Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGANTAR ILMU AL-QUR’AN DAN HADITS


BUKTI KEBENARAN AL-QUR’AN

Oleh kelompok 4 :
Angga Andri : 2050401004
Anggun Permata Sari : 2050401005
Derry davinci

Dosen Pengampu:
Yusrizal Efendi, S.Ag., M.Ag
Dewi Putri,Lc.,M.Ag

D3 MANAJEMEN INFORMATIKA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR
TA 2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang
memberikan rahmat, nikmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Bukti Kebenaran Al-Qur’an”.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok sebagai mahasiswa
untuk memperoleh nilai yang baik, sekaligus dapat dijadikan bahan referensi agar dapat
memperluas wawasan dan cakrawala kita semua. Amin.

Dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis
sangat mengharapkan sekali kritik dan saran yang bersifat membangun dari teman teman semua
dan dari dosen pengampu, sehingga penulis dapat memperbaiki untuk pembuatan makalah
selanjutya.

Terima kasih banyak penulis ucapkan kepada semua pihak yang membantu dalam
penulisan makalah ini terutama kepada dosen pengampu bapak Yusrizal Efendi, S.Ag., M.Ag
dan ibuk Dewi Putri,Lc.,M.Ag. Pada mata kuliah Aspek Hukum Dalam Informasi. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan
tersebut. Amin.

Batusangkar, 16 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. .......................................................................................................I


DAFTAR ISI..................................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah. ................................................................................................. 1
C. Tujuan. ................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN. ................................................................................................. 2
A. Makna kemujizatan al-Qur’an................................................................................ 2
B. Bukti kebenaran al-Qur’an dari segi gaya bahasa.................................................. 3
C. Bukti kebenaran al-Qur’an dari segi isi kandungan............................................... 5
D. Bukti kebenaran al-Qur’an dari segi bandingan dgn kitab suci Sebelumnya........ 7
E. Bukti kebenaran al-Qur’an dari segi historis......................................................... 8
BAB III PENUTUP. ........................................................................................................ 11
A. Kesimpulan. .......................................................................................................... 11
B. Saran. .................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua yang ada di muka bumi ini adalah ciptaan Allah SWT, tak terkecuali al-Qur`an,
al-Qur`an merupakan salah satu mukjizat terbaik dan terbesar yang diturunkan oleh Allah SWT
melalui perantara malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Allah menurunkan al-Qur`an
dengan tujuan untuk dijadikan sebagai sumber atau landasan hukum islam dan untuk
menantang orang-orang yang tidak percaya atas kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dan pada
kesempatan ini, kami akan menjelaskan tentang “Kemukjizatan Al-Qu`ran” secara ringkas dan
jelas.
Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari Al
Quran dan hadits. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup
mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan
lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih) dalam
kehidupannya sehari-hari. Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan
bahwa Allah Maha Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang
tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah Swt. berarti ia kafir, dan apabila meyakini adanya Tuhan
selain Allah SWT dinamakan musyrik.

B. Rumusan Masalah
1. Makna kemukjizatan Al-Qur’an
2. Bukti kebenaran Al-Qur’an dari segi gaya bahasa
3. Bukti kebenaran Al-Qur’an dari segi isi kandungannya
4. Bukti kebenaran Al-Qur’an dari segi bandingannya dengandengan kitab suci sebelumnya
5. Bukti kebenaran Al-Qur’an dari segi historis

C. Tujuan Masalah
Kita mempelajari “Kemukjizatan Al-Qur`an”, agar kita memiliki wawasan yang cukup
luas tentang ilmu tersebut dan hal ini dapat kita renungkan bahwa Allah sangatlah Maha Kuasa
atas segala ciptaan-Nya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna kemujizatan al-Qur’an


Kemukjizatan Al-Quran adalah sebuah keniscayaan dalam keyakinan umat Muslim.
Secara sederhana kata mukjizat (‫ )معجزة‬diartikan dengan “sesuatu yang melemahkan atau
sesuatu yang membuat pihak lain bungkam dan membuat pihak lain mati kutu
menghadapinya.” Bahkan ada ulama yang menyatakan bahwa kata ‫ معجزة‬adalah kata
superlative dari kata ‫ معجز‬yang berarti “sangat melemahkan, sangat membuat bungkam,
membuat pihak lain sama sekali tidak berdaya untuk menghadapinya.

