Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ILMU I’JAZ AL-QUR’AN


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA YOGYAKARTA

Dosen Pembimbing :
Aminah Lc. M.Ag.

Disusun Oleh :

1. Laila Rizki Amalia ) 195551112 )


2. Adit Sahril Muharam ( 195551144 )

PRODI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER


FAKULTAS DIRASAH ISLAMIYAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA YOGYAKARTA
PERIODE 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan...................................................................................2

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

1. Pengertian I’jazul Qur’an..........................................................................3

2. Faktor Penting dalam Memahami I’jazul Qur’an...................................5

1) Kepribadian Nabi Muhammad saw...........................................................5

2) Kondisi masyarakat saat turunnya al-Qur’an............................................6

3) Cara kehadiran al-Qur’an..........................................................................6

3. Macam-Macam I’jazul Qur’an..................................................................7

4. Memahami I’jazul Qur’an dari Berbagai Segi......................................10

1) Dari segi bahasa.......................................................................................10

2) Dari segi isyarat ilmiah............................................................................11

3) Dari segi pemberitaan..............................................................................12

5. Kadar Kemukjizatan................................................................................14

6. Tujuan I’jazul Qur’an..............................................................................14

KESIMPULAN.....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................ii

i
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Allah telah menganugerahkan kepada manusia berbagai keistimewaan
dan kelebihan, serta memberinya kekuatan pikiran cemerlang, yang dapat
menembus segala medan untuk menundukkan unsur-unsur kekuatan alam
tersebut dan menjadikannya sebagai pelayan bagi kepentingan kemanusiaan.
Allah sama sekali tidak menelantarkan manusia tanpa memberinya
sebersit wahyu dari waktu ke waktu, yang membimbingnya ke jalan petunjuk,
sehingga mereka dapat menempuh liku-liku hidup dan kehidupan atas dasar
keterangan dan pengetahuan. Namun mengingat pada awal fase
perkembangannya, akal manusia tidak melihat sesuatu yang lebih dapat
menarik hati selain mukjizat-mukjizat alamiah yang indrawi, karena akal
manusia belum mencapai puncak ketinggian dalam bidang pengetahuan dan
pemikiran.
Allah telah menentukan keabadian mukjizat Islam, sehingga
kemampuan manusia menjadi tak berdaya menandinginya, pembicaraan
tentang kemukjizatan al-Qur’an juga merupakan satu macam mukjizat
tersendiri, dengan berbagai kelebihan-kelebihan yang tidak dapat ditandingi
oleh siapapun. Maka dari itu, marilah kita belajar mengenai i’jazul Qur’an
berikut ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian tentang i’jazul Qur’an ?
2. Apa sajakah faktor-faktor penting dalam memahami i’jazul Qur’an ?
3. Apa sajakah macam-macam i’jazul Qur’an ?
4. Bagaimanakah pemahaman mengenai i’jazul Qur’an dari berbagai
segi ?
5. Bagaimanakah kadar kemukjizatan al-Qur’an dari berbagai pendapat ?
6. Apa sajakah tujuan dalam mempelajari ilmu i’jazul Qur’an ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian-pengertian mengenai i’jazul Qur’an.

1
2. Mengetahui faktor-faktor penting dalam mempelajari ilmu i’jazul
Qur’an.
3. Mengetahui macam-macam i’jazul Qur’an.
4. Mengetahui pemahaman-pemahaman mengenai i’jazul Qur’an dari
berbagai segi.
5. Mengetahui kadar kemukjizatan al-Qur’an dari berbagai pendapat
yang ada.
6. Mengetahui tujuan dari mempelajari ilmu i’jazul Qur’an.

2
PEMBAHASAN

1. Pengertian I’jazul Qur’an

Kata mukjizat secara bahasa bersal dari bahasa arab a’jaza yang
berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang
melemahkan) dinamakan mu’jiz dan bila kemampuan melemahkan pihak lain
amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan maka dinamakan
mukjizat.

I’jaz (kemukjizatan) adalah penetapan kelemahan. Kelemahan


menurut pengertian umum adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu,
lawan dari kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka
nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan). Yang dimaksud
dengan i’jaz ialah menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi
mukjizat yang abadi, yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi
sesudah mereka. Rasulullah telah meminta orang Arab menandingi Qur’an
dalam 3 tahapan :
1. Menantang mereka dengan seluruh Qur’an dalam uslub umum
yang meliputi orang Arab sendiri dan orang lain, manusia
mereka secara padu, melalui Firman Allah :
ِ ‫االنْس واجلِ ُّن ع ٰلۤى اَ ْن يأُْتوا مِبِثْ ِل ه َذا ال ُقر‬
ِ ِ ِ
‫آن اَل‬ ْ َ ْ َ َ ْ ‫قُ ْل لَّئ ِن‬
َ ُ ‫اجتَ َم َعت‬
ٍ ‫ض ُه ْم لَِب ْع‬
‫ض ظَ ِهْيًرا‬ ِ ِ ِ‫مِب‬
ُ ‫يَأُْت ْو َن ثْله َولَ ْو َكا َن َب ْع‬
Katakanlah: “sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul
untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka
tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.
(QS. Al-Isra’ : 88)

3
2. Menantang mereka dengan 10 surah saja dari Qur’an, dalam
firman Allah :
ٍ ٰ‫ قُل فَأْتُوا بِع ْش ِر سو ٍر ِّمثْلِ ِه م ْفَتري‬.‫اَم ي ُقولُو َن ا ْفَت ٰرىه‬
‫ت َّو ْادعُ ْوا َم ِن‬ َ ُ َُ َ ْ ْ ُ َْْْ
‫) فَاِمَّلْ يَ ْستَ ِجْيُب ْوالَ ُك ْم‬١٣( َ ‫اهلل اِ ْن ُكْنتُ ْم ٰص ِدقِنْي‬
ِ ‫استَطَعتُم ِّمن دو ِن‬
ُْ ْ ْ ْ ْ
( ‫اهلل َو اَ ْن آَّل اِٰلهَ اِاَّل ُه َو َف َه ْل اَْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
ِ ‫اعلَموآ اَمَّنَآ اُنْ ِز َل بِعِْل ِم‬
ْ ُ ْ َ‫ف‬
)١٤
Bahkan mereka mengatakan : “Muhammad telah membuat-buat
Al-Qur’an itu”. Katakanlah: “(kalau demikian), maka
datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang
menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang
yang benar”. Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima
seruanmu (ajakanmu) itu Maka Ketahuilah, Sesungguhnya Al-
Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya
tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri
(kepada Allah)? (QS. Hud: 13-14)
3. Menantang mereka dengan 1 surah saja dari Qur’an, dalam
firman Allah :
ِِ
ْ ‫ قُ ْل فَأُْت ْوا بِ ُس ْو َر ٍة ِّمثْله َو ْادعُ ْوا َم ِن‬.ُ‫اَْم َي ُق ْولُْو َن ا ْفَت ٰرىه‬
‫استَطَ ْعتُ ْم ِّم ْن‬
ِِ ِِ ِ
َ ‫ُد ْون اهلل ا ْن ُكْنتُ ْم ٰصدقنْي‬
Atau (patutkah) mereka mengatakan “Muhammad membuat-
buatnya.” Katakanlah: (kalau benar yang kamu katakan itu),
maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan
panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk
membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.” (QS.
Yunus : 38)

4
Kelemahan orang Arab untuk menandingi Qur’an padahal mereka
memiliki faktor-faktor dan potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiri bagi
kelemahan bahasa Arab di masa bahasa ini berada pada puncak keremajaan
dan kejayaan.

Kemukjizatan Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku di


sepanjang zaman dan akan selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar.
Mister-misteri alam yang disingkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah
sebagian dari fenomena hakikat-hakikat tinggi yang terkandung dalam misteri
alam wujud yang merupakan bukti bagi eksistensi pencipta dan
perencanaannya.

