Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEORI KONSELING BEHAVIOR


Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Teori-Teori Konseling

Disusun oleh : 1. Pita Kurnia A. 2. Arinda Nur M. 3. Erina Latifa U. 4. Agustin Nur W. 5. Talay Shefi E. W. 6. Siti Nur Halimah 7. M. Rifki Adam 8.Ari Mulyani Wibawati (091014021) (091014247) (091014254) (091014266) (091014268) (091014270) (091014272) (061014260)

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2010

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karuniaNYA yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul TEORI KONSELING BEHAVIOR dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Teori-teori Konseling. Kami bekerja sama dalam satu kelompok, saling membantu dan saling mendukung agar makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Drs. Eko Darminto, M.Si. selaku dosen mata kuliah Teori-Teori Konseling yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun dari segi isi. Untuk itu kami mengharapkan kepada pembaca agar berkenan memberikan keritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 8 November 2010

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah sejarah perkembangan teori konseling behavior? 2. Bagaimanakah pandangan tentang sifat dasar manusia menurut teori konseling behavior? 3. Bagaimanakah system teori yang digunakan dalam konseling behavior? 4. Apakah tujuan dari teori konseling behavior? 5. Bagaimanakah teknik konseling yang digunakan dalam konseling behavior? 6. Bagaimanakah proses konseling behavior? 7. Bagaimanah aplikasi dari teori konseling behavior?

1.3 Tujuan 1. Dapat menjelaskan sejarah perkembangan teori konseling behavior. 2. Dapat menjelaskan pandangan tentang sifat dasar manusia. 3. Dapat menjelaskan system teori yang digunakan dalam konseling behavior. 4. Dapat menjelaskan asumsi-asumsi tentang gangguan perilaku. 5. Dapat menjelaskan tujuan konseling behavior. 6. Dapat menjelaskan teknik-teknik yang digunakan dalam teori konseling behavior. 7. Dapat menggambarkan proses konseling behavior. 8. Dapat mengemukakan aplikasi teori konseling behavior.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perspertif Historis KP didasarkan pada teori belajar (behaviorisme) dan mulai berkembang pada awal tahun 1950. Pada perkembangan selajutnya muncul pandangan baru dikalangan para ahli praktisi KP bahwa perilaku dipengaruhi oleh peristiwa-peritiwa stimulus, penguatan eksternal, dan oleh proses-proses media kognitif. Lalu munculah teori-teori kognisi social, dan yang paling berpengaruh dalam bidang konseling adalah teori beklajar social yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Ini merupakan teori KP yang bersifat Intrksional, Interdisipliner dan multimodal. Inegrasi teori pengkondisian operand an teori belajar social dalam KP saat ini menjadi suatu mainstream dalam KP konteporer. Banyak teknik KP khususnya yang dikembangkan dalam 3 dekade terkhir, menekankan pada proses-proses kognitif dan mengakuinya sebagai ikut

mempengaruhi dan oleh karena itu mesti diperhatikan dalam penerapan prosedur perlakuan. tahun 1970 KP muncul sebagaikekuatan utama dalam psikologi dan membuat suatu dampak yang signifikan pada pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri dan kerja social dan teknik-teknik perilaku mulai diterpakan secara luas dalam bidang bisnis, industry,dan pengasuhan anak. Belakanagan pendekatan ini dipandang sebagai perlakuan pilihan untuk menangani beberapa gangguan psikologis. Tahun 1980 ditandai oleh aktivitas horizon baru untuk menemukan tekni-teknik baru memberikan perhatian yagn lebih besar terhadap peran emosi dalam perubahan terapuitik, disamping peran factor-faktor biologis dalam mempengaruhi gangguan perilaku. 2.2 Sifat Dasar Manusia Manusia bersifat deterministic yakni manusia dipandang sebagai prodiuk pengkondisisn lingkungan. Manusia tidak hanya dibentuk tetapi juga sebagai pembentuk lingkungan. Manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktorfaktor dari luar. Perubahan yang terjadi dalam diri manusia adalah sebagai indikasi adanya proses belajar. Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar : pembiasaan klasik, pembiasaan operean dan peniruan.