Kita tahu bahwa Al-Quran adalah firman-firman Allah Yang Maha Agung, Yang Maha
Tinggi, dan Yang Maha Menciptakan. Tidak diragukan bahwa dalam sejarahnya Al-Quran
dapat melemahkan ucapan-ucapan atau kalimat-kalimat dari manusia mana pun yang ingin
menantangnya. Agar kita dapat mengentahui secara mendalam pengertian mukjizat, maka
dalam uraian ini saya ini mengemukakan 3 definisi mukjizat yang dikemukakan oleh 3 ulama,
yaitu sebagai berikut:
1. Al-Fakhr Ar-Razi, menyatakan bahwa mukjizat adalah hal yang luar biasa yang sangat
berbeda dengan kebiasan disertai dengan tantangan, yang tidak mungkin dilawan oleh
siapa pun.

2. Ibn Hamdan menyatakan bahwa mukjizat adalah sesuatu yang menembus atau melintas
adat kebiasaan, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, yang selaras dengan
pengakuan kerasulan, berhubungan dengannya dan sesuai dengannya, yang menimbulkan
penentangan, di mana tidak satu pun manusia mampu menandinginya, tidak pula
menyamainya, dan tidak pula mampu mennyerupainya.

3. Hasan Dhiya’ al-Din ‘Itr menyatakan bahwa mukjizat adalah sesuatu yang diberlakukan
oleh Allah pada seorang Nabi yang melampaui kemampuan-kemampuan manusia, yang
bertentangan dengan hokum alam, dan materi yang khusus, yang dengannya seorang nabi
menghadapi tantangan manusia, sehingga tidak seorang pun dari manusia yang mampu
melawannya.

Dari tiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang disebut mukjizat itu
memiliki tiga ciri utama, yaitu :
a. Sesuatu kelebihan yang luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada seorang nabi/rasul,
b. Sesuatu itu berlainan dan bertentangan dengan kebiasaan/hukum alam,
c. Sesuatu itu tidak mampu ditandingi, disaingi oleh siapa pun. Kemukjizatan Al-Quran bagi
Nabi Muhammad saw karena memiliki tiga ciri itu. Tidak ada satu pun manusia dari dahulu
ketika turunnya Al-Quran sampai akhir zaman nanti yang mampu menandingi Al-Quran.
Menghidupkan orang mati adalah mukjizat Nabi Isa, karena memiliki tiga ciri itu.

B. Bukti kebenaran al-Qur’an dari segi gaya bahasa


Abdu al-Razak Naufal ketika meneliti al-Qur’an menemukan keseimbangan-
keseimbangan dalam bilangan kata yang dipergunakan alQur’an. Sementara Rasyad Khalifah
menemukan konsistensi pemekaian jumlah huruf pembuka surah dalam surah yang
bersangkutan. Di sini ada beberapa keseimbangan dalam al-Qur’an yaitu:
1. Keseimbangan dalam pemakaian kata
Abdul al-Razaq Naufal, menemukan setidaknya lima bentuk keseimbangan kosa
kata dalam al-Qur’an, yaitu keseimbangan antara jumlah kata dengan antonimnya,
keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya, keseimbangan jumlah kata dengan yang
menunjuk akibatnya, keseimbangan jumlah kata dengan penyebabnya, dan keseimbangan-
keseimbangan khusus.
2. Keseimbangan jumlah kata dengan antonimnya.
a) Al-hayy (hidup) dan al-mawl (mati) masing-masing sebanyak 145 kali;
b) An-naf (manfaat) dan al-madharah (madharat), masing-masing sebanyak 50 kali;
c) Al-har (panas) dan al-bard (dingin), masing-masing sebanyak 4 kali;
d) Ash-shalihat (kebajikan) dan al-sayyi’at (keburukan) masing-masing sebanyak 167
kali;
e) Al-rabh (cemas/takut) dan raghbah (harap/ingin) masing-masing sebanyak 8 kali.
3. Keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya.
a) Al-harst dan al-zira’ah (membajak/bertani), masing-masing sebanyak 14 kali;
b) Al-ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing sebanyak 27 kali;
c) Al-dhalim dan mawta (orang sesat/mati jiwanya) masing-masing sebanyak 17 kali;
d) Al-Qur’an, al-wahy dan al-islam (al-Qur’an, wahyu dan Islam) masingmasing
sebanyak 70 kali;
e) Al-aql dan al-nur (akal dan cahaya), masing-masing sebanyak 49 kali
f) Al-jahr dan al-‘alaniyah (nyata), masing-masing sebanyak 16 kali.

4. Konsistensi pemakaian huruf yang menjadi pembuka surah


Hasil penelitian Rasyad Khalifah memperlihatkan keajaiban al-Qur’an sekaligus
memperlihatkan otentitasnya, yaitu konsitensi pemakaian huruf yang digunakan sebagai
pembuka surah. Dalam surah-surah yang dimulai dengan huruf, jumlah huruf dalam surah
itu selalu habis dibagi 19, yang mmerupakan jumlah huruf dalam basmalah. Bahkan semua
kata dalam alQur’an yang terrhimpun dalm basmalah juga habis bila di bagi dengan 19.
Sebagai contoh, huruf qaf yang merupakan pembuka surat ke-50, ditemukan
terulang sebanyak 57 kali, yakni 3 x 19. Huruf min yang merupakan pembuka surah al-
Qalam terulang sebanyak 133 kali, yakni 7 x 19, huruf ya’ dan sin pembuka surah yaasin
ditemukan terulang sebanyak 285 kali, yakni 15 x 19. Demikian pula dengan huruf-huruf
yang dipakai sebagai pembuka pada surah-surah lain.

5. Keindahan susunan kata dan pola-pola kalimatnya


Syeikh Fakhruddin al-Razi, penulis tafsir al-Qur’an berjudul mafatih alGhaib,
menyatakan bahwa kefasihan bahasa, keindahan susunan kata, dan pola-pola kalimat al-
Qur’an amat luar biasa hingga sulit digambarkan keindahannya. Sementara itu Qadhi Abu
Bakar dalam ‘Ijaz al-Qur’an menyatakan bahwa memahami kemu’jizatan al-Qur’an dari
sisi keindahan kebahasaanya jika dibandingkan dengan syair dan sastra Arab, amat sukar
ditandingi.
Abu Hasan Hazim al-Quthajani menyatakan bahwa keluarbiasaan alQur’an antara
lain terlihat dalam konsistensi, kefasihan bahasanya, dan keindahan susunan kalimatnya.
Bahkan al-Qur’an amat sempurna dilihat dari semua segi, sehingga tidak mungkin
menentukan tingkatan keindahan susunannya itu karena tidak ada alat mengukurnya.
Bundar ibn Husein al-Farisi, seorang ilmuwan dan sastrawan besar dari Persia menyatakan
bahwa tingkat kefasihan dan keindahan bahasa al-Qur’an berada diluar jangkauan
kemampuan manusia. Kalau mereka mencoba, bisabisa malah sesat.
Walaupun begitu, bukan mustahil bagi manusia mempelajari dan mendalami sisi-
sisi kebahasaan al-Qur’an. Mulai dari ‘Ijaz, tasybih, majaz, dan istira’ah. ‘Ijaz merupakan
penyederhanaan komposisi kalimat tanpa mengurangi arti. Ini merupakan kekhasan
kalimat-kalimat yang terdapat dalam al-Qur’an, yakni ringkas-ringkas tetapi bermakna
luas. Sedangkan tasybih, yang dalam ilmu balaghah biasa diartikan sebagai ungkapan yang
memperlihatkan bahwa sesuatu itu sama dengan sesuatu yang lain dalam satu atau
beberapa sisi atau sifat. Yang digunakan sebagai upaya mendekatkan penjelasan ajaran-
ajarannya melalui ilustrasi yang mampu ditangkap indra atau akal manusia.

Kemudian majaz dan isti’arah, dalam ilmu Balaghah, majaz antara lain terbagi dua,
yaitu majaz aqli dan majaz lughawi. Dalam penggunaan majaz dalam al-Qur’an banyak
perbedaan pendapat diantaranya Daud al-Zahiri, Ibnu al-Qash (dari Syafi’iyah) dan Ibnu
Khuwainy (dari Malikiyah) menolak adanya majaz dalam al-Qur’an, karena majaz itu
memperlihatkan kebohongan-kebohongan redaksional, padahal al-Qur’an tidak mungkin
berdusta. Tetapi, orang-orang yang mendalami keindahan bahasa dan susunan redaksi al-
Qur’an berpandangan bahwa sanggahan di atas kurang tepat. Justru kalau majaz itu di kikis
dari al-Qur’an, kitab suci ini sedikit banyak akan kehilangan keindahan pola-pola
komposisi kalimatnya.

C. Bukti kebenaran al-Qur’an dari segi isi kandungan


1. Akidah dan Tauhid Isi kandungan Al Quran pertama yakni tentang akidah.
Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak Akidah
(‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan. Orang yang
berakidah berarti orang yang beriman (Mukmin). Akidah secara terminologi didefnisikan
sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan
lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan.
Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari Al
Quran dan hadits. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup
mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan
lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih) dalam
kehidupannya sehari-hari. Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan
bahwa Allah Maha Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang
tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah Swt. berarti ia kafir, dan apabila meyakini adanya
Tuhan selain Allah SWT dinamakan musyrik.
Dalam akidah Islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah SWT itu
Esa, juga ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan
apabila seseorang yang mengaku berakidah/beriman apabila dia hanya mengimani Allah
saja, atau meyakini sebagian dari rukun iman saja. Rukun iman yang wajib diyakini
tersebut adalah: iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman
kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-Rasul, iman kepada hari akhir, dan iman
kepada Qadla’ dan Qadar.
a. Ibadah
Isi Kandungan Al Quran berikutnya yakni masalah ibadah. Ibadah berasal dari
kata 'abada-ya'budu-'abadan artinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud
ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT dengan
tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan
ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap kebesaran Allah SWT,
sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
Isi Kandungan Al Quran berikutnya yakni masalah ibadah. Ibadah berasal dari
kata 'abada-ya'budu-'abadan artinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud
ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT dengan
tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan
ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap kebesaran Allah SWT,
sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
b. Akhlak
Isi kandungan Al Quran berikutnya memuat tentang akhlak. Ditinjau dari segi
etimologi, Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq (yang berarti perangai,
tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup
sehari-hari.
Dalam konsep bahasa Indonesia, akhlak semakna dengan istilah etika atau
moral. Akhlak merupakan satu fundamen penting dalam ajaran Islam, sehingga
Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya Nabi SAW
adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia.
c. Hukum
Isi kandungan Al Quran lainnya yakni tentang Hukum. Dalam Islam, hukum
sebagai salah satu isi pokok ajaran Al Quran berisi kaidah-kaidah dan ketentuan-
ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya adalah untuk
memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil, aman,
tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak.
d. Sejarah atau Kisah Umat Masa Lalu
Isi kandungan Al Quran berikutnya tentang sejarah atau kisah umat pada masa
lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata,
tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah tersebut
kemudian dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan
agar senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah SWT.
e. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi
Isi kandungan Al Quran terakhir adalah memuat ilmu pengetahuan dan
teknologi. Al Quran juga disebut dengan kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang
memberikan isyaratisyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat
potensial untuk kemudian dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan
hidup manusia. Allah SWT yang Maha memberi ilmu telah mengajarkan kepada umat
manusia untuk dapat menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.

D. Bukti kebenaran al-Qur’an dari segi bandingannya dengan kitab suci Sebelumnya
Al Quran berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya. Diantara perbedaan-perbedaannya sebagai
berikut:
1. Kitab-kitab sebelumnya telah hilang keutuhan atau keotentikannya. Sementara itu, Al
Quran hingga saat ini dan bahkan yang akan datang sekalipun, masih utuh. Hal ini
ditegaskan sendiri dalam Al Quran, yakni surat Al Hijr ayat 9: (Sungguh, Kamilah yang
telah menurunkan Al Quran dan Kamilah yang menjaganya dari pemalsuan).
2. Bahwa Al Quran ditujukan untuk seluruh alam/umat manusia. Sementara, kitab terdahulu
hanya diperuntukkan untuk satu golongan tertentu. Inilah letak perbedaan selanjutnya.
Banyak ayat yang menjelaskan tentang hal ini; seperti Al Baqarah ayat 185. Dan juga Ali
Imran ayat 183: (… Itulah keterangan yang jelas untuk semua manusia, sebuah petunjuk
dan pelajaran bagi orang yang bertakwa).
3. Bahwa kitab-kitab terdahulu menggunakan bahasa kaum yang kini telah hilang sejak
beberapa waktu silam. Berbeda dengan halnya Al Quran, Al Quran berbahasa Arab yang
kini digunakan oleh berjuta-juta manusia. Dan Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab
bukan berarti Al Quran untuk bangsa Arab saja, melainkan untuk semua manusia.
4. Al Quran memuat ringkasan ajaran-ajaran ketuhanan dalam kitab-kitab dan mengukuhkan
kebenaran ajaran ajaran yang terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu; yakni Taurat, Zabur,
dan Injil.
Tentu masih ada beberapa perbedaan prinsipil lainnya anatara Al Quran dan kitab-kitab
sebelumnya. Namun demikian, kiranya empat point sebagaimana yang telah dijabarkan di atas
oleh Syeh Sha’rowi sudah lebih cukup untuk menggambarkan betapa Al Quran mempunyai
perbedaan-perbedaan penting dengan kitab-kitab terdahulu.

E. Bukti kebenaran al-Qur’an dari segi historis


Al-Qur’an turun dalam masa sekitar 22 tahun atau lebih tepatnya dalam masa 22 tahun,
2 bulan dan 22 hari. Setidaknya ada beberapa faktor yang menjadi bukti historis turunnya
AlQur’an secara bertahap, diantaranya :
5. Kondisi masyarakat Arab yang hidup pada masa turunnya AlQur’an adalah masyarakat
yang tidak mengenal baca tulis (ummi). Bahkan Nabi Muhammad sendiri juga termasuk
dalam golongan masyarakat tersebut, ia juga tidak hidup dan bermukim di tengah-tengah
masyarakat yang relatif telah mengenal peradaban seperti Mesir, Persia atau Romawi. Dan
satu -satunya andalan mereka adalah melalui hafalan. Hal ini mengindikasikan bahwa Al-
Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus, mengapa? Karena Al-Qur’an diturunkan kepada
seorang Nabi yang tidak kenal baca-tulis (ummi) dan dari proses turunnya Al-Qur’an
secara berangsur-angsur tentu akan lebih mempermudah beliau dalam menghafalkannya.
(Subhi As-Shalih, 1999: 61-62). Selain itu, jika Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus di
dalam masyarakat baru yang mulai berkembang, tentu akan mengejutkan mereka dengan
perundang-undangan, kebiasaan-kebiasaan dan etika yang belum biasa mereka hayati
sebelumnya.

6. Ayat Al-Qur’an turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan dan peristiwa-
peristiwa yang mereka alami, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
Sebagaimana ketika Al-Qur’an menegaskan bahwa wahyu turun secara terpisah dan
berangsur-angsur.“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur
agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.” (Q.s. Al-Isra’ [17]: 106).
Dilihat dari ungkapan-ungkapan ayat-ayat tersebut, untuk arti menurunkan,
semuanya menggunakan kata tanzil bukan inzal. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an
diturunkan secara bertahap atau berangsur-angsur. Berbeda dengan kitab-kitab samawi
sebelumnya, yakni Taurat, Injil, dan Zabur yang turun sekaligus. Rupa-rupanya keterangan
tersebut membangkitkan reaksi kaum musyrikin yang biasa menerima sya’ir dalam jumlah
banyak dan sekaligus, bahkan ada yang mendengar dari kaum Yahudi bahwa Taurat
diturunkan secara sekaligus. Mereka mempertanyakan perihal kenapa Al-Qur’an turun
secara berangsur-angsur, malah mereka ingin Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus.
(Subhi As-Shalih, 1999: 56).

Reaksi mereka disebut dan dijawab dalam Al-Qur’an: Orang-orang kafir


mempertanyakan: ‘Kenapa AlQur’an tidak diturunkan kepadanya (Muhammad)
sekaligus’? Demikianlah, (Al-Qur’an Kami turunkan secara berangsur-angsur) untuk
memperteguh hatimu (hai Muhammad) dan Kami membacakannya secara tartil(perlahan-
lahan, jelas dan sebagian demi sebagian). Tiap mereka datang kepadamu membawa suatu
permasalahan, Kami selalu datangkan kepadamu kebenaran dan penafsiran yang sebaik-
baiknya (Al Furqon: 32-33).

