DI SUSUN OLEH:
AHMAD FADHIL AL WAFI
AULIYA RAHAYU
TAFDIL
FAKULTAS TARBIYAH
2021
KATA PENGANTAR
ِ س ِم هَّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح
يم ْ ِب
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini yang berjudul “ARTI, KEGUNAAN, OBJEK,
DAN METODE FILSAFAT”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
A. Latar Belakang
Piramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, ternyata pembuatannya
menerapkan geometri dan matematika, menunjukkan cara berpikirnya yang sudah
tinggi. Selain itu, mereka pun sudah dapat mengadakan kegiatan pengamatan benda-
benda langit, baik bintang, bulan, maupun matahari sehingga dapat meramalkan
gerhana bulan ataupun gerhana matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai dewasa ini
disebut astronomi. Di India dan China, saat itu telah ditemukan cara pembuatan kertas
dan kompas (sebagai petunjuk arah).
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dari filsafat?
2. Apa kegunaan filsafat?
3. Apa Objek filsafat?
4. Apa Metode dari filsafat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui arti filsafat
2. Untuk mengetahui kegunaan filsafat
3. Untuk mengetahui objek filsafat
4. Untuk mengetahui metode dari filsafat?
PEMBAHASAN
1. ARTI FILSAFAT
Orang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak
di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang , ia ingin mengetahui hakikat dirinya
dalam kemestaan alam, Karakteristiknya berfikit filsafat yang pertama adalah
menyeluruh, yang kedua mendasar.
Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan
antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda serta hampir sama
banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua
segi yakni secara etimologi dan terminologi.
Kata filsafat dalam bahasa Arab dikenal denga istilah Falsafah dan dalam
bahasa Inggris dikenal istilah Phylosophy serta dalam bahasa Yunani dengan
istilah Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta
(love) dan sophia yang berarti kebijasanaan (wisdom) sehingga secara etimologis
istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang
sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari
kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras (582−486
SM). Arti filsafat pada waktu itu, kemudian filsafat itu diperjelas seperti yang
banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470−390 SM) dan
filsuf lainnya.
Secara terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Hal ini
disebabkan batasan dari filsafat itu sendiri banyak maka sebagai gambaran
diperkenalkan beberapa batasan sebagai berikut.
3) Prof. Dr. Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir
radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akaranya suatu hal
yang hendak dipermasalahkan.
4) Immanuel Kant, filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa
mengatakan filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan
yang mencakup di dalamnya empat persoalan:
a) apa dapat kita ketahui, dijawab oleh metafisika?
b) apa yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika?
c) apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh antropologi?
d) sampai di mana harapan kita, dijawab oleh agama?
5) Rene Descartes, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
2. KEGUNAAN FILSAFAT
Secara umum guna filsafat, yaitu membawa berfikir logis, runtut dan
sisitematis; mengarahkan untuk memiliki wawasan luas; mengarahkan untuk tidak
bersikap statis; membantu berfikir secara mendalam; memambah ketakwaan;
menjadikan manusia sadar akan kedudukannya.
3. OBJEK FILSAFAT
4. METODE FILSAFAT
1.Metode Kritis
Plato dan Sokrates adalah filosof yang menggunakan dan mengembangkan
metode ini. Metode kritis bersifat analisa istilah dan pendapat, kemudian
disistematiskan dalam hermeneutika yang menjelaskan keyakinan dan berbagai
pertentangannya.
Caranya adalah dengan bertanya, membedakan, membersihkan,
menyisihkan dan menolak suatu keyakinan. Dengan begitu, akhirnya akan
ditemukan keyakinan yang terbaik di antaranya. Keyakinan atau filsafat terbaik
inilah yang dikatakan hakikat sesuatu yang lebih baik.
3.Metode Skolastik
Metode ini berkembang pada Abad Pertengahan. Thomas Aquinas (1225-
1247) merupakan salah satu penganjurnya. Pada masa Klasik, Aristoteles juga
dikatakan sebagai pengguna metode ini. Sesuai dengan namanya, metode
skolastik menunjukkan kaitan yang erat dengan metode mengajar.
Seseorang (biasanya seorang guru/senior) akan membacakan atau
mengutarakan suatu pokok bahasan filsafat. Kemudian pokok bahasan tersebut
akan diberi penafsiran dan komentar oleh filsuf lain. Agar topik dipahami, semua
istilah, ide dan kenyataan dirumuskan, dibedakan dan diuji dari segala sisi. Segala
pro dan kontra kemudian dihimpun dan dibandingkan. Melalui proses ini, yang
disebut “lectio” diharapkan tercapai suatu pemahaman baru yang lebih baik.
Namun, jika tidak berhasil, maka akan dilanjutkan ke tahap “disputatio” atau
perdebatan.
5.Metode Empiris-Eksperimental
Para penganut empiris sangat dipengaruhi oleh sistem dan metode
Descartes, terutama dalam menekankan data kesadaran dan pengalaman
individual yang tidak dapat diragukan lagi. Bagi mereka, pengalaman (empeiria)
adalah sumber pengetahuan yang lebih dipercaya ketimbang rasio.
