Anda di halaman 1dari 49

MK Pembimbing Perjanjian Lama 1

(Taurat & Sejarah)

Pelajaran 01 - PENTINGNYA PERJANJIAN LAMA

Daftar Isi

1. Mengapa penting mempelajari Perjanjian Lama?


A. Perjanjian Lama adalah Bagian dari Rencana Allah
B. Perjanjian Lama adalah Bukti akan Kedaulatan dan Kesetiaan Allah
C. Perjanjian Lama adalah Firman Allah
D. Perjanjian Lama adalah Nubuat bagi Perjanjian Baru
2. Mengapa sulit mempelajari Perjanjian Lama?
A. Halangan Bahasa
B. Halangan Budaya
C. Halangan Ketekunan
D. Halangan Praduga yang Salah

Mempelajari kitab-kitab Perjanjian Lama merupakan pengalaman menarik bagi setiap orang
yang ingin mengerti lebih jelas dan gamblang tentang pekerjaan Allah dalam Perjanjian Lama
(akan disingkat PL). Mengapa mempelajari PL? Karena PL berperan sebagai latar belakang
sejarah bagi Perjanjian Baru sehingga kita dapat mengerti Perjanjian Baru. Perjanjian Lama
merupakan dasar yang sangat penting dalam memahami Perjanjian Baru. Karena Perjanjian
Baru (akan disingkat PB) terlindung dalam PL dan PL dinyatakan dalam PB. Hal ini terbukti
dengan adanya lebih 600 ayat dari PL di dalam Perjanjian Baru baik sebagai petikan langsung
atau pun tidak langsung. Dalam pelajaran ini akan dipaparkan mengenai pentingnya
mempelajari Perjanjian Lama.

1. Mengapa Penting Mempelajari Perjanjian Lama?

Ada beberapa hal tentang pentingnya mempelajari PL. Pertama, PL merupakan dasar
dari seluruh pengajaran Yesus, Paulus dan semua murid lainnya. Jadi, sangat wajar bagi
kita untuk belajar PL. Kedua, banyak orang percaya tidak bertumbuh dengan baik karena
kurangnya pemahaman tentang Alkitab terutama tentang PL. Ada banyak salah
pengertian soal peranan PL dalam kehidupan orang percaya, di mana PL dianggap
sebagai bayangan saja bagi Perjanjian Baru (akan disingkat PB). Padahal kegenapan PB
atas PL justru memperkaya kita membaca kebenaran firman Tuhan, di mana PL bisa
menjadi penuntun bagi kehidupan orang percaya. Berkaitan dengan teks, setidaknya
kurang lebih ada 4000 referensi pemakaian PL dalam PB. Sedangkan, dalam kaitan
teologis banyak konsep dalam PL dan PB yang pada dasarnya memiliki kaitan yang
sangat erat (contoh: kurban, penebusan, dan keselamatan).

Pada umumnya umat Kristen dapat menerima Alkitab PB dengan mudah karena Alkitab
Perjanjian Baru adalah dokumen yang memberi kesaksian tentang kehidupan, kematian
dan kebangkitan dan pengajaran Kristus yang penuh kuasa serta sejarah pendirian
gereja-Nya. Akan Tetapi, bagaimana dengan PL? Sering umat Kristen bertanya, apakah
gunanya mempelajari kitab-kitab PL? Bukankah PL lebih banyak berbicara tentang
cerita usang dari sejarah bangsa Yahudi (Israel) tentang raja-raja, nabi-nabi dan tokoh-
tokoh yang tidak ada hubungan langsung dengan kita sekarang? Dapatkah kita menerima
keseluruhan PL sebagai firman Allah yang berotoritas mutlak dalam hidup kita?

Pertanyan di atas sangat penting untuk dijawab. Pelajaran pertama dari Pengantar
Perjanjian Lama (PPL) ini akan menolong kita untuk melihat PL dari sudut pandang
keseluruhan kebenaran Alkitab supaya kita dapat melihat dengan jelas relevansinya bagi
kehidupan Kristen kita sekarang.

Marilah kita mulai dengan menjawab pertanyaan, mengapa penting mempelajari


PL?

A. Perjanjian Lama adalah Bagian dari Rencana Allah

Cara Allah menyatakan Diri-Nya kepada manusia adalah dengan memberikan


pernyataan umum dan pernyataan khusus, yaitu melalui alam, sejarah, hati nurani
manusia dan juga melalui firman dan Anak-Nya, Yesus Kristus. Di dalam
Penyataan-penyataan inilah Allah menyatakan Diri-Nya dan rencana-Nya kepada
manusia (Roma 1:19-20; Yesaya 52:10).

Dalam PL, Allah memakai hamba-hamba-Nya, dengan latar belakang satu bangsa,
yaitu bangsa Israel, untuk menjadi sarana dalam menyampaikan Penyataan-
penyataan rencana-Nya kepada manusia (Yesaya 49:6). Oleh sebab itu, sejarah
lahirnya bangsa Israel dan bagaimana Allah menyertai, menghukum dan
memberkati bangsa ini (yang kita pelajari melalui kitab-kitab PL) seharusnya
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan iman Kristen. Karena melalui
sejarah bangsa ini Allah sebenarnya sedang memberitahukan kepada manusia
tentang Diri-Nya; siapakah Dia dan apakah rencana-Nya bagi umat manusia,
termasuk rencana- Nya bagi kita yang hidup sekarang. Dengan mempelajari PL,
maka kita akan melihat bagaimana Allah secara progresif menyatakan Diri-Nya
untuk dikenal; pertama melalui bangsa pilihan-Nya (Israel), lalu selanjutnya melalui
orang-orang yang dipilih-Nya pada masa PB (Roma 1:16).

B. Perjanjian Lama adalah Bukti akan Kedaulatan dan Kesetiaan Allah

Di balik cerita sejarah bangsa Israel, PL juga menjadi bukti penting akan kedaulatan
Allah atas seluruh alam semesta yang diciptakan-Nya, termasuk di dalamnya
manusia. Dialah yang mengawasi sejarah dan yang akan menyelesaikan rencana-
Nya tepat pada waktu yang sudah ditetapkan-Nya (Filipi 1:6). Dia juga yang
memilih hamba-hamba-Nya sesuai dengan kedaulatan-Nya untuk melaksanakan
rencana kekal-Nya. Di sini sekaligus PL juga menjadi bukti penyataan progresif
akan kesetiaan Allah (Yesaya 25:1). Allah turut bekerja dalam sejarah, termasuk
ketika Israel tidak taat, tetapi Allah tetap setia pada janji-Nya (Roma 3:3). Oleh
karena itu, kitab-kitab PB tidak mungkin dilepaskan dari PL; Allah PB adalah juga
Allah PL yang setia melaksanakan rencana kedaulatan-Nya (keselamatan) bagi umat
pilihan-Nya.

C. Perjanjian Lama adalah Firman Allah

Mengakui bahwa PL adalah Firman Allah adalah bagian yang penting dari iman
Kristen, karena apabila kita mengakui otoritasnya maka berarti kita bersedia tunduk
pada otoritas. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana kita tahu dan
yakin bahwa kitab-kitab PL adalah Firman Allah yang berotoritas? Berikut ini
adalah beberapa bukti bahwa PL adalah firman Allah.

Pertama, bukti dari dalam Alkitab sendiri:

i. Yesus mengakui otoritas Perjanjian Lama

Selama Yesus hidup di dunia Ia mengakui otoritas PL secara penuh. Hal ini
terbukti jelas dalam kitab-kitab Injil bagaimana Yesus selalu mengutip PL
untuk menunjukkan dasar otoritas dan pengajaran-Nya. Misalnya pada waktu
Ia dicobai (Matius 4:1-11). Juga ketika Yesus harus mengklaim kedudukan-
Nya sebagai Anak Allah (Yohanes 10:31-36). Sikap Yesus yang menjunjung
tinggi PL cukup menjadi bukti bahwa PL memiliki otoritas sebagai firman
Allah.

ii. Para Rasul mengakui otoritas Perjanjian Lama

Di antara para Rasul tidak ada bukti satu pun yang memperlihatkan bahwa
mereka tidak memercayai PL sebagai inspirasi dari Allah. Di antara para rasul,
Paulus adalah yang paling jelas memberikan pengakuan secara penuh akan
otoritas PL. Dalam 2 Timotius 3:16, "tulisan" yang dimaksud pada waktu itu
adalah tulisan dari kitab-kitab PL.

iii. Para penulis Alkitab mengakui otoritas Perjanjian Lama

Pola pengakuan otoritas PL juga dijumpai pada penulis-penulis PB lain, seperti


Yakobus atau penulis kitab Ibrani. Mereka melihat PL bukan sebagai rangkaian
sejarah dan peraturan yang mati, tetapi merupakan kisah yang hidup tentang
karya Allah yang menyelamatkan manusia (Yakobus 1:22-23; Ibrani 4:12).

Bukti dari luar Alkitab:

iv. Bapak-bapak gereja secara aklamasi menerima pengakuan akan otoritas PL


melalui pengkanonan Alkitab. Dinyatakan bahwa masing-masing Kitab PL
menunjukkan sifat yang tidak dapat dipisahkan dari pengilhaman ilahi.

v. Allahlah yang memberi inspirasi kepada para penulis PL. Itulah sebabnya
sekalipun para penulis PL hidup pada zaman dan latar belakang yang berbeda,
berita yang mereka sampaikan tidak ada yang saling bertentangan, malah
sebaliknya memberikan satu benang merah berita yang menunjuk pada karya
keselamatan Allah.

vi. Secara praktis terbukti bahwa kitab-kitab PL telah menjadi standar kebenaran
dan memberikan manfaat yang sanggup mengubah kehidupan manusia, karena
Allahlah yang ada di balik penulisan itu.
D. Perjanjian Lama berisi Nubuat bagi Perjanjian Baru

Kitab-kitab dalam PL banyak menunjuk pada nubuat-nubuat yang akhirnya digenapi


pada masa PB (Matius 9:31; Lukas 24:44; Roma 10:4). Keseluruhan dan
kelengkapan berita keselamatan harus dimulai dari PL dan diakhiri dengan PB;
sehingga jelas keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan. Sebab itu, PL harus dipelajari
sebagai sumber dan landasan untuk mengerti penggenapan rencana agung Allah.

Kitab-kitab dalam PL juga penuh dengan tipologi, kalau dipelajari akan menolong
pembaca kitab-kitab PB untuk mengerti lebih jelas keutuhan keseluruhan kebenaran
Alkitab.

2. Mengapa Sulit Mempelajari Perjanjian Lama?

Salah satu alasan mengapa orang Kristen masa kini kesulitan mempelajari Perjanjian
Lama adalah karena jarang membaca. Selain itu, juga minimnya baca dan menggali kitab
Perjanjian Lama. Perjanjian Lama adalah firman Tuhan yang benar dan sama berotoritas
dengan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama memperlihatkan sisi kebutuhan manusia
berdosa akan Juru Selamat yang membebaskan. Sedangkan, Perjanjian Baru menunjuk
langsung kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juru Selamat. Perjanjian Lama
tidak bertentangan dengan Perjanjian Baru. Keduanya, mengajarkan hal yang sama yaitu
seseorang diselamatkan karena percaya kepada karya penyelamatan Yesus Kristus. Dari
uraian di atas kita melihat bahwa penting sekali kita mempelajari Penyataan Allah yang
bersifat progresif itu mulai dari masa PL supaya kita mendapatkan konteks lengkap
mengenai Penyataan Allah secara komprehensif. Akan tetapi, mempelajari kitab-kitab
PL tidaklah tanpa halangan. Ada faktor-faktor penghambat yang kadang menyulitkan
kita mengerti maksud sesungguhnya berita dalam PL. Kesulitan-kesulitan itu mencakup:

A. Halangan Bahasa

Kitab PL ditulis dicatat dalam dua bahasa yaitu, bahasa Ibrani dan bahasa Aram
(Kejadian 31:47; Yeremia 10:11; Ezra 4:8). Dalam PL terdapat empat jenis sastra
dasar yaitu: hukum, kisah sejarah, syair dan nubuat. Bahasa Ibrani PL adalah suatu
sistem penulisan abjad dan tergolong sebagai bahasa Semit Barat Laut yang jauh
berbeda dengan sistem penulisan suku kata dari bangsa Asyur dan Babel. Sebab itu,
kitab-kitab PL sebagian besar disampaikan dalam bahasa Ibrani kuno yang kadang
tidak dapat secara jelas diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Rumpun bahasa
Semit disebut sesuai dengan nama anak-anak Sem, anak Nuh, yang dianggap nenek
moyang bangsa-bangsa Timur Tengah (menurut Kejadian). Dalam rumpun bahasa
yang sama terdapat juga bahasa Arab. Semua bahasa Semit ditulis dari kanan ke
kiri, sesuai dengan kebiasaan pada zaman kuno.

Pada awalnya, huruf-huruf Ibrani hanya berupa huruf-huruf mati tanpa adanya huruf
vokal. Pada tahun 500 M, kaum Masora/Massoreth menambahkan tanda-tanda
vokal dalam Alkitab Ibrani. Kaum Masora adalah kelompok kaum cendekiawan
Yahudi yang berhasil menetapkan pengucapan baku bahasa Ibrani dalam Alkitab.
Kata-kata dalam bahasa Ibrani, sama seperti bahasa Semit yang lainnya, yaitu setiap
akar kata terdiri dari tiga huruf mati.
Pada abad ke-8 SM, kerajaan Asyur melakukan ekspansi ke daerah Barat. Oleh
karena itu, bahasa Aram dipakai secara resmi sebagai bahasa diplomasi dan
perdagangan di seluruh wilayah kerajaan Asyur. Bahasa Aram menjadi bahasa
kedua di wilayah Timur Tengah pada waktu itu, sehingga tidak mengherankan
apabila terdapat beberapa kata dalam Alkitab PL yang ditulis dengan menggunakan
bahasa Aram. Para ahli kitab sangat berhati-hati dalam mempelajari dan menyelidiki
bagian-bagian tertentu dalam Alkitab Ibrani. Para petugas kerajaan Yehuda juga
menggunakan bahasa Aram dalam berdiplomasi, panitera-panitera kerajaan sebelum
masa pembuangan menggunakan bahasa Aram sebagai bahasa utama.

B. Halangan Budaya

Bangsa Israel adalah sebuah bangsa pengembara yang hidup selalu berpindah-
pindah (nomad). Hal ini sesuai dengan nenek moyang mereka, yaitu Abraham yang
dipanggil Tuhan dari Ur-Kasdim menuju tanah Kanaan. Dalam menuju tanah
perjanjian, Abraham singgah di beberapa tempat seperti di Sikhem dan Mesir,
kebiasaan Abraham ini menjadi pola kehidupan bagi keturunannya, yakni Israel.
Israel menjadi budak di Mesir dan mengembara selama 40 tahun di padang gurun.
Kehidupan masyarakat Israel pada mulanya adalah seorang penggembala, sama
seperti Abraham. Namun, setelah memasuki tanah Kanaan, bangsa Israel mulai
mengenal sistem pertanian dan perkebunan. Daerah-daerah di sepanjang sungai
Yordan diusahakan menjadi tempat pertanian yang subur.

Bangsa Israel memiliki budaya yang berkaitan erat dengan leluhur mereka dan tanah
Kanaan yang mereka diami. Penduduk asli negeri Kanaan adalah orang-orang yang
menyembah berhala dan melakukan praktik poligami. Sebab itu, bangsa Israel juga
melakukan poligami, dan sering mereka berpaling dari Allah dan menyembah dewa-
dewi penduduk Kanaan. Israel juga mengenal sistem sosial dalam kemasyarakatan.
Strata sosial tersebut terlihat di penduduk Israel, meskipun bukan dalam sistem
kasta. Terdapat perbedaan kelompok orang-orang kaya, orang-orang miskin, budak,
imam-imam, raja dan pegawai istana, dan orang-orang non-Yahudi yang masuk
menjadi orang Yahudi yang biasanya dikenal dengan nama "Proselit".

C. Halangan Ketekunan

Minimnya ketekunan dalam mempelajari firman Tuhan secara mendalam


menyebabkan kurangnya pemahaman yang luas dan komprehensif. Tanpa
pengetahuan yang cukup, bisa menjadi salah satu faktor kesulitan dalam
mempelajari PL. Setiap orang yang ingin belajar kitab-kitab PL harus memiliki
ketekunan untuk belajar dan menelaah konteks dan isi kitab-kitab PL. Kurangnya
ketekunan dalam mempelajari Alkitab secara menyeluruh dan berkesinambungan
menyebabkan kita tidak dapat menggabungkan relasi PL dan PB secara
komprehensif.