Pertanyaan orang kafir itulah yang dijadikan landasan beberapa ahli tafsir.
Bahwasanya orang kafir merasa heran dengan turunnya Al-Qur’an secara berangsur-
angsur karena mereka mengetahui bahwa kitab-kitab sebelumnya diturunkan secara
sekaligus. Bukanlah kitab itu benda kemudian diturunkan secara sekaligus begitu saja,
tetapi diturunkan (dibacakan) sekaligus oleh malaikat Jibril. (Nur Kholis, 2008: 66-67).

Dampak dari proses turunnya AlQur’an secara berangsur-angsur sesungguhnya


membuat dakwah Nabi dan ajaran Al-Qur’an lebih mudah dan leluasa untuk diterima
dikalangan masyarakat saat itu. Karena proses turunnya ayat-ayat Al-Qur’an tersebut
sangat disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat saat itu, bahkan sejarah
yang diungkapkan adalah sejarah bangsa-bangsa yang hidup di sekitar Jazirah Arab,
peristiwa-peristiwa yang dibawakan adalah peristiwaperistiwa mereka, adat-istiadat dan
ciriciri masyarakat yang dikecam adalah yang timbul dan yang terdapat dalam masyarakat
tersebut. (Quraish Shihab, 2006: 39). Kendatipun begitu, bukan berarti bahwa ajaran-ajaran
Al-Qur’an hanya dapat diterapkan dalam masyarakat pada waktu itu saja. Karena yang
demikian itu hanya untuk dijadikan argumentasi dakwah dan peristiwa dari sejarah umat-
umat diungkapkan sebagai pelajaran atau peringatan bagaimana perlakuan Tuhan terhadap
orang-orang yang mengikuti jejak mereka.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Qur`an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad melalui malaikat jibril secara berangsur-angsur dan kemukjizatan al-Qur`an tidak
dapat diragukan lagi. Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui
para nabi dan rasul-Nya. Dan mukjizat berfungsi untuk membuktikan bahwa kekuasaan Allah
berada diatas segala-galanya dan sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan
kerasulan para utusan Allah. Sedangkan, al-Qur`an berfungsi sebagai sumber atau landasan
hukum pertama bagi kehidupan manusia. Kemukjizatan al-Qur`an tidak dapat ditandingi oleh
apapun. Karena dari hal yang terkecil sampai hal yang terbesar semua dibahas dalam al-
Qur`an.

B. Saran
Dengan adanya makalah mengenai bukti kebenaran Al-Qur’an ini, penulis
mengharapkan agar kita bisa lebih mengenal Al-Qur’an dan mempercayai nya Karan sudah
adanya bukti – bukti yang Allah berikan kepada kita tentang kebenaran Al-Qur’an itu sendiri.
Kami sebagai penulis merasa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan saran dari para pembaca yang mana bisa memberikan kami masukan agar lebih
baik lagi dalam penulisan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abduṣṣamad, Muhammad Kamil. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur`an. Jakarta: Al-Akbar Media
Eka Sarana, 2003.
Al-Maliki, Muhammad Alwi. Keistimewaan-keistimewaan Al-Qur`an. Yogyakarta: Mitra
Pustaka. 2001
Al-Qaṭṭān, Mannā` Khalīl. Studi ilmu-ilmu Qur`an Terj. Mahahith fi `Ulūmil Qur`an oleh
Mudzakir. Bogor: Litera AntarNusa, 2013.
Al-Qaṭṭān, Mannā` Khalīl. Mahahith fi `Ulūmil Qur`an. Riyāḍ: al-Ḥuramain.1973.
Anwar, Rosihon. `Ulūmul Qur`an untuk UIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV Pustaka Setia , 2006.
Aṣ-Ṣabuniy, Shaikh Muhammad Ali. Aṭ-Ṭibyān fī `Ulūmil Qur`an. Bairut: Dar al- Irshad, 1970.
Mustofa. Sejarah Al-Qur`an. Surabaya: Al-Ikhlas, 1994.
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Qur`an: Di tinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan
Pemberitaan Ghaib. Bandung: Mizan, 1997.
Usman. Ulumul Qur`an. Yogyakarta: Teras. 2009.

Anda mungkin juga menyukai