Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kita atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”Mukjizat Al-
Quran”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca untuk kedepannya dan dapat memperbaiki bentuk apapun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kata maupun tata
bahasanya karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami kami. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Rajadesa, Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Definisi Mukjizat......................................................................................................3
B. Macam-Macam Kemukjizatan Al-Qur’an................................................................4
C. Tujuan dan Fungsi Mukjizat..................................................................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................................12
A. KESIMPULAN.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT. Menciptakan ummat manusia kedalam bentuk fisik yang sangat
indah. Hal ini dinyatakan oleh Allah lewat firmanNya:
‫لَقَ ْد خَ لَ ْقنَا اإْل ِ ْن َسانَ فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِويم‬
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya (Q.S. at-tiin:4)”. Manusia diciptakan pada dua bagian, yaitu ruh dan tubuh
yang masing masing mempunyai “kebutuhan” sendiri-sendiri, jasad/tubuh (dan
benda material) membutuhkan makanan berupa materi, yakni dalam bentuk
makanan dan minuman. Allah SWT Memberi fasilitas gerak kepada tubuh dalam
memperoleh kebutuhannya, betupa kedekatannya kepada kebutuhan tersebut.
Dengan demikian kebutuhan bisa didapat lewat menanam dan memelihara
tumbuh-tumbuhan sehingga berbuah, maka bisa dipastikan bahwa tidak ada
kekuatan yang bisa dihasilkan oleh tubuh untuk mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan.
Adapun kebutuhan ruh diberikan Allah dalam jarak yang dekat, dan diutusnya
para rasul untuk memberi bimbingan hidayah dalam rangka “menuju” Allah. Di
samping itu Allah juga menganugerahkan akal untuk memupuk keimanan dan
ketaqwaan kepada-Nya. Jika sekelompok ummat manusia berbelok arah dari jalan
Allah, maka Allah mengutus seorang rasul berasal dari kalangan kelompok mereka,
yang berfungsi untuk mengajak mereka kembali ke jalan Allah SWT, dan Allah
menampakkan mukjizat-mukjizat yang dianugerahkan kepada rasul-Nya sebagai
argumentasi kebenaran berita disampaikan rasul bersangkutan kepada kaumnya.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap mukjizat yang diberikan kepada
rasul dan para nabi tidak bisa ditandingi oleh kekuatan apapun dari kaumnya, atau
secara otomatis bisa melampui kemampuan yang dimiliki kaumnya. Fungsi mukjizat
adalah untuk dijadikan sebagai alat argumentasi dan dalil yang benar serta
merupakan petunjuk yang nyata. Demikian juga halnya dengan mukjizat-mukjizat
yang Allah SWT tampakkan lewat para rasul dan para nabi-Nya menjadi bahan
pembicaraan di kalangan kaumnya, karena masih berada dalam jangkauan
pemikiran mereka, bahkan yang penting mukjizat itu secara fair melampaui
kemamapuan yang dimiliki mereka dan sesuai dengan masanya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi mukjizat?
2. Apa saja aspek-aspek kemukjizatan al-Qur’an?
3. Apa tujuan dan fungsi mukjizat?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi mukjizat dan pengukuhannya.
2. Mengetahui apa saja aspek-aspek kemukjizatan al-Qur’an.
3. Mengetahui tujuan dan fungsi mukjizat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Mukjizat
Secara bahasa, I’jaz berarti “keluputan” juga berarti “ membuat tidak mampu”
juga berarti “terwujudnya ketidakmampuan”. Sedangkan, menurut istilah I’jaz ialah
sesuatu yang membuat manusia tidak mampu, baik secara sendiri ataupun
bersama-sama, untuk mendatangkan yang seperti itu.
I’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut
pengertian umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari qudrah
(potensi, power, kemampuan). Yang dimaksud I’jaz dalam pembahasan ini adalah
menampakkan kebenaran nabi dalam pengakuannya sebagai seorang rasul, dengan
menampakkan kelemahan orang arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi,
yaitu al-qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Dan mukjizat
adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.
Rasulullah telah meminta orang arab menandingi al-quran dalam tiga
tahapan:
1) Menantang mereka dengan seluruh al-quran dalam uslub (metode) umum yang
meliputi orang arab sendiri dan orang lain, manusia dan jin dengan tantangan
yang mengalahkan kemampuan mereka secara padu melalui firmanNya:

