Anda di halaman 1dari 52

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
Bab 1 Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan.............................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan...........................................................................
Bab 2 Kemajemukan Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara..............................
A. Multi Kulturalisme Negara.............................................................................................
B. Masalah Kemajemukan Dalam Lingkungan
Masyarakat Indonesia.....................................................................................................
C. Pemahaman MultiKulturalisme Dalam Pendidikan........................................................
Bab 3 Ideologi.................................................................................................................
A. Konsep Ideologi Secara Umum......................................................................................
B. Konsep Ideologi Pancasila..............................................................................................
C. Konsep Ideologi Islam....................................................................................................
D. Hubungan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Islam....................................................
Bab 4 Negara...................................................................................................................
A. Pengertian Negara ..........................................................................................................
B. Fungsi Negara.................................................................................................................
C. Tujuan Negara ................................................................................................................
D. Unsur – Unsur Negara ...................................................................................................
E. Bentuk – Bentuk Negara ................................................................................................
Bab 5 Teori – Teori Hubungan Antara Negara Dan Agama..........................................
A. Teori Dan Agama ...........................................................................................................
Faktor – Faktor Manusia Memerlukan Agama...............................................................
B. Hubungan Agama Dan Negara Secara Umum ..............................................................
C. Hubungan Agama Dan Negara Secara Teoristik............................................................
Bab 6 Kebijakan Penyelenggara Negara (Pemerintah) Dalam
Bidang Agama................................................................................................................
Bab 7 Hak Dan Kewajiban Sebagai Warga Negara........................................................
A. Pengertian Hak Dan Kewajiban......................................................................................
B. Undang – Undang Yang Mengatur Hak Dan Kewajiban
Warga Negara.................................................................................................................
Bab 8 Konstitusi Di Indonesia........................................................................................
A. Hakikat Konstitusi..........................................................................................................
B. Sejarah Konstitusi Di Indonesia......................................................................................
Bab 9 Demokrasi Dan Pemerintahan Yang Demokratis.................................................
Bab 10 Hak Asasi Masnusia...........................................................................................
A. Konsep Dasar Dan Perjuangan Ham Di Dunia...............................................................
B. Penegakan Ham Di Indonesia.........................................................................................
Bab 11 Masyarakat Madani ...........................................................................................
A. Konsep Sejarah Masyarakat Madani..............................................................................
B. Kesadaran Penunaian Kewajiban Dan Pengembangan
Masyarakat Madani Di Indonesia ( Prospek Masyarakat
Madani Indonesia ).........................................................................................................
BAB I

PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A.LATAR BELAKANG

Dari dulu hingga sekarang setiap Negara baik Negara maju ataupun Negara
berkembang seperti Indonesia, selalu menghadapi permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan kewarganegaraan, seperti persatuan bangsa, nilai dan norma, hak
asasi manusia, kekuasaan dan politik, masyarakat demokratis, Pancasila (hanya milik
negara dan bangsa Indonesia) dan konstitusi Negara, serta globalisasi, untuk itu
diharapkan setiap warganegara terutama warganegara kita Indonesia, memiliki warga
negara yang baik, cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan
Negara Indonesia. Maka dari itu kita sebagai mahasiswa diharapkan dapat memiliki
karakter warga negara yang baik dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, dan wahana untuk
membentuk karakter tersebut adalah mempelajari pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.

Pendidikan kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang


memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial-budaya,
bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945. Pelajaran
pendidikan kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk wara
negara yang baik (to be good citizenship), cerdas, terampil, dan berkarakter yang
setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Dengan
mempelajari pendidikan kewarganegaraan, anda dapat memahami hak dan kewajiban
sebagai seorang warga negara serta mampu menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan kewarganegaraan, seperti persatuan bangsa,
nilai dan norma, hak asasi manusia, kekuasaan dan politik, masyarakat demokratis,
Pancasila dan konstitusi negara, serta globalisasi.

Landasan Hukum:

Pendidikan kewarganegaraan memiliki landasan hukum yaitu:

1. UUD 1945

a. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat.

b. Pasal 27 ayat 1, kesamaan kedudukan warga negara di dalam hukum dan


pemerintahan.

c. Pasal 27 ayat 3, hak dan kewajiban warga negara dalam upaya bela negara.

d. Pasal 30 ayat1, hak dan kewajiban warga negara dalam usaha pertahanan
dan keamanan.

2. UU Nomer 20 Tahun 2003, mengenai sistem pendidikan Nasional.

3. Surat keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang rambu-


rambu pelaksanaan kelompok pengembangan kepribadian di perguruan tinggi.

B.DEFINISI PENDIDIKAN DAN KEWARGANEGARAAN

Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship) adalah mata pelajaran

Yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami.

Dan mampu melaksanakan hak – hak dan kewajibannya untuk menjadi

Warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang

Diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945. ( Depdiknas 2003)

Berdasarkan devinisi tersebut PKn mempunyai peranan penting untuk


Membentuk karakter yang cerdas dan berkepribadian yang baikdalam

Menjadi warganegara.

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana

Untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang

Berakar dari budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan


Dalam bentuk perilaku kehidupan sehari – hari peserta didik sebagai Individu,
anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sedangkan penjelasan pasal 39 ayat 2 UU No. 20 tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa: Pendidikan


Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali Peserta didik dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan Dengan hubungan dengan warga
negara serta pendidikan pendahuluan Bela Negara menjadi warga Negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negaranya.

Pendidikan kewarganegaraan ini menitik beratkan pada Keterampilan berpikir


sebagaiNegara dalam menginternalisasikan nilai-Nilai warga Negara yang baik
( good citizen) dengan suasana demokratis Berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Pendapat ini sejalan dengan apa

Yang dikemukakan oleh Soemantri (2001:299):

Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang Menitik beratkan


pada demokratis politik yang diperluas dengan sumber-Sumber pengetahuan lainya,
pengaruh-pengaruh pasif dari pendidikan. Sekolah ,masyarakat dan orang tua yang
kesemuanya diproses guna untuk Melatih berpikir kritis, analisis, bersikap dan
bertindak demokratis yang Berdasarkan Pancasiladan UUD 1945. Secara umum PKn
bertujuan membentuk warganegara yang baik ( to be good citizentship)dan
pembentukan karakter bangsa yang baik. Penjelasan tersebut senada dengan pendapat
Djairi (1955:1) yang Mengemukakan secara khusus tujuan PKn itu bertujuan untuk :
Membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan Sehari-hari yang
memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Maha Esa dalam masyarakat yang
terdiri dari berbagai golongan agama,Perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil
dan beradap perilaku yang Mendukung kesatuan bangsa dalam masyarakat yang
beraneka ragam Kebudayaan dan kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan
yang Mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan dan
Golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat atau kepentingan diatas Melalui
musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya Untuk mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia .

Pendidikan kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk Mencakup proses


penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan Tanggung jawabnya sebagai
warga Negara, dan secara khusus peran Pendidikan termasuk didalamnya
persekolahan, pengajaran dan belajar, Dalam proses penyiapan warga Negara
tersebut.
BAB II
KEMAJEMUKAN DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Gus Dur Memorial Lecture hosted by the Indonesian Conference on Religion and
Peace (ICRP), Jakarta, 2011

Bangsa kita, Indonesia, dikenal dan diakui sebagai bangsa yang paling majemuk
di dunia. Karena itu, kebutuhan untuk bersatu merupakan sesuatu yang mutlak untuk
terus menerus diupayakan dan dimantapkan. Bahkan untuk itu, Persatuan Indonesia,
disepakati oleh para pendiri bangsa dan negara sebagai salah satu sila dalam
Pancasila, yaitu sila ketiga, yang berada di tengah-tengah di antara sila pertama dan
kedua dengan sila keempat dan kelima. Pilihan bangsa kita untuk menyepakati
susunan organisasi Negara Kesatuan, bukan Negara Federal atau Serikat, juga
didorong oleh semangat untuk bersatu itu. Dalam susunan Negara Federal, seperti
yang pernah dipraktikkan dengan Republik Indonesia Serikat (RIS) karena tekanan
Belanda, semangat untuk bersatu itu dianggap kurang cukup tergambar. Karena itu
pula, sampai sekarang, prinsip Negara Kesatuan atau lebih lengkapnya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) biasanya dianggap sebagai sesuatu bukan
sekedar pilihan, melainkan keharusan. Bahkan di dalam prinsip NKRI itu terkandung
pula nilai-nilai yang bersifat ideologis, sehingga setiap gangguan terhadapnya
dianggap sebagai ancaman yang sangat serius.1

Bahkan, oleh karena seriusnya pengakuan akan dimensi ideologis dalam


penerimaan ide NKRI itu, sampai sekarang, NKRI dipandang sebagai salah satu pilar
kebangsaan, di samping Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Atas pengertian yang demikian itu pula maka dalam Pasal 37 ayat (5) UUD 1945
yang disahkan pada tahun 2002 (Perubahan Keempat UUD 1945),
ditegaskan,“Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesa tidak

1
http://repository.metrouniv.ac.id/
dapat dilakukan perubahan”. Ketentuan lain yang terdapat dalam pasal-pasal UUD
1945 diubah menurut prosedur Pasal 37 UUD 1945, sepanjang bukan mengenai
bentuk atau susunan NKRI. Semua ini tidak lain dimaksudkan untuk menjamin
bahwa bangsa kita yang sangat majemuk ini bersatu padu, bukan bercerai berai.

A.MULTIKULTURALISME NEGARA

Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan


konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan
tertentu.“Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian
dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan
penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat
dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai
pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik.

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa


macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan
konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah,
adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several
cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of
the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis,
customs and practices”).2

Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian


atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya
etnis orang lain

Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam


kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan .

2
http://jurnal.unimed.ac.id/
Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan
tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya,
agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat
kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan
kemajemukan tersebut 3

Berbagai macam pengertian dan kecenderungan perkembangan konsep serta


praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh
bernama Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam multikulturalisme yaitu:

 Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat di


mana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara
otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu
sama lain.
 Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki
kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-
akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas.
Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang,
hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural,
dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk
mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka.
Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur
dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara
Eropa.
 Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural di
mana kelompok-kelompok kutural utama berusaha
mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan
menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang
secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural
3
http://journal.uny.ac.id/
ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang
memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka
menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu
masyarakat di mana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra
sejajar.
 Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat
plural di mana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu
terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom; tetapi
lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan
menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.
 Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-
batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah
masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada
budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam
percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus
mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.

B. MASALAH KEMAJEMUKAN DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT DI


INDONESIA

Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.


Masyarakat Indonesia secara demografis maupun sosiologis merupakan Wujud dari
bangsa yang majemuk. Ciri yang menandai sifat kemajemukan ini.Adalah adanya
keragaman budaya yang terlihat dari perbedaan bahasa, suku Bangsa (etnis) serta
kebiasaan-kebiasaan kultural lainnya. Pada satu sisi, Kemajemukan budaya ini
merupakan kekayaan bangsa yang sangat bernilai, Namun pada sisi yang lain
keragaman kultural memiliki potensi bagi Terjadinya disintegrasi atau perpecahan
bangsa. Di dalam keragaman itu, bangsa Indonesia hendak membangun diri Untuk
menjadi satu bangsa yang memperoleh tempat selayaknya disamping Bangsa-bangsa
lain di dunia ini. Membangun manusia Indonesia seutuhnya, Berarti membangun
keutuhan dalam budi dayanya untuk berperanan secara Penuh, mencapai sasaran-
sasaran dalam pengembangan itu, orang-orang Indonesia sebagai individu dan
sebagai warga masyarakat bangsa, terlebih Dahulu wajib mengetahui, memahami dan
selanjutnya mengamalkan prinsip-Prinsip dasar yang menjadikan seseorang itu
disebut bangsa Indonesia dalam Negara kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Ada berbagai tipe masyarakat majemuk, dan
salah satu dari tipe Tersebut adalah seperti yang terdapat dalam masyarakat
Indonesia.

Sebuah masyarakat yang terdiri atas sejumlah golongan suku bangsa yang
terwujud dalam satuan-satuan masyarakat dan kebudayaan yang masing-Masing
berdiri sendiri yang disatukan oleh kekuatan nasional sebagai sebuah Negara.

Indonesia adalah salah satu bangsa yang memiliki keragaman suku yang
Majemuk. Secara rinci Indonesia memiliki 1.128 suku bangsa, namun secara Umum
Indonesia memiliki 35 suku bangsa yang tersebar di seluruh Indonesia (Badan Pusat
Statistik, 2010). Sampai saat ini berapakah sebenarnya masing-Masing jumlah suku
bangsa di Indonesia, masih sukar ditentukan secara pasti.

Sikap menghormati adalah sikap saling menghargai harkat dan martabat .Manusia
walaupun berbeda suku bangsa. Sebagai bangsa yang memiliki Kemajemukan
berbagai hal, memerlukan harmoni yang kuat antar Penduduknya sehingga akan
tercipta bangsa yang kuat. Akibat yang Ditimbulkan jika tidak menghormati antar
suku bangsa adalah tidak adanya Keamanan dan kedamaian, timbulnya perpecahan
dan permusuhan, tidak Adanya persatuan dan kesatuan serta mudahnya terpecah
belah.

Salah satu faktor yang menentukan terwujudnya kehidupan harmonis Antar


individu adalah dengan bersikap bijaksana terhadap kemajemukan yang ada. Setiap
orang berpotensi menjadi lebih bijaksana jika dapat bersikap bijak Dalam
menghadapi perbedaan latar belakang suku bangsa. dari hasil penelitiannya
menyimpulkan hubungan negatif yang Signifikan antara etnosentrisme dan wisdom
pada masyarakat komunitas Betawi. Hal tersebut memberikan prediksi bahwa
semakin tinggi tingkat etnosentrisme masyarakat komunitas betawi maka ada
kemungkinan semakin rendah tingkat wisdom yang dimilikinya dan begitupun
sebaliknya. Masalah yang timbul karena perbedaan suku bangsa bisa terjadi di
lapisan manapun

dalam masyarakat. Mulai lapisan terkecil hingga terbesar, lapisan formal maupun
non-formal hingga lapisan di lingkungan sekolahpun juga bisa timbul masalah yang
dikarenakan perbedaan suku bangsa.Sekolah merupakan tempat di mana anak-anak
hingga remaja menimba ilmu secara formal. Di lingkungan sekolah, umumnya
terdapat peserta didik dengan latar belakang yang berbeda, baik dari agama, etnis,
dan suku bangsa.

Sekolah merupakan tempat untuk menimba ilmu, namun sekolah juga merupakan
wadah untuk bersosialisasi sehingga tidak menuntup kemungkinan timbulnya
masalah-masalah dengan sesama peserta didik.

Arifin (2012) menjelaskan bahwa sekolah yang memiliki latar belakang


multikultural bagaikan pisau bermata dua, disisi lain dapat memberikan dampak
positif karena memiliki kekayaan khasanah budaya yang beragam namun juga dapat
memberikan dampak negatif yaitu timbulnya permasalahan yang berkaitan dengan
perbedaan budaya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa

masalah yang dilatarbelakangi karena perbedaan individu pun dapat muncul di


lingkungan sekolah. Salah satu hal yang terpenting yang dapat dilakukan seseorang
untuk mencegah terjadinya konflik tersebut adalah memunculkan sikap bijaksana
atau wisdom.

Wisdom yang diyakini sebagai kekuatan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu
kelompok masyarakat tertentu, yang terbentuk karena upaya-upaya yang sudah
mereka jalankan bertahun-tahun berdasarkan kemampuannya untuk berpikir,
bersikap, dan berperilaku, masih sering dilupakan atau kadang-kadang dipahami
secara keliru. Padahal, berdasarkan pada berbagai studi dan penelitian yang sudah
dijalankan, kebijaksanaan tersebut memiliki peran membantu kehidupan seseorang
dan juga masyarakat penghayatnya.

Basri (2006), menentukan lima karakteristik umum dari orang bijak,


Berdasarkan pandangan orang Indonesia. Kelima karakteristik di bagi menjadi
beberapa karakteristik yang spesifik :

a) kondisi spriritual moral (saleh, Beragama, berbudi luhur, baik, rendah hati, lembut
ketika berbicara,spesifikTangguh dan kuat).
b) kemampuan hubungan interpersonal (murah hati untuk Bersedia berkorban,
mencintai, melindungi, pemaaf, mengerti).
c) Kemampuan menilai dan mengambil keputusan (melihat masalah dari Berbagai sudut
pandang, memperhatikan kepentingan orang lain dari pada Pribadi, mampu
memutuskan secara tepat, berpandangan menyeluruh Terhadap kehidupan, adil).
d) kondisi personal (introspektif, bertanggung Jawab, konsisten, percaya diri)
e) kemampuan khusus (cerdas, intuitif, Memiliki pengetahuan, wawasan dan empati).

C. PEMAHAMAN MULTIKULTURALISME DALAM PENDIDIKAN

Indonesia adalah sebuah negara multikultural yang terdiri dari berbagai suku,
bahasa maupun agama yang berbeda-beda. Keberagaman ini di satu sisi merupakan
satu kelebihan dan kekayaan bangsa yang harus dijaga. Namun di sisi lain,
keberagaman ini dapat menjadi potensi terjadinya konflik di tengah-tengah
masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman terhadap semboyan bangsa “bhineka
tunggal ika” harus ditanamkan kepada generasi muda sejak dini agar mereka mampu
berperan dalam menjaga persatuan di tengah kemajemukan bangsa. Salah satu upaya
yang dapat direalisasikan demi merespon permasalahan ini adalah dengan
mengimplementasikan konsep pendidikan multikultural (multicultural education) di
dalam pendidikan di Indonesia. Artikel ini berupaya membahas konsep pendidikan
multikultural dan prakteknya pada pendidikan di Indonesia. Kata kunci: pendidikan
multikultural, praktik pendidikan, Indonesia.

Tranformasi Learning dalam pendidikan multikultural

Pendidikan multikultural seharusnya bisa menjadi suatu proses transformasional,


bukan sekedar proses toleransi. Artinya pendidikan multikultural bukan sekedar
mengajar tentang kebudayaan yang berbeda-beda kebudayaan dari berbagai
kelompok etnik dan keagamaan dan mendukung apresiasi, kenyamanan, toleransi
tehadap budaya lain.

Sebagai proses transformasional, pendidikan multikultural hadir sebagai proses


melalui seluruh aspek pendidikan diuji dan dikritik serta dibangun kembali atas dasar
ideal-ideal persamaan dan keadilan sosial; membantu perkembangan semua orang
dari semua kebudayaan. Indonesia merupakan salah satu negara multikultural
terbesar didunia yang menganut paham Bhineka Tunggal Ika. Kenyataan ini dapat
dilihat dari sosio-kultural dan gegografisnya meliputi agama, ras, suku, budaya dan
lainnya. Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan
strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada
di masyarakat, seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender,
kemampuan, umur, dll. Karena itulah yang terpenting dalam pendidikan multikultural
adalah seorang pendidik tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara
profesional mengajarkan materi yang diajarkan. Lebih dari itu, seorang pendidik juga
harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti
demokrasi, humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan.
Pada akhirnya dapat dihasilkan output yang tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin
ilmunya, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam memahami
dan menghargai keberadaan pemeluk agama dan kepercayaan.
Sebagai proses transformasional, pendidikan multikultural hadir sebagai proses
melalui seluruh aspek pendidikan diuji dan dikritik serta dibangun kembali atas dasar
ideal-ideal persamaan dan keadilan sosial; membantu perkembangan semua orang
dari semua kebudayaan. Indonesia merupakan salah satu negara multikultural
terbesar didunia yang menganut paham Bhineka Tunggal Ika. Kenyataan ini dapat
dilihat dari sosio-kultural dan gegografisnya meliputi agama, ras, suku, budaya dan
lainnya.

Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi


dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di
masyarakat, seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender,
kemampuan, umur, dll. Karena itulah yang terpenting dalam pendidikan multikultural
adalah seorang pendidik tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara
profesional mengajarkan materi yang diajarkan. Lebih dari itu, seorang pendidik juga
harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti
demokrasi, humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan.
Pada akhirnya dapat dihasilkan output yang tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin
ilmunya, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam memahami
dan menghargai keberadaan pemeluk agama dan kepercayaan lain.

Pendidikan Multikultural Dalam Membentuk Karakter Bangsa Indonesia

Pendidikan Multikulturalisme di Indonesia harusnya menggali nilai SARA dan


kebudayaan peserta didik sebagai keyakinan mereka yang mengajarkan kalau
perbedaan adalah takdir Tuhan. Dalam perbedaan rasa cinta dan kasih sayang
sesama harus terus dikembangkan. Pendidikan mampu menciptakan sikap
toleransi, saling menolong dengan pembelajaran yang memiliki visi dan tindakan
pembiasaan di semua satuan pendidikan.

Pendidikan Multikultural berpusat pada karakter ke Indonesiaan, dapat


disimpulkan bahwa pembelajaran Mmultikultural ini dilakukan dengan
pembentukan pola pikir, sikap, tindakan, dan pembiasaan sehingga
muncullah kesadaran nasional yang berkarakter. Terwujudnya karakter
keindonesiaan menjadi landasan sebagai ciri khas manusia Indonesia.
Kekuatan keindonesiaan menjadi energi untuk menjadi Indonesia sebagai
bangsa besar di tengah percaturan bangsa-bangsa didunia. Bangsa besar
hanya dapat diwujudkan melalui karakter manusia yang kuat. Karakter
keindonesiaan melalui pendidikan multikulturalisme salah satu harapan
menuju Indonesia besar di masa depan dengan keyakinan kolektif sebagai
bangsa.
BAB III

IDEOLOGI

A.KONSEP IDEOLOGI SECARA UMUM

Ideologi adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan dan


kepercayaan yang bersifat dinamis.

Ideologi merupakan cara pandang membentuk karakter berpikir dalam


mewujudkan keinginan atau cita-cita.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ideologi merupakan


kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang
memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.

Ideologi cara berpikir seseorang atau golongan tertentung. Ideologi juga


paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik.

B.KONSEP IDEOLOGI PANCASILA

Pancasila ideologi terbuka berarti pancasila dapat menerima dan


mengembangkan pemikiran baru dari luar dapat berinteraksi dengan
perkembangan / perubahan zaman dan lingkungannya, bersifat demokratis dalam
arti membuka diri masuknya budaya luar dan dapat menampung pengaruh nilai-
nilai dari luar yang akan diinkorporasi, untuk memperkaya aneka bentuk dan
ragam kehidupan bermasyarakat Indonesia juga memuat dimensi-dimensi secara
menyeluruh.

Pancasila sebagai ideologi, tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformasi, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila
bersifat aktual, dinamis antisipasif senantiasa mampu menyesuaikan
perkembangan zaman. Ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika
perkembangan aspirasi masyarakat, keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti
mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya. Namun
mengeksplisikan wawasan secara konkrit sehingga memiliki kemampuan yang
reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual masyarakat. Pancasila
sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka memiliki dimensi yaitu dimensi
idialis, dimensi normatif dan dimensi realistis.

C.KONSEP IDEOLOGI ISLAM

Ideologi Menurut Syeikh Taqiyuddin An Nabhani adalah aqidah aqliyah


(akidah yang lahir dari sebuah proses berpikir secara rasional) yang melahirkan
peraturan. Yang dimaksud aqidah adalah pemikiran menyeluruh tentang alam
semesta, manusia dan hidup serta tentang apa yang ada sebelum dan setelah
kehidupan, disamping hubungannya dengan sebelum dan sesudah alam kehidupan.
Mencangkup dua bagian yaitu, fikrah (ide) dan thariqah (metode).

Sedang peraturan yang lahir dari aqidah tidak lain berfungsi untuk
memecahkan dan mengatasi problematika hidup manusia, menjelaskan bagaimana
cara pelaksanaan pemecahannya, memelihara aqidah serta untuk mengemban
ideologi. Sedangkan Ideologi Islam menurut Syeikh Taqiyuddin An Nabhani
adalah sistem politik yang berdasarkan akidah Islam. Islam dilahirkan dari proses
berfikir yang menghasilkan keyakinan yang teguh terhadap keberadaan (wujud)
Allah sebagai Sang Pencipta dan Pengatur Kehidupan, alam semesta dan seluruh
isinya, termasuk manusia. Darinya lahir keyakinan akan keadilan dan kekuasaan
Allah Yang Maha Tahu dan Maha Pengatur, Allah telah mewahyukan aturan
hidup, yaitu syariat Islam yang sempurna dan diperuntukkan bagi manusia. Syariat
Islam tersebut bersumber pada Al Qur’an dan Al Hadist. Dari keyakinan ini
tumbuhlah keyakinan akan adanya rasul dari golongan manusia, yang menuntun
dan mengajarkan manusia untuk mentaati penciptanya, dan meyakini akan adanya
hari perjumpaan dengan Allah SWT. Aturan hidup yang dimaksud merupakan
aturan hidup yang bersumber dari wahyu Allah. Aturan ini mengatur berbagai cara
hidup manusia yang berlaku dimana saja dan kapan saja, tidak terikat ruang dan
waktu. Dari peraturan yang mengikat individu ataupun masyarakat dan bahkan
sistem kenegaraan. Seluruhnya sudah diatur dalam Islam.

D.HUBUNGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN IDEOLOGI ISLAM

Hubungan Islam dan Pancasila di Indonesia masih menjadi persoalan yang


belum selesai. Sikap umat Islam Indonesia terbagi kedalam tiga golongan.
Golongan fundamentalis menolak Pancasila sebagai dasar negara dan
menginginkan Islam dijadikan dasar negara secara formal. Golongan nasionalis
menolak Islam dihubungkan dengan persoalan kenegaraan. Golongan modernis
menganggap tidak ada pertentangan antara Islam dengan Pancasila sehingga
Pancasila dapat diterima sebagai dasar negara bagi bangsa Indonesia yang
mayoritas muslim. Ketiga golongan tersebut meski memiliki perbedaan
pandangan, namun mereka berangkat dari anggapan yang sama yaitu bahwa ada
dua hal yang berbeda dan berdiri sendiri yaitu Islam dan Pancasila. Melalui
Pancasila yang secara substantif adalah nilai-nilai ajaran Islam, umat Islam
Indonesia membangun ilmu-ilmu baru. Di atas ilmu-ilmu baru itu dibangun sistem-
sistem kemasyarakatan baru. Dengan sistem-sistem kemasyarakatan baru itu umat
Islam menata masyarakat baru. Dengan masyarakat baru yang telah tertata secara
Islami itulah umat Islam membangun sebuah peradaban Islami tanpa nama Islam
secara formal. Dengan bangunan peradaban Islami itulah umat Islam dapat
bersaing dan mengungguli peradaban dunia lainnya. Secara cerdas dan
bermartabat.
BAB IV

NEGARA

A.PENGERTIAN NEGARA

Negara adalah organisasi kekuasaan yang berdaulat dengan tata pemerintahan yang
melaksanakan tata tertib atas orang-orang di daerah tertentu. Negara juga merupakan
suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua
individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independen. Syarat primer sebuah
negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki pemerintahan yang
berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat pengakuan dari negara
lain.

B.FUNGSI NEGARA

Fungsi Negara Secara Umum :

Fungsi negara secara umum ada empat, yakni untuk melaksanakan ketertiban dan
keamanan, fungsi kemakmuran dan kesejahteraan, fungsi pertahanan dan keamanan
serta fungsi menegakkan keadilan. Berikut merupakan penjelasan fungsi-fungsi
negara secara umum.

- Melaksanakan Penertiban (Law And Order)

Fungsi negara yang pertama adalah fungsi pengaturan dan ketertiban. Fungsi ini
sangat penting, terutama dalam mencegah bentrokan-bentrokan maupun pertikaian
dan penyebab tawuran yang mungkin timbul dalam masyarakat yang menjadi salah
satu faktor penghalang proses tercapainya tujuan-tujuan negara.
- Fungsi Kemakmuran dan Kesejahteraan

Fungsi ini semakin penting seiring berjalannya waktu, terutama bagi negara yang
menganut paham negara kesejahteraan (welfare staat). Maknanya negara berupaya
agar masyarakat dapat hidup dan sejahtera, terutama dibidang ekonomi dan sosial
masyarakat.

Untuk itu, negara melakukan berbagai macam upaya seperti pembangunan di segala
bidang serta berusaha untuk selalu menciptakan kondisi perekonomian yang selalu
stabil.

- Fungsi Pertahanan dan Keamanan

Fungsi ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya serangan dari luar.
Fungsi negara yang satu ini sangat penting karena menyangkut keberlangsungan
sebuah negara tersebut.

Negara wajib nampu melindungi rakyatnya, wilayah dan pemerintahannya dari


berbagai ancaman, tantangan, serangan dan gangguan baik dari dalam negeri maupun
dari luar negeri. Maka dari itu, penting bahwa negara dilengkapi dengan alat-alat
pertahanan serta personil keamanan yang terlatih dan tangguh.

- Fungsi Keadilan

Fungsi negara ini dilaksanakan oleh badan penegak hukum, khususnya badan-badan
peradilan. Negara harus dapat menegakkan hukum secara tegas dan tanpa adanya
unsur kepentingan tertentu menurut hak dan kewajiban yang telah di kontribusikan
kepada bangsa dan negara.

C.UNSUR-UNSUR NEGARA
Secara umum, unsur negara ada yang bersifat konstitutif dan ada pula yang bersifat
deklaratif. Unsur konstitutif maksudnya unsur yang mutlak atau harus ada didalam
suatu negara. Sedangkan unsur deklaratif hanya menerangkan adanya negara.

Adapun unsur-unsur negara yang bersifat konstitutif adalah harus ada rakyat, wilayah
tertentu, dan pemerintahan yang berdaulat. Ketiga unsur tersebut bersifat konstitutif
karena merupakan syarat mutlak bagi terbentuknya negara. Apabila saah satu unsur
tersebut tidak ada atau tidak lengkap, maka tidak bisa disebut sebagai negara.

D.BENTUK-BENTUK NEGARA

BENTUK NEGARA PADA ZAMAN YUNANI KUNO

Menurut Aristoteles, terdapat 7 bentuk negara, yaitu sebagai berikut.

1.Monarchi adalah pemerintahan oleh satu orang guna kepentingan seluruh rakyat.

2.Tirani adalah pemerintahan oleh satu orang untuk kepentingan dirinya sendiri.

3.Aristokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang yaitu para cendikiawan


guna kepentingan seluruh rakyat.

4.Oligarchi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang guna kepentingan kelompok


(golongan) nya sendiri.

5.Plutokrarsi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang kaya guna kepentingan


orang-orang kaya.

6.Politiea adalah suatu pemerintahan oleh seluruh orang guna kepentingan seluruh
rakyat.

7.Demokrasi adalah pemerintahan dari orang-orang yang tidak tahu sama sekali
tentang soal-soal pemerintahan.
Sedangkan Plato mengemukakan ada lima macam bentuk negara yang sesuai dengan
sifat tertentu dari jiwa manusia, yaitu :

1.Aristokrasi adalah pemerintahan oleh Aristokrat (cendikiawan) sesuai dengan


pikiran keadilan.

2.Timokrasi yaitu pemerintahan oleh orang-orang yang ingin mencapai kemahsyuran


dan kehormatan.

3.Oligarchi yaitu pemerintahan oleh para hartawan. Keadaan ini melahirkan milik
partikulir, maka orang-orang miskin pun bersatu melawan kaum hartawan.

4.Demokrasi yaitu pemerintahan oleh rakyat miskin. Karena salah


mempergunakannya maka keadaan ini berakhir dengan kekacauan atau anarki.

5.Tirani yaitu pemerintahan seorang penguasa yang bertindak secara sewenang-


wenang. Bentuk ini adalah yang paling jauh dari cita-cita tenang keadilan.

Menurut teori-teori modern sekarang ini, bentuk negara yang terpenting ialah: negara
kesatuan (Unitarianisme) dan negara serikat (Federasi).

1.Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat, dengan
satu pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam
pelaksanaannya, negara kesatuan ini terbagi kedalam dua macam sistem
pemerintahan yaitu: Sentral dan Otonomi. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
adalah pemerintahan yang langsung dipimpin oleh pemerintahan pusat, sementara
pemerintahan daerah dibawahnya melaksanakan kebijakan pemerintahan pusat.

2. Negara Serikat

Negara Serikat adalah beberapa negara bagian yang menjadi sebuah negara berdaulat.
Negara bagian tidak memiliki kedaulatan. Berbeda dengan negara kesatuan, negara
bagian memiliki kewenangan untuk membuat undang-undang sendiri akan tetapi
tetap harus sesuai dengan Konstitusi dasar negara serikat tersebut. Negara bagian
juga bisa memiliki kepala negara sendiri, dan parlemen sendiri. Negara pusat
(federal) memiliki kedaulatan atas negara bagian dan mengambil alih beberapa
kekuasaan yang berhubungan dengan moneter, pertahanan, POS, politik LN, dan
telekomunikasi.
BAB V

TEORI-TEORI HUBUNGAN ANTARA NEGARA DAN AGAMA

A.TEORI DAN AGAMA

*FAKTOR-FAKTOR MANUSIA MEMERLUKAN AGAMA*

1. Manusia memiliki fitrah keagamaan, Fitrah keagamaan yang ada dalam diri
manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama.

2.Manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan.


Manusia harus selalu mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan agama.

3.Manusia dalam kehidupannya selalu menghadapi tantangan, baik yang datang


dari dalam maupun dari luar. Baik Bisikan setan ataupun perilaku manusia
sendiri untuk berbuat salah. Dan dengan agama manusia dapat membentengi
dirinya sendiri.

Manusia sebagai makhluk hidup, harus memenuhi kebutuhannya, baik


kebutuhan jasmani maupun rohani. Manusia juga diciptakan sebagai makhluk
sosial dan agama menjadi salah satu aspek yang paling sakral dalam kehidupan
manusia. Karena agama lembaga kebenaran yang dapat didekati dengan aspek
batiniah, sehingga melahirkan sistem kepercayaan dan respon emosional yang
mengarahkannya, yang dapat dirasakan melalui mekanisme keyakinan dan
kepercayaan para penganutnya. 4

Agama memiliki kepercayaan kepada kekuatan gaib, kepercayaan kebahagiaan


hidup di dunia dan akhirat, bersifat emosional dan aspek kesucian dari agama itu
sendiri. Sebagai pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan
gaib yang harus dipatuhi, agama membawa peraturan-peraturan hukum, ajaran
yang berupa doktrin agama dengan menjalankan ajarannya membawa kewajiban

4
Atang,hakim, jaihmubarok, metodologi studi Islam ,2006.
yang menjadi pegangan manusia sebagai sistem sumber nilai, berupa petunjuk,
pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah
hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer,
sehingga terbentuk pola motivasi, nilai dan moral, tujuan hidup dan perilaku
manusia yang menuju kepada keridhaannya secara inklusifitas dalam beragama.
Manusia sangat memerlukan agama sebagai pegangan hidup untuk mempunyai
peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa dalam semua
tempat dan waktu. Yang memiliki peranan di lihat dari: aspek keagamaan,
kejiwaan, kemasyarakatan, hakikat kemanusiaan, asal usulnya dan moral.5

B.HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA SECARA UMUM

1. Menurut Paham Teokrasi

Menurut paham ini, negara menyatu dengan agama, karena pemerintahan


dijalankan berdasarkan firman-firman tuhan (segala tata kehidupan dalam
masyarakat, bangsa dan negara). Dengan demikian, urusan kenegaraan atau politik,
diyakini sebagai manifestasi firman tuhan.

Ada dua sistem dalam paham ini, yaitu teokrasi langsung dan teokrasi tidak
langsung. Jika dalam pemerintahan teokrasi langsung, raja atau kepala negara
memerintah sebagai jelmaan tuhan, maka dalam pemerintahan teokrasi tidak
langsung, yang memerintah bukanlah tuhan sendiri, tetapi raja atau kepala negara
yang memiliki otoritas atas nama tuhan. Kepala negara diyakini memerintah atas
kehendak tuhan.

5
Bab8.sartono,k,2018,'kajian konstitusi Indonesia dari awal kemerdekaan sampai reformasi konstitusi pasca
orde baru
Dalam pemerintahan teokrasi tidak langsung, sistem dan norma-norma dalam
negara dirumuskan berdasarkan fiman-firman tuhan. Dengan demikian, negara
menyatu dengan agama. Agama dan negara tidak dapat dipisahkan.

2. Menurut Paham Sekuler

Paham sekuler memisahkan dan membedakan antara agama dan negara. Dalam
negara sekuler, tidak ada hubungan antara sistem kenegaraan dengan agama.
Dalam paham ini, negara adalah urusan hubungan manusia dengan manusia lain
(urusan dunia). Sedangkan agama adalah hubungan manusia dengan tuhan.

Dalam nagara sekuler, sistem dan norma-norma hukum positif dipisahkan


dengan nilai-nilai dan norma agama. Norma-norma dan hukum ditentukan atas
kesepakatan manusia dan tidak berdasarkan atas agama atau firman-firman tuhan,
meskipun norma-norma tersebut bertentangan dengan norma-norma agama.
Negara sekuler membebaskan pemeluknya untuk memeluk agama apa saja yang
diyakini, tapi tidak ikut campur tangan dalam urusan agama.

3. Menurut Paham Komunis

Komunisme memandang hakikat hubungan negara dan agama berdasarkan


filosofi materialisme dialektis dan materialisme historis. Paham ini menimbulkan
paham ateis (tidak bertuhan), yang dipelopori oleh Karl Marx (agama sebagai
candu). Manusia ditentukan oleh dirinya sendiri. Agama dalam paham ini,
dianggap sebagai suatu kesadaran diri bagi manusia sebelum menemukan dirinya
sendiri.

Manusia adalah dunia manusia sendiri yang kemudian menghasilkan


masyarakat negara. Sedangkan agama dipandang sebagai realisasi fantastis
makhluk manusia dan agama adalah keluhan makhluk tertindas. Oleh karena itu,
agama harus ditekan bahkan dilarang. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah
materi, karena manusia sendiri pada hakikatnya adalah materi.
Menurut Islam

Ada tiga aliran menurut Syadzali (1990;235-236) ;

1. Aliran yang menganggap bahwa Islam adalah agama yang paripurna, yang
mencakup segala-galanya, oleh karena itu agama tidak dapat dipisahkan dari
negara, dan urusan negara adalah urusan negara, begitu sebaliknya.

2. Islam tidak ada hubungannya dengan negara, karena Islam tidak mengatur
kehidupan bernegara atau pemerintahan. (tidak punya misi untuk mendirikan
negara).

3. Islam tidak mencakup segala-galanya, tetapi mencakup seperangkat prinsip


dan tata nilai etika tentang kehidupan bermasyarakat, termasuk bernegara.

Sementara Muhammad (2000;88-94). Menyebutkan bahwa dalam Islam ada


dua model hubungan agama dan negara. Model pertama, disebut sebagai hubungan
integralistik, dan hubungan kedua disebut sebagai hubungan simbiosis-mutualistik.

Hubungan integralistik diartikan sebagai hubungan totalitas, karena agama dan


negara merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya
merupakan dua lembaga yang menyatu. Konsep ini menegaskan kembali bahwa
Islam tidak mengenal pemisahan antara agama dan politik atau negara (sama
dengan konsep teokrasi).

Sedangkan hubungan simbiosis-mutualistik, ditegaskan bahwa antara agama


dan negara terdapat hubungan yang saling membutuhkan. Menurut pandangan ini,
agama harus dijalankan dengan baik. Sementara itu, negara juga tidak dapat
dibiarkan berjalan sendiri tanpa agama, sebab tanpa agama, akan terjadi kekacauan
dan amoral dalam negara.
C.HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA SECARA TEORITIK

1. Pandangan / paradigma integralistik, yaitu suatu paradigma yang menempatkan


agama dan negara sebagai kesatuan yang utuh. Paradigma ini menempatkan agama
sebagai dasar hukum negara.

2. Paradigma Simbiotik, yang menempatkan relasi Agama dan Negara bersifat timbal
balik dan saling memerlukan. Dalam hal ini agama memerlukan negara, karena
dengan negara, agama dapat berkembang. Dan sebaliknya, negara juga memerlukan
agama, karena dengan agama, negara dapat berkembang dalam bimbingan etika dan
moral spiritual

3.Paradigma Sekularistik, Paradigma ini mengajukan pemisahan agama atas


Negara dan pemisahan negara atas negara.
BAB VI

KEBIJAKAN PENYELENGGARA NEGARA (PEMERINTAH) DALAM


BIDANG AGAMA

Kebijakan pemerintah dalam bidang agama berdasarkan Pancasila.

Yakni sila pertama Pancasila yaitu ketuhanan yang maha esa dalam pemerintahan
setiap warga negara berhak memeluk agama masing-masing menurut
kepercayaannya.

Sila pertama

 Pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Esa.


 Menjamin penduduk dapat memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agamanya.
 Tidak memaksa untuk beragama, tetapi wajib memeluk agama sesuai
hukum
 Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.
 Menjamin toleransi antarumat dan dalam beragama.
 Memfasilitasi tumbuh kembangnya agama
 Menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama.

Sila Kedua

 Menempatkan manusia sebagai makhluk Tuhan karena manusia


mempunyai sifat universal.
 Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa.
 Mewujudkan keadilan dan peradaban yang kuat.

Sila Ketiga

 Adanya nasionalisme dan cinta bangsa dan tanah air.


 Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa.
 Menghilangkan supremasi satu ras sebagai penonjolan kekuatan atau
kekuasaan, keturunan, dan perbedaan warna kulit.
 Menumbuhkan rasa senasib sepenanggulangan.
 Menghilangkan rasisme atau yang berkaitan dengan SARA.

Sila Keempat

 Adanya demokrasi.
 Adanya usaha untuk mencapai putusan bersama secara bulat, yang
dilanjutkan dengan tindakan bersama.
 Jujur dalam pengambilan keputusan bersama

Sila Kelima

 Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat.


 Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kepentingan
bersama.
 Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja
sesuai dengan bidangnya.
BAB VII

HAK DAN KEWAJIBAN SEBAGAI WARGA NEGARA

A.PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN


Hak adalah sesuatu yang mutlak dimiliki oleh setiap orang dari sejak lahir dan
penggunaannya tergantung pribadi masing-masing.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hak adalah benar, kepunyaan,
milik, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu yang telah ditentukan oleh
undang-undang, aturan, dsb. Atau kekuasaan yang benar atas sesuatu.

Sedangkan, kewajiban yaitu sesuatu yang harus dilaksanakan dengan penuh rasa
tanggung jawab. Menurut KBBI, kewajiban adalah sesuatu yang diwajibkan, yang
harus dilaksanakan; pekerjaan, tugas menurut hukum; segala sesuatu yang menjadi
tugas manusia.

Hak dan kewajiban inilah yang memperkuat masyarakat dan memberinya lebih
banyak stabilitas. Kedua hal ini juga mengarah pada pengembangan kesadaran sosial
orang sebagai makhluk sosial. Hak harus dilihat sebagai hak individu seperti
kebebasan.

Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945,
khususnya pada pasal 27 hingga 34.

Contoh hak warga negara Indonesia:


1.Berhak memeluk agama yang diyakininya serta menjalankan kewajiban agamanya.
2.Berhak mendapat serta menggunakan fasilitas kesehatan. Misalnya BPJS
Kesehatan.
3.Berhak mengeluarkan pendapat asal tidak melanggar hukum. Misalnya melalui
petisi.
4.Berhak menggunakan fasilitas umum yang telah disediakan pemerintah. Misalnya
transportasi umum dan jalan tol.
5.Berhak mendapat perlindungan hukum termasuk memiliki hak pembelaan diri di
pengadilan.
6.Berhak mendapat fasilitas pendidikan yang sama rata, misalnya pendirian sekolah
negeri.
7.Berhak memiliki kedudukan yang sama di mata hukum tanpa membeda-bedakan.
8.Berhak untuk dibebaskan oleh pemerintah Indonesia jika menjadi tawanan atau
sandera.
9.Berhak memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan presiden dan wakil
presiden.
10.Berhak mendapat akses teknologi yang sama, misalnya pendistribusian jaringan
internet dan listrik.

Kewajiban warga negara Indonesia:

1.Wajib menjunjung hukum serta pemerintahan.


2.Wajib ikut dan turut serta dalam usaha pertahanan serta keamanan negara.
3.Wajib menghormati Hak Asasi Manusia (HAM) sesama manusia.
4.Wajib ikut dan turut serta dalam upaya pembelaan negara.
5.Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang.

B.UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR HAK DAN KEWAJIBAN WARGA


NEGARA

Pasal dalam UUD 1945 yang mengatur tentang hak dan kewajiban warga negara
Indonesia di antaranya pasal 27 ayat 2, pasal 28A, pasal 28B ayat1.

Hak Warga Negara Indonesia:


1.Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
2.Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan. “setiap orang berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”(pasal 28A).
3.Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah (pasal 28B ayat 1).
4.Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan Berkembang”
5.Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhakmendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat
1).
6.Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
7.Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
8.Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak.
Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun. (pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia:

1.Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Tertulis dalam Pasal 27 ayat (1) UUD
1945 berbunyi “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya”.
2.Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 yang
berbunyi, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”.
3.Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Di mana tertuang dalam Pasal
28J ayat 1 yang berbunyi,” Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang
lain”.
3.Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang.
Tertuang dalam Pasal 28J ayat 2 yang berbunyi menyatakan, “Dalam menjalankan
hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis”.
4.Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Tertuang dalam
Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan, “tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”

Sebagaimana hak dan kewajiban warga negara Indonesia diatur dalam UUD 1945.
BAB VIII

KONSTITUSI DI INDONESIA
Undang-Undang Republik Indonesia Serikat, Konstitusi Republik Indonesia Serikat
atau lebih dikenal dengan sebutan Konstitusi RIS adalah konstitusi yang berlaku di
Republik Indonesia Serikat sejak tanggal 27 Desember 1949 (yakni tanggal diakuinya
kedaulatan Indonesia dalam bentuk RIS) hingga diubahnya kembali bentuk negara
federal RIS menjadi negara kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus 1950.

Sejak tanggal 17 Agustus 1950, konstitusi yang berlaku di Indonesia adalah Undang-
Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, atau dikenal dengan sebutan UUDS
1950. Dan telah di amandemen kan sebanyak 4 kali.

A.HAKIKAT KONSTITUSI

Hakikat dari suatu konstitusi ialah mengatur pembatasan kekuasaan dalam negara.
Pembatasan kekuasaan yang tercantum dalam konstitusi itu pada umumnya
menyangkut dua hal, yaitu pembatasan kekuasaan yang berkaitan dengan isinya, dan
pembatasan kekuasaan yang berkaitan dengan waktu. Pembatasan kekuasaan yang
berkaitan dengan isi ialah pembatasan yang berkenaan dengan tugas, wewenang serta
berbagai macam hal yang diberikan kepada masing-masing lembaga, sedangkan
pembatasan kekuasaan yang berkaitan dengan waktu ialah pembatasan yang
berkenaan dengan masa jabatan yang diberikan kepada pemangku jabatan tertentu
serta berapa kali seorang pejabat dapat dipilih kembali dalam jabatan itu. Prof. Bagir
Manan mengatakan bahwa konstitusi ialah sekelompok ketentuan yang mengatur
organisasi negara dan susunan pemerintahan suatu negara.

Sehingga negara dan konstitusi adalah satu pasangan yang tidak dapat dipisahkan.
Setiap negara tentu mempunyai konstitusi, meskipun mungkin tidak tertulis.
Konstitusi mempunyai arti dan fungsi yang sangat penting bagi negara, baik secara
formal, materiil, maupun konstitusional. Konstitusi juga mempunyai fungsi
konstitusional, sebagai sumber dan dasar cita bangsa dan negara yang berupa nilai-
nilai dan kaidah-kaidah dasar bagi kehidupan bernegara. Ia selalu mencerminkan
semangat yang oleh penyusunnya ingin diabadikan dalam konstitusi tersebut
sehingga mewarnai seluruh naskah konstitusi tersebut. Selain itu juga C.F.Strong
mengemukakan bawa konstitusi itu merupakan kumpulan asas-asas yang tiga materi
pokok, yaitu tentang kekuasaan pemerintahan, hak-hak yang diperintah, dan
hubungan antara yang memerintah dengan yang diperintah. Dengan melihat teori-
teori dasar tentang konstitusi di atas, maka kita akan melihat bagaimana halnya
dengan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi tertulis bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

B.SEJARAH KONSTITUSI DI INDONESIA

Kajian Konstitusi Indonesia Dari Awal Kemerdekaan Sampai Era Reformasi

Sejarah konstitusi Indonesia dapat dikatakan telah melewati berbagai tahap


perkembangan. Tiap tahap memunculkan model ketatanegaraan yang khas, sampai
karena trauma masa lalu terutama akibat praktik politik Orde Baru yang
menyalahgunakan konstitusi untuk tujuan kekuasaannya yang sentralistik dan
otoriter, memunculkan ide untuk mengamendemen UUD 1945.

Konstitusi Merupakan bagian penting dari sebuah negara yang berisikan dengan
ketentuan atau peraturan yang berlaku di dalam sebuah negara. Konstitusi ini
memiliki dua bentuk, yang pertama adalah konstitusi dalam bentuk tertulis dan yang
kedua adalah konstitusi dalam bentuk yang tidak tertulis.

Setiap negara pasti memiliki yang namanya konstitusi. Layaknya negara lain
Indonesia juga memiliki konstitusi yaitu Pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD
1945 ini merupakan konstitusi tertulis sebab peraturannya tertulis di dalam naskah
Pembukaan UUD 1945.
Mengartikan constitution sebagai Undang-Undang Dasar merupakan kebiasaan dari
orang Belanda dan Jerman yang memakai kata grondwet yang berasal dari dua kata
yaitu grond yang berarti dasar dan wet yang memiliki arti Undang-Undang dan juga
dari kata grundgesetz yang berasal dari dua kata yaitu grund yang berarti dasar dan
gesetz yang memiliki arti Undang-Undang yang mana kedua kata istilah ini
menunjukkan naskah tertulis (Mariam Budiardjo, 2007: 95).

UUD 1945 sebagai konstitusi yang ada di Indonesia merupakan hukum tertinggi yang
sudah ditetapkan secara konstitusional sedangkan hukum sendiri memiliki arti produk
politik dikarenakan pada setiap hasil produk hukum merupakan produk politik oleh
karena itu hukum bisa juga dilihat sebagai kristalisasi yang berasal dari pemikiran
politik yang saling berinteraksi di dalam kalangan politisi (M. Agus Santoso, 2009:
9).

Harapan dengan adanya konstitusi ini adalah agar hak-hak seluruh warga negara
Indonesia bisa terlindungi. Konstitusi ini digunakan untuk mengatur seluruh rakyat
yang ada di dalam sebuah negara. Menciptakan kehidupan yang aman dan damai itu
tidaklah mudah. Diperlukan sebuah peraturan yang menjadi dasar untuk memimpin
sebuah negara.Negara yang damai pasti memerlukan adanya sebuah peraturan.
Konstitusi ini memiliki tujuan yang hendak dicapai oleh sebuah negara, contohnya
konstitusi yang ada di Indonesia di dalam konstitusinya Indonesia memiliki tujuan
yang tertulis pada Alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

Adanya tujuan yang hendak dicapai inilah yang membuat suatu negara jadi memiliki
acuan untuk menjadikan dirinya sebagai negara maju yang bisa bersaing dengan
negara lain. Negara yang maju akan memiliki kemudahan untuk menjalin kerja sama
dengan negara lain. Keuntungan yang didapatkan juga sangat banyak ketika negara
kita menjadi negara maju.
Konstitusi yang ada di Indonesia dibuat ketika diadakannya sidang BPUPKI pada
tahun 1945. BPUPKI bertugas untuk membantu negara Indonesia dalam
mempersiapkan kemerdekaannya.

Menjadi negara yang merdeka Indonesia memerlukan adanya konstitusi, untuk itu
dibuatlah UUD 1945 yang akan dijadikan sebuah konstitusi untuk negara Indonesia.
Dalam membuat UUD 1945 BPUPKI mengadakan sidang yang menghasilkan
rancangan UUD 1945 yang berisi:

*Pernyataan Indonesia merdeka

*Pembukaan Undang-Undang Dasar

Undang-Undang Dasar terdiri atas pasal-pasal Naskah dari UUD 1945 kemudian
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang merupakan
lembaga bentukan Jepang. Adanya konstitusi di dalam sebuah negara sangatlah
penting sebab di sinilah terdapat cita-cita sebuah negara yang harus diraih.

Demokrasi di Indonesia awalnya menggunakan UUD 1945 yang berlaku pada


tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949. Kemudian negara Indonesia
beralih ke konstitusi RIS pada tahun 1949 yang berlaku mulai dari tanggal 27
Desember 1949 sampai dengan tanggal 17 Agustus 1950.

Selanjutnya negara Indonesia beralih ke UUDS pada tahun 1950 yang mulai berlaku
pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai dengan tanggal 5 Juli 1959. Kemudian negara
Indonesia kembali lagi ke UUD 1945 yang berlaku mulai dari tanggal 5 Juli 1959
sampai dengan tanggal 19 Oktober 1999.

Lalu negara kita ini beralih menggunakan perubahan Undang-Undang Dasar 1945
yang berlaku pada tanggal 19 Oktober 1999 sampai dengan tanggal 10 Agustus 2002.
Kemudian untuk yang terakhir kalinya negara Indonesia beralih menggunakan
Undang-Undang Dasar 1945 yang sudah mengalami perubahan yang diberlakukan
mulai dari tanggal 10 Agustus 2002 sampai sekarang ini.

Di Indonesia UUD 1945 juga banyak sekali mengalami amandemen. Amandemen


terhadap UUD 1945 awalnya dilaksanakan pada tahun 1999, amandemen yang kedua
dilakukan pada tahun 2000, lalu amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001 dan
yang terakhir amandemen keempat dilakukan pada tahun 2002. Oleh sebab itu naskah
resmi UUD 1945 menurut Jimly Assiddiqie (2007: 98) terdiri atas lima naskah yakni:

*Naskah Undang-Undang Dasar 1945 pertama

*Naskah Perubahan pertama UUD 1945 Tahun 1999

*Naskah Perubahan Kedua UUD 1945 Tahun 2000

*Naskah Perubahan ketiga UUD 1945 Tahun 2001

*Naskah Perubahan Keempat UUD 1945 Tahun 2002


BAB IX

DEMOKRASI DAN PEMERINTAHAN YANG DEMOKRATIS

Demokrasi memberikan pemahaman bahwa sumber kekuasaan adalah rakyat dengan


pemahaman bahwa rakyat akan melahirkan aturan yang menguntungkan dan
melindungi hak-haknya. Agar hal itu terwujud, diperlukan suatu aturan yang
mendukung gagasan tersebut dan menjadi landasan dalam kehidupan bernegara untuk
menjamin dan melindungi hak-hak rakyat. Aturan seperti itu disebut Konstitusi.

Pemahaman tentang kekuasaan tertinggi itu sendiri tidak perlu dipahami dalam
pengertian monistik absolut dan tidak terbatas, karena dengan sendirinya kekuasaan
tertinggi yang ada di tangan rakyat itu dibatasi oleh kesepakatan yang mereka
tetapkan bersama sebagaimana telah digariskan.

Dalam perumusan konstitusi yang mereka buat dan diundangkan khususnya tentang
pendirian negara. Inilah yang disebut kontrak sosial antar warga yang tercermin
dalam konstitusi. Konstitusi itulah yang membatasi dan mengatur bagaimana
kedaulatan rakyat disalurkan, dijalankan, dan dipertahankan dalam kegiatan
kenegaraan dan penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari.

Intinya, dalam gagasan kedaulatan rakyat, tetap harus dijamin bahwa rakyat adalah
pemilik sebenarnya negara dengan segala kewenangannya untuk menjalankan semua
fungsi kekuasaan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
Rakyatlah yang memiliki kewenangan untuk merencanakan, mengatur,
melaksanakan, dan melakukan pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan
fungsi kekuasaan. Bahkan lebih jauh lagi, untuk kemaslahatan masyarakat yang
menjadi tujuan setiap kegiatan. Untuk rakyatlah semua manfaat yang diperoleh dari
berfungsinya dan penyelenggaraan negara dimaksudkan. Ini adalah gagasan tentang
kedaulatan rakyat atau demokrasi yang sepenuhnya milik rakyat, untuk rakyat, oleh
rakyat, dan bersama rakyat. Rakyatlah yang memiliki kewenangan untuk
merencanakan, mengatur, melaksanakan, dan melakukan pemantauan dan penilaian
terhadap pelaksanaan fungsi kekuasaan. Bahkan lebih jauh lagi, untuk kemaslahatan
masyarakat yang menjadi tujuan setiap kegiatan. Untuk rakyatlah semua manfaat
yang diperoleh dari berfungsinya dan penyelenggaraan negara dimaksudkan.

Ini adalah gagasan tentang kedaulatan rakyat atau demokrasi yang sepenuhnya milik
rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat, dan bersama rakyat. Rakyatlah yang memiliki
kewenangan untuk merencanakan, mengatur, melaksanakan, dan melakukan
pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan fungsi kekuasaan. Bahkan lebih jauh
lagi, untuk kemaslahatan masyarakat yang menjadi tujuan setiap kegiatan. Untuk
rakyatlah semua manfaat yang diperoleh dari berfungsinya dan penyelenggaraan
negara dimaksudkan. Ini adalah gagasan tentang kedaulatan rakyat atau demokrasi
yang sepenuhnya milik rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat, dan bersama rakyat.6

Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang


kekuasaannya dipegang satu orang, seperti monarki, atau sekelompok kecil, seperti
oligarki. Apapun itu, perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani ini
sekarang tanpa ambigu karena beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk
elemen-elemen demokrasi, oligarki, dan monarki. Karl Popper mendefinisikan
demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda dengan kediktatoran atau tirani, sehingga
berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk mengendalikan para pemimpinnya dan
menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya
menjelaskan cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi
yang pertama adalah demokrasi langsung, yaitu semua warga negara
berpartisipasi langsung dan aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan. Di
kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih merupakan satu

6
Santoso,M,2013,'perkembangan konstitusi di Indonesia ;
kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak
langsung melalui perwakilan; ini disebut demokrasi perwakilan. Konsep
demokrasi perwakilan muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada
Abad Pertengahan Eropa.
BAB X

HAK ASASI MANUSIA

A.KONSEP DASAR DAN PERJUANGAN HAM DIDUNIA

HAM merupakan hak dasar manusia yang secara kodrati melekat pada diri manusia,
dan bersifat universal. Oleh karena itu, HAM harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan, dan tak boleh dirampas oleh siapapun. HAM dan demokrasi
merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah
peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. HAM dan demokrasi juga dapat
dimaknai sebagai hasil perjuangan manusia untuk mempertahankan harkat
kemanusiaannya. Negara-negara yang memiliki komitmen kuat terhadap pengakuan
dan perlindungan HAM menempatkan hak asasi manusia dalam sebuah konstitusi
atau undang-undang dasar.

B.PENEGAKAN HAM DI INDONESIA

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang
terkait dalam interaksinya antara individu atau instansi. HAM adalah hak dasar yang
dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan. HAM dapat dirumuskan sebagai hak
yang melekat pada kodrat hidup sebagai manusia. Hak ini dimiliki oleh manusia
semata-mata ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara.
Maka HAM itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau
negara lain.7

Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan lebih diperhatikan
dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era
reformasi daripada era sebelumnya. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak,
kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan

7
http://journal.umpo.ac.id/
sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha
memperoleh atau pemenuhan HAM pada kita sendiri.

Empat prinsip kebebasan (four freedoms) meliputi kebebasan berbicara dan


bereskpresi, kebebasan beragama dan berkeyakinan, kebebasan dari kemiskinan, dan
kebebasan dari rasa takut, merupakan prinsip dasar yang diakui oleh negara-negara
dan diterjemahkan ke dalam banyak bentuk yang lebih spesifik dalam pemenuhan
hak asasi manusia (HAM), salah satunya.8

8
http://ejournal.umm.ac.id/
BAB XI

MASYARAKAT MADANI

A.KONSEP DAN SEJARAH MASYARAKAT MADANI

Masyarakat madani merupakan masyarakat yang sadar akan hak-hak warga


masyarakat dan melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara, masyarakat yang
terbuka, toleran, menghargai hak asasi manusia dan yang paling menonjol dalam ciri
masyarakat madani adalah baldatun toyyibatun warobbun Gofur. Tuntutan perubahan
menuju masyarakat madani di Indonesia memerlukan berbagai perubahan pada
semua aspek kehidupan masyarakat, serta sangat membutuhkan individu dan
masyarakat dengan kemampuan yang tinggi. Pendidikan sebagai sarana terbaik untuk
membentuk suatu generasi, dituntut untuk peran sertanya dalam membangun
masyarakat. Oleh karena itu, konsep-konsep pendidikan Islam memiliki peran yang
strategis dan fungsional dalam upaya membangun masyarakat madani di Indonesia.
Dalam tulisan ini, penulis akan memaparkan konsep pendidikan seperti apakah yang
ditawarkan oleh Islam dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia.

Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah. Memiliki banyak arti
atau sering diartikan dengan makna yang berbeda-beda. Bila merujuk pada pengertian
dalam bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah
kontraposisi dari masyarakat militer.

Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga
berdasarkan pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad
SAW pada tahun 622 M. Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadun
(masyarakat yang peradaban) yang diperkenalkan oleh Ibn Khaldun, dan konsep Al
Madinah al Fadhilah (Madinah sebagai Negara Utama) yang diungkapkan oleh filsuf
Al-Farabi pada abad pertengahan.

Menurut Dr. Ahmad Hatta, peneliti pada Lembaga Pengembangan Pesantren dan
Studi Islam, Al Haramain, Piagam Madinah adalah dokumen penting yang
membuktikan betapa sangat majunya masyarakat yang dibangun kala itu, di samping
juga memberikan penegasan mengenai kejelasan hukum dan konstitusi sebuah
masyarakat.[6] Bahkan, dengan menyetir pendapat Hamidullah (First Written
Constitutions in the World, Lahore, 1958), Piagam Madinah ini adalah konstitusi
tertulis pertama dalam sejarah manusia.[6] Konstitusi ini secara mencengangkan telah
mengatur apa yang sekarang orang ributkan tentang hak-hak sipil (civil rights), atau
lebih dikenal dengan hak asasi manusia (HAM), jauh sebelum Deklarasi
Kemerdekaan Amerika (American Declaration of Independence, 1997), Revolusi
Prancis (1789), dan Deklarasi Universal PBB tentang HAM (1948)
dikumandangkan.9

Sementara itu konsep masyarakat madani atau dalam khazanah Barat dikenal sebagai
civil Society (masyarakat sipil), muncul pada masa pencerahan (Renaissance) di
Eropa melalui pemikiran John Locke dan Immanuel Kant. Sebagai sebuah konsep,
civil society berasal dari proses sejarah panjang masyarakat Barat yang biasanya
dipersandingkan dengan konsepsi tentang state (negara). Dalam tradisi Eropa abad
ke-18, pengertian masyarakat sipil ini dianggap sama dengan negara (the state), yakni
suatu kelompok atau kesatuan yang ingin mendominasi kelompok lain.

Sejarah Masyarakat Madani

Jika dicari akar sejarahnya, maka dapat dilihat bahwa dalam masyarakat Yunani
Kuno Masalah ini sudah mengemuka. Rahardjo (1997) menyatakan bahwa istilah
civill Society sudah ada sejak zaman sebelum Masehi. Orang yang pertama kali
mencetuskan Istilah civil society ialah Cicero (106-43 SM), sebagai orator Yunani
9
http://ejournal.upi.edu/
kuno. Civil society Menurut Cicero ialah suatu komunitas memiliki kode hukum
sendiri. Dengan konsep Civility (kewargaan) dan urbanity (budaya kota), maka kota
dipahami bukan hanya sekedar konsentrasi penduduk, melainkan juga sebagai pusat
peradaban dan kebudayaan. Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep
civil society, juga berdasarkan pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun
Nabi Muhammad SAW pada tahun 622M. Masyarakat madani juga mengacu pada
konsep tamadun (masyarakat yang berperadaban) yang diperkenalkan oleh Ibn
Khaldun, dan konsep Al Madinah al

Fadhillah (Madinah sebagai Negara Utama) yang diungkapkan oleh filsuf Al Farabi
pada abad pertengahan (Rahardjo seperti yang dikutip Nurhadi, 1999). Menurut Dr.
Ahmad Hatta, peneliti pada Lembaga Pengembangan Pesantren dan Studi Islam, Al
Haramain, Piagam Madinah adalah dokumen penting yang membuktikan betapa
sangat majunya masyarakat yang dibangun kala itu, di samping juga memberikan
penegasan mengenai kejelasan hukum dan konstitusi sebuah masyarakat. Bahkan,
dengan menyitir pendapat Hamidullah (First Written Constitutions in the World,
Lahore, 1958), Piagam Madinah ini adalah konstitusi tertulis pertama dalam sejarah
manusia. Konstitusi ini secara mencengangkan telah mengatur apa yang sekarang
orang ributkan tentang hak-hak sipil (civil rights), atau lebih dikenal dengan hak asasi
manusia (HAM), jauh sebelum Deklarasi Kemerdekaan Amerika (American
Declaration of Independence, 1776), Revolusi Prancis (1789), dan Deklarasi
Universal PBB tentang HAM (1948) dikumandangkan.

Secara formal, Piagam Madinah mengatur hubungan sosial antar komponen


masyarakat. Pertama, antar sesama muslim, bahkan sesama muslim adalah satu umat
walaupun mereka berbeda suku. Kedua, hubungan antara komunitas muslim dengan
non muslim didasarkan pada prinsip bertetangga baik, saling membantu dalam
menghadapi musuh bersama, membela mereka yang teraniaya, saling menasihati, dan
menghormati kebebasan beragama.
Ada dua nilai dasar yang tertuang dalam Piagam Madinah. Pertama, prinsip
kesederajatan dan keadilan, kedua, inklusivisme atau keterbukaan. Kedua prinsip itu
lalu dijabarkan, dan ditanamkan dalam bentuk beberapa nilai universal, seperti
konsistensi, keseimbangan, moderat, dan toleran. Sementara itu konsep masyarakat
madani, atau dalam khazanah Barat dikenal sebagai civil society (masyarakat sipil),
muncul pada masa Pencerahan (Renaissance) di Eropa melalui pemikiran John Locke
(abad ke-18) dan Emmanuel Kant (abad ke -19).

Sebagai sebuah konsep, civil society berasal dari proses sejarah panjang masyarakat
Barat yang biasanya dipersandingkan dengan konsepsi tentang state (Negara). Dalam
tradisi Eropa abad ke-18, pengertian masyarakat sipil ini dianggap sama dengan
negara (the state), yakni suatu kelompok atau kekuatan yang mendominasi kelompok
lain.

Barulah pada paruh kedua abad ke-18, terminologi ini mengalami pergeseran makna.
Negara dan masyarakat madani kemudian dimengerti sebagai dua buah entitas yang
berbeda. Bahkan kemudian, Kant menempatkan masyarakat madani dan negara
dalam kedudukan yang berlawanan, yang kemudian dikembangkan oleh Hegel,
menurutnya masyarakat madani merupakan subordinatif dari negara. Di Indonesia,
perjuangan masyarakat madani dimulai pada awal pergerakan kebangsaan, dipelopori
oleh Syarikat Islam (1912), dan dilanjutkan oleh Soeltan Syahrir pada awal
kemerdekaan (Norlholt, 1999). Jiwa demokrasi Soeltan Syahrir ternyata harus
menghadapi kekuatan represif, baik dari rezim Orde Lama maupun rezim Orde
Bartak

Tuntutan perjuangan transformasi menuju masyarakat madani pada era reformasi ini
tampaknya sudah tak terbendungkan lagi.

B.KESADARAN PENUNAIAN KEWAJIBAN DAN PENGEMBANGAN


MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA
Masyarakat Indonesia mempunyai Karakteristik yang berbeda dengan negara
Lainnya. Karakteristik tersebut diantaranya Adalah: (1) Pluralistik/keberagaman, (2)
sikap Saling pengertian antara sesama anggota Masyarakat, (3) toleransi yang tinggi
dan (4) memiliki sanksi moral.

Karakteristik-karakteristik tersebut Diharapkan senantiasa mewarnai kehidupan


Masyarakat madani model Indonesia nantinya. Keberadaan masyarakat Indonesia
dapat Dicermati melalui perjalanan bangsa Indonesia. Secara historis perwujudan
Masyarakat madani di Indonesia sebenarnya Sudah mulai dicita-citakan semenjak
terjadinya Perubahan sosial ekonomi pada masa kolonial,Terutama ketika kapitalisme
mulai Diperkenalkan oleh Belanda. Hal ini ikut Mendorong terjadinya pembentukan
sosial Melalui proses industrialisasi, urbanisasi, dan Pendidikan modern. Hasilnya
antara lain Munculnya kesadaran baru di kalangan kaum Elit pribumi yang
mendorong terbentuknya organisasi sosial modern.

Pada masa Demokrasi terpimpin politik Indonesia Didominasi oleh penggunaan


mobilisasi massa Sebagai alat legitimasi politik. Akibatnya setiap Usaha yang
dilakukan masyarakat untuk Mencapai kemandirian beresiko dicurigai Sebagai kontra
revolusi. Sehingga Perkembangan pemikiran menuju masyarakat Madani kembali
terhambat.

Perkembangan orde lama dan Munculnya orde baru memunculkan secercah Harapan
bagi perkembangan masyarakat Madani di Indonesia. Pada masa orde baru, Dalam
bidang sosial-ekonomi tercipta Pertumbuhan ekonomi, tergesernya pola Kehidupan
masyarakat agraris, tumbuh dan Berkembangnya kelas menengah dan makin
Tingginya tingkat pendidikan. SedangkanDalam bidang politik, orde baru
memperkuat Posisi negara di segala bidang, intervensi Negara yang kuat dan jauh
terutama lewat Jaringan birokrasi dan aparat keamanan.
Prospek penunaian masyarakat Madani di Indonesia memiliki potensi yang kuat
karena Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berbeda dengan satuan
Bhineka tunggal Ika .
DAFTAR PUSTAKA

Repository.metrouniv.ac.id

Journal.uny.ac.id

Jurnal.unimed.ac.id

Eprints.unm.ac.id

Digilib.uinsby.ac.id

Jurnal.radenfatah.ac.id

Atang,hakim,jaihmubarok, metodologi Islam,2006.

Jurnal konstitusi.mkri.id

Journal.uny.ac.id

Santoso,m,2013, perkembangan konstitusi di Indonesia

Sartono ,k,2018,kajian konstitusi Indonesia dari awal kemerdekaan sampai reformasi


konstitusi pasca orde baru

Journal.umpo.ac.id

ejournal.umm.ac.id

ejournal.upi.ed

Anda mungkin juga menyukai