DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
Teori Behaviorisme:
Teori belajar Piaget memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap perkembangan teori
pembelajaran kognitif. Hal ini terbukti dengan banyaknya peneliti yang tertarik melakukan
analisis serta memperluas teori tersebut. Salah satu kritik yang cukup tajam terhadap teori Piaget
adalah berkenaan dengan asumsi bahwa pengertian akan suatu struktur yang sama akan diperoleh
pada usia yang sama dalam berbagai domain intelektual. Implikasi dari hal ini adalah ketika
seorang anak sudah dapat mengawetkan besaran suatu unsur dengan mengenali bahwa besaran
dari benda tersebut sama terlepas dari bentuknya anak secara rasional dapat diduga akan
mengawetkan konsep berat, karena struktur antara konsep besaran dan berat sama.
Ternyata bersadar pada studi eksperimental yang dilakukan oleh para peneliti hal ini
tidak sepenuhnya benar. Hal ini dianggap sebagai sebuah penyimpangan. Penyimpangan yang
dimaksud adalah terjadinya perbedaan cara dalam memperoleh sebuah struktur yang sama oleh
seorang individu. Biggs dan Collis adalah peneliti yang turut melakukan dan analisis teori belajar
Piaget. Salah satu isu utama yang dikaji oleh kedua peneliti ini berkaitan dengan struktur
dan Collis (1982: 22) membedakan antara “generalized cognitive structure” atau struktur
kognitif umum anak dengan “actual respon” atau respon langsung anak ketika diberikan
perintah-perintah. Mereka menerima kebeadaan konsep struktur kognitif umum namun mereka
menyakini bahwa hal tersebut tidak dapat diukur langsung sehingga perlu mengacu pada sebuah
“hypothesized cognitive structure” (HCS) atau struktur kognitif hipotesis. Menurut mereka HCS
ini relative lebih stabil dari waktu ke waktu serta bebas dari pengaruh pembelajaran disaat anak
diukur menggunakan taxonomi SOLO dalam menyelesaikan suatu tugas tertentu. Penekan pada
suatu tugas tertentu sangat penting seperti yang diasumsikan dalam taksonomi SOLO bahwa
penampilan seseorang sangatlah beragam dalam menyelesaikan satu tugas dengan tugas lainnya,
hal ini berkaitan erat dengan logika yang mendasarinya, selanjutnya asumsi ini juga meliputi
Siswa dapat saja berada pada awal level formal dalam matematika namun berada pada
level awal konkrit dalam sejarah, atau bahkan dapat terjadi, suatu hari siswa berada pada level
formal di matematika namun dilain hari dia masih berada pada level yang konkrit pada topik
yyang berbeda. Hasil observasi seperti ini tidak dapat mengindikasikan terdapatnya “pertukaran”
dalam perkembangan kognitif yang berlangsung, tetapi sedikit pertukaran terjadi pada konstruksi
yang lebihproximal, pembelajaran, penampilan atau motivasi. Biggs & Collis (1991:60)
2.4.2 Bruner
Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan
kebudayaan. Bagi Bruner,perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
kebudayaan,terutama bahasa yang biasanya digunakan.
Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai
tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat
diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan
dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah
kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar
sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka. Cara belajar
yang terbaik menurut Bruner inia dalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui
proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan. (discovery learning).
2.4.3 Ausebel
Yang memandang bahwa Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan
pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru yang dimana Proses belajar terjadi
melaui tahap-tahap:
1). Memperhatikan stimulus yang diberikan
2). Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakaninformasi yang sudah dipahami.
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan
kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan
demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah
konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akandipelajari oleh
siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu :Menyediakan suatu kerangka
konseptual untuk materi yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
antara yang sedang dipelajari danyang akan dipelajari. Dapat membantu siswa untuk memahami
bahan belajar secaralebih mudah.
BAB. III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Menurut teori belajar behaviorisme, belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Dimana perubahan tingkah
laku tersebut tergantung pada konsekuensi.
Teori belajar kognitifisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu
sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu
belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman.
3.2. SARAN
Dalam melakukan sebuah penilaian belajar, seorang pendidik sebaiknya dan seharusnya
mempertimbangkan keadaan mental peserta didiknya disamping tingkah laku yang diamati.
Karena seorang guru yang dikatakan sudah matang untuk mengajar harus mampu membaca
situasi pada murid dan situasi pada pembelajaran.