‫ْض ظَ ِهيرًا‬ ُ ‫ت اإْل ِ ْنسُ َو ْال ِج ُّن َعلَ ٰى أَ ْن يَأْتُوا بِ ِم ْث ِل ٰهَ َذا ْالقُرْ آ ِن اَل يَأْتُونَ بِ ِم ْثلِ ِه َولَوْ َكانَ بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم لِبَع‬ ِ ‫قُلْ لَئِ ِن اجْ تَ َم َع‬

“katakanlah: sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk


membuat yang serupa al-quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat
yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain.” (Q.S Al-Isra’:88).
2) Menantang mereka dengan sepuluh surat saja dari al-quran, dalam firmanNya:

ٰ ۡ‫استَطَ ۡعتُمۡ ِّم ۡن د ُۡو ِن هّٰللا ِ اِ ۡن ُك ۡنتُم‬


َ‫ص ِدقِ ۡين‬ ٍ ‫اَمۡ يَقُ ۡولُ ۡونَ ۡافت َٰـرٮ ‌هُ ؕ قُ ۡلفَ ۡاتُ ۡوا بِ َع ۡش ِر ُس َو ٍر ِّم ۡثلِ ٖه ُم ۡفتَ َر ٰي‬
ۡ ‫ت َّو ۡادع ُۡوا َم ِن‬
“bahkan mereka mengatakan: Muhammad telah membuat-buat al-quran
itu’, Katakanlah: (jika demikian), maka datanglah sepuluh surat yang dibuat-
buat yang menyamainya , dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup

3
(memanggilnya) selain allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.”
(Hud: 13).
3) Menantang mereka dengan satu surat saja dari al-quran, dalam firmanNya:

َ ‫أَ ْم يَقُولُونَ ا ْفتَ َراهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِسُو َر ٍة ِم ْثلِ ِه َوا ْدعُوا َم ِن ا ْستَطَ ْعتُ ْم ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
َ‫صا ِدقِين‬
“aku (patutkah) mereka mengatakan, muhammad yang telah mengada-
adakannya, katakanlah sebuah surat sepertinya.” (Yunus: 38)
Tantangan ini diulang lagi dalam firmanNya:
َ ‫ب ِم َّما نَ َّز ْلنَا َعلَ ٰى َع ْب ِدنَا فَأْتُوا بِسُو َر ٍة ِم ْن ِم ْثلِ ِه َوا ْدعُوا ُشهَدَا َء ُك ْم ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
َ‫صا ِدقِين‬ ٍ ‫َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم فِي َر ْي‬
“Dan jika kamu (tetap) dalam keadaan ragu tentang al-quran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surat saja
yang semisal al-quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika
kamu orang-orang yang benar.” (Al-Baqarah: 23).
Jadi, unsur-unsur pokok mukjizat antara lain: 1) ketidakmampuan orang
lain untuk mendatangkannya, 2) ia melanggar hukum-hukum alam, 3) ia buka
mustahil secara akal, 4) ia berlaku dalam mendukung klaim perutusan ilahi.

