Anda di halaman 1dari 5

Dasar, corak dan tujuan kehidupan kristiani1

Efesus 4:1-16

Jemaat Tuhan Yesus Kristus

Ini adalah salah satu surat Paulus. Salah satu dari empat surat penjara (Efesus, Filipi, Kolose dan
Filemon). Dimulai dengan memberitahukan kepada jemaat di Efesus siapa Kristus yang ia beritakan
itu. Kristus adalah Dia yang melalui-Nya orang-orang percaya di Efesus dipilih; karena itu tidak bisa
tidak, mereka harus mengenal dia dengan benar (psl 1). Dasar pemilihan itu bukanlah kebaikan atau
jasa dari orang-orang di Efesus, melainkan kasih karunia (psl 2). Pemilihan atas dasar kasih karunia
inilah yang telah memungkinkan mereka menjadi anak-anak Allah, dan mengambil bagian dalam
janji-janji Allah yang telah diberikan kepada orang Israel (psl 3).

Oleh karena itu maka jemaat di Efesus harus hidup dalam kesatuan dan damai seorang terhadap
yang lain. Mereka telah belajar mengenal Kristus, telah menanggalkan manusia lama dan
mengenakan manusia baru sehingga mereka harus hidup sebagai manusia baru, sebagai anak-anak
terang (pls 4-5).

Di samping sebagai anggota jemaat, orang-orang Efesus juga adalah anggota-anggota keluarga. Suami
harus mengasihi istri, istri harus tunduk kepada suami dan anak-anak harus menaati orangtua (psl 5-
6).

Menjadi manusia baru berarti menjadi musuh dunia. Sama seperti orang-orang Efesus tidak dapat
percaya atas kekuatan mereka sendiri, demikian jugalah mereka tidak dapat mengalahkan dunia atas
kekuatan mereka sendiri. Mereka perlu bergantung kepada Allah. Bergantung untuk memperoleh
selamat dan untuk mengalahkan dunia (psl 6).

1) Dasar kehidupan kristiani: panggilan

1 Khotbah sulung penahbisan sebagai pendeta di Gereja Presbiterian Indonesi 04 April 2012

1
Jemaat Tuhan Yesus Kristus

Jika memperhatikan ringkasan masing-masing pasal, seperti yang baru saja kita dengar, maka kita
dapat membagi surat ini ke dalam dua bagian besar: doktrinal dan praktis / ortodoksi dan ortopraksis
/ bagian pengakuan dan pengejewantahan, bagian iman dan bagian etis. Pasal 1-3 adalah doktrin
sedangkan pasal 4-6 adalah praktis.

Tujuan penulisan surat ini adalah untuk mengatasi perpecahan yang sedang mengancam kesatuan
jemaat, yang disebakan oleh ketiadaan buah Roh tertentu (4:2), ketiadaan kesehatian (4:3), kehadiran
kata-kata yang kotor (4:29, 31) dan ajaran sesat.

Pertanyaan yang perlu kita jawab sekarang adalah terdapat di dalam bagian manakah bacaan kita
hari ini? Lebih konkrit: terdapat dalam bagian doktrinal atau praktiskah bacaan kita tadi? Jawabannya
ialah bagian praktis. Artinya ajaran Paulus mengenai siapakah para rasul, nabi, penginjil dan gembala
atau pengajar itu berada di dalam frame atau bingkai kehidupan praktis jemaat di Efesus. Lebih
spesifik: pasal 4:1-16 ibarat ‘baut’ yang menggabungkan dua mata rantai: teori dan praktek.

Dalam ayat 1-6 Paulus berbicara tentang kesatuan jemaat. Ia memulainya dengan memberi nasihat
bahwa kehidupan orang-orang percaya di Efesus harus berpadanan dengan panggilan mereka (ay. 1).
Mereka telah dipanggil untuk menjadi anak-anak Allah, untuk hidup dalam kekudusan (1:4-5) dan
kesatuan (4:4). Mereka semua telah dipanggil menjadi satu tubuh, mengambil bagian dalam satu Roh,
percaya kepada satu Tuhan, satu baptisan dan satu Allah yang adalah Bapa dari semua orang.

Dengan menekankan pentingnya kesepadanan antara hidup dengan panggilan, Paulus hendak
mengatakan, “Hai jemaat Efesus, janganlah kamu kaya kata-kata tetapi miskin aksi; janganlah kamu
berlimpah teori tetapi minim praktik; janganlah kamu makmur dalam doktrin tetapi melarat dalam
pengaplikasiannya; janganlah kamu ‘gemuk’ dalam memberi nasiht tetapai ‘kurus’ dalam memberi
teladan.

Dengan kata lain: janganlah kamu kaya nasihat tetapi miskin teladan. Sebaliknya, hidupmu harus
berpadanan, pas, cocok, sesuai, selaras, dan sejalan dengan panggilanmu. Kamu telah dipanggil
sebagai anak-anak Allah; karena itu hiduplah secara demikian. Kamu telah dipanggil menjadi orang-
orang kudus; tunjukkanlah itu. Kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh; janganlah
mengaburkannya dengan menghadirkan perpecahan.”

2) Corak kehidupan kristiani: banyak tapi satu

2
Tetapi apakah hidup dalam kesatuan berarti tidak ada perbedaan? Apakah kesatuan menghilangkan
diversitas? Apakah kesatuan berarti keseragaman? Tidak, kata Paulus! “... kita masing-masing telah
dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus” (ay. 7).

Kalimat Paulus ini jika diterjemahkan secara dinamis oleh orang Jawa abad pertengahan, kira-kira
akan berbunyi bhineka tunggal ika (syair Sutasoma karya Mpu Tantular (abad ke-14). Atau dalam
bahasa keesaan gereja saat ini: kesatuan dalam kepelbagaian. Dalam ayat 7 dst., Paulus mengajarkan
bahwa kesatuan orang-orang percaya di Efesus dibangun dengan karunia yang berbeda-beda.

