MAKALAH
Alhamdulillah segala puji bagi Allah subhanahu wa-taʿala, sang pencipta alam
semesta beserta isinya untuk kepentingan hidup manusia. Shalawat dan salam semoga
selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta
keluarga, para sahabat, dan pengikutnya.
Dengan izin Allah Penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kemukjizatan Al-Qur’an” tepat pada waktu yang ditentukan. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas Studi Al-Qur’an yang diampu oleh Ibu Dosen Dr. Hj.
Nelvawita, S. Ag., M.A. Penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan
saran kami harapkan dari dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa yang
membacanya agar bisa memperbaiki pembuatan makalah Penulis di waktu mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk ke depannya bagi Rekan-rekan
mahasiswa lainnya. Aamiin.
1
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 3
A. Kesimpulan................................................................................................................. 10
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT. Menciptakan umat manusia kedalam bentuk fisik yang sangat indah. Hal
ini dinyatakan oleh Allah lewat firman-Nya;
َْ ْ َ َ ْ ْ َ َْ َ ْ ََ
٤ ٍۖلقد خلقنا ال ِان َسان ِف ْ ْٓي اح َس ِن تق ِو ْيم
1
Ar-Rumi, Fahd Abdurrahman. 2016. Ulumul Quran.(Yogyakarta: Aswaja Pressindo). Hlm. 1
2
Ibid., Hlm. 2-4
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Mukjizat
Secara bahasa, I’jaz berarti “keluputan” juga berarti “ membuat tidak mampu” juga
berarti “terwujudnya ketidakmampuan”. Sedangkan, menurut istilah I’jaz ialah sesuatu
yang membuat manusia tidak mampu, baik secara sendiri ataupun bersama sama, untuk
mendatangkan yang seperti itu.3
I’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian
umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari qudrah (potensi, power,
kemampuan). Yang dimaksud I’jaz dalam pembahasan ini adalah menampakkan
kebenaran nabi dalam pengakuannya sebagai seorang rasul, dengan menampakkan
kelemahan orang arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-qur’an, dan
kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Dan mukjizat adalah sesuatu hal luar biasa
yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan. 4
Rasulullah telah meminta orang arab menandingi al-quran dalam tiga tahapan:
1). Menantang mereka dengan seluruh Al-quran dalam uslub (metode) umum yang
meliputi orang arab sendiri dan orang lain, manusia dan jin dengan tantangan yang
mengalahkan kemampuan mereka secara padu melalui firman-Nya:
ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ٰ ُْ َ ٰ ْ ُ ْ ْ َ ٰٓ َ ْ َ ُ ْ ْ َ ََ ْ َّ ْ ُ
ٍالج ُّن على ان َّيأت ْوا ِب ِمث ِل هذا الق ْرا ِن لا َيأت ْون ِب ِمث ِل ٖه َول ْو كان َبعض ُه ْم ِل َبع
ِ قل لى ِِٕن اجتمع ِت ال ِانس و
َ
٨٨ ظ ِه ْي ًرا
“katakanlah: sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”(Q.S Al-
Isra’:88).
2). Menantang mereka dengan sepuluh surat saja dari Al-quran, dalam firman-Nya:
َْ ٰ ْ ُْ ُ ْ ه ْ ُ ْ ْ ُ ْ ََ ْ َ ْ ُ ْ َّ ٰ َ َ ْ ُ ْ َ ُ ْ َ ُْ ْ َ ْ ُ ُ ٰ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ
١٣ اّٰلل ِان كنتم ص ِد ِقين
ِ ام يقولون افترىهۗقل فأتوا ِبعش ِر سور ِمث ِل ٖه مفتريت وادعوا م ِن استطعتم ِمن دو ِن
3
Al-Athar, Dawud. 1994. Perspektif Baru Ilmu Al-Qur’an. (Bandung: Pustaka Hidayah). Hlm. 50
4
Al-Qatthan, Syaikh Manna'. 2008. Pengantar Studi Ilmu Al-Alquran.(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar). Hlm. 323
4
(jika demikian), maka datanglah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan
panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu
memang orang-orang yang benar.”(Hud: 13).
3). Menantang mereka dengan satu surat saja dari Al-quran, dalam firman-nya:
ْ
َ ٰ ُْ ُ ْ ه ُ ْ ُ ْ ََ َ ْ ُ ْ ْ ُْ َ ْ ُ ُ ٰ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ
٣٨ اّٰلل ِان كنت ْم ص ِد ِق ْين ْ
ِ ام َيقولون افترىهۗ قل فأتوا ِب ُسو َرة ِمث ِل ٖه َوادعوا م ِن ْاستطعت ْم ِمن د ْو ِن
َ ٰ
٢٣ ص ِد ِق ْين
“Dan jika kamu (tetap) dalam keadaan ragu tentang al -quran yang kami
wahyukankepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surat saja yang semisal
al-quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang
yang benar .” (Al-Baqarah: 23).5
Orang yang mempunyai sedikit saja pengetahuan tentang sejarah bangsa Arab dan
sastra bahasanya, tentu akan mengetahui faktor-faktor bagi diutusnya Rasulullah yang
meninggikan bahasa Arab, menghaluskan tutur-katanya dan mengumpulkan ragam
dialeknya yang paling baik dari pasar-pasar sastra dan perlombaan puisi dan prosa.
Sehingga muara aliran fasahah dan peredaran kalam yang retorik berakhir pada bahasa
Quraisy, dengan bahasa mana Al-Qur'an diturunkan. Selain itu, bangsa Arab
mempunyai kebanggaan diri yang mereka unggul-unggulkan atas bangsa-bangsa lain
dengan congkak dan sombong, sehingga menjadi perumpamaan di dalam sejarah yang
mencatat 'kejayaan' mereka karena pertempuran dan peperangan hebat yang dinyalakan
oleh api kesombongan dan kecongkakan.6
Bangsa seperti mereka, dengan terpenuhinya potensi kebahasaan dan kekuatan
retorika yang dinyalakan oleh semangat kesukuan dan dikobarkan oleh tungku
fanatisme, andai kata telah dapat menandingi Al-Qur'an tentu hal demikian akan
menjadi buah bibir dan beritanya akan tersiar di setiap generasi. Sebenarnya mereka
telah dapat menelaah ayat-ayat Al-Qur'an, membolak-baliknya dan mengujinya dengan
5
Ibid., Hlm.324
6
Al-Qatthan, Syaikh Manna'. Opcit., Hlm. 325-326
5
metode yang mereka gunakan untuk menguntai puisi dan prosa, namun mereka tidak
mendapatkan jalan untuk menirunya atau celah-celah untuk menghadapinya.
Sebaliknya, yang meluncur dari mulut mereka adalah kebenaran yang membuat mereka
bisu secara spontan ketika ayat-ayat Al-Qur'an menggoncangkan hati mereka, seperti
yang terjadi pada Al-Walidbin Mughirah. Dan di saat sudah tidak sanggup lagi berdaya
upaya, mereka melemparkan kepada Al-Qur'an itu kata-kata yang membingungkan.
Mereka mengatakan, “Al-Qur'an adalah sihir yang dipelajari, karya penyair gila, atau
dongengan bangsa purbakala.” Mereka tidak dapat menghindar lagi di hadapan
kelemahan dan kesombongannya selain harus menyerahkan leher kepada pedang;
seakan-akan keputusasaan yang mematikan telah memindahkan para penderitanya dari
pandangan mereka terhadap kehidupan panjang dan umur panjang ke saat kematian,
sampai akhirnya mereka menyerah kepada kematian. Dengan demikian terbuktilah
sudah kemukjizatan Al-Qur'an. Tanpa diragukan lagi.
6
dalam surah tersebut. Ia pun termenung-menung memikirkan keindahan gaya bahasanya
kemudian, ia pun kembali ke kaumnya tanpa mengatakan sepatah dua patah apapun
kepada Rasulullah saw.7
Selain keindahan gaya bahasanya, ketelitian redaksi Al-Quran pun sunguh luar
biasa biasa dan tiada taranya.Tidak mungkin ada manusia yang bisa membuat susunan
ayat sebagai mana yang terdapat dalam Al-Quran. Kita tahu bahwa Al-Quran diturunkan
secara bertahap dalam waktu menghambat 23 tahun tahan.Dalam jangka waktu itu, ayat-
ayat Al-Quran sering kali diputar secara “spontan” guna menjawab pertanyaan atau
menimpa suatu peristiwa. Misalnya pertanyaan orang Yahudi tentang hakikat ruhyang
sangat pelik. Pertanyaan ini dijawab secara langsung, sehingga tidak memberikan ruang
untuk berpikir dan memberi jawaban dengan redaksi yang indah dan tepat, apalagi
dengan ketelitian yang luar biasa.8
7
Emsoe, A., Ranoedarsono, A. 2009. Kisah Menakjubkan Al-Alquran. (Bandung:Salamadani). Hlm. 69
8
Ibid., Hlm. 70-72
9
Ibid., Hlm. 83
7
Ayat ini turun sebagai penyangkalan terhadap Ady bin Abi Rabi'ah, seorang tokoh
kafir Quraisy. Suatu ketika, Ady meminta Rasulullah saw. untuk menjelaskan tentang
Hari Kiamat. Dengan senang hati, beliau pun memenuhi permintaannya tersebut.