David Hume (1711-1776) adalah penyusun filsafat Empirisme ini dan
menjadi antitesa terhadap Rasionalisme. Perbedaan utama metode ini dari metode
dekrates adalah metode ini juga membutuhkan eksperimen yang ketat guna
mendapatkan bukti kebenaran empiris yang sejati.
6.Metode Transendental
Metode ini juga sering disebut dengan metode neo-skolastik. Immanuel
Kant (1724-1804) merupakan pelopor metode ini. Pemikiran Kant merupakan
titik-tolak periode baru bagi filsafat Barat. Ia mendamaikan dua aliran yang
berseberangan: rasionalisme dan empirisme. Dari satu sisi, ia mempertahankan
objektivitas, univesalitas dan keniscayaan suatu pengertian. Di sisi lain, ia juga
menerima pendapat bahwa pengertian berasal dari fenomena yang tidak dapat
melampaui batas-batasnya.
Kant menempatkan kebenaran bukan pada konsep tunggal, tetapi dalam
pernyataan dan kesimpulan lengkap. Ia membedakan dua jenis pengertian:
1.Pengertian analistis, yakni pengertian yang selalu bersifat apriori, misalnya
dalam ilmu pasti;
2.Pengertian sintesis, pengertian ini dibagi menjadi dua yakni: aposteriori singular
yang dasar kebenarannya pengalaman subjektif seperti ungkapan “Saya merasa
panas”, dan apriori yang merupakan pengertian universal dan pasti seperti
ungkapan “Suhu udara hari ini panasnya mencapai 34 derajat celcius”.
Intinya, metode ini menerima nilai objektif ilmu-ilmu positif, sebab terbukti telah
menghasilkan kemajuan hidup sehari-hari. Ia juga menerima nilai subjektif agama dan
moral sebab memberikan kemajuan dan kebahagiaan.
Dengan catatan syarat paling minimal yang mutlak harus dipenuhi dalam subjek
supaya objektifitasnya memungkinan. Seperti efek placebo obat yang sebetulnya tidak
dapat menyembuhkan, namun membuat seseorang percaya ia akan sembuh karena telah
meminumnya.
7.Metode Dialektis
Tokoh terkenal metode ini adalah Hegel, hingga terkadang metode ini
disebut dengan ‘Hegelian Method’. Nama lengkapnya adalah George Willhelm
Friedrich Hegel (1770-1831). Langkah awal metode ini ialah pengiyaan dengan
mengambil konsep atau pengertian yang lazim diterima dan jelas.
Kemudian membuat suatu anti tesis atau bantahan dari konsep atau
pengertian yang lazim tersebut. Setelah itu diambil kesimpulan dari keduanya dan
dibentuklah suatu sintesis dari keduanya. Pada akhirnya sintesis tersebut akan
menemui anti tesis lainnya, untuk kemudian disintesiskan kembali untuk
mendapatkan hahikat yang lebih baik lagi.
8.Metode Fenomenologis
Fenomena yang dimaksud disini bukanlah fenomena alamiah yang dapat
dicerap dengan observasi empiris seperti fenomena alam. Fenomena disini
merupakan makna aslinya yang berasal dari bahasa Yunani: phainomai, artinya
adalah “yang terlihat”. Jadi fenomena adalah data sejauh disadari dan sejauh
masuk dalam pemahaman. Metode fenomenologi dilakukan dengan melakukan
tiga reduksi (ephoc) terhadap objek, yaitu:
Mereduksi suatu objek formal dari berbagai hal tambahan yang tidak
substansial.
Mereduksi objek dengan menyisihkan unsur-unsur subjektif seperti
perasaan, keinginan dan pandangan. Pencarian objek murni tersebut disebut
dengan reduksi eidetis.
Reduksi ketiga bukan lagi mengenai objek atau fenomena, tetapi merupakan
wende zum subjekt (mengarah ke subjek), dan mengenai terjadinya penampakan
diri sendiri. Dasar-dasar dalam kesadaran yang membentuk suatu subjek
disisihkan.
Intinya metode ini melihat sesuatu dengan objektif tanpa melihat sisi
subjektifnya seperti kepentingan, perasaan, atau tekanan sosial. Bayangkan
bagaimana rasa penasaran seorang anak kecil yang belum mengerti apa-apa ketika
menemukan hal baru. Ia akan mengobservasinya dan melakukan apapun untuk
secara tidak sadar mempelajari dan mengenalnya, termasuk meremas dan
menendang kucing liar yang ia temukan di halaman belakang rumah. Metode ini
dipopulerkan oleh Edmund Husserl (1859-1938).
KESIMPULAN
Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya ada suatu hal
tertentu dari realitas yang tertentu. Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan
tentang seluruh kesatuan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan hakikat,
prinsip, dan asas mengenai realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat
dipertanyakan, termasuk filosofi itu sendiri.
Filsafat juga adalah feeling (lave) in wisdom. Mencintai mencari menuju
penemuan kebijaksanaan atau kearifan. Mencintai kearifan dengan melakukan
proses dalam arti pencarian kearifan sekaligus produknya.
Orang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak
di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang , ia ingin mengetahui hakikat dirinya
dalam kemestaan alam, Karakteristiknya berfikit filsafat yang pertama adalah
menyeluruh, yang kedua mendasar.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Nur A. Fadhil. (2015). Pengantar Filsafat Umum. Medan:
Perdana Publishing.