Anda di halaman 1dari 19

Makalah

Hakikat Manusia dalam Islam

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu: Ridwan, S.Ag, M.ag

Oleh:
Kelompok 2
Anjeli Yuliana Annisa (2162201120)
Lisma Yani Mendrofa (262201123)

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Lancang Kuning
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Menurut
Islam”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Pendidikan Agama Islam di Universitas Lancang Kuning.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Pekanbaru, Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN 
A. Pengertian Hakikat
B. Pengertian Manusia
C. Proses Penciptaan Manusia
D.Fitrah Manusia
E. Fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam
E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
F. Hakikat Manusia
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah salah satu ciptaan Allah yang paling sempurna. Diciptakan dari saripati
tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnyamenjadi wujud
yang sekarang ini.
Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain ialah adanya
akal dan nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat berpikir, bertanggung jawab,
serta memilih jalan hidup, kelebihan-kelebihan ini seperti yang dijelaskan pada QS Al-Isra
70. Selain itu ada kelebihan lain yang dimiliki oleh manusia sehingga membuat manusia
berbeda dari sesama manusia, yaitu hati.
Jika hati manusia kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata Allah SWT.
Namun sebaliknya jika hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor maka tentu derajatnya
akan ditinggikan oleh Allah SWT.
Sebagai makhluk Tuhan tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki kewajiban.
Kewajiban yang utama adalah beribadah kepadaAllah SWT yang merupakan tugas pokok
dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan manusia harus sesuai dengan
perintah Allah SWT.
Adapun tanggung jawab manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini adalah
sebagai khalifatullah dan sebagai abdi/hamba Allah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hakikat ?
2. Apa pengertian manusia ?
3. Bagaimana proses penciptaan manusia ?
4. Bagaimana fitrah manusia ?
5. Apakah fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam ?
6. Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT ?
7.  bagaimana hakikat manusia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Kita dapat mengetahui pengertian hakikat 
2. Kita dapat mengetahui pengertian manusia 
3. Kita dapat mengetahui proses penciptaan manusia
4. Kita dapat mengetahui fitrah manusia
5. Kita dapat mengetahui fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam
6. Kita dapat mengetahui tanggung jawab manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
7. Kita dapat mengetahui hakikat manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hakikat
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau
asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang
menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari
suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang
sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan
pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.

B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung
metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi
antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia
terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia
mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa
jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang
alam bawah sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis perilaku yang nampak
saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses
pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi
secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif
mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak
mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan
sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : “innama anaa
basyarun mitlukum” (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata
basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau
lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum :
33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaitu “allamal insaana maa lam ya’ ” (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep Islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia
sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan
adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 “walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal” (sesungguhnya telah kami buatkan bagi
manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada
semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak
biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada
saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal
yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya
menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi.
Manusia adalah makhluk sosial untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan
hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain
manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup
berkumpul bersama manusia.

C. Proses penciptaan manusia


Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai
manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi
dengan segala karakter kemanusiaannya.
Dalam logika sederhana, dapat di pahami bahwa yang mengerti tentang penciptaan manusia
adalah sang pencipta itu sendiri, Allah merupakan sang maha pencipta. Jadi Allah yang lebih
memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al-Qur’an di jelaskan tentang proses
penciptaan manusia, antara lain dalam Q.S 23:12,13 dan 14.

‫ولَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإل ْن َسانَ ِم ْن سُاللَ ٍة ِم ْن ِطي ٍن‬. َ