D. Halangan Praduga yang Salah

Sering kita telah memiliki praduga yang salah tentang PL sehingga kita cenderung
hanya memilih berita yang kita sukai dan mengerti, tapi kemudian mengabaikan isi
berita PL yang lain. Oleh sebab itu, kita perlu melihat keseluruhan teks dan konteks
kitab yang sedang kita pelajari, sehingga kita memperoleh pengetahuan yang benar
tentang makna berita PL. Cara untuk menghilangkan praduga yang salah adalah
dengan berlatih tekun dan memiliki kemauan untuk mempelajari lebih serius kitab-
kitab PL.

Pelajaran 02 - LATAR BELAKANG GEOGRAFIS PERJANJIAN LAMA

Daftar Isi

1. Mengapa Penting Mempelajari Latar Belakang Geografi Perjanjian Lama?


2. Ruang Lingkup Geografi Perjanjian Lama
A. Geografis Secara Fisik
B. Geografis Secara Politik
C. Geografis Secara Sejarah
3. Makna Teologis Latar Belakang Geografis (Tanah Perjanjian)
4. Peta Geografis Perjanjian Lama

LATAR BELAKANG GEOGRAFIS PERJANJIAN LAMA

1. Mengapa Penting Mempelajari Latar Belakang Geografi Perjanjian Lama?

Pada pelajaran yang pertama telah kita pelajari bahwa melalui kitab-kitab Perjanjian
Lama (selanjutnya akan disingkat PL), yang berisi sejarah bangsa Israel, Allah telah
menyatakan Diri-Nya dan rencana-Nya kepada manusia. Untuk itu Allah telah
melibatkan Diri dalam sejarah hidup umat pilihan-Nya yang dibatasi dalam ruang dan
waktu. Kisah sejarah bangsa Israel dalam Kitab-kitab PL bukanlah karya sastra yang
direka-reka dan direncanakan oleh pikiran manusia. Kita patut bersyukur bahwa Alkitab
adalah unik dibandingkan dengan kitab suci agama lain, karena Alkitab menyebutkan
banyak sekali nama-nama tempat yang memang pernah ada di dunia ini. Itulah sebabnya
ada dua alasan penting untuk mempelajari latar belakang geografis dunia PL:

A. untuk menjadi bukti bahwa sejarah umat Allah dalam PL adalah sejarah yang
sungguh terjadi di suatu tempat, di suatu waktu di dunia ini.

B. supaya kita dapat mengerti dan menginterpretasikan teks Alkitab dengan lebih baik;
ada ribuan nama tempat, gunung, sungai, bukit, laut dll. dalam Alkitab sehingga
diperlukan pengetahuan yang cukup tentang data-data geografis tersebut. untuk
dapat menafsirkan ayat dengan tepat.

2. Ruang Lingkup Geografis Perjanjian Lama

Adapun lingkup geografis Perjanjian Lama dapat dilihat dari beberapa sisi:

A. Geografi secara fisik, berkaitan dengan bumi secara fisik seperti gunung, sungai,
lembah, dan struktur tanah, angin dan cuaca dll. Semua ini memengaruhi bagaimana
masyarakat hidup di daerah itu; tipe bangunan rumahnya, tipe pekerjaannya, gaya
hidupnya dll..

Daerah peristiwa-peristiwa dalam PL pada dasarnya termasuk lembah utara dan


Delta sungai Nil, semenanjung Sinai, Palestina, Fenisia, Aram, lembah-lembah
sungai Efrat dan Tigris, dan Mesopotamia. Pada masa sekarang ini, daerah-daerah
tersebut disebut dengan sebutan "sabit yang subur" (Fertile Crescent). Tanah
Palestina atau Kanaan adalah sebuah wilayah yang terletak di antara Laut Tengah
(Mediterania) di sebelah Barat dan Padang Gurun Arab di sebelah Timur. Luas
tanah Kanaan sebagaimana yang sering diucapkan dalam kitab-kitab dalam
Perjanjian Lama adalah, "dari Dan sampai Bersyeba" (Hakim-hakim 20:1, I Samuel
3:10). Nama Palestina berasal dari nama "Filistin", sebab pendudukan negeri
tersebut menduduki dataran pantai.

Pada umumnya, tanah Palestina berupa daerah pegunungan. Di antara gunung-


gunung, terdapat lembah-lembah yang cukup subur. Orang Israel adalah orang yang
tinggal dan menduduki daerah pegunungan, oleh sebab itu, bangsa Israel tidak
cakap berperang di tanah yang datar (Hakim-hakim 1:19), walaupun mereka mulai
memakai pasukan kuda untuk melawan Siria dan Asyur. Oleh karena itu, bani Israel
tidak dapat mempertahankan bagian dataran pantai dalam waktu yang lama. Dan,
dataran atau lembah Esdralon merupakan tempat berperang bagi bangsa Israel,
tetapi sering kali bangsa Israel tidak meraih hasil yang baik saat berperang di
lembah Esdralon. Pada sendirinya, tanah Palestina terbagi menjadi empat bidang
yang membujur dari arah Utara ke Selatan.

B. Geografi secara politis, berkaitan dengan pengaturan kelompok masyarakat yang


ada, dari kelompok masyarakat sederhana yang tinggal berpindah-pindah (nomad)
sampai akhirnya membentuk suatu daerah pemukiman yang memiliki daerah
teritorial yang jelas dan bahkan menjadi kerajaan yang berkuasa atas daerah yang
lebih luas.

Pemberian tanah Kanaan sebagai tanah perjanjian didasarkan kepada janji Allah
kepada Abraham. Abraham bukanlah penduduk asli tanah Kanaan, tetapi Abraham
berasal dari Mesopotamia, di sebuah kota yang bernama Ur-kasdim. Pada dasarnya,
Abraham tidak mengenal siapa Allah, sebab penduduk Mesopotamia adalah orang-
orang Kafir yang menyembah berhala. Abraham dipanggil Allah untuk
meninggalkan tanah kelahirannya dan pergi menuju tanah perjanjian. Abraham
tidak tahu pasti di mana tanah perjanjian itu berada, tetapi dengan iman, ia terus
pergi menuju tanah yang dijanjikan Tuhan. Semasa Abraham hidup, Abraham
pernah menempati tanah Kanaan. Pada masa terjadi keributan antara hamba-hamba
Lot dan hamba-hamba Abraham, akhirnya Abraham dan Lot memutuskan untuk
berpisah. Lot memilih daerah di sekitar sungai Yordan yang hijau dan subur,
sementara Abraham memilih daerah yang sebaliknya. Pada saat itulah, Tuhan Allah
berfirman bahwa tanah itu akan menjadi miliknya dan keturunannya.

Masa Teokrasi, bisa dikatakan bahwa Israel mulai menegakkan sebuah kerajaan dan
menentukan batas-batas wilayah secara politis. Masa pemerintahan Saul, luas
kerajaan Israel tidaklah seluas pemerintahan Daud. Daud menggantikan Saul
sebagai raja Israel, kemudian Daud mulai berperang melawan musuh-musuh Israel
dan luas wilayah pun bertambah. Secara teritorial, kerajaan Israel menjadi semakin
luas dan Allah menyerahkan musuh-musuh Israel ke dalam tangan Daud, sehingga
negeri itu diberkati oleh Tuhan. Hingga masa pemerintahan Salomo, luas kerajaan
semakin luas. Namun, ketika Salomo meninggal dunia, maka kerajaan Israel pecah
menjadi dua bagian, yaitu menjadi kerajaan Israel Utara dan kerajaan Israel Selatan.
Kerajaan Israel Utara terdiri dari 10 suku yang dipimpin oleh Yerobeam bin Nebat,
dengan ibu kota di Samaria. Sedangkan, kerajaan Israel Selatan dipimpin oleh
Rehabeam anak Salomo, yang terdiri dari 2 suku, yakni Yehuda dan Benyamin,
dengan ibu kota di Yerusalem.

C. Geografi secara sejarah, berkaitan dengan perkembangan sejarah masyarakat dalam


satu tempat dan satu waktu. Alkitab mencatat bagaimana, di mana dan kapan Allah
menyatakan Diri dan rencana-Nya pada umat pilihan-Nya.

Abraham adalah nenek moyang bangsa Israel. Secara khusus, Allah memanggil
Abraham untuk menuju tanah perjanjian. Bangsa Israel sendiri adalah bangsa yang
menduduki tanah Kanaan dan berbaur dengan penduduk asli negeri itu. Pada masa
Yakub, kelaparan hebat melanda tanah Kanaan, sehingga Yakub dan keluarganya
yang berjumlah 70 orang (Kejadian 46:27) pergi ke Mesir. Di Mesir, bani Israel
mendiami tanah Gosyen dan jumlah mereka semakin bertambah banyak, hingga
akhirnya Firaun yang tidak mengenal Yusuf, memerintah Mesir dan mulai menindas
bangsa Israel.

Hingga, pada masa Yosua, Israel baru menduduki tanah Kanaan setelah masa keluar
dari Mesir. Janji yang Allah ikat dengan Abraham, digenapi pada masa Yosua dan
bangsa Israel mendiami tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Allah. Allah
menyatakan Diri dan rencana-Nya kepada bangsa Israel, dan rencana-rencana yang
Allah janjikan telah digenapi dan penyertaan dan pemeliharaan Allah senantiasa ada
dan melimpah bagi Israel.

*) Untuk penjelasan dan contoh-contoh lebih lengkap simak referensi

3. Makna Teologis Latar Belakang Geografis (Tanah Perjanjian)

A. Allah yang Mengikat Perjanjian

Wilayah tanah Kanaan memiliki porsi muatan makna teologis yang sangat besar
dalam seluruh kitab PL, karena tanah Kanaan merupakan komponen utama dalam
perjanjian Allah dengan bangsa pilihan-Nya, Israel. Hal ini dimulai ketika Abraham
dipanggil untuk pergi ke tanah yang akan Tuhan berikan kepadanya dan bangsa
keturunannya, yaitu Tanah Perjanjian, (Kejadian 11:31; 12:10). Wilayah Tanah
Perjanjian itu disebutkan "mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu,
sungai Efrat" (Kejadian 15:18) dan janji itu dikonfirmasi lagi kepada Ishak
(Kejadian 26:3) dan juga kepada Yakub (Kejadian 28:13).

Perjanjian adalah sebuah janji yang diucapkan dengan sungguh-sungguh yang diikat
oleh sumpah, yang bisa merupakan ucapan lisan ataupun tindakan simbolis. Dalam
PL, perjanjian bertumpu pada janji Allah. Perjanjian Allah dengan Abraham
didasari dalam Kejadian 12:1-3, yaitu pada saat Allah memanggil Abraham untuk
meninggalkan negerinya. Allah menjanjikan negeri atau tanah kepada Abraham.
Kemudian, Allah berjanji bahwa Abraham akan menjadi bapa dari sebuah besar
bangsa, hingga pada akhirnya, Allah berjanji bahwa Allah akan menjadi Allah
Abraham dan keturunannya. Perjanjian ini diprakarsai oleh Allah sendiri dan
Allahlah yang berinisiatif untuk mengikat dan mengadakan perjanjian.

Luas tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham tidaklah jelas batasnya. Namun
dapat dipastikan lebih luas dari negeri Kanaan, karena ketika Lot memilih untuk
tinggal di lembah Yordan yang subur dan banyak air di sebelah timur, Abraham
tinggal di tanah Kanaan, dan di situlah Tuhan berkata kepada Abraham:
"Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan
barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kau lihat itu akan Kuberikan
kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya." (Kejadian 13:14-15).

Tanah Kanaan dijanjikan kepada bangsa Israel, ini artinya bangsa Israel harus
menyingkirkan penduduk asli tanah Kanaan. Yosua memimpin bangsa Israel untuk
menaklukan tanah Kanaan dengan suatu "perang kudus" melawan penduduk asli
tanah Kanaan. Hukuman yang adil diberikan oleh Allah kepada Israel, karena pada
masa penaklukan tanah tersebut, mereka jatuh ke dalam dosa dengan menyembah
dewa-dewa kesuburan orang Kanaan, yakni Baal dan Asyera. Tanah Kanaan sudah
menjadi keji oleh penduduknya dengan berbuat keji dan menyembah berhala. Oleh
sebab itu, umat Israel harus menyingkirkan semuanya itu dan menyucikan tanah
Kanaan sebagai tanah perjanjian yang dijanjikan Allah kepada Abraham dan
keturunannya.

Ratusan tahun kemudian ketika Musa mengingatkan bangsa Israel akan Tanah
Perjanjian yang Tuhan telah berikan kepada mereka, maka Musa menjelaskan batas-
batas tanah itu sebagai, "Majulah, berangkatlah, pergilah ke pegunungan orang
Amori dan kepada semua tetangga mereka di Araba-Yordan, di Pegunungan, di
Daerah Bukit, di Tanah Negeb dan di tepi pantai laut, yakni negeri orang Kanaan
dan ke gunung Libanon sampai Efrat, sungai besar itu. Ketahuilah, Aku telah
menyerahkan negeri itu kepadamu; masukilah, dudukilah negeri yang dijanjikan
Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub,
untuk memberikannya kepada mereka dan kepada keturunannya." (Ulangan 1:7-8).
Dan saat itu bangsa Israel telah menduduki tanah bahkan sampai ke Transyordan,
yang lebih luas dari batas Tanah Perjanjian.

Pada masa Yosua, Tuhan memberi perintah kepada Yosua untuk mengambil seluruh
teritorial seperti yang telah disebutkan oleh Musa (Yosua 1:4). Namun selama masa
itu Israel gagal untuk mendapatkan seluruh tanah yang telah Tuhan janjikan, sebab
utamanya adalah karena ketidaktaatan mereka kepada Tuhan, sehingga Tuhan
menghukum mereka dengan tidak memberikan seluruh tanah itu kepada bangsa
Israel. Dan selama masa raja-raja Israel, tidak ada satu raja pun yang berhasil
mendapatkan seluruh Tanah Perjanjian itu kecuali Daud (itu pun masih ada satu
bagian tanah, Tanah orang Het yang tidak menjadi kekuasaan Israel).

B. Implikasi Teologis Perjanjian Allah dengan Tanah Perjanjian

Allah adalah pribadi yang mengikat perjanjian dengan orang-orang yang dipilih dan
dikehendaki-Nya, seperti Nuh, Abraham, Musa dan Daud. Mengapa Allah mengikat
perjanjian? Apakah yang mendasari perjanjian tersebut? Bagaimana sifat perjanjian
tersebut? Pertanyaan-pertanyaan ini tentu seringkali menjadi pertanyaan bagi orang-
orang Kristen, dan orang Kristen mulai belajar untuk menemukan jawaban di balik
pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Perjanjian terjadi karena Allah yang berinisiatif untuk mengadakan sebuah


perjanjian dengan manusia. Semua perjanjian didasari atas kasih Allah kepada
manusia. Melalui perjanjian-perjanjian tersebut, Allah ingin menyatakan bahwa
Allah adalah kasih, kasih ini dinyatakan dalam Imamat 26:12 yaitu, "Aku akan
menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku." Inilah kehendak Allah dan
ketetapan ini tidak boleh diabaikan. Bagi bangsa Israel sendiri, tanah Perjanjian
merupakan salah satu identitas bagi mereka. Tanah Kanaan tidak hanya bersifat
teritorial saja yang harus diduduki, tetapi lebih dari pada itu, Allah telah
menjanjikan tanah tersebut, maka mereka akan berupaya untuk menduduki tanah
Kanaan.

Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa konsep Tanah dan Perjanjian dalam PL
saling memiliki kaitan yang erat. Tanah merupakan anugerah Tuhan yang dijamin di
atas perjanjian (convenant) yang sah. Sebab itu, Tanah Perjanjian merupakan simbol
akan ketergantungan mereka pada Tuhan. Hubungan Israel dengan tanah itu
merupakan indikasi hubungan mereka dengan Tuhan. Apabila mereka taat kepada
Tuhan maka kemakmuran yang luar biasa akan terjadi di atas tanah itu (Ulangan
22). Sebaliknya, ketidaktaatan bangsa Israel akan perintah Tuhan akan berakhir
dengan dibuangnya mereka dari Tanah Perjanjian (Ulangan 4:25-28; 28:63-68;
Yosua 23:13-16; 1 Raja-raja 9:6- 9; 2 Raja-raja 17:22-23; dll.). Dan, akibatnya pada
masa-masa itu orang Israel harus hidup di tanah pembuangan dan dijajah bangsa-
bangsa lain.

Namun, karena janji bahwa Tuhan akan setia menyertai bangsa ini, maka tidak
untuk selamanya bangsa Israel tinggal di tanah pembuangan. Sebagaimana
perkataan nabi Yeremia, bahwa mereka dibuang ke Babel hanya selama 70 tahun.
Pada zaman Ezra, yaitu pada masa Kerajaan Media-Persia mulai berkuasa. Koresy
memerintahkan bahwa bangsa Israel yang dalam masa pembuangan bisa kembali ke
tanah air mereka. Sehingga, bangsa Israel kembali pulang ke Kanaan dalam tiga
tahap pemulangan, yang pertama dipimpin oleh Zerubabel, tahap yang kedua
dipimpin oleh Ezra dan tahap yang ketiga dipimpin oleh Nehemia. Sejarah PL mulai
diwarnai dengan pertobatan dan perjanjian untuk menjauhkan diri dari pencemaran
dosa dari bangsa kafir (baca Ezra 9:10-15) sehingga bangsa Israel akhirnya pulang
kembali ke tanah airnya dan tinggal di tanah yang Tuhan janjikan itu.
Pelajaran 03 - SEJARAH SINGKAT PERJANJIAN LAMA

Daftar Isi

1. Hal-hal Penting Dalam Mempelajari Sejarah Perjanjian Lama


A. Sejarah Perjanjian Lama adalah Sejarah Kehidupan Manusia yang Nyata
B. Sejarah Perjanjian Lama adalah Pekerjaan Allah
C. Sejarah Perjanjian Lama adalah Sejarah Keselamatan
2. Kronologis Sejarah Perjanjian Lama
A. Zaman Adam sampai Abraham (kira-kira 5000 - 4000 sM)
B. Zaman Patriark-Patriark (kira-kira 2000 - 1400 sM)
C. Zaman Keluar dari Mesir (kira-kira 2000 - 1400 sM)
D. Zaman Hakim-Hakim (kira-kira 1400-1050 sM)
E. Zaman Kerajaan Bersatu (kira-kira 1050 - 931 sM)
F. Zaman Kerajaan Terpisah (kira-kira 930 - 586 sM)
G. Zaman pembuangan di Babel dan kembali ke tanah Israel (kira-kira 587 sM)

SEJARAH SINGKAT PERJANJIAN LAMA

Seperti yang telah disinggung pada pelajaran sebelumnya bahwa sebagian besar Kitab-kitab
dalam PL berisi cerita sejarah, khususnya tentang sejarah bangsa Israel. Cerita-cerita tersebut
bukanlah cerita yang sekadar kita dengar lalu kita lupakan, karena ada makna teologis yang
dapat ditarik kalau kita mempelajari dengan teliti dan dengan tujuan yang benar.

Perjanjian Lama memperlihatkan kepada kita sejarah zaman purba dari sudut pandang ilahi.
Sejarah dikemukakan dan bersifat linear - yakni, sebagai permulaan, titik pusat (Yesus
Kristus), dan akhir. Diperlihatkannya kepada kita bahwa sejarah berlangsung secara bertahap
dengan setiap tahap dibangun di atas tahap yang sebelumnya. Perjanjian Lama harus dilihat
sebagai penyajian sifat-sifat Allah dalam perbuatan. Kita dapat mengetahui siapa Allah itu
dan seperti apa Dia dengan jalan mendengar apa yang sudah dan yang akan dilakukan-Nya.
Sesudah kita mengetahui siapa Dia, dan seperti apa Dia, maka tanggapan yang selayaknya
adalah penyembahan, komitmen dan pelayanan.

Alkitab menerangkan bahwa Allah bekerja untuk mengendalikan sejarah sesuai dengan
rencana-Nya. Tidak seperti sejarah-sejarah lain yang ditulis dalam dunia zaman purba,
Alkitab tidak melakukan penyembahan terhadap tokoh-tokoh yang dianggap sebagai
pahlawan. Alkitab memperlihatkan tokoh-tokoh utama dalam sejarah sebagaimana adanya,
bahkan ketika hal ini mungkin menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang serius. Misalnya,
bagaimana Daud (sebagai penulis mazmur) dapat melakukan pembunuhan, perzinaan, dan
poligami (2 Samuel 11-12). Namun, Alkitab dengan terus terang mengatakan bahwa ia telah
melakukan semuanya itu. PL mencatat sejumlah mukjizat yang menampakkan kuasa Allah.
Berbagai mukjizat tersebar di seluruh narasi, tetapi secara khusus muncul dalam
hubungannya dengan Musa, Yosua, Samuel, Elia dan Elisa (misalnya 1 Raja-raja 17:17-24).
Kejadian-kejadian yang ajaib ini tidak diangkat sebagai kejadian yang biasa dalam kehidupan
orang-orang ini. Kejadian-kejadian itu menyatakan kuasa Allah.

Mempelajari sejarah PL harus dimulai dengan kerinduan untuk mengerti maksud dan rencana
Allah berintervensi (turut campur tangan) dalam sejarah manusia. Hal inilah juga yang
mendorong para ahli Alkitab untuk meneliti dan menyusun urutan kejadian-kejadian dalam
Alkitab untuk melihat kembali bagaimana Allah berkarya, menyatakan Diri-Nya dan
bagaimana Ia bertindak dan berhubungan dengan manusia. Tindakan Allah dalam sejarah
ciptaan-Nya ini membuktikan akan penyertaan dan pemeliharaan Allah terhadap ciptaan-Nya.
Apa yang Allah kerjakan dan tunjukkan di masa lampau dalam sejarah PL, memberikan
dampak dan pengharapan bagi kita yang hidup pada masa kini.

Sejarah PL mempunyai banyak ciri yang menarik. Kejadian-kejadian digambarkan dengan


sangat jelas, hidup, dan ringkas, tetapi tidak selalu mengikuti urutan kronologis yang ketat
(misalnya Kejadian 2, kitab Hakim-Hakim). Alkitab memusatkan perhatian pada persoalan
yang penting dari segi teologis, maka beberapa hal tidak disebutkan sama sekali dan hal-hal
lain diuraikan dengan terperinci. Inti sejarah PL adalah cara Allah mengerjakan keselamatan
dengan Kristus sebagai perwujudan dan sasarannya. Amanatnya jelas, baik di Kitab Samuel,
Raja-Raja maupun di kitab Tawarikh, namun kedua "sejarah" ini berbeda. Yang pertama
memperlihatkan sejarah melalui pandangan para nabi, sedangkan yang kedua
menggambarkan sejarah dari segi pandangan imam atau hanya menyajikan suatu kejadian.
Kedua sejarah ini saling melengkapi dan tidak bertentangan.

Untuk lebih jelasnya di bawah ini adalah hal-hal penting yang perlu diketahui dalam
mempelajari sejarah PL ini.

1. Hal-hal Penting Dalam Mempelajari Sejarah Perjanjian Lama

A. Sejarah Perjanjian Lama adalah Sejarah Kehidupan Manusia yang Nyata

Sejarah PL bukanlah cerita-cerita usang belaka dari suatu bangsa yang hanya rekaan
manusia. Sejarah PL adalah kisah dari sebuah bangsa yang betul-betul ada di dunia,
yang telah dipilih Allah untuk menjadi saluran kasih-Nya. Setiap kejadian yang ada
dalam sejarah PL merupakan sebuah mata rantai sejarah Keselamatan Allah yang
panjang yang saling menyambung, karena kisah yang ada dalam PL tersebut. satu
dengan yang lain memiliki hubungan atau kaitan yang sangat erat, baik hubungan
sebagai kelanjutan cerita, tapi juga hubungan akan penggenapan atas nubuat yang
telah diberikan sebelumnya.

B. Sejarah Perjanjian Lama adalah Pekerjaan Allah

Alkitab PL bukan saja meliputi cerita kronologis bangsa Israel dari permulaan
pemilihan sampai zaman Yesus Kristus, tapi adalah sejarah pekerjaan Allah yang
terus menerus dinyatakan di dalam kehidupan orang-orang Israel agar mereka
mengerti tujuan pekerjaan dan rencana karya Allah untuk keselamatan mereka serta
menjadikan mereka rekan kerja Allah.

C. Sejarah Perjanjian Lama adalah Sejarah Keselamatan

Dari peristiwa-peristiwa yang disusun secara kronologis maka terlihatlah suatu


benang merah dalam seluruh sejarah umat manusia, yaitu Sejarah Keselamatan yang
Allah anugerahkan kepada manusia. Manusia yang telah jatuh dalam dosa dan
terputus hubungan dengan Allah diberikan pengharapan baru; dan pada setiap
generasi, sejarah mencatat, Allah selalu mengulangi panggilan-Nya agar manusia
berbalik dan menerima keselamatan yang dari Tuhan.
Dari tiga hal di atas jelaslah bahwa untuk mempelajari sejarah PL kita harus melihat
keseluruhan beritanya dalam konteks yang tepat. Sejarah PL bukan berisi perintah-
perintah yang harus kita ikuti atau cerita yang bisa kita ambil dan mengerti secara
terpisah-pisah, karena masing-masing peristiwa memiliki latar belakang historis
yang menuju ke satu berita utama, yaitu berita Keselamatan. Oleh karena itu
mempelajari sejarah PL akan menolong kita secara langsung untuk mempelajari
konteks dalam menafsirkan berita PL secara benar.

2. Kronologis Sejarah Perjanjian Lama

Sebelum memberikan garis besar sejarah seluruh PL, perlu terlebih dahulu kita mengerti
bagaimana para ahli Alkitab dan sejarah menentukan waktu terjadinya peristiwa-
peristiwa secara kronologis.

Penentuan waktu kronologis sejarah PL (dari masa penciptaan, Adam dan seterusnya)
tidak begitu mudah untuk dipastikan, karena Alkitab sendiri tidak ditulis untuk maksud
memberikan catatan kronologis yang urut dan lengkap. Tujuan Alkitab mencatat
peristiwa-peristiwa penting adalah untuk memberikan gambaran sehubungan dengan
bagaimana Allah bertindak terhadap manusia pada tempat dan waktu saat itu. Salah satu
cara menentukan waktu kejadian penciptaan Adam adalah dengan teori Ussher
(sekalipun sekarang teori ini tidak populer), yaitu dengan cara menjumlahkan ke
belakang genealogi (silsilah) dan data-data kronologis lain yang terdapat dalam PL
(dengan asumsi bahwa silsilah-silsilah PL semua lengkap dan berurutan). Dengan cara
ini ditentukan bahwa waktu penciptaan Adam adalah tahun 4004 sM. Banyak orang
masih memakai pedoman tarikh waktu Ussher ini sebagai pedoman pengurutan
kronologisnya saja, sedangkan penentuan tahunnya tidak diikuti.

Berikut ini adalah garis besar pembagian sejarah Perjanjian Lama secara kronologis:

A. Zaman Adam sampai Abraham (kira-kira 5000 - 4000 sM)

Zaman ini oleh beberapa sarjana ditempatkan dalam ruang waktu antara 5000-4000
sM, walaupun ada banyak pandangan yang berbeda-beda tentang penetapan waktu
ini.

Dalam zaman ini dicatat dua peristiwa besar:

i. Air bah (Kejadian 6:13; 9:17) - 3000 sM, tahun ini ditentukan dengan
memperhatikan kesamaan antara Air Bah di dalam Alkitab dengan sebuah
kisah air bah yang berasal dari Babel.

ii. Menara Babel (Kejadian 11:1-9) - 3000-2000 sM, karena kejadiannya ini tidak
lama sesudah air bah, (di mana semua manusia masih tinggal di satu daerah).

B. Zaman Patriark-Patriark (kira-kira 2000 - 1400 sM)

Kisah pengembaraan Abraham dalam Kejadian 12-50 dapat diyakinkan dari


berbagai keterangan yang cocok sekali dengan lingkungan kebudayaan periode
tahun 2000 -1600 sM, di mana cara hidup orang-orang zaman itu adalah
mengembara (nomad). Tanah Palestina saat itu masih jarang penduduknya sehingga
pengembaraan masih dapat dilakukan dengan bebas di daerah-daerah yang subur,
bahkan dari daerah Mesopotamia (tempat asal Abraham) ke Palestina.

C. Zaman Keluar dari Mesir (kira-kira 2000 - 1400 sM)

Ada dua periode besar pada zaman ini yang berjalan kira-kira 430 tahun (Keluaran
12:40-41). Pertama adalah masa Abraham dipanggil Tuhan sampai Yakub masuk ke
Mesir (Kejadian 12:4; 2:15; 25:26; 47:9). Kedua, adalah masa bangsa Israel di
Mesir sampai keluar dari Mesir tahun 1290 sM diperkirakan sebagai tahun
keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Saat itu, diperkirakan umur Musa adalah 80
tahun.

D. Zaman Hakim-Hakim (kira-kira 1400-1050 sM)

Zaman ini adalah masa sesudah kematian Yosua. Dalam periode ini ada 13 hakim
yang ditunjuk Tuhan untuk memimpin bangsa Israel hidup di Tanah Perjanjian.

*) Daftar Hakim-hakim lihat di bahan Referensi

Masa Hakim-hakim ini dianggap sebagai masa gelap bangsa Israel, diungkapkan
sebagai masa, "Setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya
sendiri." (Hakim-Hakim 17:6). Pada masa ini sepertinya Tuhan tidak bekerja, baik
melalui mukjizat maupun tanda-tanda lain yang menyertai. Kehidupan bangsa Israel
sangat mundur bukan hanya secara rohani tapi juga dalam hal keamanan dan
kesejahteraan jasMani. Mereka sering dikalahkan, dirampok dan diperlakukan
sangat buruk oleh bangsa-bagsa lain yang lebih kuat. Kunci dari masalah ini adalah
karena dosa-dosa yang diperbuat oleh bangsa Israel, sehingga Tuhan meninggalkan
mereka.

E. Zaman Kerajaan Bersatu (kira-kira 1050 - 931 sM)

Dalam rangkaian sejarah bangsa Israel, periode zaman ini dapat dikatakan sebagai
zaman yang paling gemilang dan makmur. Israel menjadi bangsa yang memiliki
derajat tinggi di antara bangsa-bangsa di sekitarnya. Hal ini ditandai dengan
kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam berbagai bidang (ilmu pengetahuan,
kesusasteraan, pembangunan dll.)

Akan tetapi, pada pihak yang lain sistem pemerintahan "Teokrasi", yaitu
kepemimpinan langsung oleh Tuhan, mulai ditinggalkan oleh bangsa Israel. Tuhan
mengizinkan mereka memiliki raja sendiri untuk memerintah karena kedegilan hati
bangsa ini. Tetapi Tuhan memberikan peringatan yang jelas (1 Samuel 8) bahwa
mereka akan menyesal di kemudian hari.

*) Daftar Raja-raja Israel dapat dilihat di bahan Referensi.

F. Zaman Kerajaan Terpecah (kira-kira 930 - 586 sM)

Kejayaan kerajaan Israel berakhir setelah pemerintahan raja Salomo, karena


kemudian kerajaan ini mulai pecah dan runtuh sedikit demi sedikit dan akhirnya
hancur karena kejahatan mereka di mata Tuhan dan penyembahan-penyembahan
mereka kepada patung-patung berhala.

Karena janji dan kesetiaan Tuhan pada bangsa ini maka tak henti-hentinya Tuhan
berbicara dengan mengirimkan utusan-utusan-Nya. Pada zaman ini beberapa nabi
dibangkitkan Tuhan untuk menyampaikan firman-Nya kepada raja dan rakyat dari
kedua kerajaan yang pecah ini.

*) Catatan: Daftar nabi-nabi dapat dilihat di bahan Referensi.

G. Zaman pembuangan di Babel dan kembali ke tanah Israel (kira-kira 587 sM).

Periode pertama zaman ini adalah masa yang sulit bagi bangsa Israel. Mereka
berkali-kali jatuh ke tangan bangsa lain, dijajah dan ditindas, bahkan mereka sempat
dibuang ke tanah asing untuk menjadi bangsa tawanan. Hal ini Tuhan izinkan terjadi
karena Tuhan sedang menghukum bangsa Israel atas dosa dan kejahatan mereka
dengan harapan supaya mereka mengoreksi diri lalu berbalik kepada Tuhan.

Pada saat yang sama Tuhan juga mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk berbicara
tentang janji kesetiaan Tuhan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan mereka asal
mereka mau berbalik dan mentaati perintah Tuhan.

