Anda di halaman 1dari 13

AL-QUR’AN

I’JAZ AL-QUR’AN

DISUSUN

OLEH:

KELOMPOK 3

AYU LESTARI (0309212056)


FADILATUL HUSNA (0309212063)
ERWITA AULIA (0309212072)

DOSEN PENGAMPU:
Drs. AS’AD, M.Ag

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL-2

FUKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

TA.2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan juga Hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga kelompok kami
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Al-Qur’an” dengan tepat waktu. Melalui tugas ini
kami ucapkan terima kasih kepada Bpk.Drs As’ad,M.Ag selaku dosen pengampu yang telah
memberikan pengarahan, motivasi, serta ilmu yang sangat berarti untuk kami.
Makalah ini berisi materi Kelompok 3 tentang “I’jaz Al-Qur’an”. Makalah ini bisa
dikatakan belum sempurna, akan tetapi kami akan berusaha semaksimal mungkin dalam
pembuatan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta pengalaman
bagi kami dan juga para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk serta isi makalah
ini sehingga kedepannya menjadi lebih baik lagi.

Medan, 04 Oktober 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
C.Tujuan Perumusan Masalah..............................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A.Pengertian I’jaz al-quran.................................................................................................. 2
B.Segi-segi kemukjizatan al-quran...................................................................................... 3
C.Macam-macam kemukjizatan al-quran.............................................................................6
D.Pendapat ulama tentang I’jaz al-quran............................................................................. 8
BAB III. PENUTUP
A.Kesimpulan.......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur'an sebagai pedoman hidup manusia adalah kalamullah yang sangat indah
dan menjadi pengobat setiap hati yang gundah. galau bahkan sakit sekalipun. Dapat
dikatakan pula Al-Qur'an adalah obat segala penyakit seperti manfaat madu.
Dari multi fungsi Al-Qur'an sebagai sumber ilmu pengetahun dan ajaran-ajaran
yang benar serta mempunyai faidah yang banyak dan bermacam-macam itu Al-Qur'an
dikatakan sebagai mukjizat yang sangat luar biasa dan oleh karena itu terdapat ilmu i'jaz
Al-Qur'an yang terkandung di dalamnya membahas kemukjizatan Al-Qur'an.
Kemukjizatan Al-Qur'an sehingga kaum manapun ahli bahasapun tidak dapat
membuat semisal dengannya walaupun itu hanya satu surah. Apa yang terkandung dalam
kemukjizatan Al-Qur'an dan macam-macam I'jaz yang terdapat dalam Al-Qur'an sangat
luar biasa dan kompleks. Untuk itu kami membahas kemukjizatan Al-Qur'an yang sangat
luar biasa
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian I’jaz al-quran?
2. Apa saja segi-segi kemukjizatan al-quran?
3. Apa saja kemukjizatan al-quran?
4. Apa pendapat ulama tentang I’jazul quran ?
C. Tujuan Perumusan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian I’jaz al-quran
2. Untuk Mengetahui segi-segi kemukjizatan al-quran
3. Untuk mengetahui macam-macam kemukjizatan al-quran
4. Untuk Mengetahui pendapat ulama tentang I’jaz al-quran

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian I’jaz al-quran
I’jaz (kemukjizatan) menurut bahasa adalah masdar dari kata ‘ajz artinya lemah.
Sedangkan menurