Gereja adalah umat percaya yang mengaku Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat. Mengikuti umat yang percaya kepada Tuhan
pada zaman Perjanjian Lama, kita dipanggil keluar dari dunia; dan kemudian kita menggabungkan diri untuk berbakti, bersekutu, mempelajari Firman, untuk merayakan Perjamuan Tuhan, untuk melayani semua umat manusia serta memberitahukan pekabaran Injil ke seluruh dunia. Gereja memperoleh otoritasnya dari Kristus, yang menjadi penjelmaan Firman itu, dan juga dari Kitab-kitab Suci yang menjadi Firman yang tertulis. Gereja adalah keluarga Allah, yang diangkat-Nya menjadi anak-anak-Nya, keanggotaannya yang berdasarkan hidup atas perjanjian yang baru. Gereja adalah tubuh Kristus, masyarakat orang beriman yang dikepalai Kristus. Gereja adalah pengantin, untuknya Kristus telah mati, supaya dengan demikian Ia dapat menguduskan dan membasuhnya. Pada waktu kedatangan-Nya kelak dalam kemenangan, Ia akan mengambil untuk-Nya sebagai jemaat yang mulia, orang yang setia sepanjang zaman, yang telah ditebus dengan darah-Nya sendiri, yang tidak bercacat-cela, melainkan kudus tanpa noda sama sekali. —Fundamental Beliefs—12.
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 1
1. Pendahuluan: • Kristus adalah “Batu” yang menjadi landasan berdirinya umat Tuhan baik secara pribadi maupun secara umum. • Ayat-ayat Alkitab yang menggabarkan Kristus sebagai batu 1. Bil. 20:7-12 2. Ul. 32:3, 4 3. Mzm 62:8 4. Yes. 28:16
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 2
Petrus memberikan kesaksian bahwa Kristus bukan hanya sebagai batu biasa, melainkan Dia adalah sebuah batu yang hidup, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormati di hadirat Allah” (1 Ptr. 2:4).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 3
• Paulus menyebutNya sebagai satu-satunya fondasi yang kokoh, dengan berkata, “Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus” (1 Kor. 3:11).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 4
• Menunjuk kepada batu yang dipukul Musa, ia berkata, “Sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu ka rang itu ialah Kristus” • (1 Kor. 10:4).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 5
Yesus Kristus sendiri menggunakan gambaran yang demikian secara langsung ketika Ia menyatakan, “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan j emaat- Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat. 16:18). la mendirikan gereja atau jemaat Kristen di atas diri-Nya sendiri, Bukit yang Hidup. Tubuh-Nya sendiri dikorbankan-Nya demi dosa-dosa dunia, Batu yang dipukul itu. Fondasi yang kokoh bagi jemaat itu dibangun, tidak ada yang dapat merubuhkannya. Dari Batu ini mengalir air yang menyembuhkan semua bangsa yang dahaga (bandingkan Yeh. 47:1-12; Yoh. 7:37, 38; Why. 22:1-5). 10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 6 • Jemaat dibangun bukanlah di atas hikmat manusia yang mudah rusak atau di atas kecerdikan manusia, melainkan di atas Batu Zaman.
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 7
2. MAKNA ALKITABIAH “JEMAAT” • Kata gereja adalah terjemahan dari bahasa Yunani ekklesia, yang berarti “dipanggil keluar.”
• Ungkapan ini pada umumnya
digunakan untuk orang yang mengadakan pertemuan apa saja.
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 8
• Penggunaan istilah Jemaat dalam PB: (1) orang-orang percaya yang berkumpul untuk berbakti bersama-sama di sebuah tempat tertentu (1 Kor. 11:18; 14:19, 28); (2) orang-orang percaya yang tinggal di tempat tertentu (1 Kor. 16:1; Gal. 1:2; 1 Tes. 2:14); (3) sekelompok orang percaya di rumah seseorang (1 Kor. 16:19; Kol. 4:15; Flm. 2); (4) satu kelompok himpunan di daerah (Kis. 9:31); (5) keseluruhan tubuh orang percaya di seluruh dunia (Mat. 16:18; 1 Kor. 10:32; 12:28; bandingkan Ef. 4:11-16); (6) semua makhluk percaya yang setia di surga dan yang di dunia (Ef. 1:20-22; bandingkan Flp. 2:9- 11).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 9
3. SIFAT JEMAAT
• Alkitab menggambarkan jemaat itu
sebagai lembaga Ilahi, menyebutnya “jemaat Allah” (Kis. 20:28; 1 Kor. 1:2). • Yesus mendirikan jemaat dengan otoritas llahi (Mat. 18:17, 18).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 10
1) Akar Jemaat Kristen. Perjanjian Lama menggambarkan jemaat sebagai suatu perkumpulan yang diorganisasi dari Umat Allah.
