Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN

PEMBELAJARANNYA

BIDANG STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Disusun Oleh:
SUMIARA
2290224951450

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2022
AKSI NYATA TOPIK 4

1. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari prinsip : (1) Pembelajaran

Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif

Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the

right level)?

2. Jawaban : 1. Pada dasarnya pembelajaran developmentally appropriate practice bahwa

keseluruhan perangkat kerja yang saling berkaitan baik dari filosofi kerja atau pendekatan

dalam pengembangan anak yang pad aintinya pembelajaran menyenangkan dan asik, pada

pembahasan ini ada beberapa hal baru juga yang saya dapatkan bahwa terkait dengan

miskonsepsi yang sebenarnya akan terlalu sempit pola pikir jika memahami

developmentally appropriate secara gamlang, contoh pada Guru yang menerapkan

Developmentally Appropriate Practice (DAP) melakukan pengajaran secara minimal,

bahkan tidak ada sama sekali. Sekali lagi kekeliruan ini disebabkan oleh keterbatasan

sudut pandang orang yang mengemukakan bahwa guru cukup melakukan pengarahan dan

pengendalian pada kenyataannya guru berperan bukan hanya mengendalikan namun

mengetahui proses dari awal pembelajaran sampai di tahap refleksi yang dilakukan

bersama-sama oleh muridnya. 2. Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive

pedagogy bahwa hal baru yang saya dapatkan dari penjelasan ini bahwa guru dituntut untuk

memahami dan mengajarkan mendalami terkait kultural budaya , namun harus dipahami juga

bahwa bisa saja ini akan melenceng dari tugas profesi guru yang sebenarnya karena kita

dihadapkan pada perubahan yang sangat cepat di satu sisi dan tuntutan guru sebagai

agen budaya yang berfungsi sebagai pelanjut dan pengembang budaya pada sisi

lainnya, pendidikan guru dituntut melakukan pembenahan yang berkelanjutan. Tekanan

berlebihan pada satu sisi an-sich, akan menimbulkan ketimpangan ketimpangan dalam
mempersiapkan guru yang dapat menjalankan tugas profesinya, Diperlukan adanya para

pemikir yang kritis terhadap praksis pendidikan guru yang selama ini begitu dominan

mengadopsi teori-teori pendidikan guru yang diimpor dari negara maju, sehingga

kurikulum pendidikan guru lebih akomodatif dan responsif dalam mengintegrasikan

nilai-nilai kultural dalam pendidikan. Tidak dapat dipungkiri pandangan mainstream

masih memberi ruang sangat terbatas bagi tumbuh kembangnya nilai pendidikan yang

lebih variatif dan akomodatif terhadap keragaman budaya lokal (Semali dan Kinchelo,

2002; Nakaya, 2004; Trunbull dan Pacheco, 2005). Jadi tidak akan heran jika kadang

kita akan selalu mengadopsi dari uar buadaya-budaya namun belum sepenuhnya bias

diterapkan di Indonesia secara merata. 3. Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right

level) bahwa Pengajaran Sesuai Level (Teaching at the Right Level (TaRL)) , pada umumnya

di Indonesi pendidikan dikelompokkan sesuai dengan umur, padahal dikaji lebih mendalam

lagi bahwa persamaan umur tidak menjamin bahwa perkembanagn belajar anak akan sama,

maka dari itu guru harus pandai-pandai dalam memahami perkembangan peserta didik serta

kebutuhan apa yang mereka butuhkan. Dalam hal ini guru seharusnya teaching at the Right

merupakan proses intervensi yang harus dilakukan guru dengan memberikan masukan

pembelajaran yang relevan dan spesifik untuk menjembatani perbedaan yang

ditemukan. Peserta didik tidak terikat pada tingkatan kelas, namun di sesuaikan

berdasarkan kemampuan peserta didik yang sama. Setiap fase, ataupun tingkatan

tersebut mempunyai capaian pembelajaran yang harus dicapai. Proses pembelajaran

peserta didik akan disusun mengacu pada capaian pembelajaran tersebut, namun

disesuaikan dengan karakteristik, potensi, kebutuhan peserta didiknya.

3. Bagian manakah dari prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally

appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive


pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) yang paling

menantang untuk diaplikasikan di lapangan?

Jawaban : Pada bagian Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) yang paling

menantang dikarenakan sistem pembelajaran di Indonesia yang masih menyama ratakan dari

segi umur padahal tingkat perkembangan anak yang berbeda-beda, namun tidak dapat di

pungkiri jika ini akan dilakukan maka untuk saat ini masih akan banyak PR yang akan

dilakukan dan belum sepuhnya akna berhasil jika digunakan di Indonesia mengingat bahwa

terkait dari fasiltas tenaga pengajar dan jajaran lainnya masih belum terlalu mahir di tahap

ini.

4. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan prinsip : (1) Pembelajaran

Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif

Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the

right level)?

Jawaban : Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) bagaimana mengadopsi teori

ini dan bisa digunakan khusunya di Indonesia yang dari semua aspek belum mencapai ke

tahap itu.

Setelah melakukan refleksi, tuliskan rancangan / rencana aksi nyata terkait prinsip : (1)

Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif

Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right

level), yaitu kegiatan yang bisa Anda lakukan ketika mengapilikasikan prinsip : (1) Pembelajaran

Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur


(culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right

level) secaraefektifdikelasAnda.

Rencana aksi yang akan dilakukan di dalam kelas sesuai dengan ketiga prinsip diatas

adalah

 Pada Proses pembelajaran developmentally appropriate practice beberapa sudah di

aplikasikan pada saat poses mengajar di sekolah PPL ataupun di tempat menagajr pengabdian

lainnya, yaotu memberikan pembelajaran yang menyenangkan , berpusat pada siswa ,

memberikan metode-metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa tidak membeosankan

serta memvariasikan metode-metode pembelajaran. Contoh nyata pada saat pembelajaran

diberikan ice breaking, kemudian pembelajaran mengenalkan secara langsung pengamatan

diluar kelas, ini akan memberikan warna baru serta memberikan tugas-tugas dalam bentuk

proyek sesuai dengan tema yang telah dipelajari

 Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy adalah pembelajaran

yang dikaitkan dengan budaya atau kultur yang ada di daerah masing-masing , contoh

siri’na pacce yang di adopsikan di dalam kelas pada saat pembelajaran Dalam budaya

Sulawesi Selatan (Bugis, Makassar, Mandar dan Tana Toraja) ada sebuah istilah atau

semacam jargon yang mencerminkan identitas serta watak orang Sulawesi Selatan, yaitu

siri’ na pacce. Secara lafdziyah siri’ berarti : rasa malu (harga diri), sedangkan pacce atau

dalam bahasa Bugis disebut pesse yang berarti : pedih/pedas (keras, kokoh pendirian).

Jadi pacce berarti semacam kecerdasan emosional untuk turut merasakan kepedihan atau

kesusahan individu lain dalam komunitas (solidaritas dan empati). Layaknya sebuah

tradisi, maka secara turun temurun konsep nilai siri’ na pacce senantiasa akan menjadi
pegangan serta pedoman kehidupan masyarakat Bugis-Makassar. Dalam siri’ na pace

terdapat falsafah nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi; berlaku adil pada diri

sendiri dan terhadap sesame, begaimana hidup dengan tetap memperhatikan kepentingan

orang lain (Azis dkk : 2015). Siswa harus selalu menempatkan rasa malu ini pada

tempatnya , contoh malu untuk melakukan kecurangan menyontek di dalam kelas, serta

malu untuk berbuat kurang baik baik antr teman maupun ke guru nya. Siswa diberikan

rasa untuk empati ke teman-temannya jika ada yang tertimpah musibah dan lain sebagai

nya maka menghadirkan empati dalam jiwa mereka saat ini sungguh sudah semakin

terkikis di dalam jiwa peserta didik, ini yang akna kita olah kembali dan mengingatkan

agar budaya ini tidka luntur serta kepedulian kepada sesame akan semakin tinggi.

 Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) pada aksi nyata yang akan dilakukan

disini adalah dengan mengelompokkan siswa di dalam kelas sesuai dengan kemmapuan

mereka walaupun dalam satu kelas namun pengelompokkan ini dilakukan untuk membantu

siswa yang mengalami keterlamabatan dalam belajar, sehingga guru juga akan memudahkan

dalam mengontrol siswanya. Contoh kasus yang pernah saya lakukan adalah

mengelompokkan siswa yang level kemampuannya di satu kelompok, teratmen yang

diberikan kepada kelompok ini akan berbeda dengan kelompok lainnya karena mereka sudah

mampu dalam hal ini ketika diberikan tugas mereka akan cepat menyelesaikannya dan tim ini

bisa menjadi tutor sebaya ke temannya yang belum terlalu paham. Kemudian

kelompoksedang yang memang masih di berika penagarahan dengan detail namun mereka

sudah mampu memahami setiap tahapamn yang diberikan. Pada kelompok tiga yang level

kemmapuannya renndah pada saat pembelajaran guru perhatiannya akna lebih besar ke

kelompok ini karena memnag mereka perlu dan masih kurang, dibantu oleh teman

sejawatnya maka akna memudahkan motivasi belajar siswa. Selanjutnya setelah pulang
sekolah masih diberikan penguatan diluar teman kelompok yang lainnya, skala ini dilakukan

sebanyak minimal 2 atau tiga kali pertemuan diebrikan penguatan dan dilakuakn secara terus

menerus maka akan memberikan perubahan pada siswa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai