Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH

KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA


M. Marihot Simanjuntak, M.Hum.

PENDAHULUAN
Mata kuliah Kitab Suci Perjanjian Lama merupakan salah satu
mata kuliah wajib yang harus diajarkan di Sekolah Tinggi Pastoral St.
Bonaventura-Delitua. Mata kuliah ini menjadi penting bagi calon-calon
tenaga pastoral atau katekis agar terbantu dalam karya pelayanan
mereka di tengah-tengah umat. St. Hieronimus mengatakan: “tidak
mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus” (ignorantia
Scripturarum ignorantia Christi). Maka, pengenalan akan Kitab Suci akan
mendorong para calon katekis memperkenalkan Kristus dalam karya-
karya pewartaan Injil.
Mata kuliah ini bernilai 4 SKS. Para mahasiswa diharapkan
mempunyai waktu yang cukup untuk mendalami Kitab Suci Perjanjian
Lama selama satu semester. Sebagai pengampu mata kuliah ini, saya
berusaha memberikan penjelasan menyangkut sejarah penulisan Kitab,
setting historis dan antropologis dunia perjanjian lama, serta jenis-jenis
kitab yang ada di dalamnya. Pembahasan ini memang tidak sedetail
atau serinci mungkin. Namun demikian, mata kuliah ini pasti berguna
untuk menambah khasanah dan wawasan mahasiswa untuk
berkecimpung di dunia pendidikan dan pastoral. Mahasiswa
diharapkan terbantu dalam menyusun kotbah dan renungan
berdasarkan tafsir Kitab Suci yang dapat dipertanggungjawabkan.
Mata kuliah ini akan berlangsung dalam 14 pertemuan. Masing-
masing pertemuan diisi dengan materi yang berbeda-beda sesuai

1
dengan tuntutan perkuliahan. Materi yang disajikan meliputi: peran
Kitab Suci dalam hidup menggereja, pengenalan tentang Kitab Suci
secara khusus dunia Perjanjian Lama, jenis-jenis kitab dan setting
historis serta teologinya. Dilanjutkan dengan tafsir salah satu perikop
dari masing-masing kitab.
Berikut ini dipaparkan sebaran pembelajaran mata kualiah Kitab
Suci Perjanjian Lama selama satu semester. Perkuliahan ini
dilangsungkan dalam 15 kali pertemuan baik secara daring maupun
tatap-muka.
1. Apa itu Kitab Suci? (1x)
2. Letak Geografis Tanah Terjanji dan Sejarah Bangsa Israel (1x)
3. Kanon dan Terbentuknya Kitab Suci (1x)
4. Tradisi-tradisi pembentuk KS (1x)
5. Kitab-kitab Pentateukh (3x)
6. UTS (1x)
7. Kitab-kitab Sejarah (2x)
8. Kitab-kitab Kebijaksanaan dan Nyanyian (2x)
9. Kitab-kitab Kenabian (2x)
10.UAS (1x)

2
Bahan Bacaan:
1. Bergant, Dianne dan Karris, Robert J. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama.
Kanisius: Yogyakarta, 2002.
2. Groenen, C. Pengantar ke dalam Perjanjian Lama. Yogyakarta,
Kanisius, 1980.
3. Harrington, Daniel J. How Do Catholics Read the Bible. Lanham:
Rowman and Litlefeed Publishers Inc., 2005.
4. Komisi Kitab Suci Kepausan. Penafsiran Alkitab dalam Gereja. Judul
asli: The Interpretation of the Bible in the Church. Diterjemahkan oleh
V. Indra Sanjaya. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
5. Lohfink, Gerhard. Sekarang Saya Memahami Kitab Suci. Disadur dari
judul asli: Jetzt verstehe ich die Bibel oleh Staf Yayasan Cipta Loka
Caraka. Yogyakarta: Kanisius, 1974.
6. Marsunu, Y.M. Seto. Dari Penciptaan sampai Babel: Ulasan Kej 1-11.
Yogyakarta: Kanisius, 2008.
7. Njiolah, Hendrik. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama. Yogyakarta:
Yayasan Pustaka Nusatama, 2006.
8. Simamora, Tano. Bibel: Warisan Iman, Sejarah, dan Budaya. Jakarta:
Obor, 2014.
9. Weiden, Wim van der. Seni Hidup: Sastra Kebijaksanaan Perjanjian
Lama. Yogyakarta: Kanisius, 1995.

3
Pertemuan I
Apa itu Kitab Suci?

Kitab Suci adalah sekumpulan tulisan yang terdiri dari beberapa


buku yang ditulis kalam kurun waktu hampir satu milenium. Inilah
buku yang ditulis sebagai kenangan bagi orang Yahudi dan orang
Kristen. Kitab Suci disebut juga buku iman bagi orang Kristen.
Selanjutnya, kata bibel akan digunakan untuk menyebut tulisan suci
orang Yahudi.
Kata “bibel” berasal dari bahasa Yunani biblion yang berarti buku.
Konon kata ini diambil dari nama sebuah kota bernama Byblos, sebuah
kota pelabuhan Fenisia tempat mengolah bahan papirus (biblos) sebelum
dijual ke Yunani. Sejak abad II sM orang-orang Yahudi di Alexandria
menyebut buku itu “Hukum Musa” (pentateukh).
Pada abad pertengahan, kata benda jamak “ta biblia” (buku-buku
suci) menjadi asal-usul pemberian nama biblia dalam bahasa Latin. Dari
kata biblia muncullah nama-nama modern dalam berbagai bahasa: Bible
(Inggris), Bible (Perancis), Bibel (Jerman), Bibbia (Italia), Biblia
(Spanyol), Bibel (Batak Toba), dll.1
Bibel bukanlah hanya kumpulan dari buku-buku. 24 buku yang
secara resmi diakui oleh orang Yahudi tertulis dalam bahasa Ibrani
(kecuali beberapa halaman Kitab Daniel ditulis dalam bahasa Aram).
Sementara itu, Kitab Suci orang Kristen kurang lebih tiga kali lebih
banyak dari buku yang diakui orang Yahudi karena ditambah dengan
kitab berbahasa Yunani (Deuterokanonika) dan kitab Perjanjian Baru. Di
dalam bibel dan Kitab Suci terdapat berbagai bentuk literer yang dikenal
di zaman antik seperti mitos dan epik, anuale, kumpulan hukum, himne
1
Tano Simamora, Bibel: Warisan Iman, Sejarah dan Budaya, Jakarta: Obor, 2014, hlm. 1

4
dan permohonan, perumpamaan, surat, dan biografi. Proses
penyusunan kitab-kitab itu membutuhkan waktu selama satu
millenium.2
Penempatan teks-teks suci secara terpisah dengan teks-teks lain
menjadi salah satu alasan penyebutan Tulisan Suci atau Tulisan Suci
sejak masa antik hingga sekarang. Bibel dianggap sebagai konstitusi
atau piagam bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan. Selain sebagai
konstitusi, bibel juga disebut Sabda Allah karena berisi perkataan-
perkataan yang berasal dari Allah yang dibacakan dalam peribadatan
orang Yahudi dan orang Kristen. Karena Kitab Suci ini adalah suci maka
dibuat suatu ruang khusus yang disebut genizah yang berdampingan
dengan sebuah sinagoga. Tempat ini didesain secara khusus untuk
menghindari profanisasi Sabda Allah. Orang Yahudi menyebut bagian
berbahasa Ibrani dari Perjanjian Lama dengan Tanak (Torah, Nebiim,
Ketubim).
Di kemudian hari, orang Kristen menambahkan sejumlah teks
berbahasa Yunani dan Perjanjian Baru ke dalam bibel orang Yahudi.
Sejak abad IV diperkenalkan kata Yunani canon untuk merujuk pada
penutusapan secara fisik kumpulan teks biblis. Penutupan ini
dimaksudkan untuk menetapkan teks-teks yang diterima sebagai Kitab
Suci. Prosesnya disebut kanonisasi Kitab Suci. Hasil dari proses ini
adalah Kitab Suci Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru. Isinya
bersumber dari Allah dan bersifat normatif dalam bidang ajaran dan
iman. Lewat proses yang cukup panjang, akhirnya Gereja Katolik
menetapkan secara definitif dan dogmatis kanon Kitab Suci melalui
Konsili Trente pada tahun tahun 1546.3

2
Tano Simamora, Bibel …., hlm. 7-8.
3
Tano Simamora, Bibel …, hlm. 8-9.

5
Pada tahun 1947 terjadi suatu penemuan arkeologis di Qumran
(dekat Laut Mati). Penemuan ini menjadi satu langkah yang
menghasilan perubahan besar dalam interpretasi Kitab Suci. Pengenalan
tentang Palestina, paleografi biblis, sejarah literer dari dunia sebelum
Kekristenan dan era Yesus dijungkirbalikkan oleh temuan gulungan
Qumran.
Manuskrip dari Qumran ini merupakan karya persaudaraan
Kaum Esseni pada awal era kekristenan. Di dalamnya terdapat beberapa
bagian dari semua teks kitab Bibel berbahasa Ibrani kecuali Kitab Ester.
Ada juga veris berbahasa Aram dari kitab-kitab tertentu, terjemahan
berbahasa Yunani dari beberapa kitab, kutipan dari Bibel dalam karya
khas Qumran, komentar atas Bibel dan cerita asli dan filakteris.
Terdapat juga teks langsung yang diteruskan teks Ibrani Bibel dari abad
III sM sampai tahun 68M. Manuskrip tertua yang ada sampai tahun
1947 adalah manuskrip dari Abad Pertengahan (sekitar abad X). Maka,
penemuan manuskrip Qumran merupakan langkah maju dalam dunia
arkeologis Kitab Suci hingga saat ini.4
Bibel berbahasa Yunani – lazim disebut Septuaginta- yang
digunakan sejak masa antik memuat empat kategori. Pertama,
terjemahan 24 kitab dari Bibel berbahasa Ibrani (TaNak). Kedua, versi
dari buku-buku yang dalam bentuk aslinya berbahasa Ibrani tetapi tidak
diterima oleh orang Yahudi dalam bibel (1-2 Makabe, Sirakh, Yudit, dst).
Ketiga, beberapa buku atau dokumen yang ditulis dalam bahasa Yunani
atau yang hanya ada dalam bahasa Yunani, yang diterima dalam kanon
Yunani (Kebijaksanaan Salomo, Tambahan Ester, dst). Keempat, karya-
karya yang tidak termasuk dalam kanon Kristen (Mazmur Salomo, Doa

4
Tano Simamora, Bibel…, hlm. 12-13.

6
Manasse, dst).5 Susunan Bibel orang Yahudi dibuat dalam tiga bagian
besar yaitu Torah, Nebiim, dan Ketubim.
Perjanjian Lama merupakan buku sejarah yang memuat sejarah
Israel dan perjalanannya. Ada banyak peristiwa yang dikisahkan dalam
ruang dan waktu lalu disusun menurut urutan dan peredaran waktu.
Hal ini tampak jelas dalam Kitab Pentateukh dan kitab-kitab sejarah. Di
dalamnya terdapat banyak persoalan yang harus dibahas dengan
seksama. Contohnya. Perjanjian lama menceritakan asal-usul Abraham,
perpindahannya dari Mesopotamia ke Kanaan, dan perjalanan
hidupnya sampai pada kematiannya. Ceritanya cukup menarik tetapi
tidak disebutkan kapan peristiwa-peristiwa itu terjadi dan apa
alasannya (bdk. Kej 11:27-32). Mengenai latar belakang Abraham tidak
ada dibicarakan. Mungkinkah suatu sejarah tentang bapa bangsa Israel
ini ditulis?
Sebenarnya masih banyak persoalan yang dapat digali sejarah
Kitab Suci. Namun demikian, perlu diketahui bahwa ilmu sejarah
adalah suatu penafsiran. Dengan bantuan dokumen-dokumen sejarah
Timur Tengah Purba (Ancient Near East) dan penemuan arkeologis,
Kitab Suci didekati. Menurut G. W. Ahlstrom dalam pendekatan Kitab
Suci yang harus ditemukan bukan hanya apa yang terjadi, melainkan
bagaimana peristiwa-peristiwa itu dimengerti oleh para penulis kuno,
apa tujuan penulisan itu, dan untuk siapa tulisan itu ditujukan.

Kitab Suci sebagai Buku Iman


Kitab Suci yang memuat sabda Allah pertama-tama dilihat sebagai buku
iman, bukan buku sejarah. Namun terdapat dimensi sejarah dalam Kitab
5
Tano Simamora, Bibel…, hlm. 13-14.

7
Suci yang harus dimengerti menyangkut konteks dan penulis. Ilmu
sejarah diperlukan untuk memahami isi Kitab Suci. Dengan demikian,
pembaca dibantu untuk membedakan mana sejarah dan mana tafsiran
iman. Sejarah menolong bagaimana para pengarang Kitab Suci mengerti
sejarah dan mengapa mereka memperoleh pengertian demikian.

Sejarah Israel Menurut Kitab Suci


Sejarah Israel dapat dibedakan dalam 5 periode:
Periode Awal Mula dihitung mulai dari Abraham sampai zaman para
hakim. Ada juga yang menyebut periode ini dengan zaman pra-
kerajaan.
Periode Kerajaan mulai dari pendirian kerajaan sampai keruntuhan
Kerajaan Yehuda. Ada dua kekuatan besar yang mempengaruhi sejarah
Israel yaitu Kerajaan Asyur (mulai pertengahan abad VIII sampai tahun
622 sM) dan Kerajaan Babel (mulai tahun 622 sM sampai pada
kehancuran Kerajaan Yehuda).
Periode Pembuangan (586-538 SM) adalah masa pembuangan di Babel.
Waktunya singkat tetapi sangat menentukan (decisive) dalam
perjalanan iman bangsa Israel.
Periode Sesudah Pembuangan (638-332 SM) mulai dari kembalinya
orang-orang buangan ke Palestina sampai dengan keruntuhan
kekuasaan Persia. Periode ini juga sering disebut zaman pembaruan.
Periode Yudaisme (332-63 sM) merupakan zaman kekuasaan Yunani
sehingga disebut juga periode Yunani. Istilah yang dipilih untuk
periode ini adalah zaman Yudaisme karena mulai zaman ini agama
Yahudi menunjukkan ciri-cirinya yang menonjol.

8
Periode awal-mula dapat dibagi atas beberapa fase:
1. Fase para bapa bangsa (Kej 12-50)
2. Fase eksodus (Kel 1-15)
3. Fase padang gurun (Kel 15- Ulangan)
4. Fase pemukiman Kanaan (Yosua –Hakim-hakim)
5. Zaman para hakim (Hakim-hakim)
Nama nenek moyang bangsa Israel adalah Abraham, Ishak, dan
Yakub. Ketiganya sering disebut sejajar. Mereka itulah yang disebut
dengan bapa-bapa bangsa. Cerita tentang bapa-bapa bangsa ini terdapat
dalam Kitab Kejadian: Abraham (Kej 12-25), Ishak (Kej 26), Yakub (Kej
25-36). Cerita tentang Yakub dilanjutkan dengan kisah Yusuf (Kej 37-50).
Abraham (kej 12-25)
Ditinjau dari sudut kesusastraan, rangkaian cerita ini adalah cerita
keluarga mulai dari kelahiran sampai kematian. Bagian awal cerita
dibuka dengan daftar keturunan (kej 11:27-32) dan ditutup dengan
berita kematian (Kej 25:7-11). Di antaranya ada penerusan generasi.
Namun demikian, bagian ini bukanlah suatu cerita bersambung.
Dari seluruh rangkaian cerita dalam Kej 12-25 terungkap cerita iman.
Yang terpenting pada bagian ini adalah Tuhan berjanji akan menjadikan
Abraham suatu bangsa yang besar (kej 12:1-3) dan memberikan
kepadanya tanah Kanaan sebagai warisan bagi keturunannya. Cerita
iman ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah bangsa Israel.
Hal pertama yang ditanyakan untuk mendalami bagian ini adalah
kapan semuanya yang disaksikan itu terjadi atau dalam perode mana
peristiwa tentang Abraham ini ditempatkan? Kitab Suci tidak secara
eksplisit menyebut kapan Abraham hidup. Studi-studi Kitab Suci juga
tidak berhasil merumuskan hal itu. Ada yang menempatkannya antara

9
sekitar tahun 2000-1800 sM. Tidak ada bukti pendukung dari dokumen-
dokumen Timur Dekat Kuno. Yang bisa diberikan sebagai jawaban atas
pertanyaan di atas adalah periode Abraham terjadi sebelum zaman
pendudukan tanah Kanaan.
Ada teori yang menyebutkan bahwa Kej 11:27-32 dapat dijadikan
sebagai teks pendukung mengenai asal-usul Abraham. Namun teori ini
dapat disanggah. Ada dua kota yang disebutkan dalam teks tersebut
yaitu kota Ur yang terletak di bagian selatan (tenggara) Mesopotamia
yang berkembang di tahun 2000 sM dan dihancurkan pada tahun 1000
sM. Kota itu berkembang kembali menjadi kota dagang pada dinasti
Babel baru (629-539 sM). Kota kedua adalah Haran yang terletak di
Mesopotamia Hulu (barat laut). Kota ini dsebut dalam beberapa
dokumen abad ke-20 sampai abad ke-14 sM. Baru para zaman neo-
Asyur kota ini berkembang menjadi salah satu pusat perdagangan dan
pemujaan dewa Sin (bulan) pada tahun 745-622 sM. Kota Haran
dihancurkan oleh Babel tetapi tempat pemujaan kepada dewa Sin
dibiarkan. Suku Kasdim sendiri pada punya arti sekitar abad 7/6 sM.
Dengan bukti ini maka Kej 11:27-32 tidak mungkin dijadikan sebagai
dokumen untuk menjelaskan asal-usul Abraham dan bukti pendukung
hipotesa perpindahan Abraham. Abraham tidak mungkin muncul
sebelum abad ke-11/9 sM.

10

Anda mungkin juga menyukai