2. Faktor Penting dalam Memahami I’jazul Qur’an


Ada 3 hal yang perlu diperhatikan guna mempermudah pemahaman
akan bukti-bukti kemukjizatan al-Qur’an.

1) Kepribadian Nabi Muhammad saw.


Keyakinan terhadap kemukjizatan al-Qur’an dapat diperoleh
melalui penelusuran riwayat hidup Nabi Muhammad saw. Menurut
Quraish Shihab pembuktian kebenaran seorang Nabi tidak harus
melalui mukjizat yang dipaparkan akan tetapi juga dapat dibuktikan
dengan mengenal kepribadian, kehidupan, keseharian, akhlak, dan
budi pekertinya bahkan juga air mukanya.
Siapapun yang mempelajari sejarah hidup Nabi Muhammad
saw dan mengetahui kesederhanaannya pastilah akan menafikan
akan segala macam tuduhan negatif yang ditujukan kepadanya.
Keadaan beliau yang ummi tidak pandai menulis dan membaca,
namun mampu menyampaikan aneka informasi sejarah dan hal-hal
ilmiah yang tidak diketahui oleh masyarakat ilmiah kecuali berabad-
abad sesudahnya.
Terdapat pemahaman yang berbeda-beda tentang makna
ummi. Diantranya, ada yang mengatakan bahwa sebagai bantahan al-
Qur’an bukan buatan dari Nabi Muhammad saw melainkan dari

5
Allah. Pendapat yang lain mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw
diutus dari kalangan orang-orang yang ummi, maka Nabi
Muhammad saw juga harus memiliki sifat ummi sama seperti
mereka agar memudahkan Rasul mengajak kafir Quraish untuk
beriman kepada Allah. Seiring berjalannya waktu, keummian Nabi
sudah hilang ketika keseluruhan ayat telah diturunkan melalui
malaikat Jibril.

2) Kondisi masyarakat saat turunnya al-Qur’an.


Al-Qur’an yang menamai masyarakar Arab sebagai
masyarakat ummiyyin, yang berarti masyarakat yang hanya mampu
menggunakan bahasa ibu, kemampuan mereka baca tulis menulis
dan ketidak mampuan menulis mengantarkan mereka untuk
mengandalkan hafalan, pada gilirannya tingkat kecerdasan dan
ilmiah seseorang diukur dari kemampuan menghafal.
Memahami kondisi masyarakat dan perkembangan
pengetahuan pada masa turunnya al-Qur’an akan menunjang bukti
kebenaran al-Qur’an. Disadari betapa kitab suci al-Qur’an
memaparkan hakikat-hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada masa-
masa terakhir ini.

3) Cara kehadiran al-Qur’an.


Terkadang Nabi Muhammad saw membutuhkan penjelasan
atas sesuatu yang dihadapi tapi penjelasan itu tak kunjung datang.
Seperti kegelisahan yang melanda Nabi ketika telah menerima 10
kali wahyu dan terhenti untuk waktu yang sekian lama
dinantikannya. Musyrikin Mekkah mengejek beliau dengan
mengatakan bahwa “Tuhan telah meninggalkan Muhammad saw dan
membencinya.” Baru kemudian turun surah Adh-Dhuha (1-3):
Demikian itu menunjukkan bahwa wahyu adalah wewenang
Allah SWT walaupun Nabi menghendaki turunnya wahyu, namun
jika Allah belum menghendaki wahyu tidak akan datang. Ini

6
menandakan bahwa wahyu bukan bukan merupakan hasil
perenungan atau bisikan jiwanya.
Kehadiran wahyu juga tidak jarang datang secara tiba-tiba,
bahkan boleh jadi tidak terlintas dalam benak beliau. Ketika ditanya
oleh Arab Quraisy tentang ruh, menurut Ibn Mas’udra. Sejenak
beliau berhenti dan mengangkat kepalanya. (Ketika itu aku tersadar
beliau sedang menerima wahyu, demikian sampai selesainya lalu
beliau menjawab “qulirruhu min amri rabby wama utitum minal ilmi
illa qalila”). Redaksi spontan tersebut menurut kritikus bahasa yang
notabene masih dalam penguasaannya untuk menyusun kata atau
kalimat sendiri. Kesemuanya tetap dipertimbangkan dalam upaya
memahami kemukjizatan al-Qur’an.

3. Macam-Macam I’jazul Qur’an


Al-Qur’an mempunyai daya i’jaz yang luar biasa dari segala segi.
Mulai dari sistematika susunannya dalam mushaf, sampai pemilihan dan
penempatan suatu kata dalam kalimat, redaksi makna yang terkandungnya.
Semua itu merupakan sesuatu yang luar biasa, di atas kesanggupan dan nalar
manusia.
Kondisi ini yang membuat para tokoh sastrawan Arab membisu
karena tak mampu menantangnya, padahal mereka sudah sampai kepada
puncak kesastraan bahasa Arab seperti yang tergambar dalam kisah al-Wali
bin Mughirah, Utbah bin abi Rabi’ah dan lain-lain.
Dalam menjelaskan macam-macam I’jazul Qur’an para ulama berbeda
pendapat. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing, di
antaranya yaitu :
a. Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalam kitab Al-I’jazu al-Adadi Lil
Qur’anil Karim menerangkan bahwa i’jazul Qur’an itu ada 4
macam :
1. Al-I’jazul Balaghi, yaitu kemukjizatan segi sastra
balaghahnya, yang muncul ada pada masa peningkatan
mutu sastra Aarab.

7
2. Al-I’jazul Tasyri’i, yaittu kemukjizatan segi pensyariatan
hukum-hukum ajarannya yang muncul pada masa
penetapan hukum-hukum syariat Islam.
3. Al-I’jazul Ilmu, yaitu kemukjizatan segi ilmu
pengetahuan, yang muncul pada masa kebangkitan ilmu
dan sains di kalangan umat Islam.
4. Al-I’jazul Adadi, yaitu kemukjizatan segi
quantity/matematis, statistik yang muncul pada abad
ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang.
b. Imam al-Khottoby (wafat 388 H), dalam buku al’Bayan fi I’jazil
Qur’an mengatakan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus
pada bidang kebalaghahan saja.
c. Imam al-Jahidh (wafat 255 H), di dalam kitab Nudzumul Qur’an
dan Hujajun Nabawiyah serta al-Bayan wa at-Tibyan
menegaskan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus pada
bidang susunan lafal-lafalnya saja, maksudnya, i’jazul Qur’an
itu hanya 1 macam saja, yaitu kemukjizatan susunannya dengan
semboyan :

‫اال ْع َج َاز اِمَّن اَ ُه َو يِف النَّظَ ِم‬


ِ ‫اِ َّن‬

d. Moh. Ismail Ibrahim, dalam buku yang berjudul Al-Qur’an wa


I’jazihi al-Ilmi mengatakan, orang yang mengamati al-Qur’an
dengan cermat, mereka akan mengetahui bahwa kitab itu
merupakan gudang berbagai disiplin ilmu pengetahuan, baik
ilmu-ilmu lama maupun ilmu-ilmu baru.
e. Menurut al-Qattan, terdapat 3 aspek, yaitu kemukjizatan bahasa,
ilmiah, dan tasyri (perundang-undangan)
f. Abu Hasan al-Nadawi melihat, kemukjizatan al-Qur’an tidak
hanya pada segi kebahasaan saja, tetapi juga pada aspek
cakupan-cakupan informasi keagamaan yang menyeluruh, dan
mengungkapkan kisah-kisah lama yang tidak hidup dalam

8
cerita-cerita rakyat, dan bahkan tidak semuanya dapat terungkap
dalam penelitian sejarah.
g. Al-Qurtubi sendiri mengemukakan 10 aspek i’jaz al-Qur’an :
1. Aspek bahasanya yang mengguli seluruh cabang bahasa
Arab.
2. Aspek eksistensinya yang tidak tertandingi.
3. Aspek gaya bahasanya yang mengungguli keindahan
bahasa Arab.
4. Aspek informasinya yang menembus persoalan-persoalan
ghaib.
5. Aspek hukumnya yang universal dan manusiawi.
6. Aspek keteraturan dan sejalan dengan sains.
7. Aspek pengetahuan yang dikandungnya.
8. Aspek pengaruhnya terhadap kalbu.
9. Aspek pengaruhnya dalam memenuhi kebutuhan dasar
manusia.
10. Aspek kebenaran atas janji-janjinya, baik berupa rahmat
maupun ancaman.

Pandangan ulama yang mempunyai pengamatan dan apresiasi yang


berbeda satu sama lain, dapat disimpulkan bahwa kemukjizatan al-Qur’an
terletak pada 3 hal, yaitu keindahan dan ketelitian bahasanya sehingga
mempengaruhi mereka yang membaca dan yang menyimaknya, berita-berita
ghaibnya, dan ilustrasi ajaran-ajarannya yang memberi isyarat keilmuan.

4. Memahami I’jazul Qur’an dari Berbagai Segi

1) Dari segi bahasa.


Sejarah memperlihatkan bahwa al-Qur’an diturunkan
berdasarkan urutan kejadian dan tidak berdasarkan urutan ayat atau
surah yang terlihat dalam mushaf baku. Bahkan ayat-ayat al-Qur’an

9
terkadang secara spontanitas menjawab persoalan sulit yang dihadapi
oleh Nabi Muhammad saw.
Namun demikian para ahli tetap menilai al-Qur’an memiliki
keindahan gaya bahasa yang tidak tertandingi. Menurut para pakar
bahasa bahwa seseorang dinilai berbahasa dengan baik apabila pesan
yang hendak disampaikan tertampung oleh kata atau kalimat yang
ingin dirangkai, kata yang dipakai tidak asing bagi pendengaran atau
pengetahuan lawan bicara, mudah diucapkan serta kalimat yang
dipakai tidak bertele-tele.
Keseimbangan-keseimbangan jumlah pemakaian kata dalam
redaksi al-Qur’an :
 Kata antonim, seperti al-hayah (kehidupan) dan al-
maut (kematian), masing-masing sebanyak 145 kali.
Kata al-harr dan al-bard, masing-masing 4 kali.
 Kata sinonim, kata al-jahr (nyata) dan al-a’laniyah
(nyata), masing-masing 16 kali. Al-ujub
(membangggakan diri) dengan al-gurur (angkuh),
masing-masing 17 kali. Kata al-harts (membajak) dan
as-zira’ah (bertani), masing-masing 14 kali.
 Dalam jumlah kata yang menunjuk pada akibatnya,
al-kafirun (orang-orang kafir) dan an-nar
(neraka/pembakar), masing-masing sebanyak 154
kali. Kata as-zakah (penyucian) dan al-barakat
(kebajikan yang banyak), masing-masing 32 kali.
Kata al-fahisyah (kekejian) dan al-ghadab (murkah),
masing-masing 26 kali.
 Pemakaian kata dengan penyebabnya, kata as-salam
(kedamaian) dan ath-thayyibat (kebajikan), masing-
masing sebanyak 60 kali. Kata al-asra (tawanan) dan
al-harb (perang), masing-masing 6 kali. Kata al-
mau’izhah (nasihat) dan al-lisan (lidah), masing-
masing 25 kali.

10
 Keseimbangan lainnya yaitu, kata yaum (dalam
bentuk tunggal) sebanyak 365 kali, sesuai jumlah hari
dalam setahun. Sedangkan kata ayyam (dalam bentuk
jamak), yaumain (dalam bentuk mutsanna), jumlah
pemakaian dalam keseluruhan sebanyak 30 kali, sama
dengan jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata
syahr (bulan) hanya terdapat 12 kali, sejumlah bulan
dalam setahun.

2) Dari segi isyarat ilmiah.


