Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Perjanjian Baru II

MENYELIDIKI KITAB-KITAB DISEKITAR KITAB


PERJANJIAN BARU

APOKRIFA, PSEUDOPIGRAPHA, DEUTEROKANONIKA,


NASKAH LAUT MATI

Dosen Pengampu : Tomson Saut Parulian Lumbantobing, M.Th.

Disusun oleh:

1. Hana Dita Paramita


2. Oktavia Risma P
3. Dimar Anggun S
4. Yitron Yigibalom

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BAPTIS INDONESIA

SEMARANG

2022
A. APOKRIFA

Apokrifa adalah sebuah istilah yang sesungguhnya istilah apokrifa


ini bersifat ambivalen dan ambigu (atau tidak tegas). Istilah ini adalah
turunan dari bentuk jamak netral dari kata sifat Yunani “Apokruphos”
yang berarti “tersembunyi”. Istilah ini dikenalkan juga pada tulisan-tulisan
yang termasuk Ketubim (Hagiografa = tulisan-tulisan suci) dalam teks
Septuaginta (LXX).1 Kata tersembunyi tersebet mempunyai dua konotasi:
(1) Tulisan-tulisan yang “disembunyikan” karena sifatnya yang esoteric
(hanya dipahami dan diketahui oleh beberapa orang tertentu saja) (2)
tulisan-tulisan yang “disembunyikan” karena memang harus demikian,
karena kitab-kitab tersebut memang termasuk dalam kanon dan tidak
diakui.2 Dalam buku yang berjudul The Apocryphal Literature, 1945 C.C
Torrey berpendapat “kitab-kitab yang diluar” adalah arti istilah apokrif
yang bermartabat. Umat Protestan menerima tulisan-tulisan Apokrifa
sebagai manfaat rohani saja dan dinilai tidak berwibawa. Terdapat empat
alasan mengapa tulisan apokrifa tidak dimasukan ke dalam kanon alkitab
menurut Unger’s Bible Dictionary, yaitu:

1. Adanya ketidaktepatan historis, geografis dan anakroniusme atau


timpang tindih waktu
2. Ajaran yang salah dan adanya praktik-praktik yang bertentangan
dengan ajaran Kitab Suci
3. Menggunakan tipe sastra yang banyak dan sering menunjukan
kebenaran semu
4. Tidak adanya tanda ilahi yang merupakan unsur-unsur istimewa seperti
kuasa kenabian, suasana puitis dan religi.3

Apokrifa juga disebut sebagai Inter Testement atau kitab-kitab


antar perjanjian dalam teks Septuaginta (LXX).4 Istilah apokrifa dalam

1
Hery Budi Yosef, Pengantar Kekitaban (Bibliologi) (Yogyakarta: Samudra Biru, 2020).
2
Andrew Hill and John H Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2018).
3
Yosef, Pengantar Kekitaban (Bibliologi).
4
Drie S Brotosudarmo, Pengantar Perjanjian Baru (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2017).

1
kebiasaan umat Katolik Roma disebut dengan Deuterokanonika yang
artinya tulisan yang tidak termasuk kedalam kanon utama.

Sebenarnya ada dua pembagian apokrifa yaitu Apokrifa Perjanjian


Lama dan Apokrifa Perjanjian Baru. Apokrifa dalam Perjanjian Lama
dipengaruhi oleh terjemahan Septuaginta (LXX) para penerjemah
menambahkan kitab apokrif sehingga berjumlah 46 kitab, padahal dalam
perjanjian Lama hanya berjumlah 39 kitab. 7 kitab yang ditambahkan
yaitu: Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Hikmat Yesus bin Sirakh
(Sirakh), Barukh, 1 Makabe, dan 2 Makabe.

Kitab Apokrifa Perjanjian Lama memiliki dua kategori, yaitu:

1. Kitab yang ditulis orang Yahudi di Palestina dengan Bahasa Ibrani dan
Aramaik. Sebagian berisi catatan sejarah dan legenda seperti Kitab 1
Makabe, 2 Makabe, dan Yudit.
2. Karya sastra bernilai yang ditulis orang Yahudi yang sudah
dipengaruhi Bahasa Yunani dan banyak dicampuri pemikiran filsafat
dan ajaran Yunani seperti kitab Hikmat bin Sirakh, Kebijaksanaan
Salomo dan Doa Manasye.

Menurut Sifatnya dibedakan menjadi lima kategori, yaitu:

1. Sejarah
2. Wejangan
3. Novel agama
4. Wahyu
5. Apendiks 5

Apokrifa dalam Perjanjian Baru dihubungkan dengan tulisan di


luar kanon Perjanjian Baru sebagai keterangan mengenai Kristus atau para
rasul. Biasanya tulisan–tulisan apokrifa Perjanjian Baru ditulis dengan
bahasa Koptik, Etiopia, Siria, Arab, Slavia, Anglo Saxon dan Bahasa-

5
Johar T Situmorang, Bobliologi (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2013).

2
bahasa Eropa Barat. Isi dari tulisan ini biasanya merupakan cerita ulangan
disertai sisipan-sisipan bahkan jiplakan.6

B. PSEUDOPIGRAPHA

Tulisan-tulisan diluar apokrifa yang dipakai gereja-gereja sebelum


abad 16 disebut dengan istilah Pseudopigrapha. Arti lain dari
Pseudopigrapha ialah kitab yang ditulis dengan memakai nama atau judul
yang keliru. Tulisan-tulisan ini selama kurun waktu antar Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru dianggap penting dan berharga, hal ini karena
digunakan sebagai pengantar dalam memahami kejelasan latarbelakang
Yahudi dalam Perjanjian Baru.7 Pseudopigrapha juga disebut sebagai
sebuah kumpulan kedua dari karya-karya sastra yang tidak diterima
dikanon Alkitab. Tulisan-tulisan ini terdiri dari delapan belas kitab yang
ditulis oleh para penulis Yahudi yang saleh sekitar tahun 200 sM dan
tahun 200 M. Tulisan ini mula-mula ditulis dalam bahasa Ibrani, Aram,
dan Yunani dan telah dipelihara dalam bahasa Yunani, Siria, Etiophia,
Koptik, dan Armenia.8

Kumpulan tulisan ini meskipun tidak termasuk ke dalam kanon


yang diakui baik Yudaisme maupun dalam kekristenan, kitab-kitab ini
tetap diedarkan dan dibaca secara luas dalam gereja Kristen mula-mula.
Surat Yudas dalam Perjanjian Baru (ay. 14-15) mengutip 1 Henokh dan
menyinggung tentang apa yang terjadi dengan Musa (ay. 9). Tulisan-
tulisan ini antara lain adalah Kitab Yobel, Surat Aristeas, Kitab Adam dan
Hawa, Yesaya Mati Syahid, 1 Henokh, Wasiat Dua Belas Patriarkh,
Orakel dari Sibyl, Pengangkatan Musa ke Surga, 2 Henokh atau kitab
Rahasia Henokh, 2 Barukh atau Apokalips Siria dari Barukh, 3 Barukh
atau Apokalips Yunani dari Barukh, 3 Makabe, 4 Makabe, Aboth Pirke,

6
Brotosudarmo, Pengantar Perjanjian Baru.
7
Yosef, Pengantar Kekitaban (Bibliologi).
8
Hill and Walton, Survei Perjanjian Lama.

3
Kisah Ahikar, Mazmur-mazmur Salomo, Mazmur 151, Fragmen Sebuah
Karya Tulisan Orang Zadok.9

C. DEUTEROKANONIKA

Nama Deuterokanonika adalah sebutan khas yang digunakan oleh


kelompok Katolik, sedangkan kelompok Protestan menyebutnya kitab-
kitab Apokrifa. Rupanya sudah diketahui oleh semua orang Kristen,
bahwa ada perbedaan fundamental antara Kitab Suci Katholik dan
Protestan, yaitu pada sekelompok tulisan yang biasa disebut tulisan-tulisan
Deuterokaonika.

Demikian juga keberadaan kanon panjang atau kanon Aleksandria


yang merupakan versi Yunani dari Kitab Suci Ibrani tidak dapat lagi
dipertahankan. Dulu diperkirakan tulisan Deuterokanonika ditulis
langsung dalam bahasa Yunani, akan tetapi sekarang sudah terbukti bahwa
sejumlah tulisan-tulisan Deuterokanonika ditulis dalam bahasa Ibrani
(Kitab Putra Sirakh, Yudit,1 Makabe) atau Aram (Kitab Tobit). 10

Bagi umat Katolik, berdasarkan keputusan Konsili Trent pada


tahun 1546, menambahkan ke-12 kitab Apokrifa, kepada Alkitab Roma
Katolik. Mereka menyebutnya Deuterokanonika (secara harfiah, kanon
kedua). Kitab-kitab dalam daftar Deuterokanonika, yaitu: Tobit, Yudit,
Tambahan-tambahan pada Kitab Ester, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh,
Barukh, Surat Yeremias, Kidung Ketiga Pemuda, Susana Bel dan Naga, 1
Makabe, 2 Makabe.11

D. NASKAH LAUT MATI

Naskah Laut Mati merupakan naskah-naskah (sekitar 981


bagian naskah) yang ditemukan di gua-gua sekitar Wadi Qumran

9
Ibid.
10
V. Indra Sanjaya, “MENURUT DOKUMEN KOMISI KITAB SUCI KEPAUS-,” Diskursus 10,
no. 1 (2011): 98–123, https://journal.driyarkara.ac.id/index.php/diskursus/article/download/
204/118.
11
Caprili Guanga, Anda Bertanya? Alkitab Menjawab (Malang: Literatur SAAT, 2016).

4
sebelah barat laut Laut Mati (Dead Sea) atau dua kilo meter dari
pantai barat laut mati atau dipemukiman Kirbet Qumran. Pada bulan
Januari 1947 seorang anak muda bernama Juma yang mencari
kambingnya dan tanpa sadar ia menemukan gua. Keesokan hari
Juma memberitahukan kepada kedua sepupunya Khalil dan
Muhammad. Esok harinya Muhammad atau nama lengkapnya
Muhammad Adh-Dhib, anak muda dari suku Bedouin yang datang
ke gua itu lebih dahulu dan menemukan guci-guci yang dikiranya
harta karun, namun dalam guci-guci tersebut rupanya berisi
gulungan-gulungan. Dengan demikian Muhammad Adh-Dhib, anak
muda dari suku Bedouin inilah sebagai orang yang pertama atau
mula-mula menemukan gulungan Laut Mati.12
Jenis dokumen yang telah diketemukan pada gulungan Laut
Mati, antara lain: 1) Salinan buku-buku Kanonik (Perjanjian Lama)
hampir meliputi semua kitab kecuali Ester, kitab Yesaya ditemukan
lengkap; 2) salinan naskah non-Kanonik, Apokrifa, dan
Pseudepigrafa; 3) dokumen-dokumen mengenai kehidupan
bermasyarakat.13 Dengan adanya temuan Gulungan naskah Laut
Mati yang ditulis sebelum zaman Kristus, tersedia bukti otentik
eksternal biblikal tentang keakuratan tulisan-tulisan Alkitab yang
ada sampai sekarang, khususnya dengan Masoret Text, yang
dianggap menjadi standar Alkitab Perjanjian Lama berbahasa Ibrani
tertua. Fakta ini memiliki signifikansi pada akurasi data Perjanjian
Lama sebagai kebenaran.14
Bahasa dan abjad yang digunakan pada temuan gulungan laut
mati menggunakan bahasa Ibrani. Pada beberapa salinan dari kitab-
kitab biblis ditulis dalam bahasa Aram. Dengan temuan ini
membuktikan bahwa pada masa pacsapembuangan orang Yahudi di
12
Suyadi Tjhin, “Dead Sea Scrolls Dan Reliabilitas Alkitab Dalam Perspektif Injili,”
Integritas: Jurnal Teologi 1, no. 2 (2019): 146–155.
13
Merrill C Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2003).
14
Aji Suseno, Christian Bayu Prakoso, and Yonatan Alex Arifianto, “Jurnal Teologi” 1, no.
1 (2021): 1–16.

5
Babilonia menggunakan dialek Ibrani bersama dengan Aram.
Namun sebagaian kecil dari gulungan tersebut juga ditulis dengan
bahasa Yunani yang membuktikan kompleksitas linguistik
masyarakat Yahudi pada masa abad pertama.15

15
Michael Wise, Martin Abegg Jr, and Edward Cook, Naskah Laut Mati (Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, 2008).

6
DAFTAR PUSTAKA

Brotosudarmo, Drie S. Pengantar Perjanjian Baru. Yogyakarta: Penerbit Andi,


2017.

Guanga, Caprili. Anda Bertanya? Alkitab Menjawab. Malang: Literatur SAAT,


2016.

Hill, Andrew, and John H Walton. Survei Perjanjian Lama. Malang: Gandum
Mas, 2018.

Sanjaya, V. Indra. “MENURUT DOKUMEN KOMISI KITAB SUCI KEPAUS-.”


Diskursus 10, no. 1 (2011): 98–123.
https://journal.driyarkara.ac.id/index.php/diskursus/article/download/
204/118.

Situmorang, Johar T. Bobliologi. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2013.

Suseno, Aji, Christian Bayu Prakoso, and Yonatan Alex Arifianto. “Jurnal
Teologi” 1, no. 1 (2021): 1–16.

Tenney, Merrill C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2003.

Tjhin, Suyadi. “Dead Sea Scrolls Dan Reliabilitas Alkitab Dalam Perspektif
Injili.” Integritas: Jurnal Teologi 1, no. 2 (2019): 146–155.

Wise, Michael, Martin Abegg Jr, and Edward Cook. Naskah Laut Mati. Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2008.

Yosef, Hery Budi. Pengantar Kekitaban (Bibliologi). Yogyakarta: Samudra Biru,


2020.

Anda mungkin juga menyukai