Sejak dari mula pertama, keluarga
yang takut akan Allah, dalam silsilah Adam, Set, Nuh, Sem dan Abraham adalah penjaga kebenaran. 10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 11 Di tengah-tengah keluarga ini, tempat sang ayah adalah selaku imam, demikianlah jemaat itu dapat dilihat dalam bentuknya yang kecil atau mini.
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 12
Bangsa yang dibawa Allah keluar dari Mesir disebut “jemaat (atau “perkumpulan,”) di padang gurun” (Kis. 7:38). Anggotaanggotanya dianggap “kerajaan imam dan bangsa yang kudus” (Kel. 19:6),”umat-Nya yang kudus” (Ul 28:9; bandingkan Im. 26: 12)— gereja-Nya.
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 13
ALLAH ingin, melalui bangsa Israel, membangun jemaat terbesar di atas dunia ini— sebuah j emaat yang menampung wakil-wakil semua bangsa untuk berbakti bersama-sama, mempelaj ari Allah yang benar, dan kemudian kembali kepada masing-masing bangsanya dengan membawa pekabaran keselamatan. Saat Allah terus memperhatikan keperluan umat-Nya, justru bangsa Israel melibatkan diri dalam penyembahan berhala, isolasi, nasionalisme, keangkuhan, dan pemujaan diri sendiri. Umat Allah telah gagal memenu hi misi yang diemban mereka.
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 14
• Penyaliban mengartikan berakhirnya misi bangsa Israel, sebagai satu jemaat Allah, dan kebangkitan Kristus membuka jemaat Kristus dengan misinya; proklamasi Injil keselamatan melalui darah Kristus.
• Di tempat mereka Tuhan mendirikan
sebuah bangsa yang baru, sebuah jemaat, yang mau melaksanakan tugas lanjutan yang diberikan-Nya untuk dunia ini (Mat. 21:41, 43).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 15
Jemaat Perjanjian Baru, terdiri dari orang-orang Yahudi yang ditobatkan dan orang-orang yang bukan Yahudi yang percaya kepada Yesus Kristus. 10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 16 Jemaat Perjanjian Baru amat berbeda dari jemaat Perjanjian Lama • Gereja pada zaman rasul-rasul menjadi organisasi yang mandiri, terpisah dari bangsa Israel. Batas- batas kebangsaan dirontokkan, sehingga memberikan jemaat ciri-ciri yang universal.
• Gereja tidak lagi menjadi gereja nasional,
melainkan menjadi jemaat yang misionaris, diadakan untuk menyelesaikan rencana Allah semula, yang ditegakkan kembali atas mandat Ilahi, berlandaskan pada pendirinya, Yesus Kristus: Menjadikan “semua bangsa muridKu” (Mat. 28:19).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 17
2) Jemaat Digambarkan secara Metaforik.
• Gambaran secara metaforik jemaat Perjanjian Baru melukiskan sifat jemaat.
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 18
(1) Jemaat sebagai satu tubuh.
• Metafora tubuh menekankan
kesatuan jemaat dan hubungan fungsional setiap anggota secara keseluruhan.
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 19
(2) Jemaat sebagai satu bait suci. Gereja adalah “bangunan Allah,” “bait suci Tuhan” tempat berdiamnya Roh Kudus. Yesus Kristus adalah fondasinya dan menjadi “batu penjuru” (1 Kor. 3:9-16; Ef. 2:20).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 20
• Bait suci ini bukanlah sebuah bangunan (struktur) yang mati; melainkan menunjukkan pertumbuhan yang dinamis. Karena Kristus adalah “batu yang hidup,” seperti yang dikatakan oleh Petrus, maka demikian pula dengan orang percaya menjadi “batu yang hidup” dan menj adi “pembangunan suatu rumah ro hani” (1 Ptr. 2:4-6).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 21
Bangunan itu belumlah lengkap. Batubatu baru yang hidup ditambahkan selalu ke bangunan bait suci itu sehingga “dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh” (Ef. 2:22).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 22
Metafora bait suci menekankan kekudusan jemaat lokal maupun jemaat secara luas. Bait suci Tuhan itu kudus, kata Paulus. “Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia” (1 Kor. 3:17).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 23
(3) Jemaat sebagai pengantin.
• Jemaat digambarkan sebagai pengantin wanita sedangkan Tuhan dilambangkan sebagai pengantin pria.
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 24
“Aku akan menjadikan engkau istri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang” (Hos. 2:18).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 25
• Kasih Kristus kepada jemaatNya begitu dalam sehingga Ia menyerahkan diri-Nya baginya” (Ef. 5:25).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 26
Kristus menguduskan anggota jemaat, menyingkirkan jubah mereka yang kotor dan mengenakan jubah kebenaran-Nya yang sempurna kepada mereka.
Ia menyiapkan jemaat-Nya menjadi
pengantin bagi-Nya—“dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat yang kudus dan tidak bercela” (Ef. 5:27). 10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 27 Kemuliaan jemaat yang penuh dan gemerlapan belumlah akan kelihatan sampai saat kedatangan Kristus kelak.
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 28
(4) Jemaat sebagai “Yerusalem surgawi”.
• Kitab Suci menyebutkan bawa
Allah bertahta di Sion dengan umat-Nya (Mzm. 9:12); • dari Sion datang keselamatan (Mzm. 14:7; 53:7). • Kota itu menjadi “kegirangan bagi seluruh bumi” (Mzm. 48:3).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 29
Perjanjian Baru memandang jemaat sebagai “Yerusalem yang di atas,” sebagai pasangan rohani dari Yerusalem dunia (Gal. 4: 26).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 30
(5) Jemaat sebagai sebuah keluarga.
• Gereja atau jemaat di surga
maupun di dunia dianggap sebagai sebuah keluarga (Ef. 3:15).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 31
Ciri-ciri istimewa jemaat itu sebagai keluarga ialah persekutuannya. • Persekutuan Kristen (koinonia dalam bahasa Yunani) bukanlah sekadar sosialisasi melainkan “persekutuan... dalam Berita Injil” (Flp. 1:5). • Hal itu menyangkut persekutuan yang murni dengan Allah Bapa, Anak-Nya dan Roh Kudus (1 Yoh. 1:3; 1 Kor 1:9; 2 Kor. 13:14), sebagaimana halnya dengan orang-orang yang percaya (1 Yoh. 1:3,7). • Maka selaku anggota, memperoleh hak “tanda persekutuan” (Gal. 2:9).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 32
Metafora dengan menggunakan lambang keluarga menunjukkan
• Sebuah jemaat yang penuh perhatian “tempat
orang dikasihi, dihormati, dan dianggap sebagai orang yang penting.
• Sebuah tempat di mana mereka menyadari
bahwa mereka saling membutuhkan.
• Tempat talenta dapat dikembangkan. Tempat
orang-orang bertumbuh. Tempat setiap orang dilengkapi.”
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 33
• Keanggotaan dalam keluarga • jemaat menyanggupkan individu- individu yang berbeda amat dalam sifat dan jabatan, dapat mendukung dan menggembirakan satu sama lain.
• Anggota keluarga jemaat belajar
hidup dalam persatuan sementara tidak kehilangan sifat individunya
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 34
(6) Jemaat sebagai tiang dan fondasi kebenaran. • Jemaat Allah yang hidup adalah “tiang penopang dan dasar kebenaran” (1 Tim. 3:15). • Benteng dan tempat menyimpan serta melindungi kebenaran dari serangan musuh.
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 35
(7) Jemaat sebagai suatu pasukan—penuh semangat dan menang. • Jemaat terpanggil ke medan perang untuk melawan kegelapan rohani: “Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah- pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” (Ef. 6:12).
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 36
• Pada waktu kedatangan Kristus kedua kali, muncul kemenangan jemaat. Pada waktu itu Ia dapat mengumpulkan bagi diri-Nya “dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela” (Ef. 5:27), jemaat yang setia dari zaman ke zaman, yang ditebus dengan darah-Nya.
10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 37
3) Jemaat yang Tampak dan Tidak Tampak.
• Istilah tampak dan tidak tampak
digunakan untuk membedakan dua aspek jemaat yang terdapat di dunia ini. • Metafora atau gambaran kiasan yang telah dikemukakan di atas pada khususnya diterapkan kepada jemaat yang tampak. 10/13/21 Pdt. DR. Rudolf W. Sagala 38