Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dalam


Pendidikan Agama Kristen

MENGANALISA PANDANGAN TOKOH TEORI


BEHAVIORISTIK MENURUT BEBERAPA SUMBER

Dosen Pengampu : Dr. Untari Prihatiningsih, M.Pd.K

Disusun oleh:

1. Hana Dita Paramita


2. Estia Priska Eta
3. Genofifo Sandra Pertiwi
4. Yitron Yigibalom

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BAPTIS INDONESIA

SEMARANG

2022
A. Pendahuluan
Behavioristik adalah aliran psikologi dimana memandang
individu lebih kepada sisi fenomena jasmani dengan mengabaikan
aspek-aspek mental seperti keverdasan, bakat, minat dan
perasaan individu dalam proses kegiatan belajar. 1 Behavioristik
hanya menganalisa perilaku yang nampak dan dapat diukur,
dilukiskan, dan diprediksi. Teori ini juga disebut dengan stimulus-
response theory (S-R). Kelompok orang yang mengembangkan
teori ini disebut dengan behaviorisme, karena menekankan pada
perlunya perilaku (behavior) yang bisa diamati. 2
Beberapa ahli telah berpandangan tentang teori ini diantaranya: (1)
Edward L Thorndike; (2) Clark Leonard Hull; (3) John Watson; (4)
Edwin Ray Guthrie.
B. Pandangan Ahli
1. Edward L. Thorndike
Edward Lee Thorndike merupakan seorang behavioris yang
berasal dari Amerika.3 Teori belajar Thorndike terkenal dengan
istilah koneksionisme (connectionism) yang memandang dasar
dari terjadinya proses belajar adalah adanya asosiasi atau
menghubungkan antara kesan indra (stimulus) dan dorongan
yang muncul untuk bertindak (respon). Asosiasi ini dinamakan
dengan connecting. Belajar merupakan proses pembentukan
hubungan antara stimulus dan respon, aksi dan reaksi. Stimulus
dan respon akan terjadi hubungan apabila sering dilatih. 4
Pandangan Hukum belajar menurut Thorndike, yaitu:
1) Law of readiness (Hukum kesiapan), yaitu semakin siap
seseorang memperoleh suatu perubahan tingkah laku,
maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan
1
Efendi, Konsep Pemikiran Edward L. Thorndike Behavioristik (Guepedia, 2016),
www.guepedia.com.
2
Ibid.
3
Kuntjojo, Psikologi Pendidikan (Guepedia, 2021), www.guepedia.com.
4
Muhamad Soleh Hapudin, Teori Belajar Dan Pembelajaran (Penerbit Kencana, 2021).

1
menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi
cenderung meningkat.5 Hubungan antara stimulus dan
respon mudah terbentuk jika ada kesiapan pada diri
seseorang, dengan penjabaran sebagai berikut: Jika
individu siap melakukan tindakan, maka melakukan
respon, dari respon akan menimbulkan kepuasan dan
berakibat individu tersebut akan melakukan tindakan lain.
Contoh: seorang murid merasa sangat siap menghadapi
ujian dengan belajar keras, maka mengikuti ujian
merupakan suatu tindakan yang menyenangkan karena
dapat mengerjakan dengan benar. Jika individu siap
melakukan tindakan, maka melakukan tindakan, tetapi
tidak dilakuan, maka hal itu akan menimbulkan
kekesalan. Contoh: murid mereasa sangat siap
menghadapi ujian dengan belajar keras, namun tidak
mengikuti ujian karena ujian dibatalkan, maka akan
menimbulkan ketidakpuasan, jengkel karena usahanya
percuma. Jika individu tidak siap melakukan tindakan
maka melakukan tindakan akan menimbulkan kekesalan.
Contoh: murid tidak siap untuk menghadapi ulangan
yang mendadak, maka tindakan mengikuti ujian akan
menimbulkan kekesalan karena merasa tidak
menyenangkan atau khawatir nilai nya jelek.
2) Law of exercise atau Law Ofe Use And Disuse (Hukum
latihan), yaitu semakin sering suatu tingkah laku
diulang/dilatih terus menerus, maka asosiasi tersebut
akan semakin kuat.6 Oleh karena itu diperlukan banyak
latihan, pengulangan, atau pembiasaan. Praktik ini akan
lebih efisien apabila disertai reward. Prinsip dari hukum
5
Dina Amsari, “Implikasi Teori Belajar E.Thorndike (Behavioristik) Dalam Pembelajaran
Matematika,” Jurnal Basicedu 2, no. 2 (2018): 52–60.
6
Ibid.

2
ini adalah koneksi antara kondisi (merupakan
perangsang) dan tindakan akan menjadi kuat karena
latihan-latihan, namun akan melemah jika koneksi antar
keduanya tidak dilakukan atau dihentikan. Aplikasi
hukum ini sebagai berikut: Makin sering hubungan antara
stimulus dan respon dilkukan makan akan semakin kuat
koneksinya (Law of use). Contoh : Guru olah raga
melempar bola dan murid harus menangkapnya. Bola (S)
dan menangkap(R) Jika sering dipraktekan hubungan
stimulus-respon semakin kuat, hingga akhirnya murid
akan terampil menangkap bola. Jika hubungan antara
stimulus dan respon dihentikn untuk periode tertentu,
maka koneksinya akan melemah (law of diuses). Contoh:
keterampilan murid menangkap bola dihentikan dalam
jangka waktu yang relative lama (tidak dilatih lagi), lama
kelamaan ketermpilan menangkap bola menjadi
berkurang atau bahkan hilang (hubungan S R melemah).
3) Law of effect (Hukum akibat), yaitu hubungan stimulus
respon cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya
tidak memuaskan. Contoh : seorang murid membuat
prakarya dengan rapi, peserta didik merasa sangat puas
karena mendapat pujian. Tindakan membuat lampion
dengan rapi mengakibatkan suasana hati menyenangkan
karena merasa puas dan bahkan mendapat pujian dari
hasil prakarya tersebut. Tindakan tersebut akan diingat,
diulangi, dan dipelajari dengan sebaik-baiknya bahkan
berusaha menjadi lebih baik lagi.7

Selain daripada hukum-hukum ini Thorndike menambahkan


hukum tambahan sebagai berikut:
7
Hapudin, Teori Belajar Dan Pembelajaran.

3
1.Hukum reaksi bervariasi (Multiple responses)

Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali


oleh proses trial dan error yang menunjukkan adanya
bermacam- macam respon sebelum memperoleh respon
yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

2.Hukum sikap (Attitude)

Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar


seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus
dengan respons saja, tapi juga ditentukan keadaan yang ada
dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun
psikomotornya.

3.Hukum aktifitas berat sebelah (Pre- potency of element)

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses


belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja
sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan
situasi (selective response).

4.Hukum Response by Analogy

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam


melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami
karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan
situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang
pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan
unsur- unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin
banyak unsur yang sama maka transfer akan makin mudah.

5.Hukum perpindahan asosiasi (Assosiative Shifting)

Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari


situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan

4
secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi
sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur
lama.

Hal yang dapat diterapkan dari teori tersebut, yaitu :          

1) Guru harus tahu apa yang akan diajarkan, materi apa


yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan,
kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respon.
Oleh karena itu tujuan pendidikan harus dirumuskan
dengan jelas.
2) Tujuan pembelajaran harus masih dalam batas
kemampuan belajar murid. Dan terbagi dalam unit-unit
sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan
menurut bermacam- macam situasi.
3) Agar murid dapat mengikuti pelajaran, proses belajar
harus bertahap dari yang sederhana sampai yang
kompleks.
4) Dalam belajar motivasi tidak begitu penting karena yang
terpenting adalah adanya respon yang benar terhadap
stimulus.
5) Murid yang telah belajar dengan baik harus diberi hadiah
dan bila belum baik harus segera diperbaiki.
6) Situasi belajar harus dibuat menyenangkan
7) Materi pelajaran harus bermanfaat bagi murid untuk
kehidupan anak kelak setelah keluar dari sekolah.
8) Pelajaran yang sulit, yang melebihi kemampuan anak
tidak akan meningkatkan kemampuan penalarannya.

Beberapa kelebihan dari teori belajar Thorndike yaitu:

1) Dengan sering melakukan pengulangan dalam


memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan

5
memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu
dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan membuat
anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapinya. 
2) Teori ini sering juga disebut dengan teori trial dan
error dalam teori ini orang yang bisa menguasai
hubungan stimulus dan respon sebanyak- banyaknya
sehingga orang akan terbiasa berpikir dan terbiasa
mengembangkan pikirannya.
3) Teori ini mengarahkan anak untuk berfikir linier dan
konvergen. Belajar merupakan proses pembentukan atau
shapping yaitu membawa anak menuju atau mencapai
target tertentu.

Beberapa kelebihan dari teori belajar Thorndike yaitu:

1) Teori ini sering kali tidak mampu menjelaskan situasi


belajar yang rumit, sebab banyak variabel atau hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang
tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan antara
stimulus dan respon. 
2) Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang
mengacaukan hubungan amtara stimulus dan respon ini
dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan
dengan responnya.
3) Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan
otomatisme belaka disamakan dengan hewan. Meskipun
banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak
selalu bahwa tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi
secara trial and error. Trial and error tidak berlaku mutlak
bagi manusia.  

6
4) Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka
antara stimulus dan respon. Sehingga yang dipentingkan
dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut
dengan latihan-latihan, atau ulangan- ulangan yang
terus- menerus. 
5) Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka
pengertian tidak dipandang nya sebagai suatu yang
pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan pengertian
sebagai unsur yang pokok dalam belajar. 
2. Clark Leonard Hull
Hull mengemukakan dasar stimulus-respon dan adanya
reinforcement.Dimana dalam teori ini juga lebih mementingkan
hasil yang berupa perubahan tingkah laku dari pada proses
yang telah dijalani.
Karakteristik lain dari teori Hull adalah Penguatan
(reinforcement) tingkah laku yang tetap harus dikaikan
menggunakan kondisi bilogis. Teori belajar Hull memakai
interaksi Stimulus-Respon (S-R) sama dengan para ahli
fungsionalis lainnya. Menurut pandangan ini, belajar terjadi
disebabkan adanya interaksi Stimulus-Respon (S-R).
Hypothetico-deductive theory adalah teori belajar yang
dikembangkan Hull dengan menggunakan metode deduktif.
Miller dan Dollard (1941) meringkaskan aplikasi teori Hull untuk
pendidikan sebagai berikut:
Driver: Pembelajaran harus menginginkan sesuatu.
Cue: Pembelajaran harus memerhatikan sesuatu.
Response: Pembelajaran harus melakukan sesuatu.
Reinforcement: Respons pembelajaran harus membuatnya
mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.
Menurut teori Hull, kondis iyang disusun secara optimal akan
mempermudah siswa untuk belajar. Belajar di kelas dapat

7
diklasifikasikan dalam tiga tipe yaitu: stimulus discrimination,
respon differentions, dan reward/punishment konsequences.
Terdapat dua motivasi terhadap belajar siswa yaitu
dorongan atau kebutuhan siswa terhadap situasi belajar dan
harapan murid terhadap konsekuensi belajar. Adanya dorongan
belajar, maka belajar merupakan penguatan. Makin banyak
belajar, makin banyak reinforcement (penguatan) menjadi makin
besar motivasi untuk menggunakan respon yang menuju
keberhasilan belajar. Oleh karena itu guru atau kepala sekolah
harus merencanakan kegiatan belajar berdasarkan pengamatan
yang dilakukan terhadap dorongan yang mendasari siswa. 8
3. John Watson
Beberapa pandangan utama Watson:

Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R


Psychology). Yang dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek
di lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh.
Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap
stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga
termasuk pengeluaran kelenjar.

Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur


lingkungan sangat penting. Dengan demikian pandangan Watson
bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor
eksternal, bukan berdasarkan free will.

Teori dan Konsep Behaviorisme dari Watson

Teori belajar S-R (stimulus – respon) yang langsung ini


disebut juga dengan koneksionisme menurut Thorndike, dan
behaviorisme menurut Watson, namun dalam perkembangan

8
https://nanopdf.com/download/teori-belajar-behaviorisme-clark-leonard-hull_pdf

8
besarnya koneksionisme juga dikenal dengan psikologi
behavioristik.

 Stimulus dan respon (S-R) tersebut memang harus dapat


diamati, meskipun perubahan yang tidak dapat diamati seperti
perubahan mental itu penting, namun menurutnya tidak
menjelaskan apakah proses belajar tersebut sudah terjadi apa
belum. Dengan asumsi demikian, dapat diramalkan perubahan
apa yang akan terjadi pada anak.
 Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok
behaviorisme ini memandang manusia sebagai produk
lingkungan. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat
pengaruh lingkungan sekitarnya. Lingkunganlah yang
membentuk kepribadian manusia.Behaviorisme tidak
bermaksud mempermasalahkan norma-norma pada manusia.
Apakah seorang manusia tergolong baik, tidak baik, emosional,
rasional, ataupun irasional. Di sini hanya dibicarakan bahwa
perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan
lingkungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari
luar.
 Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan
sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang dari
luar dengan respons yang ditampilkan oleh individu. Respons
tertentu akan muncul dari individu, jika diberi stimulus dari luar.
S singkatan dari Stimulus, dan R singkatan dari Respons.
 Pada umumnya teori belajar yang termasuk ke dalam keluarga
besar behaviorisme memandang manusia sebagai organisme
yang netral-pasif-reaktif terhadap lingkungannya. Demikian juga
jika stimulus dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu
yang cukup lama, akan berakibat berubahnya perilaku individu.
Syarat terjadinya proses belajar dalam pola hubungan S-R ini
adalah adanya unsur: dorongan (drive), rangsangan (stimulus),

9
respons, dan penguatan (reinforcement). Unsur yang pertama,
dorongan, adalah suatu keinginan dalam diri seseorang untuk
memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya.
 Unsur berikutnya adalah rangsangan atau stimulus. Unsur ini
datang dari luar diri individu, dan tentu saja berbeda dengan
dorongan tadi yang datangnya dari dalam.

Dalam kegiatan mengajar ataupun kuliah, di mana banyak


pesertanya yang tidak tertarik atau mengantuk, maka sang
komunikator instruksional atau pengajarnya bisa merangsangnya
dengan sejumlah cara yang bisa dilakukan, misalnya dengan
bertanya tentang masalah-masalah tertentu yang sedang trendy
saat ini, atau bisa juga dengan mengadakan sedikit humor segar
untuk membangkitkan kesiagaan peserta dalam belajar.

Respons ada yang positif, dan ada pula yang negatif. Yang
positif disebabkan oleh adanya ketepatan seseorang melakukan
respons terhadap stimulus yang ada, dan tentunya yang sesuai
dengan yang diharapkan. Sedangkan yang negatif adalah apabila
seseorang memberi reaksi justru sebaliknya dari yang diharapkan
oleh pemberi rangsangan.

Unsur yang keempat: adalah masalah penguatan


(reinforcement). Unsur ini datangnya dari pihak luar, ditujukan
kepada orang yang sedang merespons. Apabila respons telah
benar, maka diberi penguatan agar individu tersebut merasa
adanya kebutuhan untuk melakukan respons seperti tadi lagi.
Seorang anak kecil yang sedang mencoreti buku kepunyaan
kakaknya, tiba-tiba dibentak dengan kasar oleh kakaknya, maka ia
bisa terkejut dan bahkan bisa menderita guncangan sehingga
berakibat buruk pada anak tadi. Memang anak tadi tidak mencoreti
buku lagi, namun akibat yang paling buruk di kemudian hari adalah
bisa menjadi trauma untuk mencoreti buku karena takut bentakan.

10
Bahkan yang lebih dikhawatirkan lagi akibatnya adalah jika ia tidak
mau bermain dengan buku lagi atau alat tulis lainnya. Itu penguatan
yang salah dari seorang kakak terhadap adiknya yang masih kecil
ketika sedang mau memulai menulis buku.

Dengan cara penguatan seperti itu, sang anak tidak merasa


dilarang menulis. Itu namanya penguatan positif. Contoh penguatan
positif lagi, setiap anak mendapat ranking bagus di sekolahnya,
orang tuanya memberi hadiah berwisata ke tempat-tempat tertentu
yang menarik, atau setidaknya dipuji oleh orang tuanya, maka anak
akan berusaha untuk mempertahankan rankingnya tadi pada masa
yang akan datang.

 kelompok model belajar yang sesuai dengan teori belajar


behaviorisme ini, itu yang menurut namanya disebut sebagai
hubungan stimulus-respons (S-R bond), pembiasaan
tanpapenguatan (conditioning with no reinforcement), dan
pembiasaan dengan penguatan (conditioning through
reinforcemant).
 Penekanan Teori Behviorisme adalah perubahan tingkah laku
setelah terjadi proses belajar dalam diri siswa. Teori Belajar
Behavioristik mengandung banyak variasi dalam sudut
pandangan. Pelopor-pelopor pendekatan Behavioristik pada
dasarnya berpegang pada keyakinan bahwa banyak perilaku
manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan karena itu,
dapat diubah dengan belajar baru.

Watson percaya bahwa perbendaan perilaku tiap


Induvidu disebabkan oleh pengalaman belajar yang berbeda-
beda Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai
secara konkret. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar
anak, baik yang internal maupun

11
eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan
respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik
terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi,
sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). Teori
Behavioristik mementingkan faktor lingkungan, menekankan
pada faktor bagian, menekankan pada tingkah laku yang
Nampak dengan mempergunakan metode obyektif, sifatnya
mekanis dan mementingkan masa lalu.

Jhon Broadus watson Behaviorisme

Menurut psikologi hanya membatasi diri pada benda-


benda atau hal-hal yang dapat diamati secara langsung,
yaitu stimulus dan respons, sedangkan hal-hal yang terjadi
pada otak tidak berkaitan dengan bidang kajian psikologi.
Lingkungan yang buruk akan mengasilkanmanusia yang
buruk, sebaliknya lingkungan yang baik akan mengasilkan
yang baik.

Teori belajar S-R (Stimulus dan respons) ini disebut


juga koneksionisme menurut Thorndike, dan Behaviorisme
menurut Watson, namun dalam perkembagan
koneksionisme juga dikenal sebagai psikologi Behavioristik.
Thorndike dan pavlov bemberikan sumbangan-sumbangan
penting bagi psikologi behavioral, tetapi John B. Watson
yang memperjuangkan Gerakan Behavioris yang popular.
Dalam artikel ini dia menguraikan ciri-ciri utama filsafat
barunya tentang fsikologi yang dinamakan “Behaviorisme.”
Fsikologi dalam pandagan bahwa behavioris adalah cabang
eksperimental dari yang Ilmu pengetahuan alam. Tujuan
teoritisnya adalah memprediksikan dan mengontrol tingkah
laku. Tingkah laku dapat ditempatkan pada hubungan-
hubungan antara stimulus dan respons, model S-R. stimulus

12
dapat diperlihatkan sebagai suatu yang menyebabkan
responsa tau respons dapat di telelusuri Kembali pada
stimulus. Pengondisian adalah proses belajar untuk bereaksi
terhadap lingkungan.

Dalam merespons intropeksi, Watson dan para


behavioris berpendapat bahwa studi-studi laboratorium
adalah cara yang efektif untuk sttudi dalam pembelajaran.
Teori belajar dari tingkah laku “belajar” dalam kelompok
behaviorisme ini memandang manusia sebagai produk
lingkungan. Lingkunganlah yang membentuk kepribadian
manusia.

Ada beberapa tema utama pandangan : Watson

1. Stimulus adalah semua yang ada dalam lingkungan,


termasuk juga jaringan dalam tubuh, Respons adalah
reaksi organisme terhadap stimulus, mulai dari tingkat
sederhana, hingga tingkat tinggi, juga termasuk
pengeluaran kelenjar.
2. Tingka laku manusia adalah hasil belajar sehingga faktor
lingkungan sangat penting.
3. Bagi Watson, jiwa mungkin saja ada tetapi bujan sesuatu
yang dapat dipelajari atau dijelaskan pendekatan Ilmiah.
Penolakan Watson, terhadap kesadaran “jiwa” ini adalah
ciri utama Behaviorisme dan kelak dipengang teguh oleh
para tokoh aliran ini walaupun dalam derajat yang
berbeda-beda.
4. Berpikir adalah dubvokal talking. Artinya, proses berpikir,
didasarkan pada keterampilan berbicara, dan dapat
disamakan dengan proses berbicara yang “tidak terlihat”
masi dapa diidentifikasi melalui Gerakan halus seperti
gerak bibir atau Gerakan-gerakan lainnya.

13
5. Sumbagan utama Watson adalah pendapat yang tegas,
yaitu bahwa tangka laku dapat dikontrol dan ada Hukum
yang mengaturnya. Jadi psikologi adalah ilmu yang
bertujuan memprediksi tingkah laku. 9

4. Edwin Ray Guthre


ONE TRIAL LEARNING
Teori utama : one trial learning
Prinsip : hukum kontiguitas
Konsep belajar : asosiasi akan terbentuk dengan kuat antara S -
R saat pertama kali
dipasangkan (bandingkan dengan teori dari Aristoteles,
thorndike, skinner, Pavlov)
The Recency Principle Stimulus yang terakhir muncul Yang
akan direspon, jika kombinasi stimulus tersebut Muncul kembali.
Movement produced stimuli suatu respon akan menjadi stimulus
untuk respon selanjutnya sehingga akan terlibat dalam proses
berantai.
Mengapa latihan dapat meningkatkan performance ?
Movement: kontraksi otot Secara sederhana
Act: rangkaian dari movement
Skill: rangkaian dari act
Kesimpulannya : skill terbentuk
Dari banyak act dan act terbentuk dari banyak movement
Mengapa latihan dapat meningkatkan performance ?
Hubungan antara sekelompok Stimulus dengan satu gerakan
adalah dipelajari melalui satu kali percobaan, tetapi proses
Belajar ini tidak membuat Organisme menjadi ahli atau Terlatih
Nature of reinforcement Reinforcement adalah sebuah
Pengaturan yang bersifat Mekanis dan dapat dijelaskan Melalui

9
Fadi, Home,Teori belajar Behavioristik Watson, Behavioristik teori-teori kepribadian,
Justinus semiun, OFM, 72-75.

14
hukum belajar. Reinforcement dapat mengubah Kondisi yang
dengan sengaja imunculkan dan dapat menghambat subjek
untuk belajar meninggalkan
Forgetting One trial learning juga akan menghasilkan forgetting,
yang Muncul karena adanya alternatif Respon lain saat
kehadiran Stimulus. Jika pola stimulus sudah Dihasilkan dari
respon alternatif Tersebut maka akan muncul suatu respon baru
pula. Ingat teori kelupaan retroaktif dari Ebbinghaus.
How to break habits
Kebiasaan adalah respon yang berasosiasi dengan sejumlah
Stimulus. Semakin banyak stimulus yang muncul maka semakin
kuat Kebiasaan yang terbentuk.
Ada dua macam kebiasaan, yaitu Baik dan buruk. Kebiasaan
buruk harus dihilangkan dengan cara :
Treshold method/metode ambang batas
Fatigue method/metode kelelahan
• Incompatible respon method
Incompatible respon method Jika anak takut dengan boneka
Beruang maka saat dihadirkan Boneka beruang juga dihadirkan
Ibu (sosok yang memberikan Kehangatan). Jika hal itu
Dilakukan berulang-ulang maka rasa takut pada anak terhadap
Boneka akan hilang cara lain untuk menghilangkan Kebiasaan
buruk:
Sidetracking a habit
Cara ini dapat dilakukan dengan, cara menghindari tanda atau
isyarat yang dapat memunculkan respon yang tidak
dikehendaki. Bentuk konkritnya adalah Meninggalkan
lingkungan lama dan masuk ke lingkungan yang baru.
Mengapa? Karena di lingkungan yang baru tidak banyak
asosiasi yang terbentuk

15
Hukuman efektif jika apakah hukuman menyebabkan organisme
yang dihukum melakukan sesuatu
Hukuman dapat menghasilkan respon yang baru dengan
Stimulus yang sama hukuman dapat merubah kebiasaan yang
tidak diinginkan.
Hukuman
Hukuman dikatakan bekerja jika mampu merubah cara
Organisme dalam merespon suatu stimulus. Hukuman
dikatakan gagal jika tidak dapat merubah perilaku.
Hukuman
Menurut Guthrie, hukuman sejalan dengan hukum kontiguitas
Hukuman menurut Guthrie adalah: Dapat membuat organisme
Melakukan perilaku yang diinginkan
a. Agar efektif, hukuman harus dapat memunculkan perilaku
yang berlawanan dengan perilaku yang tidak diinginkan
b. Hukuman
c. Agar efektif, hukuman diberikan saat stimulus ada dan
sebelum muncul perilaku yang tidak dinginkan
d. Jika kondisi b dan c tidak tercipta maka hukuman menjadi
tidak efektif.
Dari penelitian Fowler & Miller (1963) tampak bahwa hukuman
Yang sama akan memunculkan Perilaku yang berbeda. Hal ini
menunjukkan bahwa efektivitas Hukuman bukan terletak dari
Jenis hukuman tetapi efek yang Ditimbulkan oleh hukuman
Tersebut.
Drives dan intentions
Drives disebut juga dengan dorongan yang dapat
Mempertahankan keberadaan Stimulus sehingga organisme
akan Tetap aktif sampai tujuannya Tercapai. Intentions yaitu
munculnya respon Yang terkondisikan karena stimulus Tetap
dipertahankan keberadaannya.

16
Transfer of training
Jika seorang siswa ingin Berhasil dalam studinya maka ia Harus
berada pada situasi yang Sama antara situasi latihan Dengan
situasi tes. Karena Semua stimulus yang ada di Dalam ruangan
tempat belajar Akan berasosiasi dengan Informasi-informasi
yang dipelajari.
Transfer of training
Guthrie menerima konsep Thorndike tentang identical Element
yang menekankan Pada proses transfer of learning. 10

Pendapat pribadi
Teori dari Edwin Ray Guthre mengemukakan mengenai one
trial learning. Di mana teori tersebut berkaitan dengan The
Recency Principle Stimulus, Movement produced stimulus,
Nature of reinforcement Reinforcement, Forgetting One trial
learning, drives dan intentions, serta transfer of training. Suatu
yang harus di ketahui seorang pengajar agar dapat mengetahui
potensi dan cara ajar yang tepat bagi setiap peserta didik

10
https://yizi.info/compress-pdf.html

17
Daftar Pustaka

Amsari, Dina. “Implikasi Teori Belajar E.Thorndike (Behavioristik) Dalam


Pembelajaran Matematika.” Jurnal Basicedu 2, no. 2 (2018): 52–60.

Efendi. Konsep Pemikiran Edward L. Thorndike Behavioristik. Guepedia,


2016. www.guepedia.com.

Hapudin, Muhamad Soleh. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Penerbit


Kencana, 2021.

Kuntjojo. Psikologi Pendidikan. Guepedia, 2021. www.guepedia.com.

https://yizi.info/compress-pdf.html
https://nanopdf.com/download/teori-belajar-behaviorisme-clark-
leonard-hull_pdf

Fadi, Home,Teori belajar Behavioristik Watson, Behavioristik teori-


teori kepribadian, Justinus semiun, OFM, 72-75.

18

Anda mungkin juga menyukai