Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat serta karunia-
Nya sehingga makalah yang membahas mengenai Teori belajar humanistik dan
konstruktivistik dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum
dan Pembelajaran dari Ibu Yuli Amaliyah, M.Pd. Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada para pembaca tentang. Kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Ibu Yuli Amaliyah, M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Kurikulum dan Pembelajaran.
Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan
dengan topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami
menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................................... 4
B. RumusanMasalah........................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 6
A. Teori Belajar Behavioristik............................................................................ 6
B. Teori Belajar Kognitif.................................................................................... 9
C. Implementasi Teori Belajar Behavioristik dan Kognitif................................ 14
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 15
Kesimpulan................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Belajar adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling
penting dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri.
Dalam dunia pendidikan belajar merupakan aktivitas pokok dalam
penyelenggaraan proses belajar-mengajar. Melalui belajar seseorang dapat
memahami sesuatu konsep yang baru, dan atau mengalami perubahan tingkah
laku, sikap, dan ketrampilan.
Pada dasarnya terdapat dua pendapat tentang teori belajar yaitu teori
belajar aliran behaviorisme dan teori belajar kognitif. Teori belajar
behaviorisme menekankan pada pengertian belajar merupakan perubahan
tingkah laku, sehingga hasil belajar adalah sesuatu yang dapat diamati dengan
indra manusia langsung tertuangkan dalam tingkah laku. Dengan kata lain,
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan aliran kognitif lebih menekankan pada belajar
merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia.
Teori belajar behavioristik telah menjadi landasan penting dalam
bidang psikologi dan pendidikan sejak awal abad ke-20. Dipelopori oleh
tokoh-tokoh seperti Ivan Pavlov, John B. Watson, dan B.F. Skinner, teori ini
menekankan pentingnya stimulus eksternal dan respons yang diamati dalam
pembentukan perilaku. Pendekatan ini menyarankan bahwa perilaku manusia
dan hewan dapat dipelajari melalui asosiasi antara stimulus dan respons, serta
melalui penguatan positif dan negatif.
Teori belajar kognitif, yang dikembangkan oleh para ahli seperti Jean
Piaget, Lev Vygotsky, dan Albert Bandura, menyoroti peran penting proses
4
mental internal dalam pembentukan pengetahuan dan perilaku. Berbeda
dengan pendekatan behavioristik yang menekankan pada respons yang
diamati, pendekatan kognitif mempertimbangkan bagaimana individu
memproses informasi, membangun pemahaman, dan memecahkan masalah
dalam pikiran mereka. Makalah ini membahas tentang pengertian teori belajar
behavioristik dan kognitif, aplikasi dan implementasi nya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar behavioristik dan kognitif?
2. Bagaimana implementasi teori belajar behavioristik dan kognitif?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui teori belajar behavioristik dan kognitif.
2. Untuk mengetahui implementasi teori belajar behavioristik dan kognitif.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
memasukan konsep baru di dalam belajar yaitu dorongan (motivation),
hadiah (reward), dan hukuman (punishment).
Thorndike mengadakan percobaan belajarnya dengan seekor
kucing yang ditempatkan dalam kotak puzel (puzzle box). Kucing
mencari jalan keluar dari kotak dengan cara mencoba-coba.
Menurutnya binatang dan manusia tidak selalu memecahkan masalah
dengan cara memikirkan caranya dengan algoritmik, tetapi banyak
yang memecahkan masalah dengan cara mencoba-coba (trial and
error). Hasil penelitiannya melahirkan apa yang disebut law of effect
(hukum akibat), yaitu jika suatu respon dari suatu stimulus diikuti
dengan kepuasan, maka respon tersebut cenderung diulang. Sebaliknya
jika suatu respon diikuti oleh hal yang tidak menyenangkan, maka
respon tersebut tidak dilakukan lagi. Jadi konsekuensi memegang
peranan penting akan munculnya suatu respon.
2) Teori Parlov
Ivan P. Pavlov terkenal dengan teori classical conditioning
theory. Teori ini memandang bahwa belajar adalah perubahan perilaku.
Menururt teori ini belajar pada prinsipnya mengikuti suatu hukum
yang sama untuk semua manusia, bahkan semua makhluk hidup. Teori
ini dikembangkan melalui observasi terhadap perilaku belajar yang
tampak (observable behavior).
Pavlov meneliti proses belajar dengan melakukan percobaan
dengan anjing dan memperoleh hadiah nobel untuk percobaannya itu.
Ia memberi daging secara periodik kepada anjing didahului dengan
membunyikan bel. Setiap kali daging akan diberikan, bel dibunyikan.
Setelah beberapa lama, setiap kali bel dibunyikan anjing mengeluarkan
air liur. Bahkan ketika bel dibunyikan tanpa daging, anjing juga
mengeluarkan air liur. Hal ini dapat disimpulkan bahwa anjing mampu
menghubungkan bunyi bel dengan daging. Ketika mendengar bunyi
7
bel anjing membayangkan datangnya daging, sehingga air liurnya
keluar. Proses di mana anjing dapat menghubungkan antara bunyi bel
dengan daging ini yang dinamakan respon dan disebut belajar.
Menurut Pavlov, daging sebagai stimulus tak terkondisi, dan
air liur sebagai respon tak terkondisi. Setiap kali daging diberikan
kepada anjing, maka secara refleks anjing akan mengeluarkan air liur.
Bunyi bel disebut sebagai stimulus terkondisi, yang pada dasarnya
tidak ada hubungannya dengan respon. Anjing pada awalnya tidak
mengeluarkan air liur ketika mendengar bunyi bel. Tetapi karena
stimulus tak terkondisi (daging) diberikan secara bersamaan dengan
stimulus terkondisi (bunyi bel) maka akhirnya timbul hubungan antara
stimulus terkondisi (bel) dengan respon (air liur). Jadi anjing dikatakan
telah belajar, dan bel merupakan stimulus.
3) Teori Skinner
Operant conditioning adalah teori yang ternama dari B.F
Skinner. Teori operant conditioning memiliki Operant corangsangan
atau stimulus, respon dan konsekuensi Konsekuensi konsekuensi inilah
yang kamibya akan memunculkan perilaku (Slavin, 2000). Stimuli
bertindak sebagai pemancing respon sedangkan konsekuensi dapat
bersifat positif atau negatif, namun keduanya bersifat saling
memperkuat (reinforcement).
Menurut Skinner, banyak respon yang tidak hanya dipancing
stimuli tetapi dapat dikondisikan pada stimuli lain. Respon ini
dikategorikan perilaku pertama dan disebut respondent behavior
karena perilaku muncul sebagai respons atas stimuli. Kemudian dapat
muncul kategori perilaku ke dua yaitu perilaku yang tidak dipancing
stimuli, yang disebut operant behavior karena sudah dikerjakan peserta
didik.
Bebarapa prinsip belajar Skinner adalah:
8
a) hasil belajar harus segera diberitahukan pada peserta
didik, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat,
b) proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar,
c) materi pelajaran digunakan sistem modul,
d) pembelajaran lebih mementingkan aktivitas mandiri,
e) pembelajaran menggunakan shaping.
9
1) Teori Piaget
Jean Piaget dilahirkan pada tanggal 9 Agustus 1896 di
Neuchatelkota Universitas di Swiss dan meninggal pada tanggal 16
September 1980. Piaget terkenal dengan teori perkembangan
kognitifnya yang berpengaruh penting terhadap dunia. pendidikan. Ia
menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil
kematangan organism, bukan pula pengaruh lingkungan sekitar
melaiknkan hasil interaksi diantara keduanya. Lebih jauh dikatakan
bahwa anak/individu dapat membagun secara aktif dunia kognitif
mereka sendiri.
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan
lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan
memperoleh skema-skema yang akan membentuk struktur kognitif
sebagai schemata (schemas). Skema berupa kategori pengetahuan
yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia.
Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun
fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu.
Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori
pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Piaget
sendiri mengemukakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya
hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan saja,
melainkan interaksi antara keduanya.
Jadi kognisi ialah penyesuaian terhadap objek-objek yang ada
di lingkungannya, yang merupakan proses interaksi yang dinamis
Piaget menggunakan skema sebagai variabel perantara favoritnya.
Secara sederhana skemata dapat dipandang sebagai kumpulan konsep
atau kategori yang digunakan individu ketika ia berinteraksi dengan
lingkungan.Skema ini merupakan struktur kognitif yang senantiasa
berkembang dan berubah. Hill (2009) menyatakan schemata mata
adalah cara mempersepsi, memahami, dan berpikir tentang dunia.
10
Pikiran harus memiliki suatu skema yang berfungsi melakukan
adaptasi dengan lingkungan dan menata lingkungan itu secara
intelektual.
Adaptasi adalah penyesuaian terhadap lingkunganProses
adaptasi berisi dua kegiatan yaitu menggabungkan atau
mengintegrasikan pengetahuan yang diterima oleh manusia yang
disebut asimilasi dan mengubah struktur pengetahuan yang sudah
dimiliki dengan struktur pengetahuan baru, sehingga akan terjadi
keseimbangan (equilibrium). Dua kegiatan prosesadaptasi dijelaskan
dalam uraian berikut ini.
a. Asimilasi
Proses asimilasi adalah proses memahami pengalaman-
pengalaman baru dari segi skema yang adaAsimilasi pada
dasarnya tidak mengubah skematatetapi mempengaruhi
pertumbuhan skemata. Asimilasi terjadi secara kontinu dalam
perkembangan kehidupan intelektual anak. Dengan demikian,
asimilasi merupakan proses kognitif individu dalam usahanya
mengadaptasi diri dengan lingkungannya
b. Akomodasi
Akomodasi adalah proses pemodifikasian skema yang
ada agar sesuai dengan situasi baruProses pemodifikasian
tersebut menghasilkan terbentuknya skema baru dan
berubahnya skema lama. Disini tampak terjadi perubahan
kualitatif, sedangkan asimilasi terjadi perubahan kuantitatif.