‫ار َم ِكي ٍن‬ٍ ‫طفَةً فِي قَ َر‬ ْ ُ‫ ثُ َّم َج َع ْلنَاهُ ن‬.
َ َ‫طفَةَ َعلَقَةً فَخَ لَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُمضْ َغةً فَ َخلَ ْقنَا ْال ُمضْ َغةَ ِعظَا ًما فَ َك َسوْ نَا ْال ِعظَا َم لَحْ ًما ثُ َّم أَ ْن َشأْنَاهُ َخ ْلقًا آ َخ َر فَتَب‬
ُ‫اركَ هَّللا ُ أَحْ َسن‬ ْ ُّ‫ثُ َّم خَ لَ ْقنَا الن‬
َ‫ ْالخَالِقِين‬. 
Artinya:
12.  Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.
13.  Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).
14.  Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Ayat tersebut menjelaskan tentang asal pencipta manusia dari “sulatin minthin (sari
pati tanah)”. Kata sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu yang di sarikan,
sedangkan thin berarti tanah. Pada tahap berikutnya sari pati tanah berproses
manjadi nuthfah (air mani).
Pada ayat 14 di jelaskan tentang tahapan reproduksi manusia setelah nuthfah,
perubahan nuthfah secara berturut menjadi alaqah, mudhghah, izham dan khalqan akhar
(makhluk lain). Alaqah memiliki dua pengertian, pertama darah yang mengental sebagai
kelanjutan dari nuthfah oleh ke dua sesuatu yang menempel di dinding rahim. Mudhghah
berarti sebuah daging yang merupakan proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan alaqah.
Izham (tulang-belulang) selanjutnya di balut dengan lahm (daging). Pada fase ini sampai
pada pencapaian kesempurnaan bentuk manusia yang disebut dengan khalqon akhar, berarti
ciptaan baru yang jauh berbeda dengan keadaan dan bentuk sebelumnya.
Selanjutnya Al-Qur’an juga mengatakan dalam beberapa ayatnya bahwa manusia
berasal dari air ( Q.S al-furqan 25: 54).

ؕ ‫صِ ۡهرً ا‬  َّ‫و‬ ‫ َن َسبًا‬ ‫ َف َج َعلَ ٗه‬ ‫ َب َشرً ا‬ ‫ ۡال َمآ ِء‬ ‫م َِن‬ ‫ َخلَ َق‬ ‫الَّذ ِۡى‬ ‫ َوه َُو‬ ‫ َقد ِۡيرً ا‬ ‫ُّك‬ َ ‫ َو َك‬ 
َ ‫ َرب‬ ‫ان‬
Artinya:
54.  Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya)
keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia) itu
adalah air hina (mani ) yang terpancar dari (antara) tulang sulbi (pinggang) dan tulang dada
(Q.S af-tariq 86:6-7)
ٍ ۙ ِ‫ق ِم ۡن َّمآ ٍء دَاف‬
‫ق‬ َ ِ‫ُخل‬
ِ ‫الص ُّۡل‬ ‫ َب ۡي ِن‬ ‫م ِۡۢن‬ ‫ي َّۡخ ُر ُج‬
ِ ؕ ‫ َوال َّت َرآ ِٕٮ‬ ‫ب‬
 ‫ب‬
Artinya:
6.Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,
7. yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. 
Pada ayat lain Allah menyebutkan bahwa segala yang hidup di ciptakan Allah dari air
(Q.S Al-anbiya 21).
Menurut ajaran Islam, manusia di banding makhluk lain, mempunyai berbagai ciri, antara
lain ciri utamanya adalah :
1.      Makhuk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang
paling sempurna. ”sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik
baiknya (Q.S At-tin 95).
2.      Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin di kembangkan )
beriman kepada Allah.
3.      Manusia di ciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
4.      Manusia di ciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.
5.      Di samping akal, manusia di lengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau
kehendak.
6.      Secara individual manusia bertanggug jawab atas segala perbuatannya.
7.      Berakhlak.
Di dalam Al-Qur’an juga di kenal beberapa istilah lain yang mengungkapkan tentang asal
kejadian manusia antara lain sebagai berikut :
1.      Turaab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam surat al khalfi (18) :37.
2.      Tiin yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam surat as sajada (32) :7.
3.      Tiinul laazib yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana di sebut dalam surat Asb-
shaffaat (37) :11.
4.      Shalshalun, yaitu lempeng yang dikatakan kalfakhar (seperti tembikar).
5.      Shalshalin min hamain masnuun  ( lempeng dari lumpur yang di cetak/diberi bentuk)
sebagai mana dalam surat Al-hijr (15) :26.
6.      Sulalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang di sarikan
dari sesuatu yang lain.
7.      Air yang di anggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan sebagaimana di sebut  dalam
Q.S (251) :54.
Tentang Ruh dan Nafas
Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan
manusia. Ruh merupakan getaran ilahiyah atau sinyal ketuhanan sebagai mana rahmat ,
nikmat dan hikmah yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar di pahami
hakekatnya. Sentuhan getaran ilahiyah itu menyebabkan manusia dapat mencerna nilai-nilai
belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan dan sebagainya. Istilah nafs banyak di sebutkan
dalam Al-Qur’an , meski termasuk dalam wilayah abstrak yang sukar di pahami, istilah nafs
memiliki pengertian yang sangat terkait dengan aspek fisik manusia. Gejolak nafs dapat
dirasakan menyebar keseluruhan bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan
kumpulan dari bermilyar -milyar sel hidup yang saling berhubungan.
Hubungan antara nafas dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk diketahui
dengan pasti bagai mana hubungan itu berjalan , dua hal yang berbeda , mental dan fisik,
dapat menjalin interaksi sebab akibat.
Firman Allah itu menyatakan bahwa masalah ruh adalah urusan Tuhan sendiri dan
akal manusia terlalu picik untuk memikirkan serta memahami kenyataan yang gaib mutlak
itu. Penelitian tentang ruh telah pernah dilakukan secara ilmiah, namun sampai saat ini
mereka yang penelitian itu masih belum dapat mengetahui hakikat ruh itu.

D. Fitrah manusia.
Kata fitrah berasal dari kata “sfatara” yang artinya ciptaan, suci dan seimbang. Kata
fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik dalam konotasi
nilai.
Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu dapat dirujukan pada Al-araf (7):
172. Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)",
Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke
dunia. Potensi yang di miliki manusia tersebut dapat di kelompokkan kepada dua hal, yaitu
potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi fisik manusia telah di jelaskan pada bagian yang
lalu sedangkan potensi rohaniah adalah akal, kalbu dan nafsu. Akal dalam pengertian bahasa
Indonesia berarti pikiran/rasio.
Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa arab yaitu menahan
dan orang akil di zaman zahilliyah yang dikenal dengan darah panasnya dapat mengambil
sikap dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang di hadapinya).
Menurut Al-Ghazali Fitrah manusia: 
1. kemampuan dasar sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang.
2. Potensi dasar yang berkembang secara menyeluruh menggerakkan seluruh aspek secara
mekanik dimana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tertentu.
3. Merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, dan responsif terhadap pengaruh luar
yang meliputi: bakat, insting, hereditas, nafsu, karakter dan intuisi. 

E. Fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam.


1. Fungsi manusia
Fungsi manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah. Khalifah berarti pemimpin,
wakil, pengelola dan pemelihara. Khalifah Allah berarti wakil Allah, manusia dibekali
dengan profesi untuk memahami dan menguasai hukum Allah yang terkandung dalam
ciptaan-Nya. Dengan pemahaman terhadap kebenaran tersebut manusia dapat menyusun
konsep dan melakukan rekayasa. Pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang baru dalam
perkembangan manusia yang dinamis.
Segala yang dihasilkan manusia dalam konteks sebagai khalifah di landasi dengan
ketundukan dan ketaatan kepada Allah SWT.
Ketundukan dan ketaatan ini tidak lain adalah refleksi dari fungsi penciptaan sebagai khalifah
di berikan oleh Allah dan akan di pertanggung jawabkan oleh manusia.
Kesatuan wujud manusia antara pisik dan psikis serta didukung oleh potensi-potensi yang ada
membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan al-taqwin dan menempatkan manusia pada
posisi:
a. Manusia sebagai hamba Allah(‘abd Allah) Musa asy’arie mengatakan bahwa esensi dari
‘abs adalah ketaatan,ketundukan dan kepatuhan yang semuanya itu hanya layak diberikan
kepada Allah SWT. Sebagai hamba (‘abd), manusia tidak bisa terlepas dari kekuasaan-Nya
karena manusia mempunyai fitrah (potensi) untuk beragama. Mulai dari manusia purba
sampai manusia modern sekarang, mengakui bahwa diluar dirinya ada kekuasaan
transendental (Allah). Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang memiliki
potensi untuk beragama sesuai dengan fitrahnya. Pada masa purba, manusia
mengasumsikannya lewat mitos yang melahirkan agama animisme dan dinamisme,meskipun
dengan pemikiran dan kondisi yang sederhana. 
Manusia dahulu (purba) mengaplikasikan apa yang mereka yakini dengan berbagai
bentuk upacara ritual seperti pemujaan terhadap batu besar, gunung, matahari dan roh nenek
moyang mereka. Kesemuanya itu menjadi bukti bahwa ia adalah mahkluk yang memiliki
potensi untuk  beragama. Firman Allah dalam surat ar-ruum : 30 yang artinya ”Maka
hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” [1168]
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri
beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu
tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
b.    Manusia sebagai khalifah Allah (khalifah Allah fi al-ardhi) Menurut Quraish Shihab
istilah khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal) yang berarti penguasa politik yang hanya
digunakan untuk nabi-nabi yang dalam hal ini nabi Adam AS. Sedangkan untuk manusia
pada umumnya bisa digunakan khala’if yang didalamnya mengandung arti luas yaitu bukan
hanya sebagai penguasa politik tetapi juga penguasa dalam berbagai bidang
kehidupan.pendapat demikian tidak ada salahnya karena dalam kata khala’if sudah
mengandung makna khalifah, yang mempunyai fungsi menggantikan orang lain dan
menempati tempat serta kedudukan-nya. Untuk lebih menegaskan fungsi kekhalifahan
manusia dialam ini, dapat dilihat dalam QS al an ‘am:165 yang artinya “dan Dia lah yang
menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas
sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Diterangkan juga dalam QS Fathir:39 yang artinya “Dia-lah yang menjadikan kamu
khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya
menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain
hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.” Dan surah Al-a’raf:69
yang artinya “Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan
dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan
kepadamu? dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai
pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah
melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah
nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Ayat- ayat diatas menjelaskan kedudukan manusia dalam raya ini sebagai khalifah
dalam arti yang berbeda juga memberi isyarat tentang perlunya moral dan etika yang harus
ditegakan dalam melaksanakan fungsi kekhalifahannya. Quraisy Shihab mengatakan bahwa
hubungan manusia dengan alam atu hubungan dengan sesamanya, bukan merupakan
hubungan antara penakluk dengan ditaklukan,atau dengan tuan dengan hambanya. Tetapi
hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Karena kalaupun mampu
mengelola (menguasai) namun hal tesebut bukan dari akibat kekuatan yang dimilikinya tetapi
akibat tuhan menundukannya untuk manusia. 
Selanjutnya Ahmad hasan Firhat, membedakan kedudukan kekhalifahan manusia
pada dua bentuk:
1.khalifah kauniyah, dimensi ini mencakup wewenang manusia secara umum yang
telah dianugrahkan Allah SWT untuk mengatur dan memanfaatkan alam beserta isinya.
Pemberian wewenang Allah SWT kepada manusia dalam konteks ini meliputi makna yang
bersifat umum tanpa dibatasi oleh oleh agama apa yang mereka yakini. Artinya label
kekhalifahan yang dimaksud diberikan kepada semua manusia sebagai penguasa alam. Bila
dimensi ini dijadikan standar dalam melihat predikat manusia sebagai khalifah Allah Fi-Al-
ardh, maka akan berdampak negatif bagi kelangsungan hidup manusia dan alam
semesta.manusia dengan kekuatannya akan mempergunakan alam semesta sebagai
konsekuensi kekhalifahan tanpa kontrol dan melakukan penyimpangan dari nilai Ilahiah,
akibatnya keberadaan manusia dimuka bumi bukan lagi sebagai pembawa kemakmuran,
namun cenderung berbuat kerusakan  dan merugikan makhluk Allah lainnya. Ketiadaan
kontrol inilah yang dikhawatirkan malaikat tatkala Allah menciptakan manusia.
2. Khalifah sysr’iyat. Dimensi ini wewenang Allah yang diberikan kepada manusia
untuk memakmurkan alam semesta. Hanya saja untuk melakukan tugas dan tanggung jawab
ini predikat khalifah secara khusus ditujukan kepada orang mukmin. Hal ini dimaksudkan,
agar dengan keimanan yang dimilikinya mampu menjadi pilar dan kontrol dalam mengatur
mekanisme alam sesuai dengan nilai-nilai ilahiah yang telah digariskan Allah lewat ajaran-
Nya. Dengan prinsip ini manusia akan senantiasa berbuat kebaikan dan memanfaatkan alam
semesta demi kemaslahatan umat manusia, dengan persepsi terkait dengan hal-hal diatas
dapat disimpulkan manusia berpotensi menjadi pendidik dan peserta didik dengan
mengadopsi ilmu pendidikan Islam yang ideal. 
2. Peran Manusia
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh
Allah di antaranya adalah:
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat
manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri
sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.

