Oleh:
Kelompok 2
Anjeli Yuliana Annisa (2162201120)
Lisma Yani Mendrofa (262201123)
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Lancang Kuning
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Menurut
Islam”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Pendidikan Agama Islam di Universitas Lancang Kuning.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hakikat
B. Pengertian Manusia
C. Proses Penciptaan Manusia
D.Fitrah Manusia
E. Fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam
E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
F. Hakikat Manusia
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah salah satu ciptaan Allah yang paling sempurna. Diciptakan dari saripati
tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnyamenjadi wujud
yang sekarang ini.
Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain ialah adanya
akal dan nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat berpikir, bertanggung jawab,
serta memilih jalan hidup, kelebihan-kelebihan ini seperti yang dijelaskan pada QS Al-Isra
70. Selain itu ada kelebihan lain yang dimiliki oleh manusia sehingga membuat manusia
berbeda dari sesama manusia, yaitu hati.
Jika hati manusia kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata Allah SWT.
Namun sebaliknya jika hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor maka tentu derajatnya
akan ditinggikan oleh Allah SWT.
Sebagai makhluk Tuhan tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki kewajiban.
Kewajiban yang utama adalah beribadah kepadaAllah SWT yang merupakan tugas pokok
dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan manusia harus sesuai dengan
perintah Allah SWT.
Adapun tanggung jawab manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini adalah
sebagai khalifatullah dan sebagai abdi/hamba Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hakikat ?
2. Apa pengertian manusia ?
3. Bagaimana proses penciptaan manusia ?
4. Bagaimana fitrah manusia ?
5. Apakah fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam ?
6. Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT ?
7. bagaimana hakikat manusia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Kita dapat mengetahui pengertian hakikat
2. Kita dapat mengetahui pengertian manusia
3. Kita dapat mengetahui proses penciptaan manusia
4. Kita dapat mengetahui fitrah manusia
5. Kita dapat mengetahui fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam
6. Kita dapat mengetahui tanggung jawab manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
7. Kita dapat mengetahui hakikat manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hakikat
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau
asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang
menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari
suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang
sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan
pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung
metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi
antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia
terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia
mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa
jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang
alam bawah sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis perilaku yang nampak
saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses
pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi
secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif
mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak
mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan
sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : “innama anaa
basyarun mitlukum” (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata
basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau
lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum :
33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaitu “allamal insaana maa lam ya’ ” (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep Islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia
sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan
adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 “walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal” (sesungguhnya telah kami buatkan bagi
manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada
semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak
biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada
saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal
yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya
menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi.
Manusia adalah makhluk sosial untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan
hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain
manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup
berkumpul bersama manusia.
ؕ صِ ۡهرً ا َّو َن َسبًا َف َج َعلَ ٗه َب َشرً ا ۡال َمآ ِء م َِن َخلَ َق الَّذ ِۡى َوه َُو َقد ِۡيرً ا ُّك َ َو َك
َ َرب ان
Artinya:
54. Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya)
keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia) itu
adalah air hina (mani ) yang terpancar dari (antara) tulang sulbi (pinggang) dan tulang dada
(Q.S af-tariq 86:6-7)
ٍ ۙ ِق ِم ۡن َّمآ ٍء دَاف
ق َ ُِخل
ِ الص ُّۡل َب ۡي ِن م ِۡۢن ي َّۡخ ُر ُج
ِ ؕ َوال َّت َرآ ِٕٮ ب
ب
Artinya:
6.Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,
7. yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
Pada ayat lain Allah menyebutkan bahwa segala yang hidup di ciptakan Allah dari air
(Q.S Al-anbiya 21).
Menurut ajaran Islam, manusia di banding makhluk lain, mempunyai berbagai ciri, antara
lain ciri utamanya adalah :
1. Makhuk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang
paling sempurna. ”sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik
baiknya (Q.S At-tin 95).
2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin di kembangkan )
beriman kepada Allah.
3. Manusia di ciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
4. Manusia di ciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.
5. Di samping akal, manusia di lengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau
kehendak.
6. Secara individual manusia bertanggug jawab atas segala perbuatannya.
7. Berakhlak.
Di dalam Al-Qur’an juga di kenal beberapa istilah lain yang mengungkapkan tentang asal
kejadian manusia antara lain sebagai berikut :
1. Turaab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam surat al khalfi (18) :37.
2. Tiin yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam surat as sajada (32) :7.
3. Tiinul laazib yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana di sebut dalam surat Asb-
shaffaat (37) :11.
4. Shalshalun, yaitu lempeng yang dikatakan kalfakhar (seperti tembikar).
5. Shalshalin min hamain masnuun ( lempeng dari lumpur yang di cetak/diberi bentuk)
sebagai mana dalam surat Al-hijr (15) :26.
6. Sulalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang di sarikan
dari sesuatu yang lain.
7. Air yang di anggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan sebagaimana di sebut dalam
Q.S (251) :54.
Tentang Ruh dan Nafas
Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan
manusia. Ruh merupakan getaran ilahiyah atau sinyal ketuhanan sebagai mana rahmat ,
nikmat dan hikmah yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar di pahami
hakekatnya. Sentuhan getaran ilahiyah itu menyebabkan manusia dapat mencerna nilai-nilai
belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan dan sebagainya. Istilah nafs banyak di sebutkan
dalam Al-Qur’an , meski termasuk dalam wilayah abstrak yang sukar di pahami, istilah nafs
memiliki pengertian yang sangat terkait dengan aspek fisik manusia. Gejolak nafs dapat
dirasakan menyebar keseluruhan bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan
kumpulan dari bermilyar -milyar sel hidup yang saling berhubungan.
Hubungan antara nafas dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk diketahui
dengan pasti bagai mana hubungan itu berjalan , dua hal yang berbeda , mental dan fisik,
dapat menjalin interaksi sebab akibat.
Firman Allah itu menyatakan bahwa masalah ruh adalah urusan Tuhan sendiri dan
akal manusia terlalu picik untuk memikirkan serta memahami kenyataan yang gaib mutlak
itu. Penelitian tentang ruh telah pernah dilakukan secara ilmiah, namun sampai saat ini
mereka yang penelitian itu masih belum dapat mengetahui hakikat ruh itu.
D. Fitrah manusia.
Kata fitrah berasal dari kata “sfatara” yang artinya ciptaan, suci dan seimbang. Kata
fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik dalam konotasi
nilai.
Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu dapat dirujukan pada Al-araf (7):
172. Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)",
Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke
dunia. Potensi yang di miliki manusia tersebut dapat di kelompokkan kepada dua hal, yaitu
potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi fisik manusia telah di jelaskan pada bagian yang
lalu sedangkan potensi rohaniah adalah akal, kalbu dan nafsu. Akal dalam pengertian bahasa
Indonesia berarti pikiran/rasio.
Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa arab yaitu menahan
dan orang akil di zaman zahilliyah yang dikenal dengan darah panasnya dapat mengambil
sikap dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang di hadapinya).
Menurut Al-Ghazali Fitrah manusia:
1. kemampuan dasar sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang.
2. Potensi dasar yang berkembang secara menyeluruh menggerakkan seluruh aspek secara
mekanik dimana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tertentu.
3. Merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, dan responsif terhadap pengaruh luar
yang meliputi: bakat, insting, hereditas, nafsu, karakter dan intuisi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan kami mengenai hakikat manusia bahwa manusia itu memang lebih mulia
dibandingkan makhluk lain seperti yang orang lain katakan. Karena manusia bisa melakukan
apa saja dibandingkan makhluk lain. Manusia diberikan kelebihan yang begitu banyak
ketimbang makhluk lain. Salah satu kelebihannya, manusia selalu menyambung silaturahmi
terhadap sesama manusia, saling memaafkan, saling menghargai sesama. Tetapi banyak juga
yang menyombongkan diri karna kelebihannya tersebut, meremehkan sesama. Padahal
dimata Tuhan, derajat kita sama.
Hakikat manusia dalam Islam sebagai hamba Allah sangat jelas, karna kita diciptakan
oleh Allah dan harus pula mengerjakan perintah serta menjauhi larangan-Nya sesuai dengan
aturan-Nya. Serta sebagai Khalifah yang menjadi generasi penerus baginda Rasulullah SAW
dengan terus belajar, mengamalkannya dan membudayakannya.
Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang melekat
dalam diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman manusia tentang
agama, oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling menghormati dan mengasihi satu
sama lain karena kita diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia
kita harus mematuhi aturan yang ada.
B. Saran
Dari penulisan makalah ini, kami menyarankan agar sebagai seorang manusia kita
harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu kita harus saling tolong
menolong dalam kebaikan antar sesama.
Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan untuk
dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan Agama. Selain itu,
makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menggali lebih dalam Hakikat
Manusia menurut Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1998
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta :
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Direktorat
Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Jakarta :
Rineka Cipta, 2004
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan Agama
Islam Universitas Negeri Makassar.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Penididikan
Agama Islam Universitas Negeri Makassar.