Anda di halaman 1dari 12

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Belajar dan
Psikologi Perkembangan yang dibina oleh Dr. Nuril Mufidah,M.Pd

Disusun oleh :

1. Muhammad Amirullah (19150100)

2. Umar Abdul Aziz (19150114)

3. Tika Muzayanah (19150124)

KELAS C

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA IBRAHIM MALANG

Februari 2020
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 3

1.2 Rumusan Masalah … 3

1.3 Tujuan … 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Behaviorisme … 4

2.2 Penggagas Teori Behaviorisme … 4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan … 10

3.2 Saran … 10

DAFTAR PUSTAKA … 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Apabila kita membahas tentang belajar dan pembelajaran tentu saja


tidak terlepas dari seorang anak didik dan seorang pendidik. Pendidik yang
bertugas sebagai stimulus atau perangsang yang bertugas sebagai
seseorang yang memberikan ilmu kepada seorang peserta didik, sedangkan
peserta didik yang bertugas sebagai penerima stimulus tersebut dalam
menjalankan tugasnya tentu saja seorang pendidik akan melakukan
berbagai teori pembelajaran kepada peserta didik agar dapat

Hasil pemikiran dan temuan para ahli tentang teori pembelajaran


ternyata bermacam-macam, sehingga lahirlah Teori-teori yang beragam
pula. Termasuk salah satunya yaitu Teori belajar Behaviorisme, teori yang
menjelaskan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang
disebabkan adanya stimulus dan respon. Dalam teori ini juga banyak
ilmuan dan ahli yang mengemukakan pendapatnya antara lain;
Throndike’s, Pavlove, Guthrie, Skinner, dan Hull. Dan pada kesempatan
kali ini pemateri akan menjelaskan secara rinci tentang teori belajar
behaviorisme dan juga teori belajar menurut para ahli pembelajaran
behaviorimse.

2. Rumusan masalah

a. Apa pengertian Behaviorisme?

b. Bagaimana Teori-teori belajar dalam aliran behaviorisme?

3. Tujuan

a. Mengetahui pengertian Behaviorisme.

b. Mengetahui Teori-teori belajar dalam aliran behaviorisme

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Behaviorisme

Dalam kamus Bahasa Inggris Behavior artinya kelakuan, tindak


tanduk atau bertingkah laku dengan sopan.1 Teori ini disebut dengan
behaviorisme karena lebih mengamati dan lebih memperhatikan perubahan
terhadap suatu perilaku (behaviour) yang tampak sebagai hasil pembelajaran.
Behaviorisme bisa dikatakan sebagai salah satu aliran psikologi yang
memandang jasmaniah dari individu tersebut, dan tidak memperdulikan
aspek-aspek mental seperti kecerdasan dan bakat dalam kegiatan belajar.
Timbulnya aluran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya
dan mental stat. Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya
menekankan pada segi kesadaran saja.2
Kegiatan belajar dilakukan hanya sekedar untuk melatih refleks-refleks
yang datangnya tidak di sengaja sehingga akan menjadi kelaziman yang
nantinya akan dikuasai individu. Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa
belajar adalah transformasi tingkah laku individu yang merupakan hasil dari
dari pengamalan yang dilaluinya. Belajar merupakan sebab akibat adanya
hubungan antara stimulus (s) yang berperan sebagai pendidik dengan respon
(r) yang berperan sebagai peserta didik, dalam belajar yang penting adalah
adanya input berupa stimulus dan output berupa respon. Stimulus yaitu
berupa suatu kegiatan pembelajaran dari seorang guru, sedangkan respon
yaitu reaksi yang dimunculkan dari kegiatan pembelajaran dari guru berupa
pikiran, tindakan.