3) Tujuan kehidupan kristiani: membangun tubuh Kristus

Untuk menjelaskan lebih jauh keanekaan karunia ini, dari mana mereka berasal dan untuk tujuan apa
mereka diberikan, Paulus mengutip Mazmur 68:19. Ayat 7-16 adalah tafsiran Paulus atas Mazmur ini.
Mazmur ini adalah salah satu mazmur mesianis. Yang menarik adalah bahwa Paulus mengutipnya
dengan memberikan sedikit perubahan. Dalam Mazmur 68:19 disebutkan bahwa Dia yang naik itu
menerima persembahan, namun dalam kutipan Paulus disebutkan bahwa Dia yang naik itu
memberikan pemberian-pemberian.

Dalam konteks jemaat di Efesus, pemberian yang dikmasud adalah orang-orang yang telah dipanggil
untuk memperlengkapi orang-orang kudus, yakni rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil
dan gembala atau pengajar: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik
pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi
orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, ...”. (ay 11-12).

Dari kedua ayat ini kita belajar dua hal: Pertama, rasul, nabi, penginjil dan gembala atau pengajar
berasal dari Allah. Artinya, para pejabat gerejawi ini, meskipun dipilih dan diangkat oleh oleh jemaat,
mereka harus menyadari bahwa Tuhanlah yang telah memilih dan menetapkan mereka melalui
jemaat. Jemaat adalah perpanjangan tangan Tuhan. Kedua, mereka diberikan kepada jemaat untuk
tugas penggembalaan dan pengajaran. Dalam bahasa Paulus: “... untuk memperlengkapi orang-orang
kudus...”. Kata ‘memperlengkapi’ memiliki dua arti. Pertama, kata ini adalah istilah teknis dalam
dunia medis dalam pengertian memulihkan tulang yang patah. Kedua, kata ini juga berarti
mempersiapkan. Meskipun para rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar bisa juga disebut dokter-
dokter rohani, arti yang kedua, mempersiapkan, adalah yang paling tepat untuk konteks ini. Mereka
dipanggil untuk mempersiapkan orang-orang kudus, yaitu gereja agar mereka dapat melayani
dengan baik.

Dengan kata lain, mereka dipanggil untuk mengajar anggota jemaat bagaimana caranya berfungsi
dengan baik di dalam jemaat demi kemajuan jemaat. Gereja bukanlah stadion sepak bola. Di stadion
sepak bola memang ada pemain dan penonton. Tetapi di dalam jemaat, semua anggota adalah
3
pemain. Agar mereka menjadi pemain yang baik, mereka harus dipersiapkan. Untuk itulah Tuhan
memberikan orang-orang yang disebutkan dalam ayat 11 itu.

Saudara-saudara yang terkasih,

Kalau Paulus masih hidup sekarang, maka kepada gereja modern ini dia akan berkata: “Hai orang-
orang Kristen abad ke-21, jangalah menjadi orang Kristen omdo alias omong doang; atau lebih kren
sedikit: janganlah menjadi orang Kristen nato, no action talk only. Hendaklah hidup keagamaanmu
berpadanan dengan panggilanmu sebagai anak-anak Allah.”

Andaikan Paulus ada di sini saat ini, akankah nasihatnya berbeda dengan yang disampaikannya
kepada jemaat di Efesus? Jawabannya bisa ‘ya’ bisa ‘tidak’. Adakah gereja di abad ini, yang di
dalamnya tidak ada perpecahan? Adakah gereja Tuhan abad ini, yang hidupnya benar-benar telah
berpadanan dengan panggilannya?

Saya yakin tidak ada di antara kita siang ini yang berani menjawab pertanyaan ini dengan ‘ada’.
Perpecahan tidak sulit kita cari dalam gereja. Bau perpecahan justru lebih gampang diendus daripada
keharuman persatuan. Sikut-menyikut pendeta dengan pendeta, majelis dengan majelis, anggota
jemaat dengan anggota jemaat bahkan antara anggota jemaat dengan para pejabat gereja muncul bak
kacang goreng.

Sama seperti kepada jemaat di Efesus, kepada gereja sekarang pun Tuhan memberikan orang-orang
yang ditugaskan untuk memperlengkapi atau mempersiapkan anggota jemaat untuk melayani
dengan baik dalam rangka membangun tubuh Kristus. Jika dahulu orang-orang itu disebut gembala
atau pengajar, sekarang kita menyebutnya pelayan firman dan sakramen. Tugas seorang gembala
sebenarnya lebih dari hanya berkhotbah dan melayankan sakramen. Sesuai dengan bacaan kita,
seorang gembala atau pengajar dipanggil untuk membuat anggota-anggota jemaatnya siap melayani
Tuhan. Jika tugas ini diterjemahkan ke dalam bahasa dunia usaha, maka seorang gembala adalah
seorang trainer.

Seorang gembala atau pengajar perlu menyadari betul bahwa dia adalah pemberian Allah kepada
jemaat. Sebaliknya, jemaat pun perlu tahu dengan baik, bahwa seorang gembala atau pengajar –
meskipun mereka yang memanggilnya – adalah orang yang ditugaskan Tuhan untuk
memperlengkapi mereka sebagai anggota tubuh Kristus. Tuhan mau memimpin gereja-Nya melalui

4
pemberitaan firman. Untuk itulah Ia memberikan para pejabat gerejawi. Memberi jabatan berarti
memberi pekerjaan.

Amin

Anda mungkin juga menyukai