Anda di halaman 1dari 46

Lelaki dan perempuan diciptakan dalam gambar Allah sebagai manusia

individu, disertai kuasa dan kebebasan berpikir dan bertindak. Walaupun


diciptakan sebagai makhluk bebas, masing-masing adalah terdiri dari
badan, jiwa dan roh yang tidak terpisahkan, napas dan hidupnya
bergantung kepada Allah. Ketika leluhur kita yang pertama mengingkari
Allah, mereka menyangkal ketergantungan mereka kepada­Nya sehingga
mereka jatuh dari kedudukan yang tinggi di bawah kuasa Allah. Gambar
Allah dalam mereka dinodai dan mereka menjadi takluk kepada maut.
Keturunan mereka turut merasakan akibat-akibat sifat kejatuhan ini.
Mereka lahir dalam keadaan lemah dan memiliki kecenderungan kepada
yang jahat. Tetapi Tuhan dalam Kristus memperdamaikan dunia kepada
diri-Nya dan melalui Roh-Nya memulihkan citra Pencipta mereka di dalam
diri mereka yang fana. Karena mereka diciptakan untuk kemuliaan Allah
maka mereka diminta supaya saling mengasihi dan mengasihi-Nya, serta
memelihara lingkungan mereka. —Fundamental Beliefs.—7.
BAB 7
SIFAT DAN KEADAAN MANUSIA

Manusia, adalah merupakan mahkota ciptaan


Allah. Saat menciptakan manusia Dia tidak
berkata ”jadilah,” tetapi dia berkata: "Baiklah
Kita menjadikan manusia menurut gambar dan
rupa Kita." Dengan penuh kasih sayang Ia
membentuk ciptaan baru ini dari debu tanah.
2. ASAL-USUL MANUSIA
A. Allah Menjadikan Manusia.
B. Dijadikan Menurut Bentuk Ilahi.
2. ASAL-USUL MANUSIA
A. Allah Menjadikan Manusia.
B. Dijadikan Menurut Bentuk Ilahi.
C. Kedudukan Manusia Diunggulkan.
D. Kesatuan Umat Manusia.
3. KESATUAN SIFAT ATAU
KEADAAN MANUSIA
Terdiri dari apakah sifat-sifat manusia itu?
Apakah manusia itu dibuat dari beberapa
komponen yang mandiri, misalnya terdiri dari
satu tubuh, satu jiwa dan satu roh?
3. KESATUAN SIFAT ATAU
KEADAAN MANUSIA
A. Nafas Hidup.
B. Manusia—Jiwa yang Hidup.
Apakah yang dilakukan nafas hidup itu?
 
3. KESATUAN SIFAT ATAU
KEADAAN MANUSIA
A. Nafas Hidup.
B. Manusia—Jiwa yang Hidup.
Apakah yang dilakukan nafas hidup itu?
C. Sebuah Kesatuan yang Tidak Dapat
Dipisahkan.
 
 
1. Makna jiwa menurut Kitab
Suci.
Dalam Perjanjian Lama "jiwa" adalah sebuah
terjemahan nephesh dalam bahasa Ibrani.

Di dalam Kejadian 2:7 ditunjukkan bahwa


manusia sebagai makhluk hidup setelah nafas
hidup dihembuskan ke dalam tubuh jasmani
yang dibentuk dari unsur-unsur tanah.
 
Satu jiwa baru menjadi ada apabila seorang bayi
lahir, setiap 'jiwa' merupakan satu unit kehidupan
yang berbeda secara khas, dan terpisah, dari unit-
unit lain yang sama.
 
Kualitas individualitas ini di dalam setiap makhluk
hidup, yang berisi sebuah kesatuan yang khas,
tampaknya adalah ide yang ditekankan oleh istilah
Ibrani nephesh.
 
Apabila digunakan dalam cara seperti ini maka nephesh bukanlah
satu bagian dari pribadi itu, melainkan itulah pribadi itu, dan
memang dalam banyak contoh, yaitu diterjemahkan sebagai
'pribadi' (baca Kej. 14:21; Bil. 5:6; Ul. 10:22; bandingkan Mzm. 3:3)
atau 'diri' (Im. 11:43; 1 Raj. 19:4; Yes. 46:2, dsb).
 
"Sering nephesh menunjuk kepada keinginan, selera atau nafsu
(bandingkan Ul. 23:24; Ams. 23:2; Pkh. 6:7), dan kadang­kadang
juga diterjemahkan 'selera' (Ams. 23: 2; Pkh. 6:7).
 
Boleh jadi juga menunjuk pada kasih sayang (Kej. 34:3; Kid. 1:7,
dsb.), dan pada kali tertentu menggambarkan kemauan sendiri,
sebagaimana bila diterjemahkan 'kesenangan' (KJV) dalam Ul.
23:24; Mzm. 105:22; Yer. 34:16.
 Di dalam Bil. 31:19 nephesh adalah 'dibunuh', dan
dalam Hak. 16:30 (diterjemahkan 'aku') adalah mati.
Di dalam Bil. 5:2 ('mati') dan pasal 9:6 ('tubuh yang
mati') yang dimaksudkan ialah mayat (bandingkan
Im. 19:28; Bil. 9:7, 10).
 
Kata Yunani psuche di dalam Perjanjian Baru adalah
sama dengan kata nephesh yang digunakan dalam
Perjanjian Lama. Biasanya digunakan untuk hidup
binatang serta halnya hidup manusia (Why. 16:3).
 Di dalam terjemahan Versi King James (KJV) ini diterjemahkan 40
kali se­bagai "hidup" atau "kehidupan“ (baca Mat. 2:20; 6:25;
16:25; dsb.)
 
Dalam beberapa contoh biasa digunakan untuk maksud 'ba­
nyaknya orang' (baca Kis. 7:14; 27:37; Rm. 13:1; 1 Ptr. 3:20, dsb.),
 
Sedangkan pada yang lain itu sama dengan kata ganti orang
(baca Mat. 12:18; 2 Kor. 12:15; dsb.).

Kadang-ka­dang digunakan juga untuk menunjuk terhadap emosi


(Mrk. 14:34; Luk. 2:35), untuk pikiran (Kis. 14:2; Flp. 1:27), atau
kepada hati (Ef. 6:6)."4
 
Psuche itu tidak abadi melainkan tunduk kepada
maut (Why. 16:3). Itu dapat dibinasakan (Mat. 10:28).
 
Bukti Alkitabiah menunjukkan bahwa kadang-kadang
nephesh dan psuche menunjuk kepada pribadi
secara keseluruhan dan pada waktu lain kepada
aspek khusus manusia, misalnya kasih sayang,
emosi, selera dan perasaan.
 
Pemakaian ini, tidaklah menunjukkan bahwa manusia
terdiri dari dua bagian yang berbeda. Badan dan jiwa
ada bersama-sama, keduanya terbentuk merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
 
Jiwa bukanlah satu wujud yang terpisah dari
tubuh dan tidak memiliki kesadaran sendiri. Tidak ada
ayat yang menunjukkan bahwa jiwa ada dalam tubuh
sebagai satu kesadaran.
 
  2. Makna Alkitabiah Roh.
Mengingat kata Ibrani nephesh diterjemahkan
jiwa, menunjuk kepada individualitas atau
kepribadian, kata Ibrani dalam Perjanjian
lama ru­ach, diterjemahkan roh, menunjuk
kepada percikan tenaga yang hakiki bagi
kehidupan eksistensi individual. Menunjuk
kepada tenaga llahi, atau prinsip hidup yang
menghidupkan makhluk manusia.
Ruach digunakan 377 kali dalam
Perjanjian Lama dan pada
umumnya sering diterjemahkan
sebagai ‘roh,’ ‘angin,’ atau ‘nafas’
(Kej. 8:1, dsb.).
 
“Ruach” Juga digunakan untuk menunjuk kepada:
(1) vitalitas (Hak. 15:19),
(2) keberanian (Yos. 2:11),
(3) kemarahan atau amarah (Hak. 8:3),
(4) watak (Yes. 54:6),
(5) sifat tabiat (Yeh 11:19),
(6) tempat emosi (1 Sam. 1:15).
 
"Sehubungan dengan napas, ruach manusia sama
dengap ruach hewan (Pkh. 3:19).
 
Ruach manusia meninggalkan tubuh pada waktu mati
(Mzm. 146:4) dan kembali kepada Tuhan (Pkh. 12:7;
bandingkan Ayb. 34:14).
 
Sering kata Ruach digunakan untuk menyatakan Roh
Allah, seperti yang terdapat dalam Yesaya 63:10.
 
Tidak pernah digunakan dalam Perjanjian Lama
menunjuk kepada manusia ruach itu sebuah eksistensi
yang mampu dan berpikir secara terpisah dari tubuh
jasmani.
3. Kesatuan Badan, jiwa dan
Roh.
a. Persatuan dua-ganda.
3. Kesatuan Badan, jiwa dan
Roh.
a. Persatuan dua-ganda.
b. Persatuan tiga serangkai
-roh, jiwa dan tubuhmu
3. Kesatuan Badan, jiwa dan
Roh.
a. Persatuan dua-ganda.
b. Persatuan tiga serangkai
-roh, jiwa dan tubuhmu
c. Kesatuan yang tidak dapat dipisah­kan
dan simpatik.
 
4. MANUSIA DALAM GAMBAR
ALLAH
A. Diciptakan dalam Gambar dan
Serupa Allah.
 
 
4. MANUSIA DALAM GAMBAR
ALLAH
A. Diciptakan dalam Gambar dan Serupa
Allah.

B. Diciptakan supaya Berhubungan


dengan Orang Lain.
 
 
4. MANUSIA DALAM GAMBAR
ALLAH
A. Diciptakan dalam Gambar dan Serupa
Allah.
B. Diciptakan supaya Berhubungan dengan
Orang Lain.
C. Diciptakan untuk Menjadi Penatalayan
Lingkungan.
 

 
 
4. MANUSIA DALAM GAMBAR
ALLAH
A. Diciptakan dalam Gambar dan Serupa Allah.
B. Diciptakan supaya Berhubungan dengan Orang
Lain.
C. Diciptakan untuk Menjadi Penatala­yan Lingkungan.
D. Diciptakan untuk Meniru Allah.
E. Diciptakan dengan yang Bersyarat.

 
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
3. Asal-usul dosa di lingkungan
manusia.
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
3. Asal-usul dosa di lingkungan
manusia.
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
3. Asal-usul dosa di lingkungan
manusia.
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
3. Asal-usul dosa di lingkungan
manusia.
a. Dampak Dosa.
1. Akibat langsung.
 
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
3. Asal-usul dosa di lingkungan
manusia.
a. Dampak Dosa.
1. Akibat langsung.
 
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
3. Asal-usul dosa di lingkungan
manusia.
a. Dampak Dosa.
1. Akibat langsung.
 
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
3. Asal-usul dosa di lingkungan manusia.
a. Dampak Dosa.
1. Akibat langsung.
2. Sifat dosa.
b.Definisi dosa.

 
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
3. Asal-usul dosa di lingkungan manusia.
a. Dampak Dosa.
1. Akibat langsung.
2. Sifat dosa.
b.Definisi Dosa
 

 
Definisi dosa menurut Al­kitab termasuk:
(1) "pelanggaran hukum Allah" (1 Yoh. 3:4),
(2) seseorang yang gagal melakukan yang diketahuinya
"bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak
melakukannya" (Yak. 4:17),
(3) "segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman" (Rm.
14:23).

Definisi yang agak luas termasuk:


"Setiap penyimpangan dari yang dikenal kehendak Allah, baik
pelalaian atas apa yang secara rinci disuruh-Nya atau melakukan
sesuatu yang secara khusus dilarang-Nya."
 
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
3. Asal-usul dosa di lingkungan manusia.
a. Dampak Dosa.
1. Akibat langsung.
2. Sifat dosa.
b. Definisi Dosa
c. Dosa dan kesalahan.

 
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
3. Asal-usul dosa di lingkungan manusia.
a. Dampak Dosa.
1. Akibat langsung.
2. Sifat dosa.
b. Definisi Dosa
c. Dosa dan kesalahan.
d. Pusat Pengendalian Dosa.

 
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
3. Asal-usul dosa di lingkungan manusia.
4. Efek dosa atas Manusia.
 

 
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
3. Asal-usul dosa di lingkungan manusia.
4. Efek dosa atas Manusia.
a. Dosa umat manusia.
 

 
 
5. KEJATUHAN
A. Asal-usul Dosa.
1. Allah dan asal-usul dosa.
2. Pencipta dosa.
3. Asal-usul dosa di lingkungan manusia.
4. Efek dosa atas Manusia.
a. Dosa umat manusia.
5. Evolusi dan kejatuhan manusia.
a. Pandangan Alkitabiah Mengenai Manusia evolusi.
 

 
Golgota dan evolusi.

Evolusi dalam bentuk dan wujud bagaimanapun


berlawanan dengan dasar-dasar Kekristenan.
 
Golgota mengumumkan bahwa kita memerlukan seorang
pengganti untuk melepaskan kita.
 
6. PERJANJIAN ANUGERAH

A. Perjanjian Diberikan pada Waktu


Kejatuhan.
6. PERJANJIAN ANUGERAH

A. Perjanjian Diberikan pada Waktu


Kejatuhan.
B. Perjanjian yang Diadakan Sebelum
Penciptaan.
6. PERJANJIAN ANUGERAH

A. Perjanjian Diberikan pada Waktu


Kejatuhan.
B. Perjanjian yang Diadakan Sebelum
Penciptaan.
6. PERJANJIAN ANUGERAH

A. Perjanjian Diberikan pada Waktu


Kejatuhan.
B. Perjanjian yang Diadakan Sebelum
Penciptaan.
C. Perjanjian Dibarui.

Anda mungkin juga menyukai