2.2 Penggagas Teori Behaviorisme

1
Victoria Bull, Oxford Learner’s Pocket Dictionary (English:Oxford University Press,2015), hlm. 34.
2
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), 38

4
a. Connectionism (S-R Bond) oleh Edward Lee Thorndike

Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari sebuah rangkaian


pembelajaran behaviorisme. Objek yang digunakan Thorndike sebagai
bahan eksperimen, yaitu seekor kucing. Seekor kucing yang sedang
kelaparan dimasukkan kedalam suatu kotak percobaan berbentuk
labyrinth yang dibuat dengan jalan yang berliku, menyesatkan,
membingungkan dan kucing harus berjalan melewati rute yang benar agar
dapat menuju tujuan. Diujung kotak tersebut disediakan sebuah makanan
yang mempunyai bau yang menyengat sehingga si kucing seringkali
tersesat menemui jalan buntu, hingga melompat, dan berusaha mengulangi
jalan yang ia telah lewati hingga sampailah ia menuju jalan yang benar.
Dan pada percobaan berikutnya kucing pasti akan melewati rute yang
dengan mudahnya langsung menuju kearah makanan.
Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain merupakan jalin ikatan
antara stimulus dan respon yang diistilahkan S-R Bond. Dan orang dapat
dikatakan sukses dalam belajar apabila dapat menguasai antara stimulus
dan respon. Pembentukan S-R dilakukan melalui latihan dan ulangan-
ulangan.

Pada mulanya Thorndike menemukan hukum primer belajar


(primary law) yang terdiri atas tiga prinsip atau hukum dalam belajar
yaitu:

1) Law of Effect (hukum efek), jika respon mengakibatkan hasil yang


membuat kita bahagia, maka bisa dipastikan jalin ikatan antara S-R akan
semakin kuat pula. Sebaliknya, jika respon mengakibatkan kita tidak
Bahagia atau galau, maka semakin lemah pula ikatan yang terjadi antara S-
R. Artinya belajar akan lebih bersemangat apabila mengetahui akan
mendapatkan hasil yang baik.
2) Law of Readiness (hukum kesiapan), artinya, suatu kesiapan (readiness)
terjadi beralaskan dugaan bahwa kepuasan individu itu berasal dari
pengaktifkan satuan unit yang akan menimbulkan kecenderungan atau
mendorong individu untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Pada ,

5
belajar akan lebih berhasil bila invidu memiliki kesiapan untuk
melakukannya yang berupa jasmani atau rohani.
3) Law of Exercise (hukum latihan),semakin sering dibimbing atau dilatihnya
ikatan S-R semakin bertambah pula jalin ikatannya, sebaliknya jika
lemahnya bimbingan atau dilatihnya ikatan S-R akan berdampak
berkurang pula jalin ikatannya. Dengan demkian, belajar akan berhasil
apabila banyak melakukan latihan, tes atau memberi tugas-tugas.3

b. Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov

Sebagai tindak lanjut dari teori koneksionisme kali ini ilmuan


bernama Pavlov akan berkesksperimen dengan objek seekor Anjing. Teori
ini didasari oleh eksperimen Pavlov tentang keluarnya air liur anjing.
Sebagaimana kita ketahui Air liur Anjing akan keluar, apabila anjing
melihat daging atau mencium bau daging. Pada percobaan pertama Pavlov
akan membunyikan bel sebagai pertanda bahwa ia telah meletakkan
makanan di tempat makan Anjingnya. Dan pada percobaan berikutnya
begitu Anjing mendengar bel, Refleks air liur Anjing akan keluar walau
belum melihat makanan.
Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan
organisme memberikan respon terhadap suatu rangsang yang sebelumnya
tidak menimbulkan respon itu, atau suatu proses untuk mengintroduksi
berbagai reflek menjadi sebuah tingkah laku.4
Dalam percobaan ini Pavlov menyimpulkan bahwa perilaku dapat
dikondisikan. Belajar dalam teori ini adalah suatu upaya untuk
mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respon terhadap
sesuatu. Kebiasaan makan dan mandi pada waktu tertentu, kebiasaan
belajar dan lain-lain dapat terbentuk karena bentuk pengkondisian.

3
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,2007
4
Nurhidayati, Titin. "Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovic Pavlov (Classical
Conditioning) dalam Pendidikan." Jurnal Falasifa 3.1 (2012).

