Anda di halaman 1dari 19

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul Penjabaran Sila-sila Pancasila.
Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, yaitu kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis.
2. Anis Khairani, SH, S.Pd, MH. Selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila.
3. Orang tua yang selalu mendukung setiap aktivitas penulis.
4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan-
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Banjarmasin, Oktober 2017

Penyusun Kelompok 6

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................3
Latar Belakang Masalah .....................................................................................................................3
Rumusan Masalah................................................................................................................................3
Tujuan Penulisan..................................................................................................................................3
Manfaat Penulisan................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
Eka Prasetya Pancakarsa......................................................................................................................5
Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila..............................................................................7
Harkat dan Martabat Manusia dalam Negara Pancasila......................................................................10
Analisis Masalah bangsa berdasarkan Pendekatan Pancasila.............................................................11
Penerapan nilai nilai pancasila dalam Kehidupan...............................................................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................17
KESIMPULAN...................................................................................................................................17
SARAN...............................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN
Implementasi nilai pancasila bagi kehidupan bangsa dan negara menjadi cara utama dalam
memajukan bangsa yang lebih bermartabat dan berguna khususnya bagi negara Indonesia.maka dari
itu kita sebagai warga negara indonesia sudah sewajibnya untuk mengamalkan nilai pancasila.
Dengan ketertiban setiap warga negara pasti akan tercipta suatu negara yang kokoh dan memiliki
etika yang baik di mata dunia.dengan begitu kesejahteraanlah yang akan diperoleh.
I.1. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar filsafat dan pandangan hidup negara Republik Indonesia yang secara
resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD
1945. Pancasila merupakan suatu sistem filsafat yang melandasi tata kehidupan masyarakat bangsa
dan negara Indonesia.
Pancasila memiliki kedudukan yang sangat penting dan bersifat imperatif, baik imperatif
moral maupun politis-ideologis bagi bangsa Indonesia dalam menata, mengatur, serta menyelesaikan
masalah-masalah sosial, kebangsaan dan kenegaraan termasuk juga masalah hukum. Sebagai dasar
filsafat, maka Pancasila merupakan sebagai pemersatu bangsa dan negara Indonesia. Sebagai
pemersatu bangsa dan negara Indonesia maka sudah semestinya bahwa Pancasila dalam dirinya
sendiri sebagai suatu kesatuan.
Pancasila sudah diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai sarana pemersatu, artinya
sebagai suatu kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung didalam sila-sila Pancasila
disetujui sebagai milik bersama.
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Eka Prasetia Pancakarsa sebagai kesepakatan Nasional ?
2. Bagaimana Hakikat dan martabat manusia Indonesia dalam Negara Pancasila ?
3. Bagaimana Analisis Bangsa berdasarkan Pendekatan Pancasila ?
4. Bagiamana Penerapan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsaan
Bernegara ?
I.3. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penyusunan Makalah ini, penulis bertujuan untuk :
1. Mengetahui Eka Prasetia Pancakarsa sebagai kesepakatan Nasional ?
2. Memahami Hakikat dan martabat manusia Indonesia dalam Negara Pancasila?
3. Mengalisis Analisis Bangsa berdasarkan Pendekatan Pancasila ?
4. Menerakan Nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ?
I.4. Manfaat Penulisan

3
1. Mahasiswa dapat mengetahui bahwa Eka Prasetia Pancakarsa sebagai kesepakatan
Nasional.
2. Mahasiswa dapat memahami Harkat dan martabat manusia Indonesia dalam Negara
Pancasila.
3. Mahasiswa dapat menganalisis masalah bangsa bedasarkan pendekatan pancasila.
4. Mahasiswa dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

4
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA

(EKAPRASETYA PANCAKARSA)

SEBAGAI KESEPAKATAN NASIONAL

Pancasila seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


merupakan kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijjaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Pancasila yang bulaat dan utuh itu memberi keyakinan kepada rakyat dan bangsa
Indonesia bahwa kebahagian hidup akan tercapai apabila didasarkan atas keselarasan dan
keseimbangan, baik dalam hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan manusia dengan
masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan bangsa dengan bangsa
lain, dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan
lahiriyah dan kebahagian rohaniah.

Dengan keyakinan akan kebenaran Pancasila manusia ditempatkan pada keluhuran


harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran untuk
mengemban kodratnya sebagai makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial.

Dengan berpangkal tolak dari kodrat mannusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa, yang merupakan makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial, maka penghayatan dan
pengamalan Pancasila akan ditentukan oleh kemauan dan kemampuan seseorang dalam
mengendalikan diri dan kepentingannya agar dapat melaksanakan kewajibannya sebagai
warga negara dan warga masyarakat.Untuk memenuhi kewajibannya sebagai warga negara
dan warga masyarakat, manusia Indonesia dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila
secara bulat dan utuh menggunakan pedoman sebagai berikut.

1. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan
dan ketaqwaaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karena itu manusia Indonesia
percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan

5
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.Di dalam
kehidupan masyarakat Indonesia dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama
antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda,
sehingga dapat selalu dibina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan
berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sadar bahwa agama dan kepercayaan
tehadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi dengan
Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakininya, maka dikembangkanlah sikap saling
menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya itu kepada
orang lain.

2. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Dengan sila Kemanusian Yang Adil dan Beradab, manusia diakui dan diperlakukan
sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama
derajatnya, yang sama

hak-hak dan kewajiban asasinya, tanpa membedakan suku-suku, keturunan, agama,


kepercayaan, jeniskelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Karena itu
dikembangkanlah sikap saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa dan tepa
selira serta sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar
melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan.
Sadar bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian
dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkanlah sikap hormat-menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.

3. SILA PERSATUAN INDONESIA

Dengan sila Persatuan Indonesia, manusia Indonesia menempatkan persatuan,


kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi
atau golongan. Menempaikan kepentingan Negara dan Bangsa di atas kepentingan pribadi,
berarti bahwa manusia Indonesia sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan Negara dan
Bangsa, apabila diperlukan. Oleh karena sikap rela berkorban untuk kepentingan Negara dan
Bangsa itu dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air Indonesia, dalam rangka memelihara
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

6
4. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYAWARATAN /PERWAKILAN

Dengan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan, manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga
masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Sebelum
diambil keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan
musyawarah. Keputusan diusahakan secara mufakat.

5. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Dengan sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatan yang luhur
yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan. Untuk itu
dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
serta menghormati hak-hak orang lain.Demikian pula perlu dipupuk sikap suka memberikan
pertolongan kepada orang yang memerlukan agar dapat berdiri sendiri. Dengan sikap yang
demikian ia tidak menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
teerhadap orang lain, juga tidak untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan hidup bergaya
mewah serta perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum. Demikian pula dipupuk sikap suka bekerja keras dan sikap menghargai hasil karya
orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan umum. Kesemuanya
itu dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial.
Demikian dengan ini ditetapkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang
dinamakan Ekaprasetia Pancakarsa.

A. PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA

Bagi bangsa Indonesia tidak ada keraguan sedikitpun mengenai kebenaran dan
ketetapan Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Memang, selama sejarah
Republik Indonesia sejak Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 tercatat berbagai
peristiwa dan pergolakan politik sampai dengan pemberontakan-pemberontakan bersejarah,
yang apabila dikaji secara mendalam mempunyai tujuan akhir untuk merubah Pancasila
sebagai dasar negara dan menggantinya dengan dasar negara yang lain. Dalam pasang
surutnya sejarah pertumbuhan bangsa kita selama lebih dari tiga dasawarsa merdeka, kita
mengalami berbagai babak sejarah. Ada masa di mana kebenaran Pancasila sebagai dasar

7
negara diperdebatkan lagi sehingga bangsa kita nyaris berada di tepi jurang perpecahan.
Mengenai hal ini sejarah politik dan ketatanegaraan kita mencatat kemacetan siding
konstituante, yang setelah tiga tahun bersidang tidak berhasil melaksanakan tugasnya,
terutama karena adanya pikiran-pikiran untuk mengganti Pancasila dengan dasar negara lain,
sehingga konstituante tidak berhasil mengambil keputusan mengenai dasar negara Republik
Indonesia.

B. PROSES TERJADINYA KETETAPAN MPR NO. II/MPR/78

Apabila kita telusuri kembali tahun-tahun pertama lahirnya Orde Baru, yang
merupakan awal dari tekad baru seluruh bangsa kita untuk melaksanakan kembali kemurnian
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka kita akan teringat kembali bahwa sejak
tahun 1966 Kepal Negara secara teratur dan terus-menerus mengajak kita semua untuk
memahami secara dengan penuh kesungguhan dan secara benar melaksanakan apa yang
ditujukan oleh pandangan idup dan dasar negara kita itu. Ajakan itu perlu kita perhatikan
karena mewujudkan masyarakat Pancasila itulah akhir segala gerak langkah bangsa kitaa
dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan, terutama melalui pembangunan di segala
bidang. Dengan memahami secara mendalam dan benar, serta dengan mengamalkan
Pancasila itu, kita akan berjalan dengan lurus dan tiba dengan selamat pada tujuan perjalanan
panjang bangsa Indonesia seperti yang sejak semula menjadi kemerdekaan Nasional kita.

Pada tanggal 12 April 1976, untuk pertama kalinya Presiden mengemukakan gagasan
gagasannya mengenai pedoman untuk menghayati dan menjabarkan Pancasila yang beliau
beri nama Ekaprasetia Pancakarsa.

Ada dua buah bahan pertimbangan yang diajukan oleh Presiden kepada MPR, yang
pertama mengenai Garis-Garis Besar Haluan Negara dan yang kedua mengenai P-4. Kedua
bahan pertimbangan tersebut merupakan hasil kerja Team Penghimpun Bahan-Bahan
Sidang MPR yang lebih dikenal sebagai Team Sebelas, karena terdiri dari sebelas orang.
Team ini menghimpun dan menyaring bahan yang telah disusun oleh Dewan Pertimbangan
Keamanan Nasional yang antara lain mencakup sumbangan dan pikiran dari hamper seluruh
Universitas kita, dari cerdik-pandai, dari pemuka-pemuka masyarakat dan dari berbagai
lapisan masyarakat.

Sebagaimana diketahui, untuk kelancaran pelaksanaan tugas-tugasnya MPR memiliki


alat-alat kelengkapan, ialah Badan Pekerja(BP) dan MPR dan komisi MPR. Salah satu tugas
dari BP MPR in adalah mempersiapkan Rancangan Acara dan RAncangan Putusan-Putusan

8
Sidang Umum atau Sidang Istimewa Majelis. Oleh peraturan Tata Tertib MPR antara lain
ditentukan bahwa rapat-rapat BP MPR harus telah diselenggarakan sekurang-kurangnya dua
bulan sebelum sidang umum atau sidang Istimewa berlangsung. Mengingat bahwa Sidang
Umum MPR untuk tahun 1978 akan berlangsung dalam bulan Maret 1978, maka BP MPR
untuk tahun 1978 akan berlangsung mengadakan rapat-rapatnya dalam bulan Oktober 1977,
yang terus berlangsung sampai dengan bulan Januari 1978. Selanjutnya dalam melaksanakan
tugasny, BP MPR telah membentuk tiga buah Panitia Ad. Hoc. Satu diantaranya, ialah
Panitia Ad Hoc II, bertugas untuk menyusun Rancangan Ketetapan MPR tentang P-4.