Lahirnya teori baru membuat sebagian orang terjebak di dalam
mencari kemungkinan kecocokannya dalam ayat, lalu di takwilkan
sesuai teori ilmiah tersebut. Mereka menginginkan al-Qur’an
mengandung segala teori ilmiah, sehingga mengaitkannya dengan
semua ilmu pengetahuan. Mukjizat ilmiah al-Qur’an bukanlah
terletak pada pencakupan teori-teori ilmiah yang selalu baru dan
berubah, tetapi terletak pada dorongannya untuk berfikir dan
menggunakan akal.
Semua persoalan / kaidah ilmu pengetahuan yang telah mantab
dan meyakinkan itu merupakan manifestasi dari pemikiran valid
yang dianjurkan al-Qur’an, tidak ada pertentangan sedikitpun
dengannya. Ilmu pengetahuan telah maju dan tidak sedikit masalah
yang muncul, namun apa yang telah dianggap paten dan mantab
tidak bertentangan sedikitpun dengan salah satu ayat al-Qur’an.

3) Dari segi pemberitaan.


Al-Qur’an telah memberikan informasi tentang kejadian-
kejadian masa lalu yang tidak mungkin didapatkan dengan jelas
tanpa pemberitaan al-Qur’an. Pemberitaan al-Qur’an bertujuan untuk
kebenaran dan keagamaan sehingga dapat meneguhkan keimanan
terhadap kerasulan.
Penelitian antropologi misalnya, mereka sangat terbantu oleh
kisah Nabi Nuh yang menyelamatkan diri dari banjir besar. Nuh
memiliki 4 orang anak yaitu Sam (melahirkan keturunan bangsa

11
Arab dan Persia), Ham (nenek moyang orang Afrika), Yafat (asal
bangsa Arya yang kemudian melahirkan angsa Eropa dan Asia
Tengah), Kan’an (melahirkan bangsa Pinisia yang dibasmi oleh
Israel). Sebab itu Timur Tengah sering disebut bangsa Smit atau
Semit, Afrika disebut Hamit, sedang Eropa membangsakan diri
sebagai bangsa Arya.
Demikian juga al-Qur’an menyajikan pemberitaan tentang
masa depan yang telah terbukti kemudian dalam perjalanan waktu.
Seperti firman Allah dalam :

‫َسُي ْهَز ُم اجلَ ْم ُع َويُ َولُّْو َن الدُّبَُر‬


Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka pasti akan mundur
ke belakang (QS. Al-Qamar : 45)

Umar bin Khattab r.a bertanya-tanya tentang pasukan yang


dimaksud oleh Allah SWT akan dikalahkan oleh kaum muslimin,
padahal mereka belum memiliki kekuatan karena jumlah mereka
masih sangat sedikit di Makkah waktu itu. Ternyata betul terbukti
ketika terjadinya peristiwa “fathu Makkah” pada tahun 8 H.

ٍ َ‫ت يَ َدا أَيِب هَل‬


‫صلَى‬ َ ‫) َما أَ ْغىَن َعْنهُ َمالُهُ َو َما َك َس‬١( ‫ب‬
ْ َ‫) َسي‬٢( ‫ب‬ َّ َ‫ب َوت‬ ْ َّ‫َتب‬
‫) يِف ِجْي ِد َها َحْب ٌل ِم ْن َم َس ٍد‬٤( ‫ب‬
ِ َ‫) و ْامرأَتُهُ مَحَّالَةَ احلَط‬٣( ‫ب‬
َ َ
ٍ َ‫ات هَل‬
َ َ‫نَ ًارا ذ‬
)٥(
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan seungguhnya Dia akan
binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa
yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang
di lehernya ada tali dari sabut. (QS. Al-Lahab : 1-5)

Abu Lahab disebutkan akan mati dalam keadaan kafir. Padahal


diantara rekannya seperti Khalid bin Walid, Amru bin As, Umar bin

12
Khattab mempunyai pendirian yang sama sebelumnya dengan Abu
Lahab, tetapi kemudian memeluk islam. Ternyata Abu Lahab sampai
akhir hayatnya tetap dalam kekafirannya. Kalau saja dia
menggunakan ayat itu untuk menanamkan keraguan terhadap al-
Qur’an dengan menyatakan syahadat, maka al-Qur’an menyatakan
pemberitaan bohong, namun pemberitaan-pemberitaan yang
disampaikan al-Qur’an yang berasal dari Maha Kuasa dan Maha
Mengetahui segalanya.