*) Catatan: Daftar nabi-nabi dapat dilihat di bahan Referensi.

Di tanah pembuangan inilah bangsa Yahudi dan Yudaisme dilahirkan. Orang-orang


yang Tuhan pakai, seperti Ezra dan Nehemia, berhasil memimpin bangsa ini untuk
kembali menegakkan "Monoteisme" dan menghargai firman Tuhan yang diajarkan
oleh nenek moyang dari generasi-generasi sebelumnya, termasuk di dalamnya
adalah Hukum Taurat sebagai pusat pengajaran mereka.

Periode kedua dari zaman ini adalah kembalinya bangsa Yahudi ke tanah Palestina
yaitu setelah tahun 539 sM, ketika Raja Koresy dari Persia menaklukkan Babel dan
bangsa Israel pulang ke tempat asal dan membangun bangsa dan tempat ibadah
mereka kembali.

• Rombongan pertama dipimpin oleh seorang yang bernama Sesbazar (Ezra 1:11;
5:14) 538 sM di mana fondasi Bait Suci diletakkan.

• Rombongan kedua dipimpin oleh Hagai dan Zakharia 520 sM berjumlah 42.360
orang (Ezra 2:64). Bait Suci selesai dibangun.

• Tahun 458 sM ada pengutusan dilakukan oleh Ezra beserta serombongan besar
orang Yahudi (Ezra 7:1-7) dan tahun 445 sM Nehemia datang ke Yerusalem
menyelesaikan pembangunannya.

Pada akhir sejarah PL kita ketahui bahwa orang-orang Yahudi yang pulang ke tanah
air mereka memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi Hukum Taurat dan tempat
ibadah Bait Suci karena mereka memiliki keyakinan yang teguh bahwa merekalah
umat pilihan Allah. Sampai pada permulaan sejarah PB kita masih melihat bahwa
bangsa dan agama Yahudi berkembang terus dengan subur.
Pelajaran 06 - HUBUNGAN PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU

Daftar Isi

1. Perbedaan Dan Persamaan Antara Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru


Perbedaan Antara Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru
Persamaan Antara Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru
2. Perjanjian Lama Adalah Bagian Dari Seluruh Kebenaran Alkitab
3. Perjanjian Lama Adalah Bayang-Bayang Dari Apa Yang Akan Datang (Perjanjian Baru)
4. Yesus Kristus Adalah Puncak Dari Berita Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru
5. Pentingnya Mempelajari Perjanjian Lama

Hubungan Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru

Kitab Suci gereja Kristen terdiri dari dua perjanjian, yaitu PL dan Perjanjian Baru
(selanjutnya akan disingkat PL dan PB). Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan
satu Alkitab, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Sekalipun PL dan PB memiliki rentang
waktu tersendiri, tetapi keduanya berorientasi kepada Yesus Kristus sebagai Mesias yang
dinubuatkan dalam PL, telah datang dalam PB. Perjanjian Lama tetap merupakan bagian
yang terpenting dari Alkitab Kristen karena kedua perjanjian itu membentuk satu catatan dari
wahyu penebusan yang progresif dari Allah kepada umat manusia. Janji dari perjanjian yang
terdahulu atau PL telah digenapi, seperti yang dituliskan oleh penulis Surat Ibrani yang
disebut dengan perjanjian yang "lebih mulia" (Ibrani 8:6).

Satu pertanyaan penting akan timbul ketika kita mulai mempelajari Alkitab PL secara serius,
yaitu apa hubungan PL dengan PB? Memang PL adalah bagian dari Alkitab, yang berotoritas,
namun bagaimana menempatkannya dalam keseluruhan kebenaran Firman Tuhan? Apakah
PL dan PB mempunyai nilai dan arti yang sama? Hal ini sering kali membingungkan, karena
seringkali peranan PL dalam iman dan kehidupan tidak begitu ditekankan dan dipahami oleh
gereja. Sebaliknya PB kelihatan lebih sering ditonjolkan karena dianggap maksud-maksud
dan pernyataan Allah bagi gereja-Nya lebih nyata diungkapkan di dalam PB.

Meskipun alasan di atas tidak seluruhnya salah, namun sangat tidak tepat kalau kita hanya
mendasarkan diri pada pengetahuan PB saja untuk mengerti dan memahami keseluruhan
kebenaran Alkitab, karena pengenalan tentang Allah dalam Alkitab dimulai dari PL. Oleh
karena itu dalam pelajaran ini kita akan secara khusus melihat hubungan antara PL dan PB,
supaya dalam mempelajari Alkitab kita dapat mengerti dan memahami sistematika keutuhan
kebenaran berita Alkitab.

1. Perbedaan Dan Persamaan Antara Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru

A. Perbedaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Apakah ada perbedaan antara PL dan PB? Ya ada, tetapi ketika kita membicarakan
tentang perbedaan PL dan PB, perlu dimengerti bahwa perbedaan di sini bukan
berarti adanya pertentangan. Kita melihat ada perbedaan dalam hal jangkauan dan
keluasan pembahasan antara PL dan PB, namun demikian hal-hal tersebut tidak
saling bertentangan.
Misalnya:

• Perjanjian Lama bercerita tentang hubungan Allah dengan bangsa Israel, tetapi
PB lebih banyak bercerita tentang hubungan Allah (melalui Yesus dan Para
Rasul) dengan jemaat-Nya (gereja-Nya).

• Perjanjian Lama menolong kita mengerti sifat-sifat Allah yang suci, adil dan
benar, tetapi PB lebih menekankan kepada sifat-sifat Allah yang kasih, sabar dan
pemurah.

• Perjanjian Lama memberikan panggilan keselamatan dari satu orang (Abraham)


kepada satu bangsa (Israel). Tetapi, PB memberikan panggilan keselamatan dari
satu bangsa (Israel) kepada bangsa-bangsa lain.


B. Persamaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Persamaan antara PL dan PB tidak dimaksudkan untuk menyejajarkan kedudukan


dan nilai antara PL dan PB, namun persamaan di sini untuk menyatakan bahwa
tidak ada pertentangan antara PL dan PB. Sebaliknya kita melihat bahwa PL dan PB
adalah dua perjanjian yang kebenarannya saling menguatkan satu dengan yang lain.

Misalnya:

• Perjanjian Lama percaya pada Allah sebagai Pencipta alam semesta dan isinya
demikian juga PB.

• Perjanjian Lama menceritakan tentang kejatuhan manusia ke dalam dosa, PB


menegaskan bahwa dosa telah menguasai manusia.

• Perjanjian Lama mencatat bagaimana Allah menyatakan Diri-Nya dan kehendak-


Nya dan PB secara konsisten melihat penyataan Diri Allah itu secara lebih luas
dan lengkap.

• Perjanjian Lama melihat bayang-bayang janji keselamatan, PB melihat fakta janji


keselamatan itu dengan jelas.

• Perjanjian Lama membicarakan nubuat Mesias yang akan datang sedangkan PB


menggenapkan nubuat datangnya Mesias di dalam Yesus Kristus.

2. Perjanjian Lama adalah Bagian Dari Keseluruhan Kebenaran Alkitab

Untuk mengerti hubungan antara PL dan PB, perlu terlebih dahulu dipahami bahwa PL
dan PB adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perjanjian Lama dan PB yang
berdiri sendiri adalah seperti satu bagian cerita yang belum selesai atau seperti satu
pembahasan yang tidak memiliki kesimpulan (konklusi). Namun, PL adalah sepenuhnya
firman Allah yang berisi penyataan Allah tentang Diri-Nya dan rencana-Nya dan yang
secara progresif terus menerus dibukakan menjadi lebih dalam dan lebih lengkap sampai
kepada puncaknya yaitu ketika Ia menyatakan Diri-Nya dalam Yesus Kristus di PB.
Sebab itu, sebagai Penyataan Allah yang progresif, baik PL dan PB adalah Firman Allah
dan masing-masing adalah bagian dari Kebenaran Allah. Namun demikian bagian
bukanlah keseluruhan. Masing-masing bagian tidak lengkap tanpa bagian yang lain.
Perjanjian Baru jelas tidak lengkap tanpa PL. Ketergantungan PB pada PL ditunjukkan
bahkan dari pertama halaman kitab PB dimulai, yaitu Matius 1:1 "Inilah silsilah Yesus
...." Seluruh urutan dan nama-nama dalam silsilah Tuhan Yesus tersebut hanya akan
dipahami kalau kita terlebih dahulu mempelajari PL.

3. Perjanjian Lama adalah Bayang-Bayang dari Apa Yang Akan Datang (Perjanjian Baru)

Seperti telah dibahas pada pelajaran sebelumnya bahwa dalam PL, Allah telah
menyatakan tentang Diri-Nya dan rencana-Nya kepada manusia melalui sejarah bangsa
Israel. Dari bagaimana Allah berhubungan dengan bangsa Israel kita bisa memahami
sifat-sifat Allah. Juga dari hal-hal yang Allah nyatakan kita dapat melihat kerinduan dan
rencana Allah untuk memanggil bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain untuk kembali
kepada-Nya dan bersekutu dengan-Nya. Namun demikian tidak mudah memahami
secara penuh PL, baik yang menceritakan sifat-sifat, kerinduan atau rencana Allah,
karena PL banyak sekali dipenuhi dengan simbol-simbol, gambaran-gambaran dan
nubuat-nubuat yang tidak dapat secara langsung dimengerti maksudnya. Banyak dari
simbol-simbol, gambaran-gambaran, nubuat-nubuat, dan hukum-hukum dan upacara-
upacara yang ditujukan sebagai janji dan menjadi bayang-bayang untuk hal-hal yang
akan Allah lakukan dan genapi di masa PB (Ibrani 10:1). Untuk mengerti hal-hal yang
Allah nyatakan dalam PL, kita perlu sekali mendapatkan penerangan dari PB. Tanpa
diterangi oleh PB, maka PL akan selamanya menjadi kitab-kitab yang misterius yang
tidak akan dipahami beritanya.

4. Yesus Kristus Adalah Puncak dari Berita Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Sebenarnya, kemana PL ingin memimpin pembacanya? Perjanjian Lama ingin


mengarahkan setiap pembacanya kepada Kristus! Kristus adalah puncak berita yang
ingin disampaikan oleh Alkitab, karena Ia adalah Pengantara bagi Perjanjian yang baru
(Ibrani 9:15). Seluruh inti pemberitaan Alkitab, baik PL maupun PB adalah Yesus
Kristus, sehingga dapat dikatakan bahwa Alkitab bersifat Kristosentris. Seluruh
rangkaian peristiwa PL, juga termasuk pengajaran-pengajaran hukum dan nubuat-nubuat
yang disampaikan oleh para nabi-nabi PL, semuanya itu (baik secara langsung maupun
tidak langsung) menunjuk kepada gambaran akan kedatangan, hidup dan misi Kristus di
dunia ini, yaitu melaksanakan rencana keselamatan Allah kepada manusia.

Bukti-bukti Alkitab

A. Yesus adalah pusat dari sejarah Perjanjian Lama

Ketika berjalan dengan dua murid di jalan Emaus, Lukas mencatat bahwa "Ia
(Yesus) menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh
Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi."

B. Yesus adalah penggenapan Hukum Taurat

Dalam Matius 5:17 Yesus berkata, "jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang
untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya."
C. Yesus adalah penggenapan dari nubuat-nubuat Perjanjian Lama

Tuhan Yesus berkata kepada 10 murid-Nya yang dicatat dalam Lukas 24:44- 47,
"Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama
dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku
dalam kitab Taurat Musa dan kitab-kitab Nabi-nabi dan kitab Mazmur. Lalu Ia
membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada
mereka: Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara
orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang
pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai
dari Yerusalem."

Namun, suatu teguran yang sangat ironis karena sekalipun Allah telah menyatakan
maksud rencana-Nya dalam Yesus Kristus melalui para nabi dan utusan-utusan-
Nya, bangsa Israel tetap saja menolak Yesus dan tidak mau menerima Dia. Seperti
yang dikatakan dalam Yohanes 5:39 dan 40, ketika Yesus sedang bercakap-cakap
dengan orang-orang Yahudi, Ia berkata: "Kamu menyelidiki kitab-kitab suci, sebab
kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi
walaupun Kitab-Kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak
mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu."

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sama-sama memiliki tema perjanjian. Tema-
tema teologis dalam PL merupakan sebuah kerangka dasar yang dikembangkan
dalam PB. Mesias yang dinubuatkan dan dijanjikan dalam PL, telah digenapi dalam
sosok Tuhan Yesus Kristus. Maka, PB adalah menggenapi nubuat dalam PL
mengenai sosok Mesias yang dijanjikan. Selain itu, dengan jelas bahwa Tuhan
Yesus menggunakan kitab-kitab PL dalam berkhotbah dan sering kali Tuhan Yesus
mengutip perkataan nabi Yesaya. Berdasarkan keterangan ini, kita bisa memperoleh
pelajaran yang berharga bahwa PL dan PB adalah Alkitab yang sama-sama
berotoritas.

Oleh sebab itu, pada pelajaran Pengantar Perjanjian Lama yang terakhir ini, marilah
kita menyadari betapa pentingnya menempatkan Kristus sebagai pusat sejarah PL
dan PB karena di dalam Kristuslah kita dapat melihat kepenuhan Allah dinyatakan.
Biarlah mulai saat ini kita bisa melihat PL dengan terang PB untuk kita dapat
menggali kekayaan Firman Tuhan (Alkitab) ini dengan sebaik mungkin. Seperti
teladan penulis-penulis PB yang menggunakan PL untuk menjelaskan tentang Yesus
dan juga menggunakan Yesus untuk menjelaskan PL.

5. Pentingnya Mempelajari Perjanjian Lama

Perjanjian Lama adalah serangkaian buku-buku yang ditulis lebih dari dua ribu tahun
yang lalu. Oleh sebab itu, beberapa bahkan banyak orang bertanya apakah PL itu masih
perlu dipelajari pada masa sekarang ini. Jika kita membeli baju yang baru, maka baju
yang lama akan dibuang. Jika kita memasuki orde baru, maka tatanan yang lama tidak
dipakai lagi. Bagaimana dengan PL? Apakah masih relevan? Atau sudah usang?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat dijawab dengan beberapa pokok di bawah ini:

A. Perjanjian Lama merupakan Alkitab Tuhan Yesus


• Yesus mengenal sejarah PL

• Yesus mendasarkan pengajaran-Nya pada PL

• Yesus menggunakan PL untuk melawan percobaan dari Iblis (Matius 4:1-11)

• Yesus menyatakan bahwa nubuat-nubuat dalam PL digenapi dalam diri-Nya


(Lukas 4:16-21, Yohanes 15:25)

B. Perjanjian Lama sering dikutip oleh Perjanjian Baru

Terdapat kurang lebih 2560 kutipan dari PL dalam PB, yaitu kurang lebih 350
kutipan langsung, dan 2300 kutipan tidak langsung serta persamaan bahasa. Dengan
kata lain, terdapat rata-rata satu kutipan PL dalam setiap tiga ayat dalam PB. Kitab
dalam PL yang paling banyak dikutip dalam PB adalah Kitab Yesaya dan Kitab
Mazmur.

C. Perjanjian Lama merupakan dasar pengertian Perjanjian Baru

• Dari segi bahasa (PB ditulis dalam Yunani yang banyak dipengaruhi oleh bahasa-
bahasa dalam PL)

• Dari segi sejarah (sejarah PL dilanjutkan oleh sejarah PB)

• Dari segi teologi (tema-tema teologi PL, seperti penciptaan, dosa, hukuman,
pertobatan, kurban, keselamatan dan sebagainya menjadi dasar teologi PB)

D. Allah yang Esa dinyatakan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Allah Israel adalah Allah yang sama dengan Yesus Kristus:

• Sifat-Nya sama (Mahakuasa, Mahakudus, Mahapengasih, dll.)

• Rencana-Nya sama (menyelamatkan manusia dan penyempurnaan dunia yang


diciptakan-Nya)

• tuntutan-Nya sama (hidup yang suci, kasih kepada Allah dan kepada sesama
manusia)

E. Perjanjian Lama mengandung sastra yang indah

Kitab-kitab dalam PL mengandung sastra yang indah, termasuk cerita yang


termasyhur, seperti cerita Yusuf, Rut, Daud, Elisa, Yunus, Ester dan sebagainya.
Terdapat juga puisi-puisi yang bagus yang terdapat dalam kitab Ayub, Mazmur,
Yesaya, dll..
A. Taurat
Kitab Taurat adalah lima kitab pertama PL yang tidak berdiri sendiri, melainkan membentuk
satu kesatuan yang besar. Hal ini tersirat dalam kisah sejarah yang membentuk tulang
punggung dan kerangka Taurat yang di dalamnya tercakup kumpulan hukum-hukum. Kitab
Taurat mempunyai unsur-unsur janji, pemilihan, pembebasan, ikatan perjanjian, hukum dan
tanah perjanjian.
Di samping kesatuan, kitab Taurat mempunyai keaneka-ragaman sastra seperti perbedaan
gaya bahasa, penggunaan nama Yahweh dan Elohim yang bergantian, susunan kalimat, dsb.
Karena hal itu, ada pendapat yang mengatakan bahwa kitab Taurat ditulis bukan oleh Musa
(misal teori JEDP). Penelitian bukti-bukti teks dan tradisi menyatakan bahwa Musa adalah
penulis kitab Taurat. Walaupun demikian, mungkin Ezra-lah (Ezra 7:6, 11a) yang
membentuk kumpulan tulisan-tulisan Musa itu menjadi kitab Taurat yang dikenal sekarang.
Secara logis tidak mungkin Musa mencatat kematiannya sendiri.

Kitab Kejadian I: Riwayat Zaman Permulaan

Berdasarkan isinya kitab Kejadian dibagi menjadi dua bagian yang merupakan pengantar ke
dalam sejarah umat pilihan Allah, yaitu:
• Sejarah zaman permulaan (Kej. 1-11) disebut Pra-Israel.
Bagian ini merupakan pengantar ke dalam sejarah keselamatan, yang mengemukakan asal
mula dunia, manusia dan dosa. Bagian ini terdiri dari penciptaan langit dan bumi, taman Eden
dan kejatuhan manusia, bapa leluhur sebelum air bah, air bah dan akibatnya, dan kehidupan
para bapa leluhur setelah air bah.
• Sejarah bapa leluhur (Kej. 12-50)
Bagian ini menjelaskan asal mula sejarah keselamatan dalam pemilihan Allah atas para bapa
leluhur dan janji-Nya tentang tanah dan keturunan. Bagian ini terdiri dari kisah Abraham dan
keluarganya, Yakub dan anak-anaknya, dan Yusuf dan anak-anaknya. Dua riwayat lain yang
melengkapi adalah kisah Ismael pada akhir kisah Abraham (25:12-18) dan Esau pada akhir
kisah Yakub (36:1-34).
Kitab Kejadian bukanlah mitos namun juga bukan laporan obyektif oleh saksi mata
melainkan menyampaikan kebenaran teologis tentang peristiwa zaman dahulu. Ada empat
tema teologis utama dalam pola yang berulang dan berkesinambungan dalam kitab ini yaitu:
• Allah sebagai pencipta.
Dikatakan bahwa semua ciptaan Allah itu baik adanya.
• Masalah dosa.
Masalah timbul ketika manusia jatuh dalam dosa.
• Penghakiman Allah atas dosa manusia.
Dosa manimbulkan penghakiman Allah atas manusia.
• Anugerah Allah yang tidak berkesudahan.
Walaupun demikian, Allah sangat mengasihi manusia sehingga memberikan anugerahnya
dalam rancangan keselamatan manusia.

Kitab Kejadian II: Sejarah Bapak-Bapak Leluhur

Kisah pemilihan dan pemanggilan Abraham merupakan jembatan yang menjembatani jurang
yang diakibatkan dosa manusia. Sebagian besar ahli menempatkan zaman ini pada awal
Zaman Perunggu Tengah II, yaitu sekitar abad ke-20 S.M. (Bersamaan dengan perpindahan
orang Amori). Bukti-bukti dalam Alkitab dan luar Alkitab mendukung hal ini yaitu:
• Penelitian menunjukkan sifat dan tujuan kisah bapa leluhur sebagai tulisan sejarah.
• Kisah bapa leluhur mencerminkan keadaan Timur Tengah kuno pada awal abad ke-20 S.M.
Hal ini didukung dengan miripnya nama-nama mereka dengan nama orang Amori pada abad
itu, perjalanan Abraham cocok dengan zaman itu, cara hidup mereka sesuai dengan
lingkungan kebudayaan pada zaman itu, berbagai adat istiadat dan hukum mereka
mencerminkan kebiasaan masyarakat Timur Tengah kuno, dan gambaran umum tentang
agama bapa-bapa leluhur termasuk gambaran yang tua dan otentik.
Tema teologis kisah bapa-bapa leluhur adalah sebagai berikut:
• Pemilihan dan janji-janji Allah.
Pemanggilan Abraham oleh Allah adalah awal dari pemenuhan janji-janji Allah kepada
bangsa Israel. Janji itu semakin diperteguh generasi lewat generasi berikutnya.
• Iman dan kebenaran.
Ketaatan dan kepercayaan Abraham kepada Allah menunjukkan hubungan yang erat antara
iman dan kebenaran. Kebenaran Abraham adalah kepercayaannya (imannya) kepada janji
Allah.
• Perjanjian.
Perjanjian yang diadakan Allah kepada Abraham (ps. 15 dan 17) adalah salah satu gagasan
utama dalam Alkitab. Perjanjian itu adalah peneguhan komitmen pada perbuatan tertentu
yang tidak terjadi secara alamiah. Hal ini disertai dengan sanksi-sanksi dan sumpah.

Kitab Keluaran I: Latar Belakang Historis

Akhir “zaman bapa-bapa leluhur” kira-kira tahun 1550 S.M., dan dilanjutkan hingga kira-kira
tahun 1200 S.M., ketika bangsa Israel telah memasuki Palestina. Pada masa-masa itu Mesir
mendominasi dunia zaman kuno dan Palestina terletak dalam batas-batas kerajaannya.
Peristiwa Keluarnya bangsa Israel dari Mesir kira-kira tahun 1300 – 1200 S.M. Firaun
penindas Israel adalah Seti I (1305 – 1290 S.M.) dan Firaun dalam kitab Keluaran adalah
Rameses II (1290 – 1224 S.M.)

Kitab Keluaran II: Isi Dan Teologi


Kitab ini berpusatkan pada dua peristiwa penting yaitu pembebasan orang Israel dari
perbudakan di Mesir melalui karya penyelamatan Allah di Laut Teberau (kel. 1-18) dan
pengukuhan diri-Nya sebagai Allah mereka melalui perjanjian di Gunung Sinai (Kel. 19-
40).
Garis besar isi kitab ini adalah sbb:
a. Pembebasan dari Mesir dan perjalanan ke Sinai (1 – 18)
• Kelahiran dan masa muda Musa: panggilan dan misinya kepada Firaun (2:1 – 6:27)
• Tulah dan Paskah (6:28 – 13:16)
• Berangkat dari Mesir dan pertolongan di Laut Teberau (13:17 – 15:21)
• Perjalanan ke Sinai (15:22 – 18:27)

b. Perjanjian di Sinai (19 – 24)


• Tuhan menampakkan diri di Sinai (19)
• Pemberian perjanjian (20:1 – 21)
• Kitab perjanjian (20:22 – 23:33)
• Pengesahan perjanjian (24)

c. Petujuk untuk mendirikan Kemah Suci dan upacara-upacara keagamaan (25 – 31)
• Kemah Suci dan peralatan (25 -27; 29:36 – 30:38)
• Para imam dan persembahan (28:1 – 29:35)
• Para tukang Kemah Suci (31:1 – 11)
• Peringatan untuk menguduskan hari Sabat (31:12 – 18)

d. Pengingkaran dan pembaruan perjanjian (32 – 34)


• Anak lembu emas (32)
• Kehadiran Allah bersama Musa dan umat Israel (33)
• Pembaruan perjanjian (34)

f. Pembangunan Kemah Suci (35 -40)


• Persembahan sukarela (35:1 – 29)
• Pengangkatan para tukang (35:30 – 36:1)
• Mendirikan Kemah Suci dan peralatannya (36:2 – 39:43)
• Penyelesaian dan upacara peresmian Kemah Suci (40)
Kitab Imamat
Nama “Imamat” berasal dari Septuaginta yang berarti “kitab mengenai imam-imam”. Tokoh
utamanya adalah Harun dan tugas keimamannya terbatas pada dia dan putra-putranya. Tema
inti kitab ini adalah kekudusan dan kudus. Pengertian akan konsep kekudusan pada mulanya
hanya berarti sebagai sesuatu yang dipisahkan atau dikhususkan bagi maksud keagamaan.
Dalam perkembangan berikutnya kekudusan mencakup arti kesempurnaan moral.
Ada tujuh jenis kurban dalam kitab Imamat, yaitu kurban bakaran, kurban penghapus dosa,
kurban penebus salah, kurban sajian, kurban keselamatan, kurban syukur, dan kurban nazar.
Semua kegiatan kurban tersebut dipimpin oleh imam dan harus mencurahkan darah binatang
kurban. Kematian binatang kurban melambangkan kematian orang yang berdosa. Hukuman
atas dosa adalah kematian, tetapi hewan mati sebagai ganti orang yang berbuat dosa. Jadi
kegiatan kurban binatang dalam kitab ini merupakan tipologi dari kurban Kristus yang
sempurna di masa mendatang.

Kitab Bilangan
Kitab Bilangan mencatat kisah bangsa Israel antara peristiwa keluaran dan sinai hingga
persiapan di Moab untuk memasuki negeri perjanjian. Sebenarnya rute langsung hanya
membutuhkan waktu beberapa hari dan jalan melalui Edom maupun Moab tidak lebih dari
dua pekan. Oleh karenanya perjalanan selama 38 tahun 9 bulan adalah hukuman atas
ketidakpercayaan mereka sehingga tidak ada seorangpun dari generasi yang tidak beriman itu
dapat memasuki negeri itu.
Kitab Bilangan dibagi menjadi tiga bagian utama (di Sinai, di Kadesy, dan di dataran Moab)
yang dipisahkan oleh catatan mengenai perjalanan orang Israel.

Isi kitab ini adalah sbb:


Di Sinai: Persiapan keberangkatan (1:1 – 10:10)
• Sensus pertama (1)
• Perkemahan suku-suku Israel dan para pemimpinnya (2)
• Jumlah dan kewajiban orang Lewi (3 – 4)
• Hukum-hukum dan peraturan (5)
• Hukum mengenai kenaziran (6)
• Persembahan pada waktu penabishan Kemah Suci (7 – 8)
• Ketetapan-ketetapan mengenai perayaan Paskah (9:1 – 14)
• Tiang awan memimpin perjalanan Israel (9:5 – 10:10)
• Perjalanan dari Sinai sampai Kadesy (10:11 – 12:16)
• Berangkat dari Sinai (10:11 – 36)
• Peristiwa-peristiwa dalam perjalanan (11 – 12)

Di Kadesy, dalam padang gurun Paran (13 – 20)


• Keduabelas pengintai dan laporan mereka (13)
• Keputusan umat dan penghukuman Allah (14)
• Hukum dan peraturan (15)
• Pemberontakan Korah (16)
• Kisah tongkat Harun (17)
• Bagian para imam (18)
• Pentahiran orang yang najis (19)
• Peristiwa penutup di Kadesy (20:1 – 13)
• Perjalanan dari Kadesy ke Dataran Moab (20:14 – 22:1)
• Penolakan Edom (20:14 – 21)
• Kematian Harun, kemenangan atas musuh-musuh (20:22 – 22:1)

Di Dataran Moab (22:2 – 32:42)


• Bileam dan Balak (22:2 – 24:25)
• Kemurtadan di Peor dan hukuman Allah (25)
• Sensus kedua (26)
• Anak-anak perempuan Zelafehad; hak waris bagi anak-anak perempuan (27:1 – 11)
• Yosua ditunjuk untuk menggantikan Musa (27:12 – 23)
• Persembahan pada perayaan-perayaan (28 – 30)
• Pembalasan atas orang Midian (31)
• Warisan suku-suku Trans-Yordan (32)
• Hal-hal lain (33 – 36)
• Tinjauan perjalanan dari Mesir (33)
• Batas-batas tanah orang Israel (34)
• Kota-kota orang Lewi (35)
• Anak-anak perempuan Zelafehad dan hak waris anak-anak perempuan (36)

Makna teologis kitab Bilangan adalah sbb:


• Kehadiran Allah
Allah menyatakan kehadiran-Nya lewat tiang awan dan api.
• Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan Allah melebihi manna dan burung puyuh.
• Kesabaran Allah
Kitab ini penuh dengan keluhan bangsa Israel dan Allah menunjukkan kesabaran-Nya.
• Syafaat
Musa ber-syafaat pada Allah agar mengampuni bangsa Israel.
• Allah dan bangsa-bangsa lain
Allah Israel adalah Allah yang berkuasa atas ilah-ilah bangsa-bangsa dan berkuasa
mengendalikan manusia.
• Nubuat agung
Bileam bernubuat tentang seorang penguasa yang akan terbit dari Israel untuk membinasakan
musuh-musuh mereka. Dari sinilah timbul pengharapan akan seorang Mesias yang akan
memerintah dengan kebenaran dan damai sejahtera.

Kitab Ulangan
Setelah generasi yang keluar dari Mesir telah meninggal seluruhnya, Israel melanjutkan
perjalanan dengan memutar lewat Edom, sampai berkemah di Moab dan menantikan perintah
akhir untuk memasuki Kanaan. Pada saat itulah Musa memberikan tiga amanat
perpisahannya sbb:
Prakata (1:1 – 5)
Amanat pertama: Perbuatan Allah (1:6 – 4:40)
Amanat kedua: Hukum Allah (4:44 – 11:32)
Amanat ketiga: Perjanjian dengan Allah (29 – 30)
Kata penutup dan nyanyian Musa (31:1 – 32:47)
Kematian Musa (32:48 – 34:12)

Kitab Ulangan memberikan pandangan teologis yang mempengaruhi pemikiran dan


kehidupan orang Israel, Yahudi dan Kristen sbb:
• Pengakuan iman
Ulangan 6:4 – 5 merupakan ringkasan pengakuan iman Israel yang menyatakan keesaan dan
keunikan Allah.
• Allah yang berkarya
Allah menghukum Israel ketika mereka melupakan perintah-Nya, tetapi mengampuni jika
mereka berbalik pada-Nya.
• Pemilihan Israel
Pemilihan Israel sebagai milik-Nya dinyatakan dengan banyak cara oleh Allah.
• Perjanjian
Dalam perjanjian antara Allah dan manusia, Allah tidak berhutang apapun melainkan
manusia yang harus memenuhi syarat-syarat perjanjian itu.
• Pengertian tentang dosa
Israel banyak melakukan dosa seperti pemberontakan dan sungut-sungut, tetapi dosa terburuk
adalah berpaling pada ilah-ilah lain.
• Allah dalam sejarah
Sesungguhnya Allah telah masuk dan berkarya melalui sejarah manusia.
B. Sejarah

Sejarah Yang Pertama


Orang Yahudi dalam kanon Ibrani menggolongkan kitab-kitab ini sebagai “Nabi-nabi
Terdahulu”, sedangkan kanon Yunani menggolongkannya sejarah kitab-kitab “sejarah”.
Sebenarnya kitab-kitab itu bukanlah sejarah seperti yang ditulis oleh sejahrawan modern
melainkan sejarah yang ditulis dari sudut pandang profetik dengan ciri menggambarkan
kuasa Allah atas sejarah dengan karya dan firman-Nya, menonjolkan perbuatan nabi Samuel,
Natan, Elia dan Elisa, memperlihatkan tema khas yaitu karya penyelamatan Allah dan
penggenapan janji-Nya.

Kitab Yosua
Kitab Yosua merupakan lanjutan dari kitab Ulangan. Kitab ini terdiri dari dua bagian besar
yaitu tinjauan sekilas tentang pendudukan tanah Kanaan dan gambaran tentang bagaimana
tanah itu dibagi di antara kedua belas suku Israel. Strukturnya adalah sbb:
• Penugasan kepada Yosua (1:1 – 9)
• Memasuki tanah Kanaan (1:10 – 5:12)
• Penaklukan tanah Kanaan (5:13 – 12:24)
• Pembagian tanah Kanaan (13 – 22)
• Hari-hari terakhir Yosua (23 – 24)

Pemahaman teologis kitab Yosua adalah sbb:


• Allah yang menepati janj
Allah menepati janji-Nya pada Abraham untuk memberikan tanah Kanaan kepada
keturunannya.
• Gagasan perjanjian
Hubungan Allah dan Israel merupakan suatu perjanjian.
• Sampai pada tempat perhentian
Pada akhirnya bangsa Israel mencapai Kanaan dan mendapat tempat perhentian setelah
penderitaan di padang gurun dan perang.
Kitab Hakim-Hakim
Kitab Hakim-hakim mencatat bahwa Israel hanya berhasil menundukkan sebagian dari
musuh-musuhnya karena mereka meninggalkan Allah dan berpaling pada ilah-ilah Kanaan.
Yang dimaksud dengan hakim adalah para pemimpin militer atau tokoh pembebas. Pola yang
berulang dalam kitab ini adalah Israel melakukan hal yang jahat, Allah mendatangkan
suatu bangsa untuk menindas mereka, Israel berseru kepada Allah, Allah
membangkitkan seorang hakim, bangsa penindas dikalahkan, amanlah negeri itu.

Struktur kitab ini adalah sbb:

Ikhtisar penaklukan tanah Kanaan (1:1 – 2:5)


Permulaan zaman hakim-hakim (2:6 – 3:31)
Debora dan Barak (4 – 5)
Gideon (6 – 9)
Pemerintahan yang singkat oleh Abimelekh (8:33 – 9:57)
Akhir zaman hakim-hakim (10 – 12)
Penindasan Filistin dan tindakan Simson (13 – 16)
Peristiwa-peristiwa lain pada zaman itu (17 – 21)
Pemahaman teologis kitab hakim-hakim adalah:
• Allah adalah juruselamat
• Pandangan sejarah
• Kerajaan

Kitab Rut
Kitab ini mengisahkan Naomi, orang Moab yang menikah dengan Elimelekh, orang Yehuda.
Setelah kematian suaminya, Boas menikahi Rut dan dari kelanjutan garis keluarga ini
menjadi pentingkarena Obed menjadi ayah Isai yang memperanakan Daud. Kisah Boas yang
menikahi Rut adalah berkaitan dengan perkawinan levirat dan penebusan tanah. Perkawinan
levirat (Ul. 25:5 - 10) adalah bila seorang laki-laki meninggal tanpa meninggalkan anak
lelaki, maka kewajiban untuk melanjutkan keturunannya terletak pada kerabat terdekatnya.
Sedangkan penebusan tanah berarti tanah tidak boleh dijual kepada orang luar dan kerabat
terdekat wajib untuk membelinya sehingga tanah itu tetap terpelihara dalam lingkungan
keluarga. Kerabat terdekat yang wajib untuk mengawini Rut dan melakukan penebusan tanah
ternyata menolak sehingga Boas-lah yang mengambil kewajiban itu. Kisah Rut menunjukkan
peranan Allah sebagai penyebab segala sesuatu. Dia bekerja di balik layar melalui motivasi
dan peristiwa yang biasa.

Berdirinya Kerajaan (1 Samuel 1 – 31)


Kitab Samuel pada mulanya hanya merupakan satu kitab, namun kemudian menjadi dua jilid.
Kematian Saul yang tragis menandai pembagian kitab ini. Tradisi Yahudi menyebut Samuel
sebagai penulis kitab ini. Pembagian kitab ini adalah sbb:
Samuel: imam, nabi, hakim (1 – 7)
• Masa kecil Samuel (1 – 3)
• Bangsa Filistin dan tabut Tuhan (4 – 7)
Samuel dan Saul: peralihan (8 – 15)
• Mencari seorang raja (8:1 – 12:25)
• Kehebatan militer Saul (13 – 14)
• Keputusan Saul yang fatal (15)
Daud bergumul dengan Saul (16 – 31)
• Daud, kesayangan raja (16 – 20)
• Daud dikejar-kejar (21 – 27)
• Jatuhnya Saul (28 – 31)

Zaman Keemasan Israel (2 Sam 1 – 1 Raj 11)


Kitab ini mencakup durasi sejarah selama kira-kira delapan tahun. Daud dan putranya
menempa Israel menjadi kesatuan militer yang mampu menguasai wilayah sekitarnya,
sekaligus menjadi pusat perdagangan yang membawa kekayaan dan kejayaan. Para suku yang
tidak erat hubungannya, disatukan dalam kerajaan yang kuat. Tema kitab ini adalah sbb:
Pemerintahan Daud yang kuat (1 – 8)
• Menjadi raja Yehuda di Hebron (2 Sam 1 – 4)
• Menjadi raja seluruh Israel di Yerusalem (5 – 8)
Putra-putra Daud (9 – 1 Raj. 2)
• Kebaikan dan kelemahan Daud (9 – 12)
• Ambisi Absalom untuk berkuasa (13 – 18)
• Hari-hari terakhir Daud (2 Sam 19 – 1 Raj 2)
Salomo dan kemuliaannya (1 Raj. 3 – 11)
• Penulisan kitab Raja-raja
• Salomo, orang bijak terbesar
• Salomo, saudagar dan negarawan

Kerajaan Yang Terpecah (1 Raj 12 – 2 Raj 17)


Isi kitab ini adalah sebagai berikut:
Pecahnya kerajaan (1 Raj 12 – 14)
• Kebijakan Rehabeam yang keras (1 Raj 12:1 – 24)
• Yerobeam mendirikan tempat-tempat ibadat yang lain (1 Raj 12:25 – 14:20)
• Pergolakan di dalam dan di luar (1 Raj 14:21 – 15:34)
• Raja Omri (1 Raj 16)
Nabi Elia (1 Raj 17 – 22)
• Kemahiran Ahab dalam bidang politik
• Perlawanan Izebel terhadap kepercayaan Israel
• Pertarungan di gunung Karmel (1 Raj 18)
Nabi Elisa (2 Raj 1 – 8)
• Nabi Elia dan Elisa
• Elisa dan Yoram
• Elisa dan orang-orang Aram
Kekacauan di Israel Utara (2 Raj 9 – 14)
• Atalya dan Yoas
• Raja Yerobeam II
Hari-hari terakhir Israel (2 Raj 15 – 17)
• Uzia, Yotam dan Ahas
• Raja Hosea

Yehuda Sendiri (2 Raj 18 – 25)


Garis besar kitab ini adalah:
Reformasi Hizkia (18 – 20)
• Pemberontakan menentang Asyur
• Persepakatan dengan Mesir
• Tawaran Babel
• Serbuan Sanherib
Pemberontakan Manasye (21)
• Kompromi dengan Asyur
• Perselisihan dengan para Nabi
Pembaruan oleh Yosia (22:1 – 23:30)
• Kitab taurat
• Pertempuran dengan Nekho
Jatuhnya Yerusalem (23:31 – 25:30)
• Dominasi Mesir
• Penaklukan oleh Babel
• Pemberontakan Zedekia
• Pembebasan Yoyakhin

Masalah Kronologis
Terdapat banyak data-data tanggal kronologis dalam PL. sebagian data kronologis dapat
disesuaikan dengan sistem penanggalan modern dengan mudah, sementara yang lain
menimbulkan masalah yang pelik. Sebagai contoh, perbedaan pengertian hari, bulan, dan
tahun zaman PL dan masa kini.
• Hari
Dalam dunia PL, hari dimulai dengan terbenamnya matahari atau dengan munculnya bintang
pertama.
• Bulan
Sistem penanggalan PL menggunakan dasar bulan (bulan lunar dengan jumlah hari 29 atau
30). Penanggalan masa kini menggunakan dasar matahari (bulan solar dengan jumlah hari 30
atau 31 hari).
• Tahun
Penghitungan tahun mengikuti peralihan musim yang pada gilirannya ditentukan oleh siklus
matahari sebanyak 365, 25 hari. Tetapi bulan lunar yang diperoleh dari siklus bulan dan
tahun-tahun menurut siklus matahari tidak dapat dicocokkan dengan tepat.
• Penyisipan
Untuk menyesuaikan tahun lunar dengan tahun matahari diperlukan penyisipan sebanyak 7
kali dalam 19 tahun.
• Tahun umum dan tahun agama
Orang Yahudi menandai tahun baru secara agama pada bulan Nisan dan perayaan tahun baru
pada bulan Tisyri.
• Tahun naik tahta dan tahun non-naik tahta
Penghitungan tahun sesuai dengan naik tahtanya seorang raja dapat menimbulkan penafsiran
yang salah. Misalnya seorang raja naik tahta pada tanggal 20 Agustus dan tahun pertama
dapat dianggap dimulai pada tanggal 20 Agustus itu atau pada tahun Tisyri misalnya 20
September.

Sudut Pandang Kitab Tawarikh


Kitab Tawarikh mencatat ulang sejarah yang dicatat dalam kitab Samuel dan Raja-raja
dengan warnanya sendiri yang segar dan khusus, dan memberi bahan yang kaya bagi
pemikiran teologis. Ada empat bagian pokok dari kita ini yaitu:
• Silsilah dari Adam sampai Daud (1 Taw 1 – 9)
• Pemerintahan Daud (1 Taw 10 – 29)
• Pemerintahan Salomo (2 Taw 1 – 9)
• Pemerintahan raja-raja keturunan Daud (2 Taw 10 – 36)

Dari sudut pandang teologis, kitab ini mempunyai banyak segi, misalnya:
• Menekankan karya Allah yang langsung. kemenangan atau kekalahan dalam perang
tergantung pada kehendak Allah.
• Menyatakan kebenaran mengangkat derajat bangsa.
• Menggaris-bawahi penekanan teologisnya atas otoritas KItab Suci.
• Perhatian pada tempat ibadat, peribadatan, dan orang Lewi sebagai petugasnya.
Kitab Ezra-Nehemia
Secara kronologis kitab ini merupakan lanjutan dari kitab Tawarikh. Nama dedua kitab ini
diambil dari nama tokohnya masing-masing. Kedua kitab ini mengkisahkan peristiwa-
peristiwa dari dua kurun waktu yang berbeda dalam pemulihan Israel ke negeri perjanjian
setelah pembuangan, yaitu:
• Kembalinya mereka dari pembuangan dan pembangunan kembali Rumah Allah tahun 538 –
516 S.M. (Ezra 1 – 6)
• Pekerjaan para pemimpin menata kembali kehidupan mereka secara religius (Ezra) maupun
secara fisik (Nehemia) tahun 458 – 420 S.M. (Ezra 7 – Neh 13).
Secara sepintas peristiwa jatuhnya Yerusalem dan peristiwa pembuangan ke Babel
memadamkan janji Allah yang telah memilih Israel selama-lamanya sebagai tahta-Nya di
bumi dan janji dinasti yang kekal kepada Daud. Tetapi Ezra maupun Nehemia menafsirkan
peristiwa ini sebagai hukuman Allah bagi dosa Israel yang telah jauh dari memenuhi
kewajiban-kewajiban perjanjian dari Allah. Dengan demikian, malapetaka ini bukan sebuah
kontradiksi melainkan sebuah pembenaran (penyucian) iman Israel. Ketika Ezra dan
Nehemia meyelesaikan tugasnya menjelang akhir abad berikutnya, masyarakat Israel telah
berdiri kokoh secara fisik maupun keagamaan. Ezra melakasnakan pembangunan kerohanian
dan Nehemia memantapkan kondisi fisiknya.

Kitab Ester
Kitab Ester adalah satu-satunya kitab yang tidak menyebut nama Allah atau YHWH dalam
teks Ibraninya. Kitab ini mengkisahkan perkawinan antara Ester, seorang perempuan Yahudi
dan raja Persia, Ahasyweros (mungkin Xerxes I, 485 – 465 S.M.). haman yang mempunyai
dendam pada paman Ester, Mordekhai, berencana untuk memusnahkan bangsa Israel.
Melalui campur tangan kuasa Allah, Ester akhirnya dapat mementahkan rencana jahat Haman
bahkan Haman sendiri di hukum mati oleh raja dan Mordekhai menjadi “orang kedua”
setelah raja. Peristiwa ini diperingati bangsa Israel sebagai hari raya Purim.
Meskipun kitab ini sama sekali tidak menyebut nama Allah, kuasa pemeliharaan Allah pada
bangsa Israel sangatlah jelas. Mengingat kuasa Persia pada waktu itu meliputi India sampai
Etiophia, hampir seluruh Asia Kecil, Siria, Palestina dan negara-negara yang lain, maka
rencana pemusnahan itu berlaku bagi hampir seluruh orang Yahudi di dunia. Jadi selain
pemeliharaan Allah yang setia pada janji-Nya, kitab ini juga menyatakan bahwa umat Allah
dapat dan akan menjadi sasaran penganiayaan oleh dunia walau pertolongan dan kelepasan
dari Allah akan muncul.

Pengantar Perjanjian Lama II


(Kitab Para Nabi)

Pendahuluan
Buku ini adalah lanjutan buku Pengantar Perjanjian Lama jilid pertama. Seperti pada buku
jilid pertama, secara khusus para penulis memberikan pengantar kepada latar belakang, isi,
sifat sastra dan berita Perjanjian Lama mulai dari kitab Mazmur sampai dengan kitab
Maleakhi. Salah seorang penulisnya, William Sanford LaSor melayani sebagai profesor
Perjanjian Lama di Fuller Theological Seminary sampai pada pensiunnya.

a. Sastra
Puisi Ibrani
Untuk menafsirkan bentuk puisi, sangatlah penting untuk memahami prinsip-prinsip dasar
puisi Ibrani. Ciri-ciri puisi Ibrani adalah:
• Kesejajaran pemikiran, yaitu kesejajaran persamaan (Ams 20:1) di mana kata pertama
dalam baris pertama (anggur) sejajar dengan kata pertama dalam baris kedua (minuman
keras). Demikian juga kata kedua (pencemooh/peribut); kesejajaran pertentangan, yaitu baris
kedua mengungkapkan gagasan yang sama tetapi dalam bentuk yang bertentangan (Ams
10:1); kesejajaran perlengkapan, yaitu baris kedua mengembangkan pemikiran dalam baris
pertama (Ams. 1:7); bentuk yang lain (Yoel 1:4, Yes. 1:10, Yes. 1:3, Hos. 12:3, Maz. 2:9,
Yes. 40:3).
• Rima, irama, dan matra. Umumnya puisi Ibrani tidak memakai rima, tetapi memakai matra
dan irama. Misalnya matra 2+2 (sebuah bait mempunyai dua tekanan kuat dalam setiap baris)
atau 3+2.
• Pasangan kata dan cara-cara lain. Misalnya kepala=tempurung kepala, ribu=sepuluh ribu,
melayani=menyembah, dsb.

Dengan demikian, sangatlah penting untuk meneliti puisi bagi kepentingan penafsiran.
Langkah pertama adalah melakukan analisa perikop menurut unsur-unsurnya, mengenal gaya
bahasa puisi, aliterasi, asonansi, paronomasia, onomatope, dan berusaha untuk memelihara
keindahan pengungkapannya.
Kitab Mazmur
Secara struktur, kitab Mazmur dibagi menjadi lima bagian yaitu: Mazmur 1—41; 42—72;
73—89; 90—106; 107—150. Kitab Mazmur merupakan gambaran iman alkitabiah bagi
mereka yang tidak mempunyai Alkitab. Rangkuman sejarah (misalnya 78; 105; 106; 136),
dorongan untuk hidup saleh (1; 119), pengetahuan akan penghakiman (37; 49; 73), jaminan
atas kesetiaan-Nya (103), dsb.

Kitab Mazmur mempunyai beberapa jenis sastra yaitu:


• Nyanyian pujian yang terdiri dari tiga unsur yaitu panggilan untuk beribadat (105:1, 105:6);
Gambaran tentang karya atau sifat-sifat Allah (105:7, 105:7, 105:43); Kesimpulan (105:45c).
selain itu ada sub-kategori yang berkisar pada peristiwa khusus, misalnya nyanyian
kemenangan, nyanyian arak-arakan, nyanyian Sion, nyanyian penobatan.
• Keluhan umat. (12; 44; 58; 60; 74; dsb)
• Keluhan pribadi (22:2; 22:13; 22:5; 22:20-21; 22:10; 22:23; 22:25).
• Nyanyian syukur pribadi (23; 30; 32; 34; dsb)
• Mazmur kerajaan, berupa penobatan, pernikahan, doa sebelum atau sesudah peperangan.
• Mazmur hikmat, yang dapat berbentuk kumpulan amsal, akrostik dan uraian.

Sastra Hikmat
Dalam Perjanjian Lama sastra hikmat meliputi kitab Ayub, Amsal dan Pengkhotbah.
Beberapa Mazmur juga mencerminkan tema-tema hikmat (1; 32; 34; 37, dsb) dan baik
Kidung Agung dan Ratapan menunjukkan pengaruh hikmat dalam kiasan maupun gaya
bahasanya.
Bentuk umum sastra hikmat dapat dibedakan menjadi dua jenis utama yaitu:
1. Hikmat dalam bentuk amsal, peribahasa, ucapan singkat yang penuh arti dalam kehidupan.
2. Hikmat spekulatif yang bersifat perenungan, berupa dialog, monolog, atau karangan yang
menyelidiki masalah pokok manusia seperti arti kehidupan dan penderitaan.