3. Tujuan hidup manusia


Menurut Al-Qur’an Tuhan berfirman dalam surah Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56) :
“dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah  kepada-Ku.” Awal
ibadah ialah tafakur dan berdiam diri, selain untuk mengingat Allah Sebenarnya bertafakur
satu jam lamanya adalah lebih baik dari pada beribadah selama satu tahun. Sebaik-baiknya
Ibadah adalah bertafakur tentang Allah dan kekuasaan- Nya.  Tafakur merupakan kunci untuk
membuka pintu Ma’rifat dan mempelajari Rohani yang tersembunyi. Arti ibadah : Ketahuilah
bahwa bebas dari kesibukan lain demi tenggelamnya dalam ibadah dapat terjadi bila memiliki
waktu yang luang dan hati yang masih kosong dan ini merupakan salah satu hal amat penting
dalam ibadah, yang tanpa hal ini kehadiran hati tidak mungkin terjadi dan ibadah yang
dilakukan tanpa kehadiran hati tidak ada nilainya.
Yang membuat hati hadir itu ada dua. Yang pertama adalah memiliki waktu yang
luang dan hati yang masih belum disibukan oleh apapun. Sedangkan yang ke dua adalah
membuat hati memahami penting ibadah yang dimaksud waktu luang adalah kita harus
menyisihkan waktu kita khusus untuk Ibadah di mana kita harus mencurahkan diri semata-
mata untuk ibadah tanpa di ganggu pemikiran atau kesibukan lain. Berikut ini kami mencoba
menjelaskan pokok persoalan ini.
Orang yang saleh tentu akan memperhatikan waktu waktu ibadahnya dalam keadaan
apapun. Tentu saja dia akan memperhatikan waktu-waktu shalat, yang merupakan tindakan
ibadah yang penting dan  melaksanakannya,  dengan sebaik-baiknya. Tidak memikirkan
pekerjaan lain selama waktu-waktu itu. Dan bila beribadah, itu dilakukan dengan tak
bersungguh-sungguh atau asal-asalan saja, karena menganggap ibadah sebagai menghalangi
apa yang dibayangkannya sebagai tugas penting. Namun ibadah semacam itu bukan saja
tidak memiliki kecemerlangan spiritual, namun juga patut mendapat murka Allah. Orang-
orang seperti itu adalah orang-orang yang meremehkan shalat dan mengabaikannya. Aku
berlindung kepada Allah dari meremehkan Shalat dan dari tidak  memberikan makna yang
sepatutnya kepada shalat.

E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT


1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam
ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.

Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun


naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus
dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas
kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan
pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan
yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya.
Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah.
Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal
saleh.
Ada caranya untuk mengabdi dan beribadah kepada tuhan yang benar,  beribadah
kepada tuhan dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
Tahap I. Bekerjalah untukku. 
Engkau harus mengerti bahwa pekerjaan apapun yang kau lakukan di dunia ini hal itu
telah terkait dengan tuhan (Alloh) karena Dia adalah penguasa tertinggi di Dunia.
Al-Insaan (76 Ayat 30 ):
“Dan tiadalah kamu berkehendak kecuali yang di kendaki Alloh.
Sesungguhnya Alloh adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Tahap II. Semata-mata demi aku. 
Apapun yang kau kerjakan tidak kau lakukan untuk kebaikan untuk dirimu sendiri.
Siapakah engkau sebenarnya ?  Tuhan berkata : “Akulah yang bersinar dalam dirimu” kata
Aku ini timbul dari yang Esa, dari roh itu sendiri.  “Apapun yang kau lakukan, lakukanlah
bagi kepuasan-Ku, demi Aku.  Kerjakanlah semua atas nama-KU.
Bertindaklah sebagai alat-Ku, sadarlah bahwa aemua yang kau lakukan hanyalah
demi Aku. Disini kata “Milik-Ku atau “Aku” menunjukan roh, bukan badan Jasmani.
Tahap III. Berbaktilah Hanya Kepada-Ku 
Engkau harus mengerti petunjuk ini.Bakti adalah pernyataan taqwa. Emosi yang
dinamakan taqwa memancar dari roh. Taqwa yang sebenarnya berarti bakti, adalah sebutan
untuk roh.
Prinsip taqwa yang memancar dari lubuk hati ini harus menjiwai setiap
perbuatan,perkataan dan pikiran.Hal ini akan terjadi bila engkau beranggapan bahwa segala
sesuatu yang kau lakukan, katakana dan pikirkan, hanya kau perbuat untuk menyenangkan
Tuhan saja. Tidur, makan dan berbagai kegiatan dalam kehidupan
sahari-hari kau lakukan karena cinta kepada Aku dan Aku timbul dari roh.
Al-An’aam (6 ayat 162)  Katakanlah, “Sesungguhnya Shalatku, ibadahku, hidup dan
matiku (hanyalah) untuk Allah, Tuhan semesta alam”.
Jadi seluruh kehidupan kita ini sebenarnya hanyalah untuk Allah. Ibadah, kerja,
belajar,  shalat, mati dan semuanya hanyalah untuk Allah. Dan semua itu memang milik
Allah semata.