Namun, setelah Rasulullah saw. selesai berbicara, 'Ady bin Abi Rabiah Malah berkata
dengan nada menghina,”seandainya aku menyaksikan hari itu, pasti saya tidak akan
percaya. Apakah mungkin Allah akan menghimpun kembali tulang-belulang orang-
orang yang sudah mati? ”penyangkalan Rabi'ah ini dijawab langsung oleh Allah SWT
dengan turunnya ayat tersebut. Mengapa Allah SWT menyebut jari jemari sebagai sebagi
contoh kekuasaan-Nya? Mengapa Dia tidak nama anggota tubuh lain? Wallahua'lam.
Ternyata jari jemari manusia termasuk anggota badan yang pagar sulit
direkontruksi. Susunannya teramat rumit dan kompleks karena itu, tak heran bahwa
Allah Swt. menyebut jari-jemari sebagai pemisalan. Dia ingin menyatakan kepada
orang-orang kafir, tidak hanya menyalakan kembali orang-orang yang sudah mati,
merekontruksi bagian tubuh yang pagar sulit permainan kata-kata sangat mudah untuk.
Tidak ada yang tidak mungkin bagi Dzat yang Maha kuasa. Allah hiasi ujung-ujung jari
jemari pun, dengan kuku-kuku yang indah dan lembut.
3. Pembicaraan tentang Masa Lalu dan Masa yang Akan Datang
Al-Quran adalah kitab sejarah sekaligus kitab yang sangat futuristik. kisah-kisah
masa lalu dan umat-umat terdahulu bercerita dengan sangat berjudi juga nasib-nasib
kaum yang menentang Allah dan kaum-kaum yang mengabdikan kebenaran. Allah Swt
berfirman dalam surah An-Nahl:36
ُ َّ َ ً ُ ُ َْ َ ْ ََ
ْ ُ اغ ْو َت َفم ْن ُه ْم َّم ْن َه َدى ه
اّٰلل َو ِمن ُه ْم َّم ْن
َ ْ َ اع ُب ُدوا ه
اّٰلل َواجت ِن ُبوا الط
ْ
َولقد َبعثنا ِف ْي ك ِل اَّمة َّر ُس ْولا ا ِن
ِ
َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ ُْ َ َْ َ ُ َ ٰ َّ َ َ ْ َّ َ
٣٦ حقت عل ْي ِه الضللةۗ ف ِس ْي ُر ْوا ِفى الا ْر ِض فانظ ُر ْوا ك ْيف كان ع ِاق َبة ال ُمك ِذ ِب ْين
“Dan sesunguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan, sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu, maka diantara umat itu
ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antara orang-orang
yang telah pasti kesesatan untuk. Maka, berjalan lah kamu dimuka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (para
Rasul”).10
10
Ibid., Hlm. 88
8
Al-Quran bukanlah ciptaan manusia. Al-Quran adalah kalam Dzat Yang Maha
kuasa, pembuat segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Allah yang ilmu-Nya meliputi
segala sesuatu. Tentunya, Al-Quran tidak hanya bebas dari segala pertentangan, akan
tetapi setiap penggal informasi yang dikandungnya semakin mengungkapkan
kemukjizatan Al-Quran hari demi hari.11
Al-Qur'an telah memberikan tantangan agar didatangkan sesuatu yang sama persis
dengan Al-Qur'an; dengan keseluruhannya seperti dalam surah Al-Isra':88, dengan
sepuluh surat, seperti termaktub dalam surah Hud:13, atau dengan satu surat; seperti
dalam surah Yunus:38, juga dengan satu ayat seperti dalam Ath-Thur:34.12
11
Ibid., Hlm. 90-91
12
Al-Qatthan, Syaikh Manna'. Opcit., Hlm. 330-331
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara bahasa, I’jaz berarti “keluputan” juga berarti “ membuat tidak mampu” juga
berarti “terwujudnya ketidakmampuan”. Sedangkan, menurut istilah I’jaz ialah sesuatu
yang membuat manusia tidak mampu, baik secara sendiri ataupun bersama sama, untuk
mendatangkan yang seperti itu.
I’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian
umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari qudrah (potensi, power,
kemampuan).
Kemukjizatan Al-Quran dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: (1) aspek keindahan dan
ketelitian redaksinya; (2) isyarat-isyarat ilmiah yang diungkapkannya; dan (3)
pembicaraan tentang masa lalu dan masa yang akan datang.
Al-Qur'an telah memberikan tantangan agar didatangkan sesuatu yang sama persis
dengan Al-Qur'an; dengan keseluruhannya seperti dalam surah Al-Isra':88, dengan
sepuluh surat, seperti termaktub dalam surah Hud:13, atau dengan satu surat; seperti
dalam surah Yunus:38, juga dengan satu ayat seperti dalam Ath-Thur:34.
10
DAFTAR PUSTAKA
11