Kitab Amsal
Kitab Amsal merupakan kumpulan tulisan dengan aneka ragam gaya yang berbeda-beda.
Hikmat Ibrani adalah seni untuk mencapai keberhasilan dan kitab Amsal adalah buku
petunjuk untuk hidup yang berhasil. Dengan melukiskan kebiasaan hidup yang negatif dan
positif, Amsal menjelaskan perilaku yang benar dan salah dalam berbagai keadaan. Jadi
tujuan utama kitab ini adalah untuk menjelaskan dengan cermat, tepat dan mudah dingat apa
yang dimaksud dengan siap melayani Allah sepenuhnya.
Isi atau susunan kitab Amsal dapat dibagi menjadi paling tidak delapan kumpulan yang
mandiri yaitu:
• Pentingnya hikmat (1—9)
• Amsal-amsal Salomo (10:1—22:16)
• Amsal-amsal orang bijak (22:17—24:22)
• Perkataan-perkataan tambahan (24:23—34)
• Amsal-amsal Salomo kumpulan Hizkia (25—29)
• Perkataan-perkataan Agur bin Yake dari Masa (30)
• Perkataan-perkataan Lemuel (31:1-9)
• Gambaran tentang istri yang cakap (31:10-31)

Kitab Ayub
Nama Ayub ditafsirkan oleh Albright sebagai “Di manakah Bapa(ku)?” dalam surat Amarna
(1350 sM) dan naskah kutukan dari Mesir (2000 sM). Dalam kedua tulisan itu, nama Ayub
adalah seorang pemimpin suku di Palestina dan sekitarnya. Waktu penulisan kitab Ayub sulit
ditentukan karena umumnya para ahli membagi pasal 1 – 2 dan pasal 42:7 – 17 berasal dari
zaman kuno dan pasal 3:1 – 42:6 sebagai bagian yang berasal dari waktu yang kemudian.
Agaknya kitab ini diselesaikan antara tahun 700 dan 600 sM. Penulis kitab ini sendiri tidak
diketahui.
Susunan kitab ini secara sekilas adalah sbb:
• Pembukaan, dalam bentuk prosa (1 – 2)
• Ratapan Ayub, dalam bentuk puisi (3)
• Dialog antara Ayub dan ketiga sahabatnya dalam tiga babak (puisi, 4 – 27)
• Syair tentang hikmat (puisi, 28)
• Keluhan Ayub (puisi, 29 – 31)
• Kata-kata Elihu (puisi, 32 – 37)
• Jawaban Allah kepada Ayub (puisi, 38:1 – 42:6)
• Penutup (prosa, 42:7 – 7:17)
Secara teologis, kitab ini memaparkan beberapa hal yaitu:
• Kebebasan Allah dalam bertindak
• Adanya pencobaan oleh iblis
• Adanya kekuatan untuk menderita.

Kitab Pengkhotbah
Penulis kitab ini tidak diketahui namanya. Penulisnya adalah seorang yang bijak yang
bermaksud untuk menentang pendapat dan nilai-nilai orang bijak lainnya. Pada umumnya
para ahkli sependapat bahwa kitab ini ditulis jauh setelah abad ke-10 sM atau jauh setelah
zaman Salomo.
Struktur kitab ini adalah sebagai berikut:
• Pembukaan (1:1 – 3)
• Temanya diperlihatkan I (1:4 – 11), terdiri dari kehidupan manusia secara umum,
pengatahuan, kesenangan, nasib semua manusia, jerih payah manusia, dan kesimpulan.
• Temanya diperlihatkan II (3:1 – 4:16), terdiri dari pengendalian Allah atas semua peristiwa,
kurangnya kekekalan, penindasan, pekerjaan, timbunan kekayaan secara kikir, sifat ketenaran
yang cepat berlalu.
• Kata-kata nasihat I (4:17 – 5:11), terdirin dari hormati Allah dalam ibadahmu, bayarlah
nazarmu, pasti ada ketidak-adilan dalam pemerintahan, jangan mencintai kekayaan.
• Temanya diperlihatkan III (5:12 – 6:12), terdiri dari kekayaan yang hilang dalam usaha,
kekayaan yang tidak dapat dinikmati, ketetapan takdir.
• Kata-kata nasihat II (7:1 – 8:9): kehormatan lebih baik dari kemewahan, ketenangan lebih
baik dari kesembronoan, waspada lebih baik dari tergesa-gesa, hilmat dan kekayaan lebih
baik dari hikmat saja, kesabaran lebih baik dari amarah, keterbatasan lebih baik dari
melampaui batas, pria lebih baik dari wanita, kompromi kadang lebih baik dari bertindak
benar.
• Tema yang diperlihatkan IV (8:10 – 9:12): ketidakpastian dalam keadilan, rahasia karya
Allah, kematian adalah nasib semua orang, ketidaktentuan hidup.
• Kata-kata nasihat III (9:13 – 12:8): cerita tentang nilai hikmat, hikmat dan kebodohan,
pemerintahan raja-raja, cara-cara usaha yang baik, nikmati hidup sebelum datang hari tua.
• Penutup (12:9 – 14)

Secara teologis, kitab ini memaparkan beberapa hal yaitu:


• Kebebasan Allah dan batas-batas hikmat
• Menghadapi kenyataan hidup
• Persiapan untuk Injil

Kidung Agung
Menurut tradisi, kitab ini ditulis oleh Salomo walaupun ada beberapa alasan yang
menunjukkan bahwa penyuntingan akhir dilakukan pada waktu yang lebih kemudian dari
masa Salomo. Kidung Agung bukan tulisan hikmat karena bentuknya yang paling menonjol
adalah puisi cinta.
Oleh karena bentuknya yang berupa puisi cinta, penafsiran kitab ini menjadi tidak mudah.
Dalam sejarahnya, ada beberapa cara penafsiran yang dilakukan yaitu:
• Alegoris yang dipakai oleh penafsiran Yahudi yang paling awal sampai zaman bapa-bapa
gereja.
• Tipologis. Metode ini berusaha menghindari subyektifitas tafsiran alegoris dan
mempertahankan tafsiran harafiah puisi itu, dengan menekankan tema-tema utama tentang
kasih dan pengabdian.
• Tafsir dramatis, yaitu memperlakukan kitab ini sebagai drama.
• Kidung pernikahan yaitu membandingkan perayaan perkawinan di Siria dengan Kidung
Agung.
• Upacara-upacara liturgis, yaitu menganggap kitab ini berasal dari upacara liturgis
penyembahan dewa Tamus, dewa kesuburan Babel.
• Kidung cinta kasih, yaitu memandang kitab ini sebagai puisi atau kumpulan puisi cinta,
yang mungkin tapi tidak harus dihubungkan dengan perayaan perkawinan atau peristiwa
tertentu lainnya.
B. Nubuat

Nabi Dan Nubuat


Pengertian kata “nabi” adalah seorang yang dipanggil untuk berbicara atas nama Allah.
Selain itu seorang nabi disebut juga “peliat” yang berarti orang yang melihat dalam suatu
penglihatan. Seorang nabi mempunyai ciri-ciri bahwa dia mempertahankan kesadaran dan
penguasaan dirinya di bawah penyataan Allah, dipanggil untuk menyampaikan pesan Allah,
dan orang yang kudus dalam arti penyerahan diri. Secara umum ada dua pendekatan
terhadap nubuat, yaitu menekankan unsur ramalan dan menekankan pemberitaan yang
diterapkan pada keadaan saat itu.

Kitab Amos
Amos adalah seorang peternak domba dari Tekoa, suatu desa kira-kira 15 km sebelah selatan
Betlehem. Amos bernubuat pada masa Yerobeam II (793 – 753 sM). Nubuat Amos dibagi
menjadi tiga bagian: auman singa (1: - 3:8), dakwaan Allah terhadap Israel (3:9 – 6:14), dan
hukuman Allah (7:1 – 9:15). Bagian pertama berisi delapan dakwaan dengan ancaman
hukuman Allah terhadap enam bangsa di sekitarnya, serta Yehuda dan Israel sendiri.
Pandangan teologis kitab Amos adalah:
• Allah yang Maha Tinggi
Seruan Amos tentang keadilan sosial timbul karena sifat Allah sendiri. secara moral Allah
adalah sempurna dan menuntut tingkah laku moral dari setiap orang dan mereka harus
mempertanggung-jawabkannya.
• Allah Israel
Inti agama Perjanjian Lama adalah pemilihan Israel menjadi umat Allah. Hubungan khusus
ini diperlihatkan juga dalam penghukuman yang diberikan ketika Israel berdosa.
• Tanggung jawab dan pemilihan
Pemilihan Israel sebagai bangsa pilihan membawa konsekuensi untuk bertanggung-jawab
untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Amos mengakhiri kitabnya dengan menyhatakan
perjanjian Allah tidak dihancurkan walau mereka terus menerus berdosa. Bahkan Allah
berjanji akan menjadikan mereka lebih mulia, sehingga mereka akan mengalami kelimpahan,
kemantapan dan keamanan yang belum pernah dialami sebelumnya.

Kitab Hosea
Kira-kira sepuluh tahun setelah Amos, Allah memanggil Hosea untuk melayani sebagai nabi.
Pelayanan Hosea adalah pada masa pemerintahan Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia di Yehuda
dan Yerobeam II di Israel.
Inti pasal 1 – 3 adalah mengenai perkawinan Hosea. Jelas bahwa Hosea menghubungkan
panggilannya sebagai nabi perkawinannya dengan Gomer. Latar belakang Israel pada masa
Hosea adalah dipenuhi dengan kemerosotan rohani dan moral yang dalam. Penyembahan
Baal terus berlangsung sehingga Allah menggambarkan perzinahan rohani ini dengan
menyuruh Hosea mengawini seorang wanita sundal. Nama anak-anak Hosea (Lo-Ruhama :
tidak disayangi dan Lo-Ami: bukan umat-Ku) menggambarkan hubungan Allah dan Israel.
Israel tidak akan kembali kepada Allah, karenanya Dia sendiri akan mengambil umat-Nya
kembali kepada-Nya (2:13 – 22). Kemudian Allah menyuruh Hosea untuk memulihkan
Gomer sebagai istrinya dengan membelinya dengan harga seorang budak. Kemerosotan
moral Israel melambangkan “upah” yang dibayar oleh dosa. Namun pengampunan Allah
dibayar dengan pendisiplinan melalui pembuangan.
Inti pasal 4 – 14 merangkumkan pelayanan Hosea sebagai pengajar dan pemberita sbb:
• Pengenalan akan Allah.
Pengenalan akan Allah bukan hanya berarti pengetahuan akan Allah, melainkan hubungan
dengan-Nya dalam kasih dan ketaatan.
• Kebodohan sikap tak berterima kasih.
Tidak mengucap syukur kepada Allah menghasilkan penyembahan berhala atau pemujaan
diri sendiri.
• Kesia-sian keagamaan tanpa kesalehan.
Imam-imam menjadi sasaran khusus kemarahan Hosea karena mereka sama bejatnya dengan
rakyat yang seharusnya mereka bimbing.
• Belas kasihan Allah yang tak berubah.
Pada akhirnya belas kasihan Allah tidak berubah walau ada keseimbangan antara kasih dan
hukuman sebagai dasar hubungan antara Allah dan Israel.

Kitab Yunus
Kitab Yunus mencatat keunikan yang tidak ada dalam kitab yang lain. Kitab ini berisi cerita
pengalaman seorang nabi dan bukan laporan pemberitaannya. Sumbangsih teologis kitab
Yunus adalah sbb:
• Konsep Allah
Yunus mengakui adanya hubungan antara ketidak-taatannya dengan badai besar, ia percaya
Allah mendengar dan menjawab doanya, Allah pengasih dan penyayang, dan Allah akan
memperlihatkan anugerah-Nya kepada orang Niniwe jika mereka bertobat.
• Rencana penyelamatan yang universal
Satu-satunya konsep yang tidak ditemukan dalam kitab-kitab nabi lainnya adalah Allah
menyuruh nabi-Nya untuk memberitakan amanat-Nya kepada bangsa lain dan Ia akan
menyelamatkan mereka jika bertobat.

Kitab Mikha
Nama Mikha berarti “siapa yang sama dengan Tuhan?”. Dia hidup pada masa pemerintahan
Yotam, Ahas dan Hizkia (sekitar 735 – 700 sM). Mikha berasal dari desa dan mungkin
seorang petani kecil. Ia menentang penyelewengan Yerusalem dan Samaria serta
memperlihatkan bagaimana penghukuman akan segera terjadi dan mempengaruhi Yudea
Selatan. Selain itu Mikha mengecam penindasan dan penghisapan pada orang miskin.
Struktur kitab Mikha adalah sbb:
• Bagian pertama (1:2 – 2:13)
Hukuman yang panjang (1:2 – 2:11)Ø
Hukuman yang pendek (2:12 – 13)Ø
• Bagian kedua (3 – 5)
Hukuman yang panjang (3)Ø
Harapan yang pendek (4:1 – 5)Ø
Harapan bagi orang-orang yang susah (4:6 – 8)Ø
Kesusahan yang panjang, harapan yang pendek (4:9 – 10)Ø
Kesusahan yang pendek, harapan yang panjang (4:11 – 13)Ø
Kesusahan yang pendek, harapan yang lebih panjang (4:14 – 5:5)Ø
Harapan bagi sisa Israel yang susah (5:6 – 8)Ø
Hukuman yang panjang (5:9 – 13)Ø
Hukuman yang pendek (5:14)Ø
• Bagian ketiga (6 – 7)
Hukuman yang panjang (6:1 – 7:7)Ø
Harapan yang pendek (7:8 – 20)Ø

Kitab Yesaya I: Latar Belakang


Yesaya adalah penulis kitab ini walau tidak berarti dialah pengarang atau penyunting
akhirnya. Yesaya memulai pelayanannya pada tahun wafatnya Uzia sampai pada
pemerintahan raja Yotam, Ahaz, dan Hizkia (740 – 701 sM). Tradisi mengatakan pelayanan
Yesaya berlanjut sampai pada masa pemerintahan raja Manasye dan Yesaya mati syahid
karena digergaji pada masa pemerintahan raja Manasye pada tahun 687 sM.
Struktur kitab Yesaya adalah sbb:
• Bagian pertama: Penghukuman (1 – 35)
Dosa-dosa Yehuda (1 – 12)Ø
Ucapan ilahi tentang penghukuman (13 – 23)Ø
Maksud Allah dalam penghukuman (24 – 27)Ø
Peringatan tentang usaha manusia mencari keselamatan (28 – 35)Ø
Selingan sejarah (36 – 39)Ø
• Bagian kedua: Penghiburan (40 – 66)
Pembebasan (40 – 48)Ø
Penebusan (49 – 59)Ø
Kemuliaan (60 – 66)Ø

Pada umumnya para ahli tidak menganggap Yesaya menulis sendiri keseluruhan kitabnya.
Ada yang berpendapat kitab ini ditulis oleh dua orang, tiga orang, bahkan lima orang atau
lebih. Alasan-alasan utama yang dikemukakan adalah adanya perbedaan sudut pandang
sejarah, sebutan nama Koresy, gaya bahasa, dan pandangan teologis. Akhir-akhir ini muncul
pendapat bahwa kitab Yesaya pasal 1 – 39 ditulis oleh Yesaya dan pasal 40 – 66 ditulis oleh
seorang nabi lain yang tidak dikenal namanya. Sebenarnya perdebatan mengenai penulis
aslinya tidak penting. Hal terpenting adalah adanya pengakuan bahwa secara keseluruhan
kitab ini merupakan karya Roh Allah sehingga otoritasnya tidak diragukan lagi.