Bahan pembahasan panitia Ad Hoc. II adalah rancangan Naskah P-4 yang telah
diajukan oleh Presiden sebagai bahan pertimbangan pada majelis.yang merupakan lampiran
dari pidato Presiden yang disampaikan pada upacara pengambilan Sumpah/janji para
Anggota MPR pada tanggal 1 Oktober 1977.Setelah mengadakan rapat-rapat selama dari tiga
bulan, panitia Ad Hoc. II .MPR datang pada kesepakatan-kesepakatan berikut. Pertama,
bahwa P-4 merupakan penunutun dan pegangan hidup bermasyarakat dan bernegara bagi
setiap warga Negara Indonesia, setiap penyelenggara Negara serta setiap lembaga
kenegaraan/lembaga kemasyaraakatan, baik pusat maupun daerah dan dilaksanakan secara
bulat dan utuh. Kedua, khusus mengenai Pedoman tentang Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila dan pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dipandang perlu ada penjelasan,
penjelasan ini dianggap perlu oleh Panitia Ad Hoc. II karena masalah-masalah yang
menyangkut agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dianggap cukup peka.

Panitia Ad Hoc. II ini menghasilkan Rancangan Ketetapan MPR tentang P-4 yang
kemudian diterima oleh BP MPR danselanjutnya merupakan bahan yang akan diputus oleh
MPR dalam siding Umum bulan Maret 1978. Dalam rapat-rapat BP MPR telah berbicara
wakil-wakil seluruh Fraksi yang ada di dalamnya. Semua fraksi mempunyai pandangan yang
sama, ialah memandang perlu adanya P-4 dan perlunya menjaga kelestarian Pancasila.

Dengan bahan-bahan yang telah disiapkan secara masak-masak dan melalui


permusyawaratn-permusyawaratan yang sangat mendalam dalam BP MPR itulah Majelis
yang besar memasuki sidang Umum yang berlangsung serlama dua belas hari dari tanggal 11
Maret s/d 23 Maret 1978.. untuk membahas bahan-bahan yang harus diputuskan, maka
mejelis telah membentuk tiga buah komisi. Satu diantara ketiga komisi ini ialah Komisi B,
menggarap Rancangan Ketetapan tentang P-4. Sama dengan Suasana dalam rapat panitia
Ad Hoc. II maka dalam rapat-rapat Komisi B, juga tampak kesamaan pandangan antara

9
semua fraksi, ialah bahwa dirasa perlu adanya P-4 demi kelestarian Pancasila. Yang belum
tercapai kesepakatan adalah juga mengenai bentuk hukum dari penuangan pedoman tersebut.
Semua fraksi menyatakan bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah satu nafas dengan kehidupan bangsa
dan negara kita.Selama sidang Umum MPR berkembang kesepakatan bahwa : (1) MPR harus
dapat mengambil keputusan mengenai P-4, (2) sidang Umum MPR dibatasi oleh waktu,
dan (3) bahwa dalam hal MPR tidak dapat mencapai mufakat bulat, maka keputusan-
keputusan dapat diambil berdasarkan suara terbanyak, yang memang dimungkinkan oleh
Undang-Undang Dasar 1945 dan Peraturan Tata Tertib MPR. Dan pada tanggal 21 Maret
1978, hari Selasa, hari kesebelas dari Sidang Umum MPR tahun 1978, dengan suara
terbanyak Rapat Paripurna MPR mengambil keputusan mengenai ketetapan MPR tentang P-
4, yang merupakan Ketetapan MPR No. II/MPR/1978.

II.2. Harkat dan Martabat Manusia Pancasila

Manusia merupakan salah satu makhluk Tuhan Yang Maha Esa paling sempurna
diantara makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dikatakan sebagai makhluk Tuhan yang
paling sempurna dikarenakan manusia mempunyai akal pikiran, sehingga manusia dapat
menggunakan akal pikirannya untuk bertindak sesuai dengan etika dan norma yang berlaku
dimasyarakat serta mampu berkomitmen dengan nilai-nilai yang ada. Jadi, tinggal manusia
tersebut menggunakan akal nya untuk kebaikan atau kejahatan.

Contoh dari penggunaan akal manusia untuk kebaikan :

Seseorang yang menggunakan akalnya untuk sesuatu yang bermanfaat bagi orang
banyak misalnya, menemukan energi alternatif hemat bahan bakar, menemukan alat
komunikasi yang memudahkan orang untuk saling berkomunikasi.