B. Macam-Macam Kemukjizatan Al-Qur’an


Ada banyak ulama yang mengungkapkan I’jazul Quran (kemukjizatan Al-
Qur’an) sejak dulu hingga kini. Bahkan, segaian di antara mereka ada yang
membuat kajian khusus tentang hal ini, sehingga menghasilkan buku atau kitab
tersendiri. Salah satunya adalah kitab I’jazul Qur’an yang ditulis oleh Syeikh Al-
Biqallani atau kitab At-Tashwirul Fanni fi Al-Qurankarya Sayyid Quthb.
Kemukjizatan Al-Quran dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: (1) aspek
keindahan dan ketelitian redaksinya; (2) isyarat-isyarat ilmiah yang diungkapkannya;
dan (3) pembicaraan masa lalu dan masa yang akan datang.
(1) Aspek Keindahan dan Ketelitan Redaksinya
Keindahan gaya bahasa Al-Quran mencapai puncak tertinggi kesustraan
bangsa Arab. Ketika Al-Quran turun, sastra arab tengah berada di puncak
“kejayaannya”. Nah, di tengah kondisi seperti itu, Al-Quran hadir dengan cita
rasa sastra yang luar biasa dan mampu mengalahkan pencapaian karya sastra

4
terbaik. Syeikh Muhammad Abduh mengatakan, “Al-Quran diturunkan pada
suatu masa itu adalah masa kegemilangan ditinjau dari segi kemajuan bahas
Arab. Pada masa itu pula banyak sekali terdapat ahli-ahli sastra dan para
orator.”
Waktu itu semua penyair kenamaan Arab harus mengakui keindahan
gaya bahasa Al-Quran. Ada satu kisah menarik terkait hal ini. dikisahkan,
beberapa pemimpin Quraisy berkumpul untuk merundingkan cara-cara untuk
menghentikan dakwah Rasulullah saw. akhirnya, mereka sepakat untuk
mengutus Abdul Walid, seorang sastrawan Arab kenaman yang sulit mencari
bandingannya waktu itu, agar dia membujuk nabi untuk meninggalkan
dakwahnya dnegan janji bahwa nabi akan diberi harta, jabatan, dan segala
kenikmatan duniawi. Setelah Rasulullah mendengarkan ucapan Abdul Walid,
beliau pun membawakan kepadanya surah Al-Fushilat [41] dari awal sampai
akhir. Abdul Walid sangat tertarik dan terpesona dengan keindahan rangkaian
ayat dalam surah tersebut. Ia pun termenung-menung memikirkan keindahan
gaya bahasanya kemudian, ia pun kembali ke kaumnya tanpa mengatakan
sepatah dua patah apapun kepada Rasulullah saw.
Hal yang sama juga terjadi pada Walid bin Mughirah Al-Makhzumi,
seorang tokoh kafir Quraisy yang kaya raya dan pandai bersyair. Suatu ketika
ia datang kepada Rasulullah saw. Kesempatan ini tidak beliau sia-siakan untuk
membacakan ayat Al-Quran kepada Walid. Ketika ayat Al-Quran
diperdengarkan, hati Walid bin Mughirah pun tersentuh. Ia terpana dan tidak
bisa berkata apa-apa mendengar pesona yang ditimbulkan Al-Quran.
Kemudian, ia pun menyebutkan sifat-sifat mulia yang terdapat dalam Al-
Quran yang diketahuinya, hingga akhirnya Abu Jahal berkata, “Demi Allah,
kaummu tidak akan menerimamu sebelum engkau mencela perkataan
Muhammad.” Mughirah pun meminta waktu untuk berpikir guna mencari
kata-kata yang pas untuk mecela wahyu yang Allah Swt turunkan kepada
Rasul itu, karena memang kalamullah itu tidak ada celanya. Setelah lama
berpikir, ia berkata, “Ya, perkataan itu hanyalah sihir yang diwariskan turun
temurun.”

5
Demikianlah adanya, keindahan Al-Quran tidak ada duanya. Lawan
maupun kawan mengakui hal itu. Kalimat dan susunan kata-katanya yang luar
biasa dan isinya tidak terbantahkan membuat Al-Quran berdiri kokoh laksana
batu karang tidak tergoyahkan. Al-Quran melukiskan kehidupan duniawi,
menggambarkan dasar-dasar kehidupan yang suci beserta aturannya,
mengubah uraian kehidupannya yang tidak terbandingkan, sebagai balasan
kehidupan di dunia yang lebih baik. Ketika menggambarkan kebesaran Tuhan,
Al-Quran mengungkapkannya demikian hormat dan indah, sehingga setiap
jiwa yang insaf dan bersih merasakan kecil dan tunduk kepada Allah Al-
Khalaiq.
Selain keindahan gaya bahasanya, ketelitian redaksi Al-Quran pun
sunguh luar biasa dan tiada taranya. Tidak mungkin ada manusi yang bisa
membuat susunan ayat sebagai mana terdapat dalam Al-Quran. Kita tahu
bahwa Al-Quran diturunkan secara bertahap dalam waktu hamper 23 tahun
lamanya. Dalam jangka waktu itu, ayat-ayat Al-Quran sering kali turn secara
“spontan” guna menjawab pertanyaan atau mengomentari suatu peristiwa.
Misalnya pertanyaan orang Yahudi tentang hakikat ruh yang sangat pelik.
Pertanyaan ini dijawab secara langsung, sehingga tidak memberikan ruang
untuk berpikir dan memberi jawaban dengan redaksi yang indah dan tepat,
apalagi dengan ketelitian yang luar biasa.

(2) Isyarat-isyarat Ilmiah


Selain mengungkap eksistensi Allah dan syariat-Nya, Al-Quran pun
mengungkapkan pesan-pesan ilmiah terkait fenomena alam semsta, proses
penciptaan manusi, dan berbagai segi ilmu pengetahuan lainnya. Tidak kurang
dari 800 ayat kauniyahdalam Al-Quran yang menuntut setiap muslim untuk
memikirkannya. Boleh jadi, dari 800 ayat tersebut, baru sebagian kecilnya
yang baru dieksplorasi.
Apa yang diinformasikan Al-Quran tersebut telah membuat lompatan
besar dalam khasanah ilmu pengetahuan, baik di dunia islam khususnya dan
dunia secara keseluruhan.
a. Surah Al-Qiyamah Ayat 3 Allah berfirman:

6
ُ‫أَيَحْ َسبُ اإْل ِ ْن َسانُ أَلَّ ْن نَجْ َم َع ِعظَا َمه‬
“apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali)
tulang belulangnya?.”
Surah Al-Qiyamah Ayat 4 Allah berfirman:

َ ‫بَلَ ٰى قَا ِد ِرينَ َعلَ ٰى أَ ْن نُ َس ِّو‬


‫ي بَنَانَه‬

“Bukan demikian, sebenarnya kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya


dengan sempurna.”

Ayat ini turun sebagai penyangkalan terhadap Ady bin Abi Rabi’ah, seorang
tokoh kafir Quraisy. Suatu ketika, Ady meminta RAsulullah saw. untuk
menjelaskan tentang Hari Kiamat. Dengan senang hati, beliau pun memenuhi
permintaan tersebut. Namun, stelah Rasulullah saw. selesai berbicara, ‘Ady bin
Abi Rabiah malah berkata dengan nada menghina,”seandainya aku
menyaksikan hari itu, niscaya aku tidak akan percaya. Apakah mungkin Allah
akan menghimpun kembali tulang-belulang orang-orang yang sudah mati?”
penyangkalan Rabi’ah ini dijawab langsung oleh Allah Swt dengan turunnya
ayat tersebut.
Mengapa Allah Swt menyebut jari jemari sebagai sebagi contoh
kekuasaan-Nya? Mengapa Dia tidak menyebut anggota tubuh lain?
Wallahua’lam.Ternyata jarijemari manusia termasuk anggota badan yang
paling sulit direkontruksi. Susunannya teramat rumit dan kompleks karena itu,
tidak heran bahwa Allah Swt menyebut jari-jemari sebagai pemisalan. Dia
ingin menegaskan kepada orang-orang kafir, tidak hanya menghidupkan
kembali orang-orang yang sudah mati, merekontruksi bagian tubuh yang
paling sulit pun sangat mudah baginya. Tidak ada yang tidak mungkin bagi
Dzat yang Mahakuasa. Allah hiasi ujung-ujung jari jemari pun, dengan kuku-
kuku yang indah dan lembut. Tentunya, kuku bukanlah hiasan yang sepele
yang tidak memiliki kegunaan. Permukaan kasar pada ujung jari dan kuku
membantu kita memungut benda kecil. Kuku memiliki peranan yang sanagt
penting dalam mengatur tekanan amat lemah yang dikerahkan jari pada pada

