Anda di halaman 1dari 5

Nama : EICHEL DEORY BANGUN

NPM : 2225100178
Prodi :
Kelas :
Sejarah Alkitab
Alkitab yang kita kenal saat ini, pada awalnya merupakan tulisan-tulisan yang terpisah-pisah
berdasarkan rentang waktu dan jaman penulisannya. Alkitab bertumbuh sebagai bagian dari proses
seleksi yang disebut kanonisasi, berasal dari kata “kanon”.

Kata kanon secara harfiah memiliki arti: gelagah atau buluh. Dalam dunia kuno, gelagah digunakan
sebagai tongkat pengukur atau kayu penggaris untuk membuat garis yang lurus. Kanon Alkitab
maksudnya adalah peraturan, standar, ukuran yang dipakai untuk menentukan kitab-kitab yang diakui
diilhamkan oleh Allah sendiri.

Pada tahun 367, Uskup Athanasius dari Aleksandria memberikan arti teologis pada istilah kanon. Kata
ini dipakai untuk menunjuk kepada Alkitab. Oleh karena itu, kanon didefinisikan sebagai daftar naskah
kitab-kitab dalam Alkitab berjumlah 66 kitab yang telah memenuhi standar peraturan-peraturan
tertentu yang diterima oleh gereja Tuhan sebagai kitab-kitab Kanonik, yang diakui telah diinspirasikan
oleh Allah serta memiliki otoritas penuh dan mutlak terhadap iman Kristen.

Dalam Kanonisasi Alkitab akan dibagi menjadi dua bagian yakni kanonisasi Tanakh (Alkitab Perjanjian
Lama) dan Kanonisasi Perjanjian Baru

Alkitab teks bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari Bible, merupakan kitab-kitab agama
Yahudi dan Kristen yang ditulis pada waktu-waktu yang berlainan dan oleh para nabi dan rasul israel
yang berbeda di lokasi-lokasi yang berbeda. Umat Yahudi dan Kristiani (Kristen) memandang kitab-
kitab dalam Alkitab sebagai hasil dari pengilhaman ilahi, dan sebagai catatan otoritatif mengenai
hubungan antara Allah dengan manusia. Teks-teks tersebut mencakup catatan-catatan sejarah yang
berfokus pada teologi, himne, doa, amsal, perumpamaan, surat (epistola), nasihat, esai, puisi,
dan nubuat. Garis besarnya, Alkitab memuat Firman Tuhan, Sejarah/Peristiwa dan Silsilah.
Alkitab kanonik bervariasi tergantung pada tradisi ataupun kelompok; sejumlah kanon Alkitab. Alkitab
Ibrani dikenal dalam agama Yahudi dengan sebutan Tanakh (Perjanjian Lama).Perjanjian
Baru merupakan sekumpulan tulisan karya para rasul yang diyakini sebagai para murid Yesus Kristus.
Alkitab awalnya ditulis dalam bahasa ibrani, kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Yunani
Koine abad pertama. Tulisan-tulisan Yunani Kristen awal ini terdiri dari berbagai narasi, surat,
dan tulisan apokaliptik. Di antara denominasi-denominasi Kristen terdapat beberapa perbedaan
pendapat mengenai isi kanon, terutama dalam hal Apokrifa, yakni sejumlah karya yang dipandang
dengan beragam tingkat penghormatan.
Berbagai kalangan Kristen menyikapi Alkitab secara berbeda. Kalangan Kristen Katolik Roma, dan
menekankan harmoni serta arti penting Alkitab dan tradisi suci, sementara kalangan
Kristen Protestan berfokus pada konsep sola scriptura, atau Kebenarannya hanya tunduk pada ayat²
yang tertulis dalam alkitab. Konsep ini timbul selama Reformasi Protestan, dan banyak denominasi
Protestan yang hingga saat ini terus mendukung penggunaan Alkitab sebagai satu-satunya sumber
ajaran Kristen.
Dengan jumlah total penjualan yang diperkirakan lebih dari 5 miliar kopi, Alkitab secara luas dianggap
sebagai buku terlaris sepanjang sejarah.[1][2] Diperkirakan bahwa penjualan tahunannya adalah 100
juta kopi,[3][4] dan telah berpengaruh besar dalam sastra dan sejarah, terutama dalam dunia
Barat. Alkitab Gutenberg adalah buku pertama yang dicetak secara massal, dan merupakan buku
pertama yang dicetak menggunakan mesin cetak bergerak.
Kata Bible dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin biblia, dari kata yang sama dalam bahasa
Latdain abad pertengahan dan bahasa Latin Akhir serta dari kata Yunani Koine τὰ βιβλία ta
biblia "kitab-kitab" (bentuk tunggal βιβλίον biblion).[5]
Kata Latin abad pertengahan biblia adalah kependekan dari biblia sacra "kitab suci",
sedangkan biblia dalam bahasa Yunani dan Latin Akhir adalah bentuk jamak yang netral secara gender
(gen. bibliorum). Kata ini secara bertahap dianggap sebagai kata benda feminin tunggal (biblia,
gen. bibliae) dalam bahasa Latin abad pertengahan, dan selanjutnya diserap sebagai suatu bentuk
tunggal dalam bahasa-bahasa daerah setempat di Eropa Barat.[6] Frasa Latin biblia sacra "kitab-kitab
suci" menerjemahkan frasa Yunani τὰ βιβλία τὰ ἅγια ta biblia ta hagia, "kitab-kitab suci".[7]
Kata βιβλίον sendiri memiliki arti harfiah "kertas" atau "gulungan naskah" dan menjadi digunakan
sebagai kata yang umum untuk menyebut "buku" atau "kitab". Kata tersebut merupakan bentuk
singkat dari βύβλος byblos, "papirus Mesir", kemungkinan disebut demikian dari nama pelabuhan
laut bangsa Fenisia—yaitu Byblos (juga dikenal dengan nama Gebal)—yang darinya papirus Mesir
diekspor ke Yunani. Frasa Yunani ta biblia (bermakna harfiah "kitab-kitab papirus kecil")[8] merupakan
"suatu ungkapan yang digunakan kaum Yahudi Helenistik untuk mendeskripsikan kitab-kitab suci
mereka (Septuaginta).[9][10] Penggunaan istilah tersebut oleh kalangan Kristen dapat ditelusuri ke
tahun 223 M.[5] Seorang akademisi biblika bernama F.F. Bruce menyatakan bahwa Yohanes
Krisostomus tampaknya adalah penulis pertama (dalam Homili mengenai Matius, yang
disampaikannya antara tahun 386 dan 388) yang menggunakan frasa Yunani ta biblia ("kitab-kitab")
untuk mendeskripsikan bersama-sama Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.[11]
Kata Alkitab dalam bahasa Indonesia berasal dari frasa "al-Kitab" (bahasa Arab: ‫ )الكتاب‬yang secara
harfiah berarti "buku" atau "kitab". Kata Al, dalam bahasa Indonesia selalu dituliskan dengan huruf
kapital "A", merupakan kata sandang khas dalam bahasa Arab. Di negeri-negeri berbahasa Arab sendiri
"Alkitab" disebut sebagai "al-Kitab al-Muqaddas" (bahasa Arab: ‫ الكتاب المقدس‬- "Kitab Suci"). Oleh karena
itu Alkitab sebenarnya dapat merujuk pada sebutan untuk beberapa kitab kitab Kata "Alkitab" yang
digunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab, dan juga digunakan umat Muslim untuk
menyebut Al-Qur'an.[12]
Pada abad ke-2 SM, kelompok-kelompok Yahudi telah menyebut kitab-kitab Alkitab sebagai "kitab-
kitab suci" (scriptures) dan menyebutnya "kudus" atau "suci", atau ‫( כִּ ְתבֵ י ַהקֹּ ֶדׁש‬Kitvei hakkodesh)
dalam bahasa Ibrani. Kalangan Kristen masa kini yang berbahasa Inggris pada umumnya menyebut
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dari Alkitab Kristen dengan sebutan "The Holy Bible" (dalam
bahasa Yunani: τὰ βιβλία τὰ ἅγια, tà biblía tà ágia) atau "the Holy Scriptures" (η Αγία Γραφή, e Agía
Graphḗ).[13] Kalangan Kristen Protestan di Indonesia umumnya menggunakan sebutan "Alkitab",
sementara kalangan Kristen Katolik lebih sering menyebutnya "Kitab Suci" (kedua kata menggunakan
huruf kapital). Untuk membedakan dengan Al-Qur'an, umat Muslim di Indonesia terkadang menyebut
Alkitab Kristen dengan sebutan "Bibel".
Stephen Langton membagi Alkitab ke dalam pasal-pasal (atau bab) pada abad ke-13, dan seorang
tukang cetak Prancis bernama Robert Estienne membaginya ke dalam ayat-ayat pada abad ke-16. Saat
ini umumnya Alkitab dibagi-bagi berdasarkan kitab, pasal, dan ayat.
Salinan tertua Alkitab lengkap yang masih terlestarikan hingga sekarang adalah sebuah buku
perkamen abad ke-4 awal yang disimpan di Perpustakaan Vatikan, dan dikenal dengan nama Kodeks
Vaticanus. Salinan tertua Tanakh dalam bahasa Ibrani dan Aram bertarikh abad ke-10 M. Salinan
tertua Alkitab Latin (Vulgata) lengkap adalah Kodeks Amiatinus, bertarikh abad ke-8.[14]
Berdasarkan isinya dan gaya penulisan, Perjanjian Lama dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian
utama yaitu:

1. Kitab-kitab Taurat
2. Kitab-kitab sejarah
3. Kitab-kitab hikmat
4. Kitab-kitab kenabian
Sementara pengelompokan untuk Perjanjian Baru adalah

1. Kitab-kitab Injil (4 kitab)


2. Kitab sejarah apostolik (1 kitab)
3. Surat-surat (21 kitab) dan
4. Kitab apokalips (1 kitab).
Perjanjian Lama menceritakan Kisah para tokoh dan nabi jauh sebelum Yesus Kristus lahir, dari Adam
sampai Maleakhi. Sedangkan Perjanjian Baru memuat Kitab-kitab Injil (4 kitab yang berbeda) berisi
sejarah riwayat Yesus Kristus dari sebelum lahirnya sampai kenaikannya, serta -surat yang ditulis oleh
pengikut-pengikut-Nya.
Hal yang bisa dijadikan rujukan landasan pengkanonan Perjanjian Lama, yaitu:

- Kanon dikaitkan dengan nubuat

- Kanon dikaitkan dengan perjanjian (covenant)

- Kanon Perjanjian Lama dipastikan melewati rujukan-rujukan Perjanjian Baru terhadapnya

- Kitab dalam kanon Perjanjian Lama harus ditulis dalam bahasa Ibrani, pengecualian untuk kitab-kitab
dalam Aramaik seperti Daniel pasal 2-7, dan beberapa bagian dalam kitab Ezra (Ezra 4:8–6:18; 7:12–
26).

- Kemudian tulisan itu harus disahkan dengan penggunaan di kalangan komunitas Yahudi, contoh:
Kitab Ester dengan hari raya Purim yang memungkinkannya dimasukkan dalam kanon. Di samping itu,
tulisan itu harus mengandung salah satu tema besar dalam Yudaisme, seperti pemilihan, atau
perjanjian, dan harus ditulis sebelum zaman nabi Ezra, karena dipercayai bahwa wahyu Tuhan sudah
berhenti sejak saat itu.

Kanonisasi Perjanjian Baru dimulai oleh bapa-bapa gereja mula-mula.Klemen dari Roma mencatat
paling sedikit delapan kitab Perjanjian Baru (tahun 95). Ignatius dari Antiokhia mengenali sekitar tujuh
kitab (tahun 115). Polikarpus, murid Rasul Yohanes, mengakui 15 kitab (tahun 108). Di kemudian hari
Irenaeus mencantumkan 21 kitab (tahun 185). Hippolytus mengakui 22 kitab (tahun 170-235).

Tahun 367, Uskup Aleksandria Athanasius menyusun daftar Alkitab Perjanjian Baru dengan jumlah 27
kitab yang kita kenal sebagai kitab-kitab Perjanjian Baru dalam Alkitab.

Konsili Laodikea menjelaskan bahwa hanya Perjanjian Lama (bersama dengan Apokripha) dan 27
kitab-kitab Perjanjian Baru yang dibaca di gereja-gereja. Konsili Hippo tahun 393 dan Konsili Kartage
tahun 397 juga meneguhkan ke 27 kitab yang sama sebagai kitab-kitab yang memiliki otoritas.

Ada tiga prinsip yang dimiliki konsili-konsili ini dalam menentukan apakah suatu kitab Perjanjian Baru
itu betul-betul diilhamkan oleh Roh Kudus.

- Pertama, apakah penulisnya adalah seorang rasul atau memiliki hubungan dekat dengan seorang
rasul

- Kedua, apakah kitab itu diterima secara umum oleh Tubuh Kristus, dan

- Ketiga, apakah kitab itu mengandung ajaran moral yang tinggi dan nilai-nilai rohani yang
mencerminkan pekerjaan Roh Kudus

Rentang waktu penulisan kitab-kitab yang kita kenal dalam Alkitab kita saat ini, memakan waktu
sekitar 1500 tahun (dari tahun 1400 SM-100 M). Bahkan proses pembentukannya menjadi Alkitab
seperti yang kita kenal saat ini, membutuhkan waktu sekitar 1800 tahun (1400 SM - 367 M). Jika bukan
karena kuasa Allah yang bekerja, maka mustahil terjadi pembentukan Alkitab yang membutuhkan
waktu hampir 2000 tahun lamanya.

sejarah terbentuknya Alkitab bagian – bagiannya disalin dengan tingkat ketelitian yang tinggi
menggunakan tulisan tangan oleh para penganutnya. Buktinya bisa dilihat dari salinan – salinan yang
ditemukan hingga sekarang, yang sama dengan teks yang digunakan secara umum. Selain itu juga ada
kutipan – kutipan langsung dari surat – surat zaman dulu yang mendukung kebenaran salinan tersebut
sejak zaman purba hingga sekarang. Ketika mesin cetak diciptakan pertama kali di Eropa, Alkitab Latin
Vulgata merupakan buku pertama yang dicetak dengan mesin cetak tipe bergerak di Percetakan
Johannes Gutenberg pada 1455. Penemuan mesin cetak ini sangat mempercepat penyebaran Alkitab
di seluruh dunia secara drastis
Untuk memudahkan pencarian lokasi pernyataan di dalam Alkitab, masing-masing kitab atau
buku dibagi atas pasal-pasal. Kitab-kitab yang paling pendek terdiri dari 1 pasal saja, yaitu ada
lima: Kitab Obaja, Surat Filemon, Surat 2 Yohanes, Surat 3 Yohanes, dan Surat Yudas; sedangkan yang
paling panjang 150 pasal: Kitab Mazmur.
Masing-masing pasal dibagi menjadi sejumlah ayat. Yang paling sedikit 2 ayat: Mazmur 117; dan yang
paling banyak 176 ayat: Mazmur 119.
"Alamat Alkitab" adalah cara yang digunakan untuk memudahkan pencarian lokasi ayat di dalam
Alkitab. Kejadian 1:1, misalnya, menunjuk pada kitab Kejadian, yaitu kitab pertama dalam
Alkitab, pasal pertama, ayat pertama.
Kitab-kitab di Alkitab disusun secara semi-kronologis, bukan dari waktu turunnya Wahyu. Digolongkan
"Semi-kronologis" karena beberapa kitab tidak diketahui jelas waktu penulisannya dan siapa
sesungguhnya penulisnya, sedangkan beberapa kitab lainnya merupakan kumpulan tulisan yang
dikelompokkan menurut gaya penulisannya. Kitab Amsal yang ditulis oleh raja Salomo, misalnya, tidak
ditempatkan setelah kitab 1 Raja-raja yang membahas riwayat hidup Salomo, namun dikelompokkan
bersama-sama dengan kitab-kitab puisi lainnya (Kitab Ayub, Mazmur, Pengkhotbah, Kidung
Agung). Kitab nabi Yeremia yang hidup pada zaman raja Yosia, contoh lainnya, tidak ditempatkan
setelah kitab 2 Raja-raja yang membahas riwayat raja Yosia, namun bersama-sama dengan kitab-kitab
nabi nabi besar lainnya (Kitab Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, dan Daniel). Kitab-kitab lainnya,
terutama kitab-kitab sejarah, disusun secara kronologis dan urutannya memengaruhi cara pembacaan
agar tidak membingungkan. Kitab Keluaran, misalnya, lebih mudah dibaca setelah membaca
kitab Kejadian karena pembaca akan lebih mengerti latar belakangnya. Demikian juga kitab Kisah Para
Rasul lebih cocok dibaca setelah membaca keempat kitab Injil, karena kitab-kitab Injil itu merupakan
latar belakang penulisan Kisah Para Rasul. Namun beberapa kitab, seperti Kitab Amsal dan Kitab
Pengkhotbah, dapat dibaca secara lepas, walaupun pembaca akan lebih memahaminya jika
mengetahui riwayat penulisnya, Salomo, yang dibahas di kitab-kitab sebelumnya (1 & 2 Raja-raja dan
1 & 2 Tawarikh).
Pembagian Alkitab ke dalam buku, pasal, dan ayat, dan pengurutannya merupakan hasil
dari kanonisasi oleh Bapa Gereja mula-mula. Struktur tersebut sudah tidak berubah selama berabad-
abad sejak abad ke-4 M, namun beberapa terjemahan Alkitab kadang-kadang memiliki konvensi yang
sedikit berbeda, misalnya dalam kitab Mazmur Alkitab bahasa Indonesia, nama penggubah Mazmur
dan judul lagu dijadikan ayat yang pertama dalam suatu pasal, sedangkan dalam bahasa Inggris tidak.
Oleh karena itu Alkitab bahasa Indonesia memiliki beberapa puluh ayat lebih banyak dari bahasa
Inggris.
Selain itu setiap terjemahan Alkitab memiliki bagian sub-pasal yang disebut dengan perikop, yaitu
yang membahas suatu topik tertentu. Pembagian-pembagian ini bukan merupakan bagian isi Alkitab
yang sebenarnya, melainkan hanya sebagai alat bantu untuk memudahkan pembacaan atau pencarian
kembali suatu pembacaan bagian tertentu.

Anda mungkin juga menyukai