Contoh dari penggunaan akal manusia untuk kejahatan :

Seseorang yang berilmu dan di pilih masyarakat untuk menjadi pemimpin namun
malah menyalahgunakan kekuasaan dan kewenangannya untuk korupsi.
Seseorang dengan keserakahannya mengeksploitasi alam dan merusak alam tanpa
memikirka dampak jangka panjang terhadap lingkungan sekitar dan masa depan anak
cucunya.

10
II.3. Analisis Masalah Bangsa Berdasarkan Pendekatan Pancasila

Pengamalan nilai Pancasila.

Sebagai norma dasar ini terutama sebagai konsekuensi dari kedudukan dan fungsi
Pancasila yang meliputi sebagai: filsafat hidup, filsafat negara, dan ideologi nasional.
Kedudukan dan fungsi pancasila yang normatif. Imperative demikian, maka merupakan
kewajiban setiap pribadi warga negara untuk melaksanakan dan mengamalkannya. Kesetiaan
dan kebaikan sikap hidup warga negara,dinilai, dan diukur bagaimana mereka melaksanakan
asas-asas normatif ini secara sadar dan bertanggung jawab.

Sikap sadar dan bertanggungjawab atas nilai.

Pancasila adalah pencerminan kepribadian warga negara yang setia kepada dasar
negara Pancasila UUD 1945. Kesadaran demikian nampak dalam wawasan dan pertimbangan
yang mendasar oleh tiap subjek pribadi atas semua masalah berdasarkan norma dasar
Pancasila.

MASALAH-MASALAH KEMASYARAKATAN

Dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan, ruang lingkup masalah kehidupan


amat luas hampir tak terbatas. Masalah-masalah kemasyarakatan yang kompleks dan tak
terbatas itu, tentu diluar kemampuan dan tanggungjawab kita untuk memikirkan dan
memecahkannya.

Bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat dan negara, yaitu:

1. Ideologi politik

Pancasila diusulkan pada tanggal 1 Juni 1945.Beliau mengusulkan bahwa Pancasila


adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia sebelum disyahkan pada tanggal
18 agustus 1945 oleh PPKI,nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman
dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara,yang berupa nilai-nilai adat-
istiadat,kebudayaan serta nilai-nilai religius.

2. Hukum

Masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum seperti peraturan perundang-


undangan yang akan diubah dan diamandemen yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

11
hasil Amandemen 2002, yang mengemban amanat demokrasi dan perlindungan hak-hak asasi
manusia.

3. Ekonomi

Masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi seperti naiknya harga barang


disaat lebaran.karena ini disebabkan permintaan konsumen terhadap barang tersebut
menurun.

4. Sosial Budaya

Masalah yang berhubungan dengan etika sosial dan kemasyarakatan.Misalnya: laki-


laki berkunjung ke perempuan dengan maksud ingin menyelesaikan tugas.paling lambat
waktu berkunjung laki-laki tersebut adalah jam 22.00 wita.apabila berkunjung. laki-laki
tersebut tidak pulang pada jam itu.maka, masyarakat yang akan turun tangan.Budaya
contohnya: model busana dan tren pakaian .

5. Keagamaan dan kepercayaan

Masalah-masalah yang berhubungan dengan keagamaan dan kepercayaan seperti


negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah bukan negara sekuler yang memisahkan
negara dengan agama, karena hal ini tercantum dalam pasal 29 ayat (1), bahwa negara
berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa.makna yang terkandung dalam pasal 29 ayat (1)
tersebut mengandung pengertian bahwa negara Indonesiaadalah negara yang bukan hanya
mendasarkan pada suatu agama tertentu atau bukan negara agama dan bukan juga negara
Theokrasi. Negara Pancasila pada hakikatnya mengatasi segala agama dan menjamin
kehidupan agama dan umat beragama, karena beragama adalah hak asasi yang bersifat
mutlak. Pasal 29 ayat (2) adalah member kebebasan kepada seluruh warga negara untuk
memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-
masing.

6. Pertahanan Keamanan Nasional (Hankamnas)

Misalnya : perbatasan negara harus jelas misalnya ada konflik mengenai batas wilayah harus
diselesaikan dengan perjanjian dengan negara tetangga.namun jangan sampai batas-batas
wilayah negara kita hilang.

12
II.4. Nilai-nilai dasar Pancasila telah diterima dan diterapakan dalam berbagai sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh karenanya nila-nilai tersebut perlu dikembangkan serta disampaikan melalui


pendidikan serta diterapkan secara langsung dalam kehidupan. Berikut penjelasannya
mengenai Penerapan Pancasila dalam Kehidupan :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Didalam sila pertama Pancasila ini memiliki sebuah makna bahwa setiap warga
negara memiliki keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa serta negara berdasar
pada ketuhanan. Dengan begitu negara menjamin setiap hak dan kewajiban warga negara
dalam melaksanakan keyakinannya dalam memeluk agama sesuai dengan yang diyakini.
Mendorong adanya sikap toleransi umat beragama sehingga dapat timbul kehidupan yang
harmonis serta terhindar dari segala konflik sosial.

Pengakuan tentang adanya hakikat ketuhanan tersebut dapat diterapakan melalui


sikap-sikap berikut:

1. Percaya dan takwa terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sesuai kepercayaan dan
juga keyakinan yang timbul dari dalam hati.
2. Saling menghormati antar sesama umat beragama dalam melaksanakan keyakinan
masing-masing demi terciptanya kerukunan antar umat beragama dalam
3. upaya menjaga keutuhan NKRI.
4. Saling tolong-menolong dalam kehidupan beragama agar tercipta kehidupan yang
rukun dan damai.
5. Peran akhlak dalam pembentukan karakter bangsa karena didorong adanya sebuah
keyakinan dalam beragama yang dilindungi oleh negara

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

Didalam sila kedua Pancasila ini bermakna mengenai adanya sebuah prinsip
persamaan antara kedudukan warga negara dalam negara serta martabat manusia yang
memiliki potensi kultural. Setiap warga negara Indonesa merupakan bagian dari warga dunia
yang mengakui bahwa manusia memiliki kedudukan yang sama. Misalnya adanya pengakuan
dalam hal kebebasan berpendapat maupun berorganisasi dengan tak meninggalkan adab

13
sebagai bangsa yang memiliki budaya yang luhur sejak dahulu kala. Penerapan makna
kemanusiaan yang adil dan beradab dapat diterapkan melalui beberapa sikap berikut:

1. Mengakui persamaan derajat serta hak dan kewajiban warga negara


2. Saling mengasihi antar sesama warga negara demi menciptakan kehidupan yang
harmonis
3. Memiliki sikap saling tenggang rasa diantara sesama manusia
4. Tidak bertindak maupun berperilaku sewenang-wenang dan menghindari terjadinya
pelanggaran hak warga negara
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
6. Saling menghargai dan mampu bekerja sama meski memiliki perbedaan

3. Persatuan Indonesia

Makna dalam sila Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa dari berbagai sendi
kehidupan yakni politik, sosial, budaya, ekonomi serta pertahanan juga keamanan. Tujuan
dalam persatuan ialah menumbuhkan rasa persatuan diantara warga negara yang memiliki
kemajemukan adat dan budaya.

Sehingga tercipta sebuah rasa solidaritas, kebanggaan, kebersamaan serta rasa


nasionalisme yang tertanam didalam jiwa setiap warga negaranya. Misalnya, menghormati
kemajemukan suku bangsa dan adat budaya yang merupakan pondasi kehidupan bangsa yang
memang tercipta dari keberagaman dan kemajemukan. Dalam memaknai adanya persatuan
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari dapat diterapkan dengan sikap-sikap berikut:

1. Menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan bangsa diatas kepentingan


golongan dan tidak bertindak egois
2. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
3. Menjaga kemajemukan bangsa dengan tidak memicu keributan maupun konflik yang
tidak bermanfaat
4. Menjunjung tinggi semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari
dengan tidak mengkotak-kotakan golongan suku maupun agama
5. Mencintai bangsa dan negara dengan meminimalkan penyebab lunturnya Bhinneka
Tunggal Ika seperti menjaga kerukunan antar suku dan budaya bangsa