F. Hakikat manusia sebagai khalifah


Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas,
bebas memilih dan bertanggung jawab.
1. Makhluuq (yang diciptakan)
a)       Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati nurani
dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]
b)       Lemah Sebagai makhluk, manusia juga lemah karena manusia juga diciptakan dengan
keterbatasan akal dan fisik. [QS An Nisaa’:48]
c)      Bodoh, Beban amanat yang begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat makhluk
lainnya tidak menyanggupi amanat tersebut karena beratnya amanat tersebut. [QS Al
Ahzab;72]
d)   Memiliki kebutuhan Sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan. Maka
sangat mungkin manusia memiliki kebutuhan atau kehendak kepada Allah. [QS Faathir:15]
2. Mukarram (yang dimuliakan)
a)  Ditiupkan ruh  [QS As Sajdah:9]
b)  Diberi keistimewaan  [QS Al Isra:70]
c)   Ditundukkan alam untuknya. Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah
peruntukkan untuk manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13]
3. Mukallaf (yang mendapatkan beban) 
a)  Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai konsekuensi
dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]b.       Khilafah Allah
mengetahui siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap menjadikan manusia sebagai
khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al Baqarah:30]
4. Mukhayyar (yang bebas mamilih)
Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi :29]
5. Majziy (yang mendapat balasan)
a) Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya,  Allah
menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal soleh yaitu mereka yang
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. [QS As Sajdah:19, Al Hajj:14]
b) Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan yang Allah
berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah mendapatkan hukuman
yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As Sajdah:20]> 
Adapun Hakikat manusia, selain daripada yang di atas adalah sebagai berikut : : 
1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual
dan sosial.
3) Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai selama hidupnya.
5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
6) Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan kami mengenai hakikat manusia bahwa manusia itu memang lebih mulia
dibandingkan makhluk lain seperti yang orang lain katakan. Karena manusia bisa melakukan
apa saja dibandingkan makhluk lain. Manusia diberikan kelebihan yang begitu banyak
ketimbang makhluk lain. Salah satu kelebihannya, manusia selalu menyambung silaturahmi
terhadap sesama manusia, saling memaafkan, saling menghargai sesama. Tetapi banyak juga
yang menyombongkan diri karna kelebihannya tersebut, meremehkan sesama. Padahal
dimata Tuhan, derajat kita sama.

Hakikat manusia dalam Islam sebagai hamba Allah sangat jelas, karna kita diciptakan
oleh Allah dan harus pula mengerjakan perintah serta menjauhi larangan-Nya sesuai dengan
aturan-Nya. Serta sebagai Khalifah yang menjadi generasi penerus baginda Rasulullah SAW
dengan terus belajar, mengamalkannya dan membudayakannya.

Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang melekat
dalam diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman manusia tentang
agama, oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling menghormati dan mengasihi satu
sama lain karena kita diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia
kita harus mematuhi aturan yang ada.

B. Saran

Dari penulisan makalah ini, kami menyarankan agar sebagai seorang manusia kita
harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu kita harus saling tolong
menolong dalam kebaikan antar sesama.
Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan untuk
dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan Agama. Selain itu,
makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menggali lebih dalam Hakikat
Manusia menurut Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1998

Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta :
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001

Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Direktorat
Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004

Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Bandung :


Mizan, 1990

Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Jakarta :
Rineka Cipta, 2004

Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan Agama
Islam Universitas Negeri Makassar.

Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Penididikan
Agama Islam Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai