kita tidak boleh melupakan bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat. - Dia berdaulat menetapkan apa saja yang akan terjadi dan melakukan karya-Nya dalam kehendak-Nya atas semua ciptaan, baik yang alamiah maupun rohaniah, sesuai dengan rencana yang telah Dia tetapkan sejak semula. - Efesus 1:11: “di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya”. Westminster Short Catechism: “Ketetapan ilahi sebagai tujuan kekal Allah sesuai dengan pertimbangan kehendak-Nya, di mana demi kemuliaan-Nya sendiri, Ia telah menetapkan sesuatu yang akan terjadi” (Mzm 51:19; Yes 49:8; Yer 4:28; Kis 2:23; 4:28; 16:17) 1. Ketetapan Ilahi adalah satu - Meski kita sering mendengar ketetapan- ketetapan ilahi itu dalam bentuk jamak, tetapi sesungguhnya dalam naturnya ketetapan itu adalah tunggal dan merupakan tindakan tunggal Allah. Ketetapan ini datang dari natur Allah yang paling dalam. - Pengetahuan Allah adalah seluruhnya langsung dan pada saat yang sama, dan tidak berturut-turut seperti pengetahuan kita, dan pemahaman-pemahaman Allah tetang pengetahuan itu selalu lengkap. - Jadi ketetapan yang didirikan atas pengetahuan Allah itu juga tunggal, mencakup segalanya, dan merupakan tindakan pada saat yang sama. - Sebagai suatu ketetapan yang kekal maka ketetapan ini tidak mungkin berubah. Jadi tidak ada serentetan ketetapan Allah, tetapi hanya satu rencana tunggal, mencakup semua yang akan terjadi. - Karena pemahaman kita yang terbatas, maka kita sering membuat perbedaan-perbedaan, sehingga melihat ketetapan-ketetapan ilahi itu dalam bentuk jamak. 2. Hubungan antara ketetapan dan pengetahuan Allah - Di dalam diri Allah ada satu pengetahuan penting yang mencakup sebab dan akibat yang mungkin terjadi. Pengetahuan ini memperlengkapi materi untuk ketetapan ilahi. Dari pengetahuan tentang segala sesuatu inilah Allah memilih, dipimpin oleh pertimbangan-pertimbangan yang maha bijaksana, yang Ia inginkan untuk menjadi kenyataan, dan dengan demikian membentuk tujuan-Nya yang kekal 3. Ketetapan itu berhubungan baik dengan Allah maupun manusia - Pertama, ketetapan itu mempunyai rujuakan pada karya-karya Allah. Tetapi hanya terbatas pada opera ad extra (di luar diri Allah), tidak berkenaan esensi keberadaan Allah (atribut-atribut-Nya). - Kendati ketetapan itu terutama menunjuk pada tindakan Allah sendiri, tetapi mencakup juga tindakan-tindakan dari makhluk ciptaan-Nya yang bebas. - Jadi sesuatu yang diputuskan Allah, bukan semata-mata akan terjadi, tetapi Ia sendiri akan membuat semuanya terjadi, baik secara segera sebagaimana karya penciptaan, atau melalui pengantara dari kausa kedua, yang terus-menerus diberi kuasa dengan kekuatan-Nya. - Bagaimana dengan perbuatan dosa yang dilakukan ciptaan-Nya? Ini disebut sebagai “ketetapan Allah yang mengizinkan”, Allah mengizinkan hal itu terjadi oleh tindakan bebas ciptaan-Nya. 4. Ketetapan untuk Bertindak bukanlah Tindakan itu sendiri Ketetapan ilahi bukanlah realisasinya. Ketetapn untuk menciptakan bukanlah penciptaan itu sendiri, demikian ketetapan untuk penebusan bukanlah penebusan itu sendiri. Perlu pembedaan antara ketetapan dan pelaksanaannya. 1. Didirikan atas Hikmat Ilahi - Istilah “pertimbangan” yang merupakan istilah yang dipakai Alkitab untuk ketetapan ilahi menunjukkan satu pemikiran dan perencanaan yang cermat. Istilah ini bisa mencakup intra- komunikasi antara ketiga pribadi Allah Tritunggal. - Kebijaksanaan dari ketetapan ilahi ini juga berasal dari hikmat yang dipaparkan dalam pelaksanaan dan tujuan kekal Allah (Mzm 104:24; Ams 3:19; Yer 10:12; 51:15) - Dengan demikian, sangat mungkin banyak ketetapan ilahi yang tidak dapat dinalar akal manusia yang terbatas, tetapi bukan berarti sesuatu yang iirasional atau sembarangan saja, 2. Ketetapan Ilahi adalah kekal - Ketetapan ilahi adalah kekal dalam pengertian ketetapan ilahi itu terletak sepenuhnya dalam kekekalan. Ini juga bisa diartikan, semua tindakan Allah adalah kekal, sebab tidak ada urut-urutan waktu dalam Keberadaan Ilahi. - Akan tetapi sebagian dari ketetapan itu, berlaku dalam waktu, misalnya seperti penciptaan dan penebusan. Ini bisa disebut sebagai tindakan Allah yang temporal. Namun tetaplah bagian dari ketetapan Allah di dalam kekekalan. 3. Hasil yang Dicapai Ketetapan itu - Apa yang ditetapkan oleh Allah pasti akan terjadi. Satu pun tidak ada yang akan menghalangi maksud-Nya. - Dr. A.A. Hodge: “Ketetapan itu sendiri dalam segala keadaan menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa itu akan dihasilkan sebab-sebab yang ada dalam satu cara yang konsisten dengan natur dari peristiwa yang dibicarakan. Jadi dalam setiap peristiwa dari tindakan bebas manusia, ketetapan itu pada saat yang sama haruslah: (a) Pelakunya selalu merupakan pelaku bebas; (b) Perbuatan itu beserta semua perbuatan dari tindakan yang sedang dibicarakan haruslah sebagai mana adanya. - (c) Bahwa keadaan sekarang dari tindakan itu akan menjadi sebagaimana adanya; (d) Bahwa tindakan itu akan terjadi secara spontan dan bebas dari pihak si pelaku (e) Tindakan itu pastilah bersifat untuk masa mendatang. 4. Ketidakberubahan Ketetapan itu - Manusia boleh mengubah-ubah rencana dan ketetapan-Nya tapi Allah tidaklah demikian. Ketetapan Allah tidak akan berubah karena Dia Allah yang tidak berubah (Ayub 23:13,14; Mzm 33:11) 5. Ketetapan Allah ini Tanpa Syarat atau Mutlak - Ketetapan Allah tidak tergantung sama sekali pada segala sesuatu yang bukan merupakan bagian dari ketetapan itu sendiri. - Pelaksanaan dari rencana itu mungkin menuntut sarana-sarana atau tergantung pada keadaan-keadaan tertentu, akan tetapi sarana-sarana ini, juga telah ditetapkan dalam keketapan itu. - Ciri mutlak dari ketetapan itu berasal dari kekekalan-Nya, ketidakberubahan-Nya, dan saling tergantung dalam sukacita Allah. 6. Ketapan itu bersifat Universal dan Mencakup Keseluruhan - Ketetapan Allah mencakup apa saja yang terjadi dalam dunia, baik dalam hal fisik maupun moral, baik ataupun jahat (Efe 1:11)