6
Apa peran classical conditioning dalam membentuk kepribadian ?
perannya yaitu memberikan kontribusi terhadap pembentukan respon
respon emosional, seperti rasa takut, cemas atau phobia. Kontribusi ini
relatif lebih kecil, namun sangat penting dalam pembentukan reaksi-reaksi
emosional. Contoh : Seorang Nenek separuh baya yang takut melewati
jembatan layang karena mempunyai pengalaman yang sangat menakutkan
pada masa kecil.
c. Guthrie’s contiguous conditioning oleh Edwin Guthrie
Teori belajar yang dicetuskan dari penelitiannya ialah Law of
Contiguity atau hukum gabungan. Gabungan beberapa stimulus yang
diiringi tindakan, ketika waktu muncul kembali akan cenderung diikuti
tindakan yang sama. ). Teori ini menyatakan bahwa peristiwa belajar
terjadi karena adanya sebuah kombinasi antara rangsangan yang
disandingkan dengan gerakan yang cenderung diikuti oleh gerakan yang
sama untuk waktu berikutnya.5 Guthrie juga memakai variabel hubungan
stimulus dan respon untuk menguraikan terjadinya proses belajar. Belajar
terjadi karena tindakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus
adapun pada saat yang sama tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
Pengukuhan semata-mata hanya melindungi hasil belajar yang baru supaya
tidak hilang dengan cara mencegah perolehan respon baru.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara. Oleh
sebab itu pada kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi
stimulus agar hubungan antara S dan R bersifat lebih kukuh dan menetap.
Guthrie, berbeda dengan behavioris yang lain ketika melihat faktor
punisherment, hukuman, memiliki peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan dapat mengubah
tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini pembimbing harus dapat
menghubungkan antara stimulus dan respon secara tepat. Peserta didik
harus dibimbing untuk melakukan apa-apa yang perlu dipelajari, jangan
mengabaikan peserta didik.
d. Systhematic Behavior theory oleh Clark Hull
5
Pavlov. "Teori Behaviorisme: Classical Conditioning Ivan Pavlov Contiguous ." Buku
Perkuliahan: 35

7
Clark Hull ialah seorang behavioris yang sangat terpengaruh oleh
teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, semua fungsi tingkah laku
bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme terus bertahan hidup
(struggle for existence). Oleh karena itu, kebutuhan biologis (drive) dan
pemenuhan kebutuhan biologis (drive reduction) sangatlah penting dan
menduduki posisi primer dalam segala kegiatan manusia, sehingga
stimulus dalam belajar pun hampir selalu dihubungkan dengan kebutuhan
biologis, meskipun respon yang akan muncul mungkin dapat berupa
macam-macam.6
e. Operant Conditioning oleh B.F. Skinner
Teori ini dilandasi oleh adanya pengukuhan (reinforcement).
Bedanya dengan teori dari Pavlov, jika dalam teori Pavlov yang diberi
kondisi ialah stimulus (S)nya, maka dalam teori operant conditionng yang
diberi kondisi ialah respon (R)nya. Contohnya, karena seorang anak
belajar dengan giat maka ia dapat menjawab beberapa atau semua soal
ketika ulangan atau ujian. Pendidik kemudian memberikan apresiasi
(sebagai pengukuhan terhadap respon) kepada anak tersebut dengan nilai
tinggi, pujian maupun hadiah. Karena pemberian apresiasi ini maka anak
itu akan belajar lebih giat lagi.
Sebagai seorang behavioris, kemunculan Skinner merupakan yang
paling akhir, namun karena konsep Skinner lebih unggul ketimbang tokoh
sebelumnya maka dialah yang disebut sebagai pengembang teori
behaviorisme. Ia dapat menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan
lebih lengkap. Objek penelitiannya, yakni seekor tikus dan burung
merpati.

Hukum-hukum belajar yang telah dihasilkan dari penelitiannya


ialah sebagai berikut:

1. Law of Operant Conditioning, jika munculnya tingkah laku diikuti


dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan
meningkat.