Jadi pada hakikatnya akomodasi menyebabkan terjadinya
perubahan atau pengembangan skemata. Sebelum terjadi
akomodasi, dalam asimilasi ketika anak menerima stimulus
yang baru, struktur mentalnya menjadi goyah atau disebut tidak
stabil. Bersamaan terjadinya akomodasi, maka struktur mental
tersebut menjadi stabil lagi. Begitu ada stimulus baru lagi,
11
maka struktur mentalnya akan kembali goyah dan selanjutnya
setelah terjadi akomodasi akan stabil lagi. Begitulah proses
asimilasi dan akomodasi terjadi terus-menerus dan menjadikan
manusia berkembang bersama dengan waktu dan bertambahnya
pengalaman.
2) Teori Brunner
Brunner mengusulkan teori yang disebut Free Discory
Learning. Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan
baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dsb)
melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang
menjadi sumbernyaSiswa dibimbing secara induktif untuk
mengetahui kebenaran umum. Untuk memahami konsep
"kedisiplinan" misalnya, untuk pertama kalinya siswa tidak harus
menghafal definisi kata tersebut, tetapi mempelajari contoh.
Contoh konkrit tentang perilaku yang menunjukkan
kedisiplinan dan yang tidak, dari contoh-contoh itulah siswa
dibimbing untuk mendefinisikan kata disiplin. Kebalikan dari
pendekatan ini disebut "belajar ekspositori" (belajar dengan cara
menjelaskan). Siswa diberi suatu informasi umum dan diminta untuk
mencari contoh-contoh khusus dan konkrit yang dapat
menggambarkan makna dari informasi tersebut, proses belajar ini
berjalan secara deduktif.
Keuntungan belajar "menemukan" adalah:
a. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa, dapat memotifasi untuk
menemukan jawaban-jawaban.
b. Menimbulkan keterampilan-keterampilan memecahkan
masalah secara mandiri dan mengharuskan untuk menganalisa
memanipulasi informasi.
12
Teori-teori kognitif ini juga sarat akan kritik, terutama teori kognitif
Piaget karena sulit dipraktekkan khususnya ditingkat- tingkat lanjut.
Selain itu beberapa konsep tertentu, seperti intelegensi, belajar atau
pengetahuan yang mendasari teori ini sukar dipahami dan
pemahaman itu sendiri pun masih belum tuntas.
3) Teori Ausubel
Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajaran
(instructional content) sebelum didefinisikan dan kemudian
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advance
organizers) dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan
kemajuan belajar siswa Advance organizers adalah konsep atau
informasi umum yang mewadahi semua isi pelajaran yang akan
diajarkan kepada siswa. Advance organizers dapat memberikan tiga
manfaat :
1. Menyediakan suatu kerangka konseptual
2. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara
yang sedang dipelajari
3. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara
lebih mudah
Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pelajaran harus sangat
baik dengan demikian ia akan mampu menemukan informasi yang
sangat abstrak umum dan inklusif yang mewadahi apa yang ingin
diajarkan. Guru juga harus memiliki logika berfikir yang baik agar
dapat memilah-milah materi pembelajaran, merumuskannya dalam
rumusan yang singkat dan pada serta mengurutkan materi tersebut
dalam struktur yang logis dan mudah dipahami.
13
C. Aplikasi Teori Behavioristik dan Kognitif
1. Implementasi Teori Belajar Behavioristik
Implementasi teori belajar behavioristik dalam dunia Pendidikan ini
terlihat dari beberapa contoh. Misalkan: penerapan hukuman
membersihkan halaman bagi siswa yang datang ke sekolah terlambat,
siswa disuruh lari lapangan jika tidak mengerjakan tugas atau PR. Teori
ini cukup menakutkan karena penekanan prinsip pemberian hukuman
(punishment), akan tetepi teori ini tak selamanya buruk. Pada kondisi
tertentu siswa juga mendapatkan penguatan (reinforcement) berupa
pujian, hadiah atau penghargaan lainnya jika menunjukkan sikap positif
dalam pembelajaran. Sehingga, teori behaviorisme dianggap mampu
menghasilkan output yang diharapkan.
14
5. Belajar memahami memiliki makna lebih bagi peserta didik dari pola
menghafal. Agar belajar memiliki makna, maka informasi baru mesti
disesuaikan dan dikorelasikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
peserta didik.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Rosnawati. (2016). Modul Pelatihan Matematika SMA. Direktorat Jendral Guru dan
Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
17