Kitab Yesaya II: Pemberitaan


Pemberitaan kitab Yesaya adalah sbb:
• Penglihatan dan misi Yesaya
Sedikitnya ada dua penglihatan yang ditunjukkan (1:1; 2:1). Penglihatan itu berisi penyataan
tentang Allah Mahakudus dan membuat Yesaya dalam keadaannya yang berdosa. Yesaya
melihat dirinya sebagai orang berdosa dan mendapat pelayanan yang dibebankan padanya.
Misi Yesaya selain menyampaikan pemberitaan tentang penolakan umat Israel oleh Allah,
juga menyampaikan janji Mesianik.
• Ajaran tentang Allah
Ajaran tentang Allah dalam kitab Yesaya berisi pokok bahasan tentang Allah yang
Mahakudus, Allah sebagai penyelamat, Allah sebagai penebus, Allah sebagai Bapa, Allah
sebagai penguasa tertinggi, dan Roh Allah.
• Hubungan Allah dengan manusia
Ajaran kitab Yesaya tentang hubungan Allah dengan manusia adalah tentang kebenaran,
keadilan dan hamba Tuhan. Kata “kebenaran” mempunyai arti “apa yang ditetapkan secara
tegas, berhasil dan tetap tahan dalam kehidupan manusia”.

Nubuat Mesianik
Seperti nubuat pada umumnya, nubuatan Mesianik bukan hanya ramalan tentang peristiwa
yang akan terjadi pada masa depan. Namun nubuat itu ada hubungannya dengan maa depan,
khususnya dengan Mesias yang akan datang. Karena itu nubuat apapun yang mengkaitkan
masa sekarang dengan rencana Allah yang pokok (yang berpuncak dalam diri Kristus) dapat
disebut ‘mesianik”.
Dalam Perjanjian Lama, tidak ada istilah “Mesias” secara langsung. walaupun demikian, apa
yang dikatakan oleh Perjanjian Lama secara langsung menunjukkan ciri-ciri Mesias itu
sendiri, yaitu:
• Anak Daud
Ketika Yesus masuk ke Yerusalem, Dia menggenapi nubuatab Zakharia (Mat 21:5 – Zak
9:9). Demikian juga murid-murid-Nya secara jelas menghubungkan nama keturunan Daud
dengan Kristus (Kis 1:16; 2:25; 2:29 – 31; 34 – 36).
• Keturunan Daud
Yesus berasal dari garis keturunan Daud dan nabi-nabi menyebut keturunan Daud akan
menjadi raja di tengah-tengah mereka (Yes 9:5 – 6; 11:1; Yer 33:17, 20 – 21; 23: 5 – 6; 33:14
– 16; 30:9; Yeh 34:23 – 24).
• Mazmur-mazmur kerajaan
Mazmur-mazmur juga banyak yang mengacu kepada Yesus, misalnya mazmur 2, 45, 110,
dsb.
• Kerajaan mesianik
Nabi-nabi tidak hanya menubuatkan kesinambungan dinasti Daud, melainkan ungkapan
“anak Daud” mempunyai pengertian yang lebih luas dan dalam. Dalam Perjanjian Baru,
gambaran Mesias digambarkan lebih dari sekedar penggenapan raja ideal, anak Daud, tetapi
juga orang bijak yang melebihi Salomo (mat 12:42), Anak Manusia yang menggenapi
penglihatan Daniel (Dan 7:14), nabi dan pemberi hukum yang adalah Musa yang kedua (Mat
5 – 7), imam yang lebih tinggi dari Harun (Ibr 5 – 7), hamba Allah yang mengorbankan
nyawa sebagai tebusan bagi banyak orang (Mrk 10:44).

Kitab Yeremia
Yeremia adalah seorang nabi yang tidak ada taranya dalam pemahamannya tentang nubuat
dan dalam kemampuannya mengungkapkan nubuat itu. Sepanjang empat puluh tahun yang
penuh kekacauan, dia mewartakan firman Allah kepada raja dan rakyat dengan penuh
pengorbanan. Firman Allah datang padanya pertama kali pada tahun ketiga belas
pemerintahan Yosia (627 sM) ketika dia masih seorang pemuda. Pelayanan Yeremia
berlangsung lebih dari empat puluh tahun, sampai sesudah tahun 586 sM, ketika Yerusalem
jatuh ke tangan Nebukadnezar.
Sebagai seorang nabi, Yeremia mempunyai watak yang kuat, yang dapat dijelaskan melalui
lima ciri khasnya yaitu jujur, berani melaksanakan apa-apa yang ia yakini walau harus
menderita, memperlihatkan kebencian yang besar terhadap tingkah laku yang secara moral
dan spiritual tidak pantas, memiliki kepekaan akan penderitaan bangsanya serta kemanusiaan
yang sejati, dan mempunyai pengharapan akan masa depan berdasar kesetiaan Allah.
Unsur utama dalam pemahaman teologis Yeremia adalah tekanannya pada peristiwa keluaran
sebagai pengalaman rohani Israel yang dominan. Jadi sumbangan teologis Kitab Yeremia
adalah sbb:
• Kekuasaan Allah dalam sejarah
Yeremia menegaskan bahwa peristiwa-peristiwa di Yehuda, Mesir dan Babel lebih
ditentukan oleh kekuasaan Allah daripada politik manusia.
• Taurat lama dan baru
Yeremia melihat dosa-dosa bangsa Israel secara keseluruhan sebagai pelanggaran terhadap
hukum perjanjian. Untuk memperbaiki keadaan harus ada perjanjian yang baru yang lebih
bersifat pribadi daripada janji perkawinan, ditulis dalam hati, bukan pada lempengan batu,
yang menghasilkan pengenalan yang benar akan Allah, dan menjamin pengampunan
sepenuhnya terhadap dosa (31:32 – 34)
• iman pribadi yang kuat
Dedikasi dan kepercayaan teguh Yeremia walau dalam penganiayaan bersumber pada Allah
perjanjian saja.
Kitab Ratapan
Kitab Ratapan tidak diketahui siapa penulisnya karena tidak menyebutkan siapa penulisnya.
Walaupun demikian tradisi Yahudi menyatakan Yeremia sebagai penulisnya. Kita ini
menggambarkan bencana dari pembuangan yang penuh penderitaan. Waktu penulisan
diperkirakan tahun 586 – 530 sM. Kelima pasalnya berisi ratapan Yehuda terhadap
hancurnya Yerusalem dan Bait Allah pada tahun 583 sM.
Kitab Ratapan ditulis untuk mengungkapkan adanya harapan setelah penghukuman Allah.
Iman penyair yang kuat memberi semangat pada generasi-generasi sebangsanya untuk
menemukan harapan di tengah-tengah bencana dan membimbing orang lain kepada harapan
melalui pengenalan yang mendalam terhadap Allah. Kitab ini mempunyai tiga pokok utama
yang terjalin bersama yaitu pemahaman yang mendalam para nabi akan penghakiman dan
rahmat Allah, pergumulan orang bijak dalam misteri penderitaan, dan ungkapan liturgis dari
para imam tentang penyesalan dan harapan.

Kitab Zefanya Dan Yoel

Kitab Zefanya
Nabi Zefanya hidup di antara masa yesaya dan Yeremia. Sepanjang pemerintahan Manasye
selama lima puluh tahun tidak ada suara kenabian sampai Zefanya dipanggil. Pemberitaannya
mendukung pekerjaan Yeremia dan mendukung pembaruan-pembaruan yang dilakukan oleh
raja Yosia. Kitab ini mempunyai dua tema utama yaitu:
• Ancaman hukuman besar yang akan segera datang (1:2 – 3:7)
• Harapan akan keselamatan kelak (3:8 – 20)

Kitab Yoel
Penulisan kitab Yoel agak sukar ditetapkan waktunya. Secara tradisi ada dua pendapat yaitu
pada masa pemerintahan raja Yoas (835 – 796 sM) dan setelah Israel kembali dari
pembuangan (akhir abad ke 5 sM). Kitab ini mempunyai dua bagian penting yaitu:
• Tulah belalang dan hari Tuhan (1:1 – 2:17)
• Kemenangan yang akan datang (2:18 – 3:21)
Pada bagian pertama nabi Yoel berbicara dan pada bagian kedua Tuhanlah yang berbicara.
Titik balik ada pada 2:18 di mana Tuhan menanggapi pertobatan umat-Nya dan membawa
pembebasan.
Kitab Nahum Dan Habakuk

Kitab Nahum
Nabi Nahum bernubuat pada masa di antara dua peristiwa penting yaitu jatuhnya kota Tebe
ke tangan Asyur pada tahun 663 sM (3:8 – 10) dan hancurnya Niniwe pada tahun 612 sM
(1:1; 2:8; 3:7). Nubuatan Nahum sepenuhnya berpusat pada penghancuran musuh bebuyutan
Israel. Nahum adalah seorang penulis sastra yang baik dan hanya sedikit yang dapat
menandinginya.

Kitab Habakuk
Masa hidup dan pelayanan Habakuk kira-kira pada perempatan terakhir abad ke-7 sM, kira-
kira sezaman dengan Zefanya, Yeremia, Nahum dan mungkin Yoel. Alur isi kitab ini adalah
sbb:
• Keluhan Habakuk mengenai penghukuman Allah yang “tertunda” (1:2 – 4)
• Jawaban Allah bahwa Babel akan menghukum Yehuda (1:5 – 11)
• Pertanyaan Habakuk mengapa Allah memakai bangsa yang jahat (1:12 – 17)
• Jawaban Allah bahwa Babel akan mendapat balasan setimpal (2: 6, 9, 12, 15, 19)
• Respon Habakuk dengan mengaku percaya pada perjanjian-Nya (3)

Kitab Obaja
Kitab ini adalah yang tersingkat dalam Perjanjian Lama, hanya terdiri dari 21 ayat. Nabi
Obaja berasal dari Yehuda dan menerima penglihatan mengenai Edom. Isi kitab ini adalah
sbb:
• Penglihatan mengenai Edom (1 – 14)
Pengumuman jatuhnya Edom (1 – 4)Ø
Penghancuran total (5 – 9)Ø
Alasan: kekejaman Edom terhadap Yehuda (10 – 14)Ø
• Hari Tuhan (15 – 21)
Penghakiman atas bangsa-bangsa (15 – 16)Ø
Pembebasan Yehuda (17 – 20)Ø
Kerajaan Allah (21)Ø

Kitab Yehezkiel
Kitab Yehezkiel berasal dari zaman pembuangan (597 – 538 sM) antara tahun 593 – 571 sM.
Kitab ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
• Hukuman atas Israel (1 – 24)
• Hukuman atas bangsa-bangsa kafir (25 – 32)
• Pembaruan Israel (33 – 48)

Secara teologi, kitab ini memberikan beberapa hal yaitu:


• Penglihatan akan Allah kepada Yehezkiel
• Penyembahan berhala bangsa Israel
• Tanggung jawab pribadi dengan menolak pengelakan kesalahan generasi lalu
• Peristiwa pembuangan adalah akibat langsung kegagalan Israel memlihara hari Sabat (17:21
– 27)
• Nubuatan melawan Tirus
• Yehezkiel menubuatkan hukuman terhadap bangsa-bangsa yang kejam, ketakutan di dunia
orang-orang hidup
• Nubuatan akan Gembala yang sejati
• Pemberian hati dan roh yang baru

Kitab Daniel
Kitab Daniel berisi salah satu berita terbesar dalam Perjanjian Lama yaitu kerajaan-kerajaan
dunia akan diganti dengan kerajaan Allah. Kitab ini termasuk jenis sastra “apokaliptik” yang
menyingkapkan peristiwa-peristiwa yang akan datang. Isi kitab ini dibagi menjadi dua yaitu
cerita-cerita (1 – 6) dan penglihatan-penglihatan (7 – 12). Garis besar isinya adalah sbb:
• Daniel dan raja-raja Babel dan Persia (1 – 6)
Daniel dan teman-temannya dibawa ke Babel (1)Ø
Mimpi raja tentang patung (2:1 – 16)Ø
Patung emas (3:1 – 7)Ø
Mimpi Nebukadnezar tentang pohon (4:4 – 18)Ø
Perjamuan Belsyazar; tulisan pada dinding (5:1 – 12)Ø
Daniel dalam gua singa (6:1 – 18)Ø
• Mimpi dan penglihatan Daniel (7 – 12)
Keempat binatang dari dalam laut (7:1 – 18)Ø
Domba jantang, kambing jantan dan tanduk (8:1 – 14)Ø
Tujuhpuluh tahun yang dinubuatkan Yeremia (9:1 – 2)Ø
Penglihatan di tepi sangai Tigris (10:1 – 14)Ø
Raja negeri Utara dan raja negeri Selatan (11:2 – 28)Ø
Waktu kesesakan; kebangkitan (12:1 – 4)Ø

Kitab Hagai
Orang Yahudi yang hidup dalam pembuangan di Babel mulai berkeluarga dan berkembang.
Sebagian dari mereka pulang di bawah ezra dan Nehemia, namun sebagian memilih tetap
tinggal di Babel. Nabi Hagai hidup sezaman dengan Zakharia. Kitab ini berisi empat nubuat
yang disampaikan dalam empat bulan sbb:
• Hagai 1:1 – 11
Nubuat ini ditujukan kepada Zerubabel dan kepada imam besar Yosua untuk menyelesaikan
pembangunan kembali Rumah Allah.
• Hagai 2:1b – 10
Nubuat kedua ditujukan kepada Bupati, imam besar dan bangsa itu mengenai kemegahan
Rumah Allah.
• Hagai 2:11 – 20
Nubuat ini merupakanb percakapan antara Tuhan dan Hagai. Allah berjanji memberkati
mereka jika bertobat.
• Hagai 2:21 – 24
Nubuat ini ditujukan kepada Zerubabel. Isinya bersifat eskalotogis karena Tuhan mengatakan
akan merontokkan tahta raja-raja dan membuat Zerubabel “seperti cincin materai” sebab dia
yang dipilih-Nya.
Kitab Zakaria
Arti nama Zakaria adalah “Tuhan telah mengingat”. Zakaria hidup sezaman dengan nabi
Hagai. Kitab ini dibagi menjadi dua bagian. Pasal 1 -8 adalah nubuat-nubuat yang diberi
keterangan waktu dan pasal 9 – 14 tidak diberi keterangan waktu. Garis besar kitab ini adalah
sbb:
• Seruan untuk bertobat (1:1 – 6)
• Penglihatan-penglihatan malam (1:7 – 6:8)
• Peristiwa-peristiwa menjelang akhir zaman (9 – 11)
• Peristiwa-peristiwa akhir zaman (12 – 14)

Kitab Maleakhi
Kitab Maleakhi adalah kitab terakhir dari 12 kitab nabi kecil di Perjanjian Lama. Kata
Maleakhi berarti “utusanku”. Pada saat penulisan nubuat ini Rumah Allah telah didirikan
kembali dan ibadat berlangsung kembali. Keadaan waktu itu digambarkan bahwa kembalinya
mereka dari pembuangan tidak membawa suatu zaman mesianis. Akibatnya mereka menjadi
tawar hati, menangis, dan ragu-ragu. Perzinahan, sumpah palsu, penindasan, dan diskriminasi
merajalela. Agama diremehkan dengan kawin campur yang dilarang.
Struktur kitab ini adalah sbb:
• Judul (1:1)
• Kasih Tuhan dilukiskan oleh nasib edom (1:2 – 5)
• Kecaman terhadap para imam (1:6 – 2:9)
• Penyembahan berhala dan kawin campur (2:10 – 16)
• Allah yang adil (2:17 – 3:5)
• Persepuluhan yang tidak diberikan (3:6 – 12)
• Orang benar dan orang fasik (3:13 – 18)
• Elia dan hari Tuhan (4)

Sedangkan topik teologi kitab ini adalah tentang:


• Tuhan semesta alam
• Teodisi atau pembenaran tindakan Allah
• Perintis jalan, yaitu hanya nabi Maleakhi yang mengajarkan tentang kedatangan kembali
nabi Elia.
Literatur:
a. Hill, Andrew, Survei Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 1995.
b. Wilkinson, Bruce dan Boa, Kenneth. Talk Thru The Bible. Nasville: Thomas
NelsonPublishers.
c. Lasor, W.S.et.al. pengantar Perjanjian Lama 1-Taurat dan sejarah. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1994.
d. Lasor, W.S.et.al. pengantar Perjanjian Lama 2-sastra dan Nabi-nabi. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1994.
e. Baker, D.L. mari Mengenal Perjanjian Lama. Jakarta BPK Gunung Mulia, 1992
f. Mulder, D.C. pembimbing Ke Dalam Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1963
g. Groenen, C. pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama. 2 Jilid. Yogyakarta: Kanisius, 1980
h. Archer, Gleason. L. Jr. A Survey of Old Testament Introduction. Chicago: Moody Press.
1974.
i. Green, Dennis. Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas.
j. Deuren, A. van. Purbakala Alkitab dalam Kata dan Gambar. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1982.
k. Rowley, h.H. atlas Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979.

Anda mungkin juga menyukai