Anda di halaman 1dari 8

ENGAGEMENT DAN ACCOMPLISHMENT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Positif

Dosen pengampu : Al Thuba Septa Priyanggasari, S. Psi, M. Psi Psikolog

Kelompok 5 :

Fajar Naka Bagaskara (20090000060)

Maria Tesalonika Pramedya Nera (20090000071)

Dimas Agung Ikhsanudin (20090000086)

FAKULTAS PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI

Universitas Merdeka Malang

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rahmat dan mengantarkan
kami agar dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Engagement dan
Accomplishment” pada waktu yang telah ditentukan

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Positif yang
mana Psikologi Positif dalam penggunaannya mempelajari tentang bagaimana manusia
mengendalikan emosi-emosi positif untuk meningkatkan kualitas hiidupnya.

Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kami akan sangat menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Malang, 14 September 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Psikoloogi Positif merupakan salah satu ilmu psikologi yang mempelajari ilmu-
ilmu positif yang berkaitan dengan pemahaman dan dan penjelasan tentang kebahagiaan.
Psikologi positif itu sendiri bertujuan memberikan pandangan tentang sisi lain dari
manusia yaitu sisi yang baik. Intervensi psikologi positif juga dapat melengkapi
penelitian yang masih bersifat tradisional. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi sisi
negatif dan membawa puncak menuju sisi positif atau kebahagiaan (Seligman dan
Csikszentmihalyi dalam Mardiyah 2010). Bidang psikologi positif terdiri dari
pengalaman yang subyektif yang positif seperti kesejahteraan, kepuasan, keterlibatan,
kegembiraan, kebahagiaan, dan pandangan kognitif tentang masa depan seperti optimism,
harapan, dan keyakinan (Seligman dalam Syinder & Lopez dalam Mardliyah, 2010)
Kebahagiaan tersebut tentunya berkaitan dengan kehidupan yang tentunya dapat
dipelajari dengan berbagai cara seperti ignorance (memalingkan wajah dari persoalan
hidup), shallowness (kedangkalan), dan disengagement (hidup tanpa komitmen). Jika
kehidupan tersebut ditafsirkan dalam berbagai cara, maka pandangan tentang kehidupan
akan menjadi jernih tentang apakah kehidupan ini layak diperjuangkan Sebuah hidup jika
tidak benar-benar bisa menjalaninya dengan baik maka hal tersebut tidak dapat
menghasilkan buahnya dan akan menjadi sia-sia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari engagement?
2. Aspek-aspek apa saja yang terdapat di dalam engagement?
3. Apa pengertian dari accomplishment?
4. Aspek-aspek apa saja yang terdapat di dalam accomplishment?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui pengertian dan aspek-aspek engagement beserta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
2. Mengetahui pengertioan accomplishment beserta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Engagement
Engagement berarti melibatkan diri dengan sepenuh hati, dengan total, dengan
sukarela dan seringkali mengambil risiko dalam suatu relasi dengan
seseorang/sekelompok/suatu tujuan yang paling bermakna bagi pribadi.
Engagement bisa terjadi dimanapun seperti romantic engagement, friendship
engagement, work engagement, school engagement, dan lain-lain. Ketika seseorang
berasal dari disengagement menuju engagement terdapat satu kesatuan yang tidak
terpisahkan yang sebelumnya merupkan relasi atau obyek yang terpisahkan.
Engagement juga merupakan jalan hidup (a way of being) yang berarti seseorang
tidak hanya hidup bagi dirinya sendiri tetapi mengikatkan dirinya dengan sukarela kepada
seseorang atau kelompok sehingga dapat memiliki hidup yang positif.
Menurut Martin Seligman, menyebut engagement sebagai the good life yang
berarti hidup bercirikan pencarian gratifikasi dan bukan kesenangan. Kesenangan adalah
seberapa besar kenikmatan yang didapatkan dari suatu tindakan. Sedangkan gratifikasi
merujuk pada kesenangan atau derita tidak menjadi masalah yang besar karena seseorang
bisa mendapatkan hal tersebut di saat senang atau menderita. Gratifikasi akan
mengarahkan kea rah hidup yang bermakna (eudemonic), bertumbuh subur (flourishing).
Seseorang yang memiliki hidup eudemonic cenderung memprioritasikan grafitasi
daripada kesenangan.
Terdapat dua sumber agar dapat menjalani engaged life. Berasal dari diri sendiri
yaitu virtues dan characters strengths. Yang kedua berasal dari panggilan yang mengajak
keluar cinta diri (narcissitic) menuju suatu tujuan yang lebih baik, lebih penting daripada
diri sendiri.
2. Mendayabaktikan Signature Strength
Suatu strength apabila digunakan akan membangkitkan suatu kepuasan batin yang
autentik. Semisal seseorang tidak akan merasa berkurang energinya apabila menolong
orang lain dan lebih bersemangat saat menolong orang lain Gratifikasi memiliki fungsi
motivasional yang merupakan bagian dari integral suatu strength-based action. Tidak
perlu menambahkan yang lain agar aktivitas terasa nikmat secara autentik. Semisal,
seseorang memiliki strength creativity, maka orang tersebut akan melakukan aktivitas-
aktivitas yang kreatif tetapi bukan demi tujuan, misalnya untuk mendapatkan imbalan
atau pujian.
3. Calling, Career, Job
Calling atau panggilan merupakan konsep yang dikembangkan oleh Amy
Wrzezniewski. Jika didalam job dan career fokus terletak pada pribadi itu
sendiri maka pada calling, fokus justru terletak diluar diri. Job danc areer
memiliki pusat kekuatan pada diri sendiri, sedangkan pada calling pusat kekuatannya
terletak di luar diri. Calling dimulai ketika seseorang menemukan the greater good,
seperti diungkapkan oleh Wrzesniewksi yang berarti kebaikan atau tujuan yang lebih
besar. Lebih besar yang dimaksud adalah lebih besar dari diri (ego).
Career merupakan kemajuan seseorang dalam suatu lapangan pekerjaan yang
diperolehnya selama ia bekerja atau perkembangan kemajuan seseorang dalam suatu
lapangan pekerjaan selama masa aktif dalam hidupnya (Moekijat, 1990). Dalam hal ini
apabila pribadi memiliki karir yang naik maka akan memiliki motivasi tinggi dan
berkesan pada komitmennya. Apabila karir mulai menurun, maka engagement akan
memudar
Job merupakan sebuah orientasi kerja yang mana menjadi sumber motivasi
imbalan. Job akan menyenangkan dan menimbulkan motivasi kerja serta semangat
engagement apabila pribadi mempresepsikan imbalan yang didapatkan memuaskan.
Apabila tidak sesuai maka pekerjaannya akan terasa tidak adil dan menimbulkan frustasi.
Engagement yang muncul dalam hal ini sangat mudah pudar dan kesenangan yang
ditimbulkan berkurang.
4. Personal Project : Kebiasaan Mendayabaktikan Strengths
Semakin seseorang terbiasa mendayabaktikan strength-nya, semakin besar
menentukan calling-nya. Sebaliknya, jika tidak terbiasa menggunakan strength-nya akan
semakin kecil seseorang menentukan calling-nya. Terbiasa mendayabaktikan strengths
berarti terbiasa memiliki atau menciptakan proyek-proyek yang menuntut penggunaan
strength-nya. Dibebankan orang lain kepada kita dan akan lebih baik apabila kita dapat
proaktif.

5. Menata Kembali Pekerjaan (Atau Hidup)


Meningkatkan daya bakti strengths dalam pekerjaan yang sepintas terlihat tidak
berkaitan dengan strength disebut recrafting. Kunci dalam melakukan hal ini adalah
pikiran yang terbuka, kemauan, dan sedikit kreativitas dalam melihat peluang
digunakannya strength dengan cara-cara yang kadang tidak konvensional.
6. Self Trust Dan Membuka Diri Pada Panggilan
Dalam menentukan calling biasanya menemukan hambatan-hambatan yaitu
kurangnya self-trust (mempercayai kebaikan diri). Mereka menolak adanya kebaikan
didalam diri Abraham Maslow menyebut ini sebagai gejala Jonah complex yaitu
kecenderungan manusia untuk lebih mudah mempercayai berbagai keburukan dalam diri
daripada menerima adanya sesuatu yang luhur dan sungguh baik dalam diri. Kurangnya
self-trust menghambat seorang pribadi untuk menemukan panggilannya. Kalau seseorang
tidak mengenal kebaikan dalam dirinya sendiri, tentu saja akan mengalami hambatan
7. Menemukan Atau Ditemukan?
Banyak di antara mereka yang lebih merasa “ditemukan” oleh panggilan hidupnya, alih-
alih “menemukan” arti menciptakan panggilan hidup tersebut. Panggilan hidup
kelihatannya memang terkait erat dengan makna hidup, karena selain membuat seseorang
melibatkan diri sepenuhnya dalam dunianya (engaged).
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Iman S. (2016). Psikologi Positif: Pendekatan Saintifik MenujuKebahagiaan.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

http://etheses.uin-malang.ac.id/2262/5/09410026_Bab_2.pdf

Anda mungkin juga menyukai