7
benda yang pegangannya. Bisakah kita memungut jarum di lantai jika tangan
jari-jemari kita tidak berkuku?
Hal menarik lainnya, selain memiliki susunan tulang yang sangat
kompleks serta kuku-kuku yang indah, jari-jari tangan pun memiliki kulit yang
sedikit beda dengan kulit-kulit tubuh lainnya. Kita menyebutnya sebgai “sidik
jari”. Penekanan pada sidik jari mempunyai arti khusus sidik jari manusia
sangat unik karena antara satu orang dengan orang lainnya memiliki
perbedaan. Tidak ada sidik jari yang sama. Itulah sebabnya, sidik jari dijadikan
sebagai bukti identitas yang sangat pribadi, termasuk menentukan prilaku
kriminal, identifikasi orang hilang, serta melacak jejak-jejak manusia. Akan
tetapi, keunikan sidik jari ini baru ditemukan di abad ke-19. Sebelumnya,
orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan bisa tanpa makna
khusus. Namun dalam Al-Quran, Allah Swt. Merujuk kepada sidik jari, yang
sedikit pun tidak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan
perhatian kita pada arti penting sidik jari.

(3) Pembicaraan tentang Masa Lalu dan Masa Depan


Al-Quran adalah kitab sejarah sekaligus kitab yang sangat
futuristic.kisah-kisah masa lalu dan umat-umat terdahulu diceritakan dengan
sangat gambling.juga nasib-nasib kaum yang mennetang Allah dan kaum-
kaum yang mengabdi kebenaran. Allah Swt berfirman dalam surah An-
Nahl:36:
ْ َّ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُك ِّل أُ َّم ٍة َر ُسواًل أَ ِن ا ْعبُدُوا هَّللا َ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوتَ ۖ فَ ِم ْنهُ ْم َم ْن هَدَى هَّللا ُ َو ِم ْنهُ ْم َم ْن َحق‬
‫ت َعلَ ْي ِه‬
َ‫ض فَا ْنظُرُوا َك ْيفَ َكانَ عَاقِبَةُ ْال ُم َك ِّذبِين‬
ِ ْ‫ضاَل لَةُ ۚ فَ ِسيرُوا فِي اأْل َر‬
َّ ‫ال‬
“Dan sesunguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan, sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu, maka
diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah danada
pula di antara orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka,
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (para Rasul).”
Para ahli sejarah, antropolog, dan arkeolog, lewat penelitian yang
intensif, menemukan kebenaran kisah-kisah yang diungkapkan dalam Al-

8
Quran. Misalnya Kaum; Aad, Tsamud, Madyan, dan negeri-negeri yang telah
musnah. Al-Quran mengabarkan dalam Surah At-Taubah: 70:

‫ت ۚ أَتَ ْتهُ ْم ُر ُسلُهُ ْم‬


ِ ‫ب َم ْديَنَ َو ْال ُم ْؤتَفِ َكا‬
ِ ‫وح َوعَا ٍد َوثَ ُمو َد َوقَوْ ِم إِ ْب َرا ِهي َم َوأَصْ َحا‬ ُ ْ
ٍ ُ‫أَلَ ْم يَأتِ ِه ْم نَبَأ الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم قَوْ ِم ن‬
َ‫ظلِ ُمون‬ ْ َ‫ظلِ َمهُ ْم َو ٰلَ ِك ْن َكانُوا أَ ْنفُ َسهُ ْم ي‬
ْ َ‫ت ۖ فَ َما َكانَ هَّللا ُ لِي‬
ِ ‫بِ ْالبَيِّنَا‬

“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang


yang sebelum mereka, (yaitu) Kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud, Kaum Ibrahim,
penduduk MAdyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah
datang kepada mereka Rasul-Rasul dengan membawa keterangan yang
nyata; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”
Apa yang diungkapkan Al-Quran ini memiliki kesesuaian dengan fakta-
fakta yang ditemukan kemudian. Hal ini diperkuat oleh seorang peneliti
bernama Muzail, yang pernah mengarang buku Al-Hijaz Asy-Syimali atayu
daerah Hijaz selatan. Ia menemukan bekas-bekas istana di daerah Madyan.
Pada penemuan itu terdapat tulisan-tulisan Nibhtiyah yang menunjukkan
adanya kaum Tsamud.
Selain membahas kisah-kisah masalalu, Al-Quran pun meramalkan
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi sepeninggalan Rasulullah. Ayat ke-27
dari Surah Al-Fath, misalnya, memberi kabar gembira kepada orang-orang
beriman bahwa meraka akan menaklukkan kota Makkah, yang saat itu
dikuasai kaum penyembah berhala.
Apabila kita lihat lebih dekat lahi, sebenarnya ayat ini mengumumkan
adanya kemenangan lyang akan terjadi sebelum kemenangan Makkah.
Sebagaimana dikemukakan dalam ayat tersebut, kaum mukmin terlebih
dahulu menaklukkan Benteng Khaibar, yang berada di bawah kendali yahudi,
untuk memasuki Makkah.
Dengan demikian, Al-Quran adalah kitab yang di dalamnya memuat
berita yang semuanya terbukti benar. Fakta-fakta ilmiah serta berita
mengenai peristiwa masa depan, yang tidak mungkin dapat diketahui pada
masa Rasulullah Saw. dan para sahabat, dinyatakan dalam ayat-ayatnya.
Mustahil informasi ini dapat diketahui dengan penguasaan ilmu pengetahuan

9
dan teknologi masa itu. Ini merupakan bukti nyata bahwa Al-Quran bukanlah
ciptaan manusia. Al-Quran adalah kalam Dzat Yang Mahakuasa, pencipta
segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Allah yang ilmu-Nya meliputi segala
sesuatu.
Tentunya, Al-Quran tidak hanya bebas dari segala pertentangan, akan
tetapi setiap penggal informasi yang dikandungnya semakin mengungkapkan
kemukjizatan Al-Quran hari demi hari.
Al-Qur’an Surah Fushilat Ayat 41:

ِ ‫إِ َّن الَّ ِذينَ َكفَرُوا بِال ِّذ ْك ِر لَ َّما َجا َءهُ ْم ۖ َوإِنَّهُ لَ ِكتَابٌ ع‬
‫َزيز‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an ketika Al-
Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan
sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia.”
Al-Qur’an Surah Fushilat Ayat 42:
‫اَل يَأْتِي ِه ْالبَا ِط ُل ِم ْن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِـه َواَل ِم ْن خَ ْلفِ ِه ۖ تَ ْن ِزي ٌل ِم ْن َح ِك ٍيم َح ِمي ٍد‬
“Yang tidak datang kepadanya (Al-Quran) kebatilan baik dari deoan
maupun dari belkaangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang MakaBijaksana
lagi Maha Terpuji.

C. Tujuan dan Fungsi Mukjizat


Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Keluarbiasaan yang
tampak atau terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan tuhan: “Apa
yang dinyatakan sang nabi adalah benar. Dia adalah utusan-Ku dan buktinya adalah
aku melakukan mukjizat itu”. Mukjizat, walaupun dari segi bahasa berarti
melemahkan sebagaimana dikemukakan di atas, namun dari segi agama, ia sama
sekali tidak dimaksudkan untuk melemahkan atau membuktikan ketidakmampuan
yang ditantang. Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan melalui hamba-hamba pilihan-Nya
untuk membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang dibawa oleh masing-masing nabi.
Jika demikian halnya, maka ini paling tidak mengandung dua konsekuensi.
Pertama, bagi yang telah percaya kepada nabi, maka ia tidak lagi
membutuhkan mukjizat. Ia tidak lagi ditantang untuk melakukan hal yang sama.
Mukjizat yang dilihat atau dialaminya hanya berfungsi memperkuat keimanan, serta
menambah keyakinannya akan kekuasaan Allah SWT.

10
Kedua, para nabi sejak Adam a.s. hingga Isa a.s. diutus untuk suatu kurun
tertentu serta masyarakat tertentu. Tantangan yang mereka kemukakan sebagai
mukjizat pasti tidak dapat dilakukan generasi oleh umatnya. Namun apakah ini
berarti peristiwa luar biasa yang terjadi melalui mereka itu tidak dapat dilakukan
oleh selain umat mereka pada generasi sesudah generasi mereka? Jika tujuan
mukjizat hanya untuk meyakinkan umat setiap nabi, maka boleh jadi umat yang lain
dapat melakukannya. Kemungkinan ini lebih terbuka bagi mereka yang berpendapat
bahwa mukjizat pada hakikatnya berada dalam jangkauan hukum-hukum (Allah
yang berlaku di) alam. Namun, ketika hal itu terjadi, hukum-hukum tersebut belum
lagi diketahui oleh masyarakat nabi yang bersangkutan.
Sumber daya manusia sungguh besar dan tidak dapat dibayangkan
kapasitasnya. Potensi kalbu yang merupakan salah satu sumber daya manusia dapat
menghasilkan hal-hal luar biasa yang boleh jadi tidak diakui oleh yang tidak
mengenalnya. Hal ini sama dengan penolakan generasi terdahulu tentang
banyaknya kenyataan masa kini yang lahir dari pengembangan daya piker.
Hal ini sama sekali bukanlah suatu hal yang mustahil apabila kesucian jiwa
para nabi dapat menghasilkan melalui bantuan Allah, peristiwa luar biasa dipandang
dari ukuran hukum-hukumnya tersendiri dan yang dapat dilakukan oleh siapa pun
selama terpenuhi syarat-syaratnya. Boleh jadi dalam konteks ini yang menyebabkan
terjadinya adalah kesucian jiwa tersebut.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara bahasa, I’jaz berarti “keluputan” juga berarti “ membuat tidak mampu”
juga berarti “terwujudnya ketidakmampuan”. Sedangkan, menurut istilah I’jaz ialah
sesuatu yang membuat manusia tidak mampu, baik secara sendiri ataupun
bersama-sama, untuk mendatangkan yang seperti itu.
Kemukjizatan Al-Quran dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: (1) aspek
keindahan dan ketelitian redaksinya; (2) isyarat-isyarat ilmiah yang diungkapkannya;
dan (3) pembicaraan masa lalu dan masa yang akan datang.
Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Keluarbiasaan yang
tampak atau terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan tuhan. Mukjizat
berfungsi memperkuat keimanan, serta menambah keyakinan akan kekuasan allah
swt.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman A R, Emsoe. 2009. The Amazing Stories of Al-Quran. Bandung: Salamadani


Abdurrahman Ar-Rumi, Fadh. 2016. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Al-Athar, Dawud. 1994. Perspektif Baru Ilmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Hidayah
Al-Qaththan, Manna’. 2008. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Shihab, M Quraish. 1999. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung: Mizan

13

Anda mungkin juga menyukai