Anda di halaman 1dari 17

KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN

MAKALAH
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan
Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu:
Nurlila Kamsi, M.Pd

Disusun Oleh:
Dasa Wisra Hidupi (23862070001)
Dea Riski Amanda (23862080007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
BUMI SILAMPARI LUBUKLINGGAU
TAHUN 2024 M / 1445 H
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

dengan judul “Kemu’jizatan Al-Quran” guna memenuhi salah satu syarat

perkuliahan Ulumul Qur’an.

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan

makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi

penulis.

Lubuklinggau, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................1
C. Tujuan ........................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Mu’jizat Al-Quran ..................................................................3
B. Aspek-aspek Kemu’jizatan al-Qur’an.............................................................6

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan ..............................................................................................13
B. Saran ........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu objek penting lainya dalam kajian ‘Ulumul Qur’an’ adalah

perbincangan mengenai mukjizat. Persoalan mukjizat, terutama mukjizat Al-

Qur’an , sempat menyeret para teolog klasik dalam perdebatan yang

berkepenjangan, terutama antara teolog dari kalangan Mu’tazilah dan para

teolog dari kalangan Ahlussunnah mengenai konsep shirfah.

Dengan perantara mukjizat, Allah mengingatkan manusia bahwa para

rasul itu merupakan utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit.

Mukjizat yang telah diberikan kepada para nabi mempunyai fungsi yang sama,

yaitu memainkan perananya dan mengatasi kepandaian kaumnya disamping

membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu berada diatas segala-galanya.

Suatu umat yang tinggi pengetahuanya dalam ilmu kedokteran, misalnya

tidak wajar dituntun dengan mukjizat dalam ilmu tata bahasa, begitu pula

sebaliknya. Tuntunan dan pengarahan yang ditunjukan pada suatu umat harus

berkaitan dengan pengetahuan mereka karena Allah tidak akan mengarahkan

suatu umat pada hal-hal yang tidak mereka ketahui. Tujuanya adalah agar

tuntunan dan pengarahan Allah bermakna. Disitulah letak mukjizat yang telah

diberikan kepada para Nabi.(An-Najdi, 1996)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Kemu’jizatan Al-Qur’an?


2. Apa saja aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kemu’jizatan Al-Qur’an.


2. Untuk mengetahui apa saja aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mu’jizat Al-Quran

Kitab suci Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia. Al-Qur’an adalah

mukjizat abadi yang membuktikan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW.

Secara etimologi mukjizat berasal dari kata a’jaza-yu’jizu-i’jaz yang

berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya atau ism fa’il

(yang melemahkan) disebut mu’jiz. tambahan ta’ marbuthoh diakhir kata

sehingga menjadi mu’jizah menunjukkan mubalaghah (superlatif) artinya yang

sangat melemahkan. Secara terminologi yang dimaksud mukjizat atau i’jaz Al-

Qur’an adalah ketidak mampuan siapapun untuk menjawab tantangan Al-

Qur’an sebagai bukti kebenaran Risalah Nabi Muhammad SAW.

Jika kita berkata “Mukjizat Al-Qur’an”, ini berarti mukjizat tersebut

merupakan mukjizat yang dimiliki atau yang terdapat di dalam Al-Qur’an,

bukannya bukti kebenaran yang datang dari luar Al-Qur’an atau faktor

luar.(Shihab, 2014)

Al-Qur’an menantang siapa saja, baik manusia maupun jin, untuk

membuat kitab suci seperti Al-Qur’an. Tantangan Al-Qur’an tersebut

disampaikan dalam tiga tahapan :

Pertama, Allah menantang siapa saja untuk membuat seperti Al-Qur’an

secara utuh. (QS. Al-Isra:88)

3
َ ْ ٰ ْ َ ٰ ْ ُ َّْ ْ َ ٰٓ َ ُّ ْ َ ُ ْ ْ َّ ْ ُ
ْ‫هذا الُق ْران َ لا َيأُت ْو َن بم ْثله َول ْو َك َان َ ب ْع ُض ُهم‬ ْ
‫الجن على ان يأتوا بِ ِمث ِل‬
َََ ْ
ِٖ ِِ ِ ِ ‫ت ال ِانس و‬
ِ ‫قل لى ِِٕن اجتمع‬
َ ْ
‫ِل َبع ٍض ظ ِه ْي ًرا‬

88. Katakanlah, “Sungguh, jika manusia dan jin berkumpul untuk


mendatangkan yang serupa dengan Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat
mendatangkan yang serupa dengannya, sekalipun mereka membantu satu
sama lainnya.”

Kedua, Allah menantang siapa saja untuk membuat seperti Al-Qur’an 10

surat saja. (QS. Hud: 13-14)

ْ ‫ه‬ ْ ُ ْ ْ ُ ْ ََ ْ َ ْ ُ ْ َّ ٰ َ َ ْ ُ ْ َ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ ُ ٰ َ ْ َ ْ ُْ ُ َ ْ َ
‫اّٰلل ِان‬
ِ ‫ت وادعوا م ِن استطعتم ِمن دو ِن‬ ٍ ‫ام يقولون افترىهۗقل فأتوا بِعش ِر سو ٍر ِمثلِ ٖه مفتري‬
َ
ُ ْ ْ َ ُ َّ َ ٰ َّ ْ َ ‫ه‬ ْ َ ْ ُ َ ََّ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ َ ٰ ُْ ُ
‫اّٰلل َوان ل ْٓا ِاله ِالا ه َوۚف َهل انت ْم‬
ِ ‫كنت ْم ص ِد ِق ْين ف ِال ْم ي ْست ِجي ُب ْوا لك ْم فاعل ُم ْوْٓا انمآْ ان ِزل بِ ِعل ِم‬
َ
‫ُّم ْس ِل ُم ْون‬

13. Bahkan, apakah mereka mengatakan, “Dia (Nabi Muhammad) telah


membuat-buat (Al-Qur’an) itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian,)
datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (Al-Qur’an) yang dibuat-buat
dan ajaklah siapa saja yang kamu sanggup (mengundangnya) selain Allah, jika
kamu orang-orang yang benar.”

14. Jika mereka tidak memenuhi ajakanmu, (katakanlah,) “Ketahuilah


sesungguhnya ia (Al-Qur’an) itu diturunkan dengan ilmu Allah dan (ketahui
pula) bahwa tidak ada tuhan kecuali Dia. Apakah kamu mau berserah diri
(masuk Islam)?”

Ketiga, Allah menantang siapa saja untuk membuat seperti Al-Qur’an

satu surat saja.

Tantangan tersebut tidak ada yang bisa menjawabnya pada masa Nabi

masih hidup, setelah Nabi meninggal, sampai saat sekarang ini pun, dan ,

menurut Al-Qur’an sebagaimana dinyatakan didalam surat Al Baqarah:24


ٰ ْ ْ َّ ُ ُ َ ْ َّ َ ُ ْ ُ َ ْ َّ َ َّ ُ َّ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َّ ْ َ
‫الحج َارةۖ ا ِعدت ِللك ِف ِر ْي َن‬
ِ ‫اس َو‬
ُ ‫الن‬ ‫ف ِان لم تفعلوا ولن تفعلوا فاتقوا النار ال ِتي وقودها‬

4
24. Jika kamu tidak (mampu) membuat(-nya) dan (pasti) kamu tidak akan
(mampu) membuat(-nya), takutlah pada api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.

Jika tidak ada seorang pun yang mampu membuat satu surat saja seperti

Al-Qur’an, bagaimana mungkin Nabi Muhammad dapat membuatnya?

Bukankah beliau seorang yang ummiy (tidak bisa membaca dan tidak bisa

menulis).

Al-Qur’an adalah firman Allah SWT, Nabi hanya berfungsi menerima,

kemudian menyampaikan kepada umat apa adanya, tanpa tambahan,

pengurangan atau editing sedikitpun.(Jasmi, 2013)

Berdasarkan kisah-kisah yang diangkat Alquran,as-Suyuthi membagi

mukjizat para nabi pada dua kelompok besar: mukjizat hissiyah(sesuatu yang

dapat ditangkap pancaindra), dan aqliyah(Sesuatu yang hanya dapat ditangkap

oleh manusia). Mukjizat hissiyah diperkenalkan oleh Nabi yang berhadapan

dengan umat terdahulu, seperti Nabi Musa dengan tongkatnya yang dapat

berubah menjadi ular dan Nabi Isa yang dapat menghidupkan orang meninggal

menyembuhkan orang yang sakit buta dengan izin Allah. Mukjizat ‘aqliyah

diperkenalkan Nabi Muhammad Saw. karena sifatnya adalah tantangan

terhadap daya nalar,Kemu’jizatan Alqur'an tidak dapat berakhir dengan

wafatnya Nabi Muhammad Saw. Alquran tetap menantang Siapa saja yang

ingin dan berusaha untuk menyayangi nya termasuk generasi manusia setelah

Rasul bahkan umat manusia Hari Ini, Esok, dan terus sampai hari akhir.(Asrar,

2019)

5
Yang membedakan al-Qur’an dari mukjizat lain dan kitab lainnya yaitu

penjagaan isi Al-qur’an dijaga dan di pelihara langsung oleh Allah sampai hari

kiamat oleh karena itu tidak perlu di ragukan lagi keaslian dan kebenarannya.

Al-Qur’an menuntun kita dari masa lalu, masa kini, hingga masa depan. Dalam

Al-Qur’an terdapat banyak petunjuk-petunjuk untuk kehidupan, ilmu

pengetahuan bahkan astronomi. Allah melibatkan hambanya dalam menjaga

Al-Qur’an. Ada beberapa macam cara pemeliharaan Al-Qur’an oleh Allah

yaitu melalui hafidz Qur’an dengan anugerah yang Allah berikan kepada

penghafal al-Qur’an dengan hafalannya. Dengan penghafalan Al-Qur’an isi

dalam Al-Qur’an dapat terpelihara keaslian dan kesalahan penulisannya. Oleh

karena itu Allah memberi tempat yang tinggi bagi penghafal Qur’an karena

telah menjaga Al-Qur’an.(Aisiyah et al., 2022)

B. Aspek-aspek Kemu’jizatan al-Qur’an

Al-Buthi juga mengapresiasi terhadap Kemu’jizatan al-Qur’an secara

umum, yang diringkas ke dalam tiga aspek saja, yakni:

Pertama: Kemu’jizatan al-Qur’an yang berkenaan dengan hal-hal yang

gaib. Seperti informasi tentang kekalahan bangsa Romawi, peristiwa fathu

Makkah(pembebasan kota Makkah), kemenangan peperangan Badar, dan lain-

lain yang diinformasikan al-Qur’an jauh-jauh hari sebelum peristiwa itu sendiri

benar-benar terjadi.

Kedua: Kemu’jizatan al-Qur’an yang berkenaan dengan informasi masa

lampau yang teramat jauh. al-Qur’an mengabarkan sejumlah informasi masa

lalu yang teramat panjang perjalanannya. Yakni, sejak zaman kejadian manusia

6
pertama Adam a.s. hingga Nabi Muhammad SAW. Yang tidak pernah

diketahui oleh siapapun dan dari kalangan mana pun kecuali melalui kitab-

kitab samawi yang terdahulu. Padahal, Nabi Muhammad SAW sendiri adalah

seorang Nabi yang ummi (tidak pandai baca tulis), lebih-lebih sebelum masa-

masa kenabian dan kersulannya. Semua informasi ini jelas-jelas termaktub

dalam al-Qur'an.

Ketiga: Kemu’jizatan al-Qur’an dari segi pensyariatan hukum. Al-

Qur’an mengandung aturan-aturan hukum (syariat) yang sangat dalam,

universal, dan lengkap dalam mengatur urusan-urusan hidup dan kehidupan

umat manusia. Baik yang berlingkup spesifik (khusus) maupun yang berskala

umum dan universal.

Berikut ini akan dibahas tiga macam aspek Kemu’jizatan al-Qur’an

seperti; aspek bahasa, aspek ghaib, dan aspek ilmiah:

1. Kemu’jizatan dalam aspek Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan Al-Quran berbeda dengan gaya bahasa

yang digunakan oleh orang-orang Arab. gaya bahasa Al-Qur’an membuat

orang Arab pada saat itu kagum dan terpesona. Walaupun Al-Quran

menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya, kalimat demi

kalimat mengandung unsur sastra yang sangat baik namun tetap mudah

dipahami tanpa mengurangi sedikitpun kandungan misteri di dalamnya.

Hal tersebut karena keistimewaan aspek gaya ba- hasa yang digunakan oleh

Al-Quran. Bahkan, Umar bin Khaththab pun yang mu- lanya dikenal

sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW dan bahkan

7
berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk Islam dan

beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-

ayat Al- Qur’an. Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya

sebaik apapun.

Rahasia-rahasia Kemu’jizatan Al-Qur’an dari segi bahasa dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

 Keteraturan bunyinya yang indah melalui nada huruf-hurufnya ketika

ia mendengar harakat dan sukun-nya, madd dan ghunnah-nya, fasilah

dan maqtha’-nya, sehingga telinga tidak pernah merasa bosan, bahkan

ingin senantiasa terus mendengarnya.

 Lafazh-lafazhnya yang memenuhi setiap makna pada tempatnya. Tidak

satu pun di antara lafazh-lafazh itu yang dikatakan sebagai kelebihan.

Juga tak ada seorang peneliti terhadap suatu tempat (dalam Al-Qur’an)

menyatakan bahwa pada tempat itu perlu tambahkan sesuatu lafazh

karena ada kekurangan.

 Dalam macam-macam khithab di mana berbagai golongan manusia

yang berbeda tingkat intelektualitasnya dapat memahami khithab itu

sesuai dengan tingkatan akalnya, sehingga masing-masing dari mereka

memandangnya cocok dengan tingkatan akalnya dan sesuai dengan

keperluannya, baik mereka orang awam maupun kalangan ahli.

 Sifatnya yang dapat memuaskan akal dan menyenangkan perasaan. Al-

Qur’an dapat memenuhi jiwa manusia, pemikiran maupun perasaan,

secara sama dan imbang.

8
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa semua aspek yang

dikandungnya-seperti telah kita sebutkan, berada dalam satu batas

keindahan sistem dan keelokan susunan tanpa adanya perbedaan dan

penurunan derajat. Maka semakin kita mengerti bahwa Al-Qur’an adalah

menjadi sesuatu yang berada di luar batas kemampuan

manusia.(Abdurrahman, 2016)

2. Kemu’jizatan dalam aspek ghaib

Allah berfirman dalam QS. Al-An’am 6: 59

َّ َ ُ ُ َ ْ ْ َْ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ْ َْ ُ َ َ ْ
‫۞ َو ِعند ٗه َمف ِاتح الغي ِب لا َيعل ُم َهآْ ِالا ه َوۗ َو َيعل ُم َما ِفى الب ِر َوال َبح ِرۗ َو َما ت ْسقط ِم ْن َّو َرق ٍة ِالا‬
ٰ َّ َ ْ َ َْ ُ ُ َ َ َ ْ
‫َيعل ُم َها َولا حَّب ٍة ِف ْي ظل ٰم ِت الا ْر ِض َولا َرط ٍب َّولا َي ِاب ٍس ِالا ِف ْي ِكت ٍب ُّم ِب ْي ٍن‬

59. Kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang
mengetahuinya selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di
laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya.
Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu
yang basah atau yang kering, melainkan (tertulis) dalam kitab yang nyata
(Lauhulmahfuz).

Salah satu kekuatan al-Qur’an yang sekaligus menjadi mukjizatnya

adalah pemapa- ran kisah-kisah lama yang sudah tidak hidup lagi dalam

cerita-cerita Arab saat itu, dan tidak mungkin akan ditemukan secara

keseluruhan dalam kajian-kajian kese- jarahan.

Informasi al-Qur’an tentang kejadian masa lampau cukup banyak, yang

semuanya akan menunjukkan betapa mustahilnya ilmu tersebut berasal

dari diri Muhammad sendiri. Dan berikut ini beberapa contoh dari kisah-

kisah tersebut:

9
 Kisah Nabi Nuh as

Keterangan ini ditegaskan dalam QS. Hūd: 49

َّ ْ ْ َ َ ٰ ْ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ
‫ِتلك ِمن انْۢبا ِۤء الغي ِب نو ِحيهآْ ِاليكۚما كنت تعلمهآْ انت ولا قومك ِمن قب ِل هذاۚفاص ِبرۚ ِان‬
َ َّ ْ َ َْ
ࣖ ‫الع ِاق َبة ِلل ُمت ِق ْين‬

49. Itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan
kepadamu (Nabi Muhammad). Tidak pernah engkau mengetahuinya dan
tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka, bersabarlah. Sesungguhnya
kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

Ayat ini diturunkan dalam konteks pemberitaan kisah Nabi Nuh dan para

pengi- kutnya yang menyelamatkan diri dari musibah banjir besar sebagai

cobaan bagi para penantang dakwahnya. Al-Qur’an juga mengisahkan

nabi-nabi lain, seperti Nabi Ibrahim, Ismail, Luth, Ya‘qub, Musa, Harun,

dan nabi lainnya, yang semuanya sulit diketahui umat manusia tanpa

wahyu.

 Tenggelam dan Selamatnya Jasad Fir‘aun

Ditemukan sekitar 30 kali Allah SWT menguraikan kisah Mūsā dan

Fir‘aun dalam al-Qur’an, yaitu kisah yang tidak diketahui masyarakat

ketika itu kecuali melalui kitab Perjanjian Lama. Akan tetapi, menjadi

suatu hal yang menakjubkan bahwa Nabi SAW—melalui al-Qur’an—

telah mengungkap suatu rincian yang sama sekali tidak diungkap oleh satu

kitab pun sebelumnya, bahkan tidak diketahui kecuali oleh mereka yang

hidup pada masa terjadinya peristiwa tersebut, yaitu pada abad XII SM.

Dalam al-Qur’an, kisah Fir‘aun, misalnya, diungkapkan oleh QS. Yūnus:

90-92:

10
ُ َ َ ْ َ َ ‫َ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ ْ َ ْ ُ َ ُ ُ ْ ُ ٗ َ ْ ً َّ َ ْ ً َ ه‬
‫۞ وجاوزنا ِبب ِن ْٓي ِاسرا ِۤءيل البحر فاتبعهم ِفرعون وجنوده بغيا وعدواۗحت ْٓى ِاذآْ ادركه‬
ْ َ ٰ ْ ٰۤ َ ْ ََ۠ َ ْ ُ ْ َ ٰ ْ َّ َّ َ ٰ َ ٗ ََّ ُ ْ َ ٰ َ َ ُ َ َ ْ
‫ي ا َمنت ِب ٖه َبن ْوْٓا ِاس َرا ِۤء ْيل َوانا ِم َن ال ُم ْس ِل ِم ْين الـ َن َوقد‬ ْٓ ‫الغرق قال امنت انه ل ْٓا ِاله ِالا ال ِذ‬
َ َّ ً ٰ َ َ ْ َ ُ َ َ َ ْ ْ ُ
‫ۗواِ ن ك ِث ْي ًرا‬َ ‫ك ل َتك ْو َن ل َم ْن خلفك ا َية‬ ‫ن‬‫د‬ َ ‫َع َص ْي َت َق ْب ُل َوك ْن َت م َن ال ُم ْفسد ْي َن َفال َي ْو َم ُن َنج ْيك ب‬
‫ب‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ َٰ َ ٰ َ َّ َ
ࣖ ‫اس ع ْن ا ٰي ِتنا لغ ِفل ْون‬ ِ ‫ِمن الن‬

90. Kami jadikan Bani Israil bisa melintasi laut itu (Laut Merah). Lalu,
Fir‘aun dan bala tentaranya mengikuti mereka untuk menganiaya dan
menindas hingga ketika Fir‘aun hampir (mati) tenggelam, dia berkata,
“Aku percaya bahwa tidak ada tuhan selain (Tuhan) yang telah dipercayai
oleh Bani Israil dan aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah
diri kepada-Nya).”

91. Apakah (baru) sekarang (kamu beriman), padahal sungguh kamu


telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan?

92. Pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar kamu menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang setelah kamu. Sesungguhnya
kebanyakan manusia benar-benar lengah (tidak mengindahkan) tanda-
tanda (kekuasaan) Kami.

Konteks pembicaraan mukjizat dalam ayat di atas, yaitu “hari ini Kami

selamatkan badanmu, agar engkau menjadi pelajaran bagi generasi

sesudahmu”. Tentang tenggelamnya Fir‘aun di Laut Merah ketika

mengejar Musa dan kaumnya, sudah diketahui. Tetapi menyangkut

keselamatan badannya dan menjadi pelajaran bagi generasi sesudahnya

merupakan satu hal yang tidak diketahui siapa pun pada masa Nabi

Muhammad SAW bahkan tidak disinggung oleh Perjanjian

Lama.(Mustaqim et al., 2021)

11
3. Kemu’jizatan dalam aspek Isyarat Ilmiah

Aspek lain dari kemukjizatan al-Qur’an adalah banyaknya isyarat ilmiah

yang dikemukakan di dalamnya yang kesemuanya belum diketahui

manusia kecuali pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini. Nabi

Muhammad yang ummī tentu saja tidak akan mengetahuinya jika tidak

diberi wahyu oleh Allah yang Maha Mengetahui.(Nurkhatiqah et al., 2022)

Isyarat-isyarat ilmiah itu dapat dilihat dalam beberapa bidang ilmu

pengetahuan. Misalnya:

1) Astronomi (Penciptaan alam, bentuk bulat oval bumi, matahari

berotasi, Bintang-Bintang dan Planet-Planet, Lapisan Gas Sebelum

Penciptaan Galaksi, Sinar Bulan Pantulan dan Sinar Matahari dari

Dirinya).

2) Geologi (Gunung-gunung sebagai pasak, gunung-gunung berdiri

tegak).

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Secara etimologi mukjizat berasal dari kata a’jaza-yu’jizu-i’jaz yang berarti

melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya atau ism fa’il (yang

melemahkan) disebut mu’jiz. tambahan ta’ marbuthoh diakhir kata sehingga

menjadi mu’jizah menunjukkan mubalaghah (superlatif) artinya yang

sangat melemahkan. Secara terminologi yang dimaksud mukjizat atau i’jaz

Al-Qur’an adalah ketidak mampuan siapapun untuk menjawab tantangan

Al-Qur’an sebagai bukti kebenaran Risalah Nabi Muhammad SAW.

2. Aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an, yaitu: Aspek Bahasa, Aspek Ghaib,

dan Aspek Isyarat Ilmiah.

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat, kami berharap para pembaca sudi

memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi

sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis,

khususnya juga bagi para pembaca. Apabila terdapat kesalahan dalam

penulisan makalah ini mohon dimaafkan

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. (2016). Mukjizat Al-Qur’an Dalam Berbagai Aspeknya. Jurnal


Pusaka, 8(2016), 68–85.

Aisiyah, A., Kumala, I. Z., & Yanti, R. (2022). Urgensi Kemukjizatan al-Quran
dimasa Moden. Advances in Humanities and Contemporary Studies, 3(1), 55–
62.

An-Najdi, A. Z. (1996). Preview_ Al-Qur’an dan rahasia angka-angka.


Asrar, M. (2019). Mengeksplanasi Mukjizat Al-Qur’an. Al-I’jaz : Jurnal Studi Al-
Qur’an, Falsafah Dan Keislaman, 1(1), 63–78.
https://doi.org/10.53563/ai.v1i1.11

Jasmi, K. A. (2013). AL-QURAN SATU MUKJIZAT YANG MENAKJUBKAN


Kamarul Azmi Jasmi ‘Atiqah Selamat. Skudai, 252–268.

Mustaqim, M., Afan, M., & Umam, M. C. (2021). Memahami Mukjizat Al-Qur’an
Perspektif Tasyri’, Mafaatihul Ghaib, dan Sains. AL QUDS : Jurnal Studi
Alquran Dan Hadis, 5(2), 801. https://doi.org/10.29240/alquds.v5i2.2393

Nurkhatiqah, A., Fitri, C., & Rahmatina, D. (2022). Bedah Makna, Unsur Dan
Aspek Ijaz Al-Quran. MUSHAF JOURNAL: Jurnal Ilmu Al Quran Dan Hadis,
2(2), 150–158. https://doi.org/10.54443/mushaf.v2i2.29

Shihab, M. Q. (2014). Mukjizat Al-Quran_ Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Aspek


Ilmiah, dan.

Anda mungkin juga menyukai