TEORI BEHAVIORISTIK
Kelompok : 3 (tiga)
UNIVERSITAS JAMBI
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan dan penjelasan
atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Penggunaan
teori belajar dengan langkah-langkah pengembangan yang benar dan pilihan materi
pelajaran yang tepat serta penggunaan unsur desain pesan yang baik dapat memberikan
kemudahan kepada siswa dalam memahami sesuatu yang dipelajari. Selain itu, suasana
belajar akan terasa lebih santai dan menyenangkan. Pada dasarnya banyak konsep-konsep
hasil pemikiran ahli pendidikan yang mendasari teori belajar,diantaranya yaitu Teori
Belajar Behaviorisme.
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu lebih
kepada sisi fenomena jasmaniah,dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan,
bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan belajar. Hal ini dapat dimaklumi
karena behaviorisme berkembang melalui suatu penelitian yang melibatkan binatang
seperti burung merpati, kucing, tikus, dan anjing sebagai objek. Peristiwa belajar
dilakukan semata-mata dengan melatih refleks sedemikian rupa,sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu. Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Suyono,2014:59).
Menurut teori ini, orang terlibat di dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah
mempelajarinya, melalui pengalaman – pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah
laku tersebut dengan hadiah-hadiah. Orang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin
karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Semua
tingkah laku, baik bermanfaat ataupun merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari
manusia (Nahar, 2016 : 68).
Artinya, seseorang yang memiliki tingkah laku ialah orang yang telah memperoleh
pengalaman dari apa yang dipelajarinya. Pengalaman tersebut akan membentuk sebuah
tingkah laku. Dari tingkah laku tersebut,seseorang dapat melanjutkan tingkah lakunya
apabila seseorang tersebut memperoleh hadiah atau apresiasi terhadap tingkah
lakunya,begitupun sebaliknya. Jika seseorang tersebut belum memperoleh hadiah dari
apa yang dilakukannya,maka seseorang tersebut akan menghentikan tingkah lakunya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Teori Belajar Behaviorisme
merupakan teori belajar yang menekankan kepada terbentuknya tingkah laku sebagai hasil
belajar. Didalam proses belajar ini terdapat stimulus dan respon yang saling berkaitan. Jika
stimulus yang diberikan baik maka akan mendapat respon yang baik pula.
2.2 Tokoh-tokoh Teori Belajar Behaviorisme
Para ahli yang mengembangkan teori belajar behaviorisme antara lain Ivan Pavlov, E.L.
Thorndike, B.F Skinner, J.B Watson, Clark Hull, dan Edwin Guthrie. Dari beberapa ahli
tersebut kami akan menjelaskan tentang teori belajar behaviorisme yang dikembangkan oleh
Ivan Pavlov, E.L Thorndike, dan B.F Skinner.
3) Skinner (1904-1990)
Skinner adalah seorang psikolog dari Harvard yang telah berjasa mengembangkan
teori perilaku Watson. Pandangannya tentang kepribadian disebut dengan behaviorisme
radikal. Menurut Skinner, perkembangan adalah perilaku. Oleh karena itu para Behaviorist
yakin bahwa perkembangan dipelajari dan sering berubah sesuai dengan pengalaman-
pengalaman lingkungan. Untuk mendemonstrasikan pengkondisian operan
dilaboratorium,Skinner meletakan seekor tikus yang lapar yang disebut kotak Skinne.
Didalam kotak tersebut tikus dibiarkan melakukan aktifitas,berjalan dan menjelajahi
keadaan sekitar. Dalam aktifitas itu,tikus tanpa sengaja menyentuh suatu tuas dan
menyebabkan keluarnya makanan. Tikus akan melalukan lagi aktifitas yang sama untuk
memperoleh makanan yakni dengan menekan tuas. Semakin lama semakin sedikit aktifitas
yang dilakukan untuk menyentuh tuas dan memperoleh makanan,disinilah tikus
mempelajari hubungan antara tuas dan makanan. Hubungan ini akan terbentuk apabila
makanan tetap merupakan hadiah bagi kegiatan yang dilakukan tikus (Desmita(dalam
Nahar,2016:70)).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan,Skinner menganggap bahwa perubahan tingkah
laku yang berupa respon dari stimulus yang diberikan tidak sesederhana yang telah
dikemukakan oleh tokoh sebelumnya. Dikarenakan dalam memahami tingkah laku
seseorang, hal yang harus dilakukan terlebih dahulu ialah memahami hubungan stimulus
yang satu dengan yang lain, dan memahami konsep dari konsekuensi yang akan timbul
akibat dari respon tersebut
Menurut Suyono (2014:64-65) hukum-hukum belajar B.F. Skinner yang dihasilkan
dari penelitiannya adalah sebagai berikut :
a) Law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b) Law Of operant extinction, yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, kekuatan perilaku
tersebut akan menurun bahkan musnah.
Hukum belajar yang dikemukakan Skinner ini apabila diaplikasikan kedalam desain
pembelajaran kimia adalah sebagai berikut :
a) Law of operant conditioning, seperti ketika seorang peserta didik sudah berusaha dan
belajar dengan baik tetapi tetap tidak mampu dalam menyelesaikan mata pelajaran
kimia di kelas. Tenaga pedidik sebaiknya memberikan penguatan berupa motivasi,
pujian atas kerja kerasnya dalam berusaha, dan meyakinkan peserta didik tersebut
agar tetap terus meningkatkan usahanya dalam belajar agar bisa mendapatkan hasil
yang maksimal.
b) Law of operant extinction, ketika perilaku tidak diiringi dengan penguat makan akan
terjadi penurunan. Seperti ketika peserta didik sudah berusaha maksimal dalam
belajar kimia tetapi tetep mendapat nilai yang tidak sesuai dengan yang diharapkan,
peserta didik tersebut akan menyerah untuk berusaha jika tidak diberikan penguatan
oleh tenaga pendidilk. Sehingga semangat belajarnya akan menurun bahkan hilang.
Implementasi prinsip ini dalam mendesain suatu media pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a. Menentuan tujuan pembelajaran dan indikator pembelajaran
Siswa harus diberitahu secara eksplisit outcome belajar sehingga mereka dapat
mensetting harapan-harapan mereka dan menentukan apakah dirinya telah mencapai
outcome dari pembelajaran atau tidak.
b. Menentukan materi pembelajaran dan menguraikan menjadi bagian-bagian meliputi
topik, pokok bahasan, dan seterusnya
Materi belajar harus diurutkan dengan tepat untuk meningkatkan belajar. Urutan dapat
dimulai dari bentuk yang sederhana ke yang kompleks, dari yang diketahui sampai
yang tidak diketahui dan dari pengetahuan sampai penerapan.
c. Memberi stimulus kepada peserta didik dan mengamati serta mengkaji respon yang
diberikan peserta didik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungannya. Belajar juga merupakan proses pengembangan potensi yang ada pada
individu teori belajar behviorisme merupakan teori belajar yang menekankan kepada
terbentuknya tingkah laku sebagai hasil belajar. Didalam proses belajar ini terdapat stimulus
dan respon yang saling berkaitan. Jika stimulus yang diberikan baik maka akan mendapat
respon yang baik pula. Terdapat beberapa ahli yang mengembangkan teori belajar
behaviorisme antara lain Ivan Pavlov, E.L. Thorndike, B.F Skinner, J.B Watson, Clark Hull,
dan Edwin Guthrie.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam mengupas materi di dalam
makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam hal sistematika maupun teknik
penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Nahar, NI. 2016. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Ilmu
Pengetahuan sosial : Vol 1
Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.