6
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2001) hal. 38

8
2. Law of Operant Extinction, jika timbulnya tingkah laku operant yang
telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diikuti stimulus
penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan menurun bahkan
akan menghilang.

Program belajar yang populer dari Skinner ialah programmed instruction


(pengajaran berprogram) dengan memakai media buku atau mesin
pengajaran, modul dan lain-lain. Pengembangan lebih lanjut dari pengajaran
berprogram ini, yang berkembang pada akhir abad 20 ialah Computer
Assisted Instuction (CAI). atau pembelajaran dengan memakai bantuan
computer.

Berbeda dengan pendapat Guthrie, Skinner tidak sependapat


dengan konsep hukuman sebagai alat pembelajaran, antara lain karena (i)
pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku amat bersifat sementara,
(ii) dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi menjadi bagian
dari jiwa si terhukum, bila hukuman berlangsung lama, (iii) hukuman bahkan
mendorong si terhukum untuk mencari cara lain, meskipun salah, supaya ia
terbebas dari hukuman. Dengan kata lain hukuman dapat mendorong si
terhukum melakukan hal-hal lain, bahkan lebih buruk dari pada kesalahan
yang pernah dilakukannya.

Skinner lebih percaya kepada penguatan negatif (negative


reinforcement). Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Bedanya, jika
hukuman harus diberikan sebagai stimulasi agar respon yang muncul berbeda
dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif sebagai stimulus
harus dikurangi agar respon yang sama menjadi lebih kuat. Misalnya, jika
sesuatu yang kurang disukai siswa (sehingga ia melakukan kesalahan)
dikurangi dan pengurangan ini mendorong siswa agar memperbaiki
kesalahannya, maka inilah penguat negatif. Lawan penguat negatif yaitu
penguat positif (positive reinfoercement). Bedanya, jika penguat negatif harus

9
dikurangi untuk memperkuat respon, maka penguat positif harus ditambah
agar respon lebih kuat.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

1) Teori belajar Behaviorisme lebih mengamati dan lebih memperhatikan


terhadap suatu perilaku (behaviour) terhadap individu tersebut dan tidak
memperdulikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan dan bakat dalam
kegiatan belajar. Dalam belajar menurut Teori ini yang penting adalah adanya
input berupa stimulus dan output berupa respon.

2) Teori-teori belajar menurut Para Ahli ada bermacam-macam :

a. Connectionism (S-R Bond) oleh Edward Lee Thorndike

b. Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov

c. Guthrie’s contiguous conditioning oleh Edwin Guthrie

d. Systemathic Behavior theory oleh Clark Hull

e. Operant Conditioning oleh B.F. Skinner

Saran :
Setelah mempelajari bagaimana proses terjadinya teori behaviour itu
terjadi, penulis menyarankan agar kita lebih sering menggali informasi tentang
teori-teori belajar lain. Sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab tentu

10
kita akan di gembleng oleh banyak sekali teori belajar yang nantinya akan kita
terapkan apabila sudah menjadi guru di sekolah kepada peserta didik yang akan
kita didik. Dan tidak hanya untuk peserta didik kita, teori belajar ini pasti akan
kita terapkan kepada anak-anak kita nanti.

DAFTAR PUSTAKA

Crain, William.2007. Teori Perkembangan konsep dan Aplikasi. Pustaka Pelajar:


Yogyakarta.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan. Juntika.2012. Teori Kepribadian. Rosdakarya:


Bandung.

Koswara.E. 1991. Teori-Teori Kepribadian.Eresco: Bandung.

Suryono dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Rosdakarya:Bandung.

Bull, Victoria.2015. Oxford Learner’s Pocket Dictionary. English: Oxford


University Press.

Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nurhidayati. T, (2012). Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovic Pavlov


(Classical Conditioning) dalam Pendidikan, Jurnal Falasifa, 3(1)

PAVLOV, "TEORI BEHAVIORISME: CLASSICAL CONDITIONING IVAN PAVLOV


CONTIGUOUS CONDITIONING EDWIN RAY GUTHRIE." BUKU
PERKULIAHAN: 35.

11
12

Anda mungkin juga menyukai