Anda di halaman 1dari 5

Mata Kuliah : Psikologi Belajar

Dosen pengampu : 1. Dr. M. Ahkam, S.Pd., S.Psi., M.Si

2. Dr. Ahmad, S.Ag, S.Psi., M.Si

TUGAS UTS

“Teori Belajar Edward Lee Thorndike”

Disusun Oleh :

Magfira Diah Lestari

200701502092

KELAS H

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
A. Teori Belajar Thorndike
Edward LeeThorndike, lahir di Williamsburg, Massachussets pada tahun
1874. Thorndike mendapat gelarsarjananya dari Wesleyan University di
Connecticut pada tahun1895, dan master dari Hardvard pada tahun 1897.
ketika disana, mengikuti kelasnya Williyams James dan merekapuncepat
menjadi akrab.dia menerim beasiswa di Colombia, dan mendapatkan gelar
PhD-nya tahun 1898. kemudian dia tinggal dan mengajar di Colombia sampai
pension pada tahun 1940.Beliau menerbitkan suatu buku yang berjudul
“Animal intelligence,An experimental study of associationprocess in
Animal”.Buku ini yang merupakan hasil penelitian Thorndike terhadap
tingkah beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing,dan burung yang
mencerminkan prinsip dasar dari prosesbelajar yang dianut oleh Thorndike
belajar adalah terjadinya hubungan antara stimulus dan respons.
Hukum-Hukum yang digunakan Edward Lee Thorndike
a) Hukum kesiapan (the law of readiness)
 Agar proses belajar mencapai hasil yang sebaik-baiknya,maka
diperlukan adanya kesiapan dari organisme untukmelakukan
belajar. Apabila individu sudah siap untukmelakukan suatu
tingkah laku, maka pelaksanaantingkah laku tersebut memberi
atau mendatangkankepuasan.
 Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkahlaku, tetapi
tingkah laku tersebut tidak dilaksanakanmaka akan menimbulkan
kekecewaan baginya,sehingga menyebabkan dilakukannya tingkah
laku lainuntuk mengurangi kekecewaannya.
 Apabila seseorang belum siap melakukan suatu tingkahlaku, tetapi
ia terpaksa melakukannya, maka akanmenimbulkan
ketidakpuasan.
 Apabila seseorang belum siap melakukan suatu tingkahlaku, dan
menunda untuk melakukan tingkah lakutersebut, maka akan
menimbulkan kepuasan.
b) Hukum Latihan (the law of exercise)
 Hukum penggunaan; prinsip hukum ini adalahhubungan antara
stilumus dan respons yang akanmenjadi semakin kuat jika sering
digunakannya.
 Hukum tidak ada penggunaan; prinsip hukum ini adalahhubungan
antara stimulus dan respons yang akanmelemah jika tidak diikuti
dengan pengulangan(latihan).
 Hukum Akibat (the law of effect) Hukum ini berbunyi “hubungan
antar stimulus danrespons diperkuat apabila akibatnya memuaskan
dan akanmelemah apabila akibatnya tidak memuaskan”.
Suatuperbuatan yang menyebabkan kesenangan atau
kepuasancenderung untuk diulang, sebaliknya apabila
tidakmenyenangkan akan cenderung dihentikan.

Menurut Edward Lee Thorndike belajar akan lebih berhasil bila


respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang
atau kepuasan. Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan oleh
Thorndike ini disebut juga teori belajar koneksionisme. Teori
koneksionisme, memandang bahwa yang menjadi dasar terjadinya belajar
adalah adanya asosiasi antara kesan panca indera dengan dorongan yang
muncul untuk bertindak. Selain itu, Thorndike juga mengemukakan
prinsip-prinsip belajar sesuai aliran koneksionisme, yaitu :

1. Pada saat seseorang berhadapan dengan situasi yang bagi dia


termasuk baru, berbagai ragam respon maka akan ia lakukan.
Respon tersebut ada kalanya berbeda-beda sampai yang
bersangkutan memperoleh respon yang benar.
2. Apa yang ada pada diri seseorang, baik itu berupa pengalaman,
kepercayaan, sikap dan hal-hal lain yang telah ada pada dirinya
turut menentukan tercapainya tujuan yang ingin dicapai.
3. Pada diri seseorang sebenarnya terdapat potensi untu mengadakan
seleksi terhadap unsur-unsur penting dari yang kurang atau tidak
penting hingga akhirnya dapat menentukan respon yang tepat.
4. Orang cenderung memberikan respon yang sama terhadap situasi
yang sama.
5. Orang cenderung menghubungkan respon yang ia kuasai dengan
situasi tertentu tatkala menyadari bahwa respon yang ia kuasai
dengan situasi tersebut mempunyai hubungan.
6. Manakala suatu respon cocok dengan situasinya relatif lebih
mudah untuk dipelajari.

B. Penerapan Teori Belajar Thorndike dalam Pendidikan


Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan
kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pembelajaran untuk
berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin
atau robot. Akibatnya pembelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai
dengan potensi yang ada pada diri mereka. Karena teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka
peserta didik atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan
yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin
menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak
dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu
dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai
bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada
aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Peserta didik adalah
objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus
dipegang oleh sistem yang berada di luar diri peserta didik. Metode penguatan
behavioristik sangat efektif dalam menciptakan perilaku positif pada
lingkungan belajar. Metode seperti itu secara positif mempengaruhi
pembelajaran pada peserta didik.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang
menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi
pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan
pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan
biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut
jawaban yang benar. Maksudnya bila peserta didik menjawab secara “benar”
sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik telah
menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian
yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah
selesai kegiatan pembelajaran.
Referensi :
Firliani, F., Ibad, N., Nauval, D. H., & Nurhikmayati, I. (2019, October). TEORI
THRONDIKE DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Vol. 1, pp.
823-838).

Bakhtiar, F. A., & Gr, M. P. TEORI BELAJAR DARI EDWARD LEE


THORNDIKE.

Shahbana, E. B., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori Belajar Behavioristik


Dalam Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 24-
33.

Anda mungkin juga menyukai