak
kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan
oleh setiap manusia agar dapat melakukan aktivitas sosial di masyarakat tempat mereka berada. Adalah suatu
kenyataan, anak sebagai makhluk yang belum dewasa harus ditolong, dibantu, dibimbing, serta diarahkan agar
dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui
pendidikan formal di sekolah.
Pendidikan adalah tujuan sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia, sebagai
suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang
berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan semuanya berkaitan dalam suatu sistem
pendidikan yang integral (Djamarah, 2005:22). Para ahli pendidikan telah menyadari bahwa mutu pendidikan
sangat tergantung pada kualitas guru dan praktek pembelajarannya, sehingga peningkatan kualitas
pembelajaran merupakan isu mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional (Marsigit, 2005:1).
Pendidikan pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembalikan dan meningkatkan aktifitas guru dan
siswa.
Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi sangat tergantung pada
kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar
sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran. Rendahnya mutu pendidikan pembelajaran dapat
diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana
dan prasarana yang kurang memadai, minat dan motivasi yang rendah, kinerja guru yang rendah akan
menyebabkan pembelajaran kurang efektif.
Menurut Susilo (1998:42) guru matematika yang baik adalah guru yang mampu mengatasi dan
menyelesaikan masalah pembelajaran didalam kelas secara bijaksana. Belajar dan mengajar pada dasarnya
adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Tujuan yang
hendak dicapai agar dapat memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap pelajar sebagai bentuk perubahan
perilaku siswa dalam belajar. Belajar dan strategi belajar merupakan faktor yang dapat menentukan
keberhasilan siswa.
Dalam proses belajar mengajar, hal yang paling berperan adalah cara guru mengajar atau
menyampaikan pelajaran yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa. Dalam hal ini metode yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan dan juga alat peraga yang digunakan akan mempermudah siswa untuk
memahami materi. Metode yang akan digunakan dapat memberikan kesan agar siswa lebih menyenangi
pelajaran tertentu.
Kesulitan maupun kegagalan yang dialami siswa tidak hanya bersumber dari kemampuan siswa yang
kurang tetapi ada faktor lain yang turut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar yaitu faktor dari luar diri
siswa salah satunya adalah kurangnya perhatian siswa saat guru menerangkan, metode yang digunakan guru
juga kurang menarik. Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu kewaktu,
guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat
belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu

meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa
dengan melibatkan siswa secara efektif dalam proses belajar mengajar.
Salah satu metode pembelajaran yang digunakan untuk mengantisipasi kelemahan metode
konvensional adalah pembelajaran dengan menggunakan metode Montessori. Pembelajaran dengan metode
Montessori merupakan suatu pembelajaran dengan unsur permainan (belajar dengan bermain), sehingga siswa
merasa gembira, aktif dan penuh semangat dalam belajar. Kesalahan menggunakan metode dapat menghambat
tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya motivasi dan minat
belajar siswa dalam pembelajaran. Metode Montessori ini dirancang untuk menciptakan kerjasama antar siswa
agar suasana pembelajaran dikelas menarik dan bisa menciptakan suasana kelas yang hidup. Dalam penelitian
ini pada pokok bahasan yang akan dipelajari adalah bangun ruang berupa kubus dan balok, sehingga dalam
penjelasan materi yang akan disampaikan perlu adanya alat bantu untuk mempermudah siswa memahami
materi.
Azhar Arsyad (2002:2) menyatakan media adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam proses
belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran disekolah pada
khususnya. Melalui metode Montessori dengan menggunakan alat peraga pada proses belajar mengajar akan
lebih berkesan dan menarik agar meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa sehingga diperoleh prestasi
atau hasil belajar yang diharapkan.
Motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak siswa didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai. Motivasi yaitu keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Sardiman,
1996: 75). Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan
untuk mencapai sasaran atau kepuasan, keberhasilan belajar seseorang tidak lepas dari motivasi orang yang
bersangkutan, oleh karena itu pada dasarnya motivasi belajar merupakan faktor yang sangat menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Siswa yang memiliki motivasi luas akan mempunyai banyak aktifitas untuk
melakukan kegiatan belajar.
Ditinjau dari segi kekuatan dan kemantapannya, maka motivasi yang timbul dari dalam diri siswa
(internal) akan lebih stabil dan mantap dibandingkan dengan perubahan yang terjadi dilingkungan. Oleh karena
itu banyak sedikitnya motivasi belajar siswa yang ada pada diri siswa akan mempengaruhi prestasi belajar.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar
atau tidak sadar untuk melaksanakan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Faktor lain yang menunjang keberhasilan belajar siswa adalah minat siswa untuk belajar dan
berusaha. Hal ini berarti kesempatan belajar makin banyak dan optimal jika siswa tersebut menunjukkan
keseriuasannya dalam mempelajari matematika sehingga dapat membangkitkan minat dan motivasi untuk
belajar. Siswa yang telah termotivasi dalam belajar matematika, ia akan lebih bersemangat dalam
mempelajarinya sehingga menimbulkan minat belajarnya. Siswa mempunyai minat belajar yang tinggi akan
selalu berusaha mencari, menggali dan mengembangkan potensi dasar (bakatnya), sehingga dapat
menumbuhkan rasa percaya diri.
B.

