Dosen Pembimbing :
Aminah Lc. M.Ag.
Disusun Oleh :
DAFTAR ISI............................................................................................................i
PENDAHULUAN...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
5. Kadar Kemukjizatan................................................................................14
KESIMPULAN.....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................ii
i
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian tentang i’jazul Qur’an ?
2. Apa sajakah faktor-faktor penting dalam memahami i’jazul Qur’an ?
3. Apa sajakah macam-macam i’jazul Qur’an ?
4. Bagaimanakah pemahaman mengenai i’jazul Qur’an dari berbagai
segi ?
5. Bagaimanakah kadar kemukjizatan al-Qur’an dari berbagai pendapat ?
6. Apa sajakah tujuan dalam mempelajari ilmu i’jazul Qur’an ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian-pengertian mengenai i’jazul Qur’an.
1
2. Mengetahui faktor-faktor penting dalam mempelajari ilmu i’jazul
Qur’an.
3. Mengetahui macam-macam i’jazul Qur’an.
4. Mengetahui pemahaman-pemahaman mengenai i’jazul Qur’an dari
berbagai segi.
5. Mengetahui kadar kemukjizatan al-Qur’an dari berbagai pendapat
yang ada.
6. Mengetahui tujuan dari mempelajari ilmu i’jazul Qur’an.
2
PEMBAHASAN
Kata mukjizat secara bahasa bersal dari bahasa arab a’jaza yang
berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang
melemahkan) dinamakan mu’jiz dan bila kemampuan melemahkan pihak lain
amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan maka dinamakan
mukjizat.
3
2. Menantang mereka dengan 10 surah saja dari Qur’an, dalam
firman Allah :
ٍ ٰ قُل فَأْتُوا بِع ْش ِر سو ٍر ِّمثْلِ ِه م ْفَتري.اَم ي ُقولُو َن ا ْفَت ٰرىه
ت َّو ْادعُ ْوا َم ِن َ ُ َُ َ ْ ْ ُ َْْْ
) فَاِمَّلْ يَ ْستَ ِجْيُب ْوالَ ُك ْم١٣( َ اهلل اِ ْن ُكْنتُ ْم ٰص ِدقِنْي
ِ استَطَعتُم ِّمن دو ِن
ُْ ْ ْ ْ ْ
( اهلل َو اَ ْن آَّل اِٰلهَ اِاَّل ُه َو َف َه ْل اَْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن
ِ اعلَموآ اَمَّنَآ اُنْ ِز َل بِعِْل ِم
ْ ُ ْ َف
)١٤
Bahkan mereka mengatakan : “Muhammad telah membuat-buat
Al-Qur’an itu”. Katakanlah: “(kalau demikian), maka
datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang
menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang
yang benar”. Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima
seruanmu (ajakanmu) itu Maka Ketahuilah, Sesungguhnya Al-
Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya
tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri
(kepada Allah)? (QS. Hud: 13-14)
3. Menantang mereka dengan 1 surah saja dari Qur’an, dalam
firman Allah :
ِِ
ْ قُ ْل فَأُْت ْوا بِ ُس ْو َر ٍة ِّمثْله َو ْادعُ ْوا َم ِن.ُاَْم َي ُق ْولُْو َن ا ْفَت ٰرىه
استَطَ ْعتُ ْم ِّم ْن
ِِ ِِ ِ
َ ُد ْون اهلل ا ْن ُكْنتُ ْم ٰصدقنْي
Atau (patutkah) mereka mengatakan “Muhammad membuat-
buatnya.” Katakanlah: (kalau benar yang kamu katakan itu),
maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan
panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk
membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.” (QS.
Yunus : 38)
4
Kelemahan orang Arab untuk menandingi Qur’an padahal mereka
memiliki faktor-faktor dan potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiri bagi
kelemahan bahasa Arab di masa bahasa ini berada pada puncak keremajaan
dan kejayaan.
5
Allah. Pendapat yang lain mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw
diutus dari kalangan orang-orang yang ummi, maka Nabi
Muhammad saw juga harus memiliki sifat ummi sama seperti
mereka agar memudahkan Rasul mengajak kafir Quraish untuk
beriman kepada Allah. Seiring berjalannya waktu, keummian Nabi
sudah hilang ketika keseluruhan ayat telah diturunkan melalui
malaikat Jibril.
6
menandakan bahwa wahyu bukan bukan merupakan hasil
perenungan atau bisikan jiwanya.
Kehadiran wahyu juga tidak jarang datang secara tiba-tiba,
bahkan boleh jadi tidak terlintas dalam benak beliau. Ketika ditanya
oleh Arab Quraisy tentang ruh, menurut Ibn Mas’udra. Sejenak
beliau berhenti dan mengangkat kepalanya. (Ketika itu aku tersadar
beliau sedang menerima wahyu, demikian sampai selesainya lalu
beliau menjawab “qulirruhu min amri rabby wama utitum minal ilmi
illa qalila”). Redaksi spontan tersebut menurut kritikus bahasa yang
notabene masih dalam penguasaannya untuk menyusun kata atau
kalimat sendiri. Kesemuanya tetap dipertimbangkan dalam upaya
memahami kemukjizatan al-Qur’an.
7
2. Al-I’jazul Tasyri’i, yaittu kemukjizatan segi pensyariatan
hukum-hukum ajarannya yang muncul pada masa
penetapan hukum-hukum syariat Islam.
3. Al-I’jazul Ilmu, yaitu kemukjizatan segi ilmu
pengetahuan, yang muncul pada masa kebangkitan ilmu
dan sains di kalangan umat Islam.
4. Al-I’jazul Adadi, yaitu kemukjizatan segi
quantity/matematis, statistik yang muncul pada abad
ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang.
b. Imam al-Khottoby (wafat 388 H), dalam buku al’Bayan fi I’jazil
Qur’an mengatakan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus
pada bidang kebalaghahan saja.
c. Imam al-Jahidh (wafat 255 H), di dalam kitab Nudzumul Qur’an
dan Hujajun Nabawiyah serta al-Bayan wa at-Tibyan
menegaskan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus pada
bidang susunan lafal-lafalnya saja, maksudnya, i’jazul Qur’an
itu hanya 1 macam saja, yaitu kemukjizatan susunannya dengan
semboyan :
8
cerita-cerita rakyat, dan bahkan tidak semuanya dapat terungkap
dalam penelitian sejarah.
g. Al-Qurtubi sendiri mengemukakan 10 aspek i’jaz al-Qur’an :
1. Aspek bahasanya yang mengguli seluruh cabang bahasa
Arab.
2. Aspek eksistensinya yang tidak tertandingi.
3. Aspek gaya bahasanya yang mengungguli keindahan
bahasa Arab.
4. Aspek informasinya yang menembus persoalan-persoalan
ghaib.
5. Aspek hukumnya yang universal dan manusiawi.
6. Aspek keteraturan dan sejalan dengan sains.
7. Aspek pengetahuan yang dikandungnya.
8. Aspek pengaruhnya terhadap kalbu.
9. Aspek pengaruhnya dalam memenuhi kebutuhan dasar
manusia.
10. Aspek kebenaran atas janji-janjinya, baik berupa rahmat
maupun ancaman.
9
terkadang secara spontanitas menjawab persoalan sulit yang dihadapi
oleh Nabi Muhammad saw.
Namun demikian para ahli tetap menilai al-Qur’an memiliki
keindahan gaya bahasa yang tidak tertandingi. Menurut para pakar
bahasa bahwa seseorang dinilai berbahasa dengan baik apabila pesan
yang hendak disampaikan tertampung oleh kata atau kalimat yang
ingin dirangkai, kata yang dipakai tidak asing bagi pendengaran atau
pengetahuan lawan bicara, mudah diucapkan serta kalimat yang
dipakai tidak bertele-tele.
Keseimbangan-keseimbangan jumlah pemakaian kata dalam
redaksi al-Qur’an :
Kata antonim, seperti al-hayah (kehidupan) dan al-
maut (kematian), masing-masing sebanyak 145 kali.
Kata al-harr dan al-bard, masing-masing 4 kali.
Kata sinonim, kata al-jahr (nyata) dan al-a’laniyah
(nyata), masing-masing 16 kali. Al-ujub
(membangggakan diri) dengan al-gurur (angkuh),
masing-masing 17 kali. Kata al-harts (membajak) dan
as-zira’ah (bertani), masing-masing 14 kali.
Dalam jumlah kata yang menunjuk pada akibatnya,
al-kafirun (orang-orang kafir) dan an-nar
(neraka/pembakar), masing-masing sebanyak 154
kali. Kata as-zakah (penyucian) dan al-barakat
(kebajikan yang banyak), masing-masing 32 kali.
Kata al-fahisyah (kekejian) dan al-ghadab (murkah),
masing-masing 26 kali.
Pemakaian kata dengan penyebabnya, kata as-salam
(kedamaian) dan ath-thayyibat (kebajikan), masing-
masing sebanyak 60 kali. Kata al-asra (tawanan) dan
al-harb (perang), masing-masing 6 kali. Kata al-
mau’izhah (nasihat) dan al-lisan (lidah), masing-
masing 25 kali.
10
Keseimbangan lainnya yaitu, kata yaum (dalam
bentuk tunggal) sebanyak 365 kali, sesuai jumlah hari
dalam setahun. Sedangkan kata ayyam (dalam bentuk
jamak), yaumain (dalam bentuk mutsanna), jumlah
pemakaian dalam keseluruhan sebanyak 30 kali, sama
dengan jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata
syahr (bulan) hanya terdapat 12 kali, sejumlah bulan
dalam setahun.
11
Arab dan Persia), Ham (nenek moyang orang Afrika), Yafat (asal
bangsa Arya yang kemudian melahirkan angsa Eropa dan Asia
Tengah), Kan’an (melahirkan bangsa Pinisia yang dibasmi oleh
Israel). Sebab itu Timur Tengah sering disebut bangsa Smit atau
Semit, Afrika disebut Hamit, sedang Eropa membangsakan diri
sebagai bangsa Arya.
Demikian juga al-Qur’an menyajikan pemberitaan tentang
masa depan yang telah terbukti kemudian dalam perjalanan waktu.
Seperti firman Allah dalam :
12
Khattab mempunyai pendirian yang sama sebelumnya dengan Abu
Lahab, tetapi kemudian memeluk islam. Ternyata Abu Lahab sampai
akhir hayatnya tetap dalam kekafirannya. Kalau saja dia
menggunakan ayat itu untuk menanamkan keraguan terhadap al-
Qur’an dengan menyatakan syahadat, maka al-Qur’an menyatakan
pemberitaan bohong, namun pemberitaan-pemberitaan yang
disampaikan al-Qur’an yang berasal dari Maha Kuasa dan Maha
Mengetahui segalanya.
5. Kadar Kemukjizatan
13
2. Membuktikan bahwa kitab suci al-Qur’an itu adalah benar-benar
wahyu Allah SWT, bukan buatan malaikat Jibril dan bukan
tulisan Nabi Muhammad saw. Sebab pada kenyataannya mereka
tidak bisa membuat tandingan seperti al-Qur’an sehingga
jelaslah bahwa al-Qur’an itu bukan buatan manusia.
3. Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghahnya bahasa
manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni
bahasa Arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab
tandingan yang sama seperti al-Qur’an, yang telah ditantangkan
kepada mereka dalam berbagai tingkat dan bagian al-Qur’an.
4. Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekaya umat manusia
yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya.
Mereka ingkar tidak mau beriman dan sombong tidak mau
menerima kitab suci itu.
5.
14
KESIMPULAN
1.
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khattan, Manna Khalil. Studi Ulumul Qur’an (Bogor; PT. Pustaka Litera
Antar Nusa, 2001)
Mohammad Ali Ash Shabuniy. At-Tibyan fi Ulumil Qur’an (Beirut; Dar al-Irshad)
Quraish Shihab dkk. Sejarah dan Ulumul Qur’an (Cet. III; Jakarta: Pustaka
Pirdaus, 2001)
ii