2.3 Sistem Teori A. Konseling

behavior

dapat

dipahami

melalui

empat

perpektif

bidang

pengembangan : Perspektif pengkondisian klasik (classical conditioning) Perspektif ini dikembangkan oleh Pavlov. Pavlov memperoleh kesimpulan teoritis bahwa perilaku, baik yang adaptif maupun tidak adaptif dikendalikan oleh stimuli tertentu yang ada sebelum perilaku tersebut. Individu memepelajari perilaku tidak adaptif (misalnya kecemasan) melalui peristiwa-peristiwa traumatic, bencana alam, atau kecelakaan lainnya. Misalnya, setelah individu mengalami trauma akibat bom, setiap kali mendengar bunyi atau suara seperti bom ia akan menjadi takut atau cemas. Perspektif pengkondisisn operan (operan conditioning) Dikembangkan oleh BF. Skinner. Skinner mengemukakan bentuk perilaku lain yang disebut sebagai perilaku operan, yakni perilaku yang dihasilkan oleh konsekuensi yang mengikuti perilaku tersebut. Perspektif belajar social Dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurutnya, individu seharussnya dipahami sebagai suatu fungsi psikologis yang tidak ditentukan secara tunggal oleh kekuatan lingkungan semata, tetapi sebagai hasil hubungan saling pengaruh yang terus menerus antara perilaku, kognisi, dan lingkungan. Inti dari teori belajar social adalah bahwa individu dapat balajar dengan mengamati perilaku orang lain. Perspektif kognitif-perilaku Menekankan pada proses kognitif yang melibatkan peristiwa-peristiwa pribadi merupakan mediator bagi perubahan perilaku. Menurut ahli dari perspektif kognitif memilikimkeuakinan bahwa gangguan perilaku merupakan hubungan timbale balik antara kognisi dan lingkungan. B. Asumsi tentang gangguan perilaku 2.4 Tujuan Konseling Behavior Secara umum tujuan dari konseling behavior adalah : Meningkatkan pilihan-pilihan pribadi dan menciptakan kondisi-kondisi baru yang lebih mendukung balajar.

Untuk mengungkapkan kesuksesan/kegagalan, kekuatan/kelemahan, pola hubungan interpersonal, dll. Merumuskan tujuan-tujuan khusus. Menentukan metode untuk mencapai perubahan tingkah laku

2.5 Teknik-Teknik Konseling Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk pola tingkah laku) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru akan dapat dibentuk. Teknik-teknik konseling behavior didasarkan pada empat perspektif, yaitu: a) Teknik-teknik yang berakar pada teori pengkondisian klasik Desensitisasi sistematis pada awalnya dikembangkan untuk membantu konseli menangani berbagai bentuk kecemasan. Pada

perkembangannya selanjutnya teknik ini digunakan untuk menangani berbagai macam masalah. Teknik ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu stimuli yang menimbulkan respon emosi tidak adaptif dapat dikurangi dengan cara membentuk respon lain yang berlawanan. Pengkondisian aversif merupakan teknik yang digunakan untuk memebentuk perasaan enggan atau menolak dengan cara menyajikan stimuli yang membuat konseli mengalami emosi maladaptive dan yang kemudian didikuti oleh stimuli lain yang betententangan (aversive). Misalnya, membangkitkan perasaan tidak mau terhadap alcohol dengan menggunakan kejutan listrik. b) Teknik-teknik yang nerakar poada teori pengkondisian operan Penguatan (reinforcement) merupakan suatu prosedur yang dilakukan dengan cara menyajikan sesuatu yang menyenangkan mengikuti munvulnya perilaku yang diharapkan. Ada dua macam penguatan, primer dan sekunder. Penguatan sekunder atau penguatan terkondisi memiliki dua bentuk: positif dan negative. Hukuman merupakan konsekuensi yang tidak menyenangkan.

Hukuman digunakan untuk mengurangi atau menghentikan perilaku yang tidak diharapkan. Penghapusan merupakan suatu prosedur untuk menghentikan perilaku yang tak diharapkan dengan cara tidak memberikan penguat. Missal, tidak memberikan perhatian pada anak kecil yang sedang menangis.

c) Teknik-teknik yang berakar pada teori balajar social Pemodelan (modeling) merupakan suatu proses belajar yang dilakukan dengan cara mengamati model. Pemodelan dapat dilakukan secara langsung, simbolik, dan tertutup. d) Teknik-teknik yang berakar dari pendekatan kognitif Penghentian pikiran merupakan salah satu prosedur pengendalian pikiran. Teknik ini digunakan untuk membantu konseli mengendalikan kesan-kesan dan pikiran-pikiran negative . Restrukturisasi kognitif merupakan teknik yang memusatkan perhatian pada upaya megidentifikasi dan mengubah kesalahan kognisi konseli tentang diri dan lingkungannya. Suntikan stress merupakan suatu pendekatan untuk memebelajarkan konseli tentang keterampilan-keterampilan kognitif dan fisik. Teknik ini digunakan untuk membantu konseli yang memiliki phobia akut. 2.6 Proses Konseling Urutan pemilihan dan penetapan tujuan dalan konseling yang digambarkan oleh Cormier and Cormier (Corey, 1986, 178) sebagai salah satu bentuk kerja sama antara konselor dan klien sebagai berikut : 1. Konselor menjelaskan maksud dan tujuan. 2. Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling. 3. Klien dan konselor menetapkan tujuan yang telah ditetapkan apakah merupakan perubahan yang dimiliki oleh klien. 4. Bersama-sama menjajaki apakah tujuan itu realistik. 5. Mendiskusikan kemungkinan manfaat tujuan. 6. Mendiskusikan kemungkinan kerugian tujuan. 7. Atas dasar informasi yang diperoleh tentang tujuan klien, konselor dan klien membuat salah satu keputusan berikut : untuk meneruskan konseling atau mempertimbangkan kembali tujuan akan mencari referal. 2.7 Aplikasi

BAB II PENUTUP
3.1 Kesimpulan 3.2 Saran dan Kritik

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai