PEMBELAJARANNYA
BIDANG STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Disusun Oleh:
SUMIARA
2290224951450
1. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari prinsip : (1) Pembelajaran
Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level)?
keseluruhan perangkat kerja yang saling berkaitan baik dari filosofi kerja atau pendekatan
dalam pengembangan anak yang pad aintinya pembelajaran menyenangkan dan asik, pada
pembahasan ini ada beberapa hal baru juga yang saya dapatkan bahwa terkait dengan
miskonsepsi yang sebenarnya akan terlalu sempit pola pikir jika memahami
bahkan tidak ada sama sekali. Sekali lagi kekeliruan ini disebabkan oleh keterbatasan
sudut pandang orang yang mengemukakan bahwa guru cukup melakukan pengarahan dan
mengetahui proses dari awal pembelajaran sampai di tahap refleksi yang dilakukan
pedagogy bahwa hal baru yang saya dapatkan dari penjelasan ini bahwa guru dituntut untuk
memahami dan mengajarkan mendalami terkait kultural budaya , namun harus dipahami juga
bahwa bisa saja ini akan melenceng dari tugas profesi guru yang sebenarnya karena kita
dihadapkan pada perubahan yang sangat cepat di satu sisi dan tuntutan guru sebagai
agen budaya yang berfungsi sebagai pelanjut dan pengembang budaya pada sisi
berlebihan pada satu sisi an-sich, akan menimbulkan ketimpangan ketimpangan dalam
mempersiapkan guru yang dapat menjalankan tugas profesinya, Diperlukan adanya para
pemikir yang kritis terhadap praksis pendidikan guru yang selama ini begitu dominan
mengadopsi teori-teori pendidikan guru yang diimpor dari negara maju, sehingga
masih memberi ruang sangat terbatas bagi tumbuh kembangnya nilai pendidikan yang
lebih variatif dan akomodatif terhadap keragaman budaya lokal (Semali dan Kinchelo,
2002; Nakaya, 2004; Trunbull dan Pacheco, 2005). Jadi tidak akan heran jika kadang
kita akan selalu mengadopsi dari uar buadaya-budaya namun belum sepenuhnya bias
diterapkan di Indonesia secara merata. 3. Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right
level) bahwa Pengajaran Sesuai Level (Teaching at the Right Level (TaRL)) , pada umumnya
di Indonesi pendidikan dikelompokkan sesuai dengan umur, padahal dikaji lebih mendalam
lagi bahwa persamaan umur tidak menjamin bahwa perkembanagn belajar anak akan sama,
maka dari itu guru harus pandai-pandai dalam memahami perkembangan peserta didik serta
kebutuhan apa yang mereka butuhkan. Dalam hal ini guru seharusnya teaching at the Right
merupakan proses intervensi yang harus dilakukan guru dengan memberikan masukan
ditemukan. Peserta didik tidak terikat pada tingkatan kelas, namun di sesuaikan
berdasarkan kemampuan peserta didik yang sama. Setiap fase, ataupun tingkatan
peserta didik akan disusun mengacu pada capaian pembelajaran tersebut, namun
Jawaban : Pada bagian Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) yang paling
menantang dikarenakan sistem pembelajaran di Indonesia yang masih menyama ratakan dari
segi umur padahal tingkat perkembangan anak yang berbeda-beda, namun tidak dapat di
pungkiri jika ini akan dilakukan maka untuk saat ini masih akan banyak PR yang akan
dilakukan dan belum sepuhnya akna berhasil jika digunakan di Indonesia mengingat bahwa
terkait dari fasiltas tenaga pengajar dan jajaran lainnya masih belum terlalu mahir di tahap
ini.
4. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan prinsip : (1) Pembelajaran
Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level)?
Jawaban : Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) bagaimana mengadopsi teori
ini dan bisa digunakan khusunya di Indonesia yang dari semua aspek belum mencapai ke
tahap itu.
Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait prinsip : (1)
Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right
level), yaitu kegiatan yang bisa Anda lakukan ketika mengapilikasikan prinsip : (1) Pembelajaran
level) secaraefektifdikelasAnda.
Rencana aksi yang akan dilakukan di dalam kelas sesuai dengan ketiga prinsip diatas
adalah
aplikasikan pada saat poses mengajar di sekolah PPL ataupun di tempat menagajr pengabdian
diluar kelas, ini akan memberikan warna baru serta memberikan tugas-tugas dalam bentuk
yang dikaitkan dengan budaya atau kultur yang ada di daerah masing-masing , contoh
siri’na pacce yang di adopsikan di dalam kelas pada saat pembelajaran Dalam budaya
Sulawesi Selatan (Bugis, Makassar, Mandar dan Tana Toraja) ada sebuah istilah atau
semacam jargon yang mencerminkan identitas serta watak orang Sulawesi Selatan, yaitu
siri’ na pacce. Secara lafdziyah siri’ berarti : rasa malu (harga diri), sedangkan pacce atau
dalam bahasa Bugis disebut pesse yang berarti : pedih/pedas (keras, kokoh pendirian).
Jadi pacce berarti semacam kecerdasan emosional untuk turut merasakan kepedihan atau
kesusahan individu lain dalam komunitas (solidaritas dan empati). Layaknya sebuah
tradisi, maka secara turun temurun konsep nilai siri’ na pacce senantiasa akan menjadi
pegangan serta pedoman kehidupan masyarakat Bugis-Makassar. Dalam siri’ na pace
terdapat falsafah nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi; berlaku adil pada diri
sendiri dan terhadap sesame, begaimana hidup dengan tetap memperhatikan kepentingan
orang lain (Azis dkk : 2015). Siswa harus selalu menempatkan rasa malu ini pada
tempatnya , contoh malu untuk melakukan kecurangan menyontek di dalam kelas, serta
malu untuk berbuat kurang baik baik antr teman maupun ke guru nya. Siswa diberikan
rasa untuk empati ke teman-temannya jika ada yang tertimpah musibah dan lain sebagai
nya maka menghadirkan empati dalam jiwa mereka saat ini sungguh sudah semakin
terkikis di dalam jiwa peserta didik, ini yang akna kita olah kembali dan mengingatkan
agar budaya ini tidka luntur serta kepedulian kepada sesame akan semakin tinggi.
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) pada aksi nyata yang akan dilakukan
disini adalah dengan mengelompokkan siswa di dalam kelas sesuai dengan kemmapuan
mereka walaupun dalam satu kelas namun pengelompokkan ini dilakukan untuk membantu
siswa yang mengalami keterlamabatan dalam belajar, sehingga guru juga akan memudahkan
dalam mengontrol siswanya. Contoh kasus yang pernah saya lakukan adalah
diberikan kepada kelompok ini akan berbeda dengan kelompok lainnya karena mereka sudah
mampu dalam hal ini ketika diberikan tugas mereka akan cepat menyelesaikannya dan tim ini
bisa menjadi tutor sebaya ke temannya yang belum terlalu paham. Kemudian
kelompoksedang yang memang masih di berika penagarahan dengan detail namun mereka
sudah mampu memahami setiap tahapamn yang diberikan. Pada kelompok tiga yang level
kemmapuannya renndah pada saat pembelajaran guru perhatiannya akna lebih besar ke
kelompok ini karena memnag mereka perlu dan masih kurang, dibantu oleh teman
sejawatnya maka akna memudahkan motivasi belajar siswa. Selanjutnya setelah pulang
sekolah masih diberikan penguatan diluar teman kelompok yang lainnya, skala ini dilakukan
sebanyak minimal 2 atau tiga kali pertemuan diebrikan penguatan dan dilakuakn secara terus