Pengertian Minat Belajar

Untuk memudahkan pemahaman tentang minat belajar, maka dalam pembahasan ini terlebih dahulu
akan diuraikan menjadi minat dan belajar. Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu (Depdikbud, 1990:58). Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar

sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang
diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian
minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard
yang dikutip oleh Slameto menyatakan Interest is persisting tendency to pay attention to end enjoy some
activity and content (1991:57).
Sardiman A. M. berpendapat bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila
seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhankebutuhannya sendiri (1988:6). Sedangkan menurut Pasaribu dan Simanjuntak mengartikan minat
sebagai suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya
(1983:52). Selanjutnya menurut Zakiah Daradjat, dkk., mengartikan minat adalah kecenderungan jiwa yang
tetap ke jurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang (1995:133).
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikutip di atas dapat
disimpulkan bahwa, minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang
digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat.
Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah melalui beberapa proses belajar untuk
mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya, dan hanya dengan belajar maka ia akan dapat mengetahui,
mengerti, dan memahami sesuatu dengan baik. Prestasi belajar adalah hasil yang diberikan oleh guru kepada
siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil perbuatan belajar (Wuryani, 2002:408). Prestasi belajar
sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya
menyebutkan hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk
kebutuhan anak di dalam suatu program pendidikan (Maslow, 1994: 59-62). Tingkat prestasi siswa secara
umum dapat dilihat pencapian (penguasaan) siswa terhadap materi pembelajaran. Apabila bahan pelajaran
yang diajarkan kurang dari 65% yang dikuasai oleh siswa peserta didik maka persentase keberhasilan siswa
pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah (Djamarah, 2000: 18).
Sebagaimana dipahami bersama, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar berupa;
kecerdasan, minat (motivasi), konsentrasi, kesehatan jasmani, ambisi dan tekad, lingkungan, cara belajar,
perlengkapan, sifat-sifat negative (Thabrany, 1994: 21-41). Lingkungan sekolah yang aman dan tertib,
optimisme dan harapan yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang
berpusat pada siswa merupakan iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa (Slameto,
2003: 64). prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor sebagai berikut: (1) Faktor dari luar dan
instrumental, lingkungan terdiri dari alam dan sosial. Instrumental terdiri dari kurikulum, program, sarana,
fasilitas dan guru (tenaga pengajar) dan (2) Faktor dalam terdiri dari fisiologi dan psikologi, fisiologi terdiri
dari kondisi fisik secara umum dan kondisi panca indera. Psikologi terdiri dari kecerdasan siswa, minat, minat
(motivasi) serta kemampuan kognitif (Suryabrata, 1998: 167).
Lingkungan belajar di sekolah merupakan situasi yang turut serta mempengaruhi kegiatan belajar
individu. Hamalik, (2001: 195) menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang
memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu. Kondisi lingkungan belajar yang kondusif baik
lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah akan menciptakan ketenangan dan kenyamanan siswa dalam
belajar, sehingga siswa akan lebih mudah untuk menguasai materi belajar secara maksimal. Slameto, (2003:
72) menyatakan lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap
anak atau siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Lingkungan pendidikan dibedakan menjadi tiga
bagian yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Ahmadi dan Uhbiyanti,
1992: 66). Adapun lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan belajar yang berada
disekitar siswa yaitu rumah (keluarga) dan sekolah.

Keadaan keluarga yang kurang harmonis, orang tua kurang perhatian terhadap prestasi belajar siswa
dan keadaan ekonomi yang lemah atau berlebihan bisa menyebabkan turunnya prestasi belajar anak (Hamalik,
2001: 194). Cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan jelas akan memberikan pengaruh terhadap
belajar siswa (Slameto, 2003: 60-64). Demikian juga dengan lingkungan sekolah, kondisi lingkungan sekolah
juga dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain adanya guru yang baik dan jumlah yang cukup memadai
sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah
yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman dan keharmonisan
diantara semua personil sekolah (Hakim, 2002: 18). Aspek lingkungan sekolah meliputi: (1) Relasi guru dan
siswa, Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar
kurang lancar. juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar, (2)
Relasi siswa dengan siswa, Bila di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat, maka jiwa
kelas tidak terbina bahkan hubungan kebersamaan siswa tidak tampak, (3) Sarana belajar, Sarana belajar yang
cukup memadai membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar, dan (4) Disiplin sekolah, Peraturan sekolah
yang tegas dan tertib akan membantu kedisiplinan siswa dalam menjalankan kegiatan belajar (Slameto, 2003:
65-69).
Faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi belajar akuntansi adalah motivasi/minat belajar.
Motivasi/minat dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitasaktivitas tertentu dalam mencapai tujuan (Sardiman, 2004: 73). Menurut Donald dalam Sardiman,
(2004: 73), Motivasi (minat) adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Maksud dari pernyataan
tersebut adalah motivasi (minat) akan menyebabkan terjadinya perubahan energi yang ada dalam diri individu,
sehingga akan berkaitan dengan persoalan gejala kejiwaan atau psikologi seseorang, perasaan dan juga emosi,
untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Motivasi (minat) belajar mempunyai fungsi untuk (a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi
sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, (b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan
yang hendak dicapai, dan (c) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut (Sardiman, 2004: 85). Donald dalam Soemanto, (1998: 203) memberikan definisi minat
(motivasi) sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif
dan reaksi-reaksi dalam usaha-usaha mencapai tujuan. Dorongan afektif tersebut terlihat nyata dalam tingkah
laku manusia.
Hamalik, (2001: 158) berpendapat bahwa minat (motivasi) adalah perubahan energi dalam diri
(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Tanpa adanya
tujuan, orang tidak akan berminat (motivasi) untuk berbuat sesuatu. Seorang siswa melakukan kegiatan belajar
selalu mempunyai tujuan mengapa ia melakukan kegiatan belajar tersebut. Oleh karena itu, minat (motivasi)
merupakan faktor penting dalam kegiatan belajar. Adanya minat (motivasi) diharapkan dapat memperoleh hasil
yang memuaskan dalam setiap kegiatan. Hamalik, (2001: 110) yang menyatakan bahwa belajar tanpa adanya
minat (motivasi) kiranya sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal. Hal ini juga didukung oleh
pendapat Dalyono, (1997: 57) yang menyatakan bahwa kuat lemahnya minat (motivasi) seseorang turut
mempengaruhi keberhasilan. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar, minat (motivasi) dalam belajar perlu
diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh
tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis
bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.
Dalam kegiatan proses pembelajaran, minat/motivasi merupakan aspek yang sangat penting, hal ini
dikarenakan (a) motivasi (minat) memberi semangat terhadap seorang peserta didik dalam kegiatan-kegiatan
belajarnya, (b) motivasi (minat) perbuatan merupakan pemilih dari tipe kegiatan-kegiatan dimana seseorang

berkeinginan untuk melakukannya, dan (c) motivasi (minat) juga memberi petunjuk pada tingkah laku
(Rusyan, dkk., 1989: 96-97). Sardiman, (2004: 83) mengemukakan ciri-ciri seseorang yang memiliki minat
(motivasi) tinggi yaitu berupa; (1) Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai), (b) Ulet menghadapi kesulitan ridak (tidak lekas putus asa),
(c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, (d) Lebih senang bekerja mandiri, (e) Cepat
bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang berifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang
kreatif), (f) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yankin akan sesuatu), (g) Tidak mudah
melepaskan hal yang diyakini itu, dan (h) Senang mencari dan memecahkan maslah soal-soal.
Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan
ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan pelajaran
tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat belajar. Menurut M. Alisuf
Sabri Minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus
menerus, minat belajar ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat belajar itu
terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat belajar kepada sesuatu berarti ia sikapnya
senang kepada sesuatu (1995 : 84).
Ahli lain mengatakan bahwa minat belajar adalah .kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 2001 : 136). Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba,
Minat belajar adalah .kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu
itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu (1980 : 79). Menegaskan pendapat
tersebut, Mahfudh Shalahuddin mengemukakan bahwa minat belajar adalah .perhatian yang mengandung
unsur-unsur perasaan. Dengan begitu minat belajar, sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang
aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat belajar dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan (1990
: 95). Sedangkan menurut Crow dan Crow bahwa .minat belajar atau interest bias berhubungan dengan daya
gerak yang mendorong kita untuk cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa
berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (dalam Abd. Rachman Abror, 1993 :
112).
Dari kelima pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa minat belajar akan timbul apabila
mendapatkan rangsangan dari luar. Dan kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat
menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif didalamnya. Perasaan senang ini timbul
dari lingkungan atau berasal dari objek yang menarik.
Belajar menurut bahasa adalah usaha (berlatih) dan sebagai upaya mendapatkan kepandaian
(Poerwadarminta, 1976:965). Sedangkan menurut istilah yang dipaparkan oleh beberapa ahli, di antaranya oleh
Ahmad Fauzi yang mengemukakan belajar adalah Suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau
diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (atau rangsang) yang terjadi (2004:44). Kemudian Gronback
mengatakan Learning is show by a behavior as a result of experience (dalam Slameto, 1991:2). Selanjutnya
Moh.Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka
lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (2002:4). Nana Sudjana mengatakan belajar adalah proses
yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses
yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat,
mengamati, memahami sesuatu (1987:28).
Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan
tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun
sikapnya (afektif). Sedangkan dari pengertian minat dan pengertian belajar seperti yang telah diuraikan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian

dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik
berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.
C.

Unsur-Unsur Minat dan Fungsi Minat dalam Belajar

1.

Unsur-unsur Minat

a.

Perhatian

Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini akan berpengaruh
pula terhadap minat siswa dalam belajar. Menurut Sumadi Suryabrata perhatian adalah banyak sedikitnya
kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan (1989:14).. Kemudian Wasti Sumanto berpendapat
bahwa perhatian adalah pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu obyek, atau
pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas (1984:32). Aktivitas yang disertai dengan perhatian
intensif akan lebih sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi. Maka dari itu sebagai seorang guru harus
selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya sehingga mereka mempunyai minat terhadap pelajaran
yang diajarkannya. Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang besar. Ia
tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas tersebut. Oleh karena itu seorang siswa yang
mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang
bagus yaitu dengan belajar.
b.

Perasaan

Unsur yang tak kalah pentingnya adalah perasaan dari anak didik terhadap pelajaran yang diajarkan
oleh gurunya. Perasaan didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya
berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf
(Suryabrata, 1989:66). Tiap aktivitas dan pengalaman yang dilakukan akan selalu diliputi oleh suatu perasaan,
baik perasaan senang maupun perasaan tidak senang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi
mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan
sesuatu. Yang dimaksud dengan perasaan di sini adalah perasaan senang dan perasaan tertarik. Perasaan
merupakan aktivitas psikis yang di dalamnya subjek menghayati nilai-nilai dari suatu objek (Winkell,
1983:30).
Perasaan sebagai faktor psikis non intelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat belajar.
Jika seorang siswa mengadakan penilaian yang agak spontan melalui perasaannya tentang pengalaman belajar
di sekolah, dan penilaian itu menghasilkan penilaian yang positif maka akan timbul perasaan senang di hatinya
akan tetapi jika penilaiannya negatif maka timbul perasaan tidak senang. Perasaan senang akan menimbulkan
minat, yang diperkuat dengan sikap yang positif. Sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat dalam
mengajar, karena tidak adanya sikap yang positif sehingga tidak menunjang minat dalam belajar.
c.

Motif

Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif
dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan kreativitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan (Sardiman, 1986:73). Menurut Sumadi Suryabrata, motif adalah keadaan dalam
pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencari suatu tujuan
(1989:32). Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam hal ini motivasi
sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Dan minat merupakan potensi psikologi

yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia
akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu.
Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik
bergeming untuk mencatat apa-apa yang telah disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda bahwa
didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus bisa membangkitkan minat
didik. Sehingga anak didik yang pada mulanya tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu
dicari muncullah minatnya untuk belajar.

tidak
anak
anak
yang

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi
dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang
akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang tertentu
selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah
tentu membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya
sendiri. Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia
berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.
2.

Fungsi Minat dalam Belajar

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang.
Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi
tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.
Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul
Wahid sebagai berikut.
a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. Sebagai contoh anak yang berminat pada olah
raga maka cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang anak yang
berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-citanya menjadi dokter.
b.
Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa
mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan.
c. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. Minat seseorang meskipun diajar oleh guru
yang sama dan diberi pelajaran tapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah
pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap mereka dan daya
serap ini dipengaruhi oleh intensitas minat mereka.
d. Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat
membawa kepuasan. Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak kecil sebagai misal akan
terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan. Apabila ini terwujud maka semua suka duka
menjadi guru tidak akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela. Dan
apabila minat ini tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi yang akan dibawa sampai mati
(Abdul Wahid, 1998:109-110).
Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai peranan dalam melahirkan
perhatian yang serta merta, memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian
dari luar (The Liang Gie, 2004:57). Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut tidak akan
belajar dengan sebaik- baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan pelajaran itu
menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah
kegiatan belajar.
Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang
mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk

tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. mereka hanya tergerak untuk
mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu untuk memperoleh
hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan
mendorong ia untuk terus belajar.
D.

Aspek-aspek Minat Belajar

Seperti yang telah di kemukakan bahwa minat belajar dapat diartikan sebagai suatu ketertarikan
terhadap suatu objek yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni segala hal yang
berkaitan dengan minat belajarnya tersebut. Minat belajar yang diperoleh melalui adanya suatu proses belajar
dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian menghasilkan suatu penilaian . penilaian
tertentu terhadap objek yang menimbulkan minat belajar seseorang.
Penilaian-penilaian terhadap objek yang diperoleh melalui proses belajar itulah yang kemudian
menghasilkan suatu keputusan mengenal adanya ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap objek
yang dihadapinya. Hurlock mengatakan .minat belajar merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar.
Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat belajar memiliki dua aspek yaitu:
a. Aspek Kogniti. Aspek ini didasarkan pada konsep yang dikembangkan seseorang
mengenai bidang yang berkaitan dengan minat belajar. Konsep yang membangun
aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan.
b. Aspek Afektif. Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan
dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat belajar.
Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam meminatkan tindakan seseorang
(Hurlock, 1990 : 422).
Berdasarkan uraian tersebut, maka minat belajar terhadap mata pelajaran yang dimiliki seseorang
bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang
yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif dan afektif seseorang terhadap
objek minat belajar adalah positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat
belajar.
E.

Indikator Minat Belajar

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator adalah alat pemantau (sesuatu) yang dapat
memberikan petunjuk/keterangan (Depdikbud, 1991: 329). Kaitannya dengan minat belajar siswa maka
indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat belajar. Ada beberapa
indikator siswa yang memiliki minat belajar belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar di
kelas maupun di rumah.
1.

Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran Sains misalnya, maka ia
harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan Sains. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk
mempelajari bidang tersebut.
2.

Perhatian dalam Belajar

Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat belajar. Perhatian merupakan konsentrasi
atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain
dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat belajar pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan
memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat belajar terhadap pelajaran Sains, maka
ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.
3.

Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik

Tidak semua siswa menyukai suatu mata pelajaran pelajaran karena faktor minat belajarnya sendiri.
Ada yang mengembangkan minat belajarnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya,
teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minat
belajarnya terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong
siswa yang berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran
sebagai berikut.
Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata
pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya
terutama kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya
diketahui oleh orang lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontroldiri, selalu
mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya (1996 :
88).
4.

Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran

Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan juga bahan pelajaran serta sikap guru
yang menarik. Adanya manfaat dan fungsi pelajaran (dalam hal ini pelajaran Sains) juga merupakan salah satu
indikator minat belajar. Karena setiap pelajaran mempunyai manfaat dan fungsinya. Seperti contoh misalnya
pelajaran Sains banyak memberikan manfaat kepada siswa bila SAINS tidak hanya dipelajari di sekolah tetapi
juga dipelajari sebaliknya bila siswa tidak membaca pelajaran Sains maka siswa tidak dapat merasakan
manfaat yang terdapat dalam pelajaran Sains tersebut.
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat belajar terutama minat belajar yang
tinggi. Minat belajar itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi
munculnya minat belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar belajar siswa antara
lain sebagai berikut.
1.

Minat

Minat belajar seseorang akan semakin tinggi bila disertai minat, baik yang bersifat internal ataupun
eksternal. Menurut D.P. Tampubolon minat belajar merupakan .perpaduan antara keinginan dan kemampuan
yang dapat berkembang jika ada minat (1993 : 41). Seorang siswa yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan

tentang tafsir misalnya, tentu akan terarah minat belajarnya untuk membaca buku-buku tentang tafsir,
mendiskusikannya, dan sebagainya.
2.

Belajar

Minat belajar dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar siswa yang semula tidak
menyenangi suatu pelajaran tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran
tersebut, minat belajar pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini
sesuai dengan pendapatnya Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D.G bahwa .minat belajar akan timbul dari
sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar
semakin luas pula bidang minat belajar (1989 : 68).
3.

Bahan Pelajaran dan Sikap Guru

Faktor yang dapat membangkitkan dan merangsang minat belajar adalah faktor bahan pelajaran yang
akan diajarkan kepada siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat belajar siswa, akan sering dipelajari oleh
siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik minat belajar siswa tentu akan
dikesampingkan oleh siswa, sebagaimana telah disinyalir oleh Slameto bahwa minat belajar mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat belajar siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya
(1991 : 187).
Guru juga salah satu obyek yang dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar belajar siswa.
Menurut Kurt Singer, Guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya, berarti telah
melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan murid-muridnya (1987 : 93). Guru
yang pandai, baik, ramah , disiplin, serta disenangi murid sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan
minat belajar murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh murid, akan sukar
dapat merangsang timbulnya minat belajar dan perhatian murid.
Bentuk-bentuk kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi timbulnya minat belajar siswa. Oleh
karena itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia harus mengetahui dan
memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai denga tingkatan kecerdasan para
siswanya, artinya guru harus memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.
4.

Keluarga

Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh
dalam menentukan minat belajar seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga sangat
berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses perkembangan minat belajar diperlukan
dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua.
5.

Teman Pergaulan

Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah minat belajarnya oleh teman-temannya,
khususnya teman akrabnya. Khusus bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam pergaulan
itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersamasama untuk mengurangi ketegangan dan
kegoncangan yang mereka alami.

6.

Lingkungan

Melalui pergaulan seseorang akan terpengaruh minat belajarnya. Hal ini ditegaskan oleh pendapat
yang dikemukakan oleh Crow& Crow bahwa .minat belajar dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari
pengalaman mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal (1988 : 352). Lingkungan sangat berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak,
sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam
dan iklimnya, flora serta faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya (M.
Dalyono, 1997 : 130).
7.

Cita-cita

Setiap manusia memiliki cita-cita di dalam hidupnya, termasuk para siswa. Cita-cita juga
mempengaruhi minat belajar belajar siswa, bahkan cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari
minat belajar seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang. Cita-cita ini senantiasa dikejar
dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang meSainspun mendapat rintangan, seseorang tetap beruaha untuk
mencapainya.
8.

Bakat

Melalui bakat seseorang akan memiliki minat belajar. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila
seseorang sejak kecil memiliki bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat belajar dalam
hal menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia akan membencinya atau
merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu, dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun
aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat dimiliki.
9.

Hobi

Bagi setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat belajar.
Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam dirinya
timbul minat belajar untuk menekuni ilmu matematika, begitupun dengan hobi yang lainnya. Dengan
demikian, faktor hobi tidak bias dipisahkan dari faktor minat belajar.
10.

Media Massa

Apa yang ditampilkan di media massa, baik media cetak atau pun media elektronik, dapat menarik
dan merangsang khalayak untuk memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut istilah, gaya
hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat belajar khalayak dapat terarah pada apa yang dilihat,
didengar, atau diperoleh dari media massa.
11.

Fasilitas

Berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana, baik yang berada di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat memberikan pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai contoh, bila fasilitas yang mendukung

upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat belajar anak untuk menambah wawasannya. Tetapi
apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat belajar pendidikannya, seperti merebaknya tempattempat
hiburan yang ada di kota-kota besar, tentu hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat belajar tersebut.
Referensi
Abror, Abd. Rachman. Psykologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Ahmad, Fauzi. 2004. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyanti. 1992. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rhineka Cipta.
Badudu, J.S, dan Sultan M. Zein. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Dalyono, 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiah dkk. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara,
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta : Rhineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional,
Efendi, Usman dan Juhaya S Praja. 1993. Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa
Gie, The Liang. 2004. Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
Habeyh. 1974. Kamus Populer. Jakarta: Centre.

Hadari Nawawi. 1981. Pengaruh Hubungan Manusia dikalangan Murid terhadap Prestasi Belajar di
SD. Jakarta: Analisa

Pendidikan

Hakim, Thursan. 2002. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Suara.


Hallen A., . 2002. Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Herman Wasito. 1992. Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hlen. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers
Hurlock, Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga.
Imran, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Kurt Singer, 1987. Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Terj. Bergman Sitorus). Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Marimba, Ahmad D. 1980. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Alma.arif.
Nasution, S. 1998. Didaktik Azas-Azas Mengajar, Bandung: Jemmar.
Nasution, S. 1998. Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung; Jemmars.
Naziri, Mohamad. 1998. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pasaribu, IL., dan Simanjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Poerwadarminta, W.J.S. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Rusyan, A. Tabrani dkk. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : CV. Remaja
Karya.
Sabri, M. Alisuf. 1995. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya

Sardiman A. M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali
Sardiman A. M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Shahuddin, Mahfudh. 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu.
Singer, Kurt. 1987. Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Terj. Bergman Sitorus), Bandung: Remaja
Rosda Karya,
Singgih D.Gunarsa. dan Ny. SDG. 1989. Psikologi Perawatan. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengaja. Bandung: Balai Pustaka.
Sudjana, Nana. 1992. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Sumanto, Wasty. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Suryabrata, Sumadi. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.
Sutrisno Hadi. 1991. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset.
Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Syah, Muhibin. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Syah,

Muhibin. 2001 Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja

Rosdakarya.
Tampubolon, D.P. 1993. Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak, Bandung: Angkasa,.
Thabrany, Hasbullah. 1994. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada..
Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati. 2002. Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar mengajar.
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Wahid, Abdul. 1998. Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak dalam Chabib Toha (eds), PBMPAI di
Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Winkell, WS. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Wuryani, Sri Estuti. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.

Anda mungkin juga menyukai