14
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan

Makna yang terkandung di dalam sila keempat Pancasila ini ialah bahwa bangsa Indonesia
memiliki prinsip-prinsip demokrasi yang tentunya bersumber dari nilai nilai pendidikan
karakter bangsa serta tata cara kehidupan bangsa. Perwujudan dari paham demokrasi ialah
kekuasaan negara berada ditangan rakyatnya, dengan kata lain disebut juga kedaulatan
rakyat. Misalnya setiap keputusan yang memiliki pengaruh terhadap rakyat banyak selalu
diambil dalam proses musyawarah untuk mencapai suatu kemufakatan.

Beberapa hal yang dapat diterapkan sejalan dengan makna kedaulatan rakyat, sebagaimana
berikut:

1. Adanya sistem mayoritas


2. Tidak memakskan kehendak pribadi
3. Setiap keputusan yang menyangkut kehidupan masyarakat luas selalu diambil melalui
musyawarah bersamam
4. Melaksanakan setiap keputusan yang diambil dari hasil musyawaah bersama
5. Mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang diambil dalam musyawarah secara
moral kepada Tuhan Yng Maha esa
6. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan adalah hak asasi setiap warga negara dan negara menjamin hal tersebut, dan
mencakup segala aspek kehidupan. Baik secara material dan juga spiritual untuk setiap warga
negara Indonesia tanpa terkecuali. Keadilan secara sosial sangat berpengaruh terhadap
kehidupan bermasyarakat yang tentunya akan membantu kesetaraan dalam kehidupan sosial.
Misalnya, seseorang harus berlaku adil tanpa memandang status sosial di masyarakat dan
memiliki keperibadian yang arif.Penerapan keadila sosial bagiseluruh rakyat Indonesia pada
hakikatnya dapat dilakukan sebagaimana berikut:

1. Menerapakan rasa kekeluargaan serta gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat


2. Menjaga keseimbangan antara hak maupun kewajiban dalam kehidupan sosial dengan
melaksanakan kewaiban sebagai bagian masyarakat dalam menjaga keamanan
lingkungan
3. Bersikap adil dengan tidak memaksakan pendapat dan tidak menang sendiri atau
egois
4. Bersikap adil dengan memantu orang lain yang sedang mengalami kesusahan

15
5. Menjauhi sikap merampas hak orang lain yang dapat menjadi salah satu faktor
penyebab konflik sosial.
6. Belajar berbagi agar tercipta keadilan mulai dari dalam diri sendiri.

16
BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Jadi dapat kita simpulkan bahwa didalam pancasila mengajarkan kita akan nilai nilai
pancasila dalam kehidupan sehari hari. Dalam bersikap dan bertingkah laku yang baik kepada
masyarakat. Dan mengajarkan kita akan bagaimana menjaga harkat dan martabat bangsa
indonesia. Dan bagaimana cara kita, menyelesaikan masalah dalam negeri indonesia
berdasarkan pancasila.
III.2. Saran
Sebagai warga negara Indonesia yang baik kita harus mempertahankan asas- asas yang
terdapat dalam Pancasila.Mulailah dari diri sendiri melakukan yang terbaik untuk negara kita
tercinta Indonesia. Yakin dalam hati Indnesia dengan landasan ideologi Pancasila dapat
saling bekerja sama dengan negara lain. Jangan berbuat negatif yang dapat merusak bangsa
ini,tinggalkan sifat buruk lakukan yang terbaik demi Pancasila yang mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara kita.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila.Yogyakarta : Paradigma.

Suroto. 2016. Pendidikan Pancasila. Surakarta : UNS Press.

Darmodiharjo, Darji. 1988. Pendidikan Pancasila. Malang : IKIP Malang.

https://manajemenuns2013.wordpress.com/2014/01/01/harkat-dan-martabat-manusia-pancasila/

Kaderi, Alwi. 2015. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Banjarmasin : ANTASARI
PRESS.

18
19

Anda mungkin juga menyukai