5. Kadar Kemukjizatan

1. Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa kemukjizatan itu berkaitan


dengan keseluruhan Qur’an, bukan dengan sebagiannya atau dengan
setiap surahnya secara lengkap.
2. Sebagian ulama berpendapat sebagian kecil atau sebagian besar dari
Qur’an, tanpa harus 1 surah penuh, juga merupakan mukjizat
berdasarkan firman Allah :
3. Ulama yang lain berpendapat, kemukjizatan itu cukup hanya dengan
1 surah lengkap sekalipun pendek, atau dengan ukuran 1 surah, baik
1 ayat atau beberapa ayat.

6. Tujuan I’jazul Qur’an

Dari pengertian yang telah diuraikan di atas, dapatlah diketahui bahwa


tujuan i’jazul Qur’an itu banyak, di antaranya yaitu :
1. Membuktikan bahwa Nabi Muhammad saw yang membawa
mukjizat kitab suci al-Qur’an itu adalah benar-benar seorang
Nabi dan Rasul Allah. Beliau diutus untuk menyampaikan
ajaran-ajaran Allah SWT kepada umat manusia dan untuk
mencanangkan tantangan supaya menandingi al-Qur’an kepada
mereka yang ingkar.

13
2. Membuktikan bahwa kitab suci al-Qur’an itu adalah benar-benar
wahyu Allah SWT, bukan buatan malaikat Jibril dan bukan
tulisan Nabi Muhammad saw. Sebab pada kenyataannya mereka
tidak bisa membuat tandingan seperti al-Qur’an sehingga
jelaslah bahwa al-Qur’an itu bukan buatan manusia.
3. Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghahnya bahasa
manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni
bahasa Arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab
tandingan yang sama seperti al-Qur’an, yang telah ditantangkan
kepada mereka dalam berbagai tingkat dan bagian al-Qur’an.
4. Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekaya umat manusia
yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya.
Mereka ingkar tidak mau beriman dan sombong tidak mau
menerima kitab suci itu.
5.

14
KESIMPULAN

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan nahwa I’jazul Qur’an


merupakan bagian terpenting dari Ulumul Qur’an, karena i’jazul Qur’an berfungsi
sebagai pembawa kebenaran, bahwa al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad saw adalah murni dari Allah SWT dan tidak ada unsur-unsur apapun
yang bisa menandingi arti dan makna yang terkandung dalam al-Qur’an walau 1
ayat, sekalipun dia seorang pakar pujangga satra dan ahli dalam seni bahasa Arab,
dan kita wajib mengimani dan tidak boleh mengingkari kemurnian al-Qur’an

1.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Khattan, Manna Khalil. Studi Ulumul Qur’an (Bogor; PT. Pustaka Litera
Antar Nusa, 2001)

Jalaluddin al-Suyuthi. Al-Itqan fi Ulumil Qur’an (Beirut; Dar al-Fikr, 1979)

Jalal, Abdul. Ulumul Qur’an (Surabaya; Dunia Ilmu, 2000)

Mohammad Ali Ash Shabuniy. At-Tibyan fi Ulumil Qur’an (Beirut; Dar al-Irshad)

Manna Khalil Al-Qattan. Mabahis fi Ulumil Qur’an (Riyad: Maktabah al-Ma’arif,


2000)

Muhammad Abd al-Azim al-Azarqani. Manahilul Irfan fi Ulumil Qur’an


(Kairo;Isa al-Bab al-Halaby)

Quraish Shihab dkk. Sejarah dan Ulumul Qur’an (Cet. III; Jakarta: Pustaka
Pirdaus, 2001)

ii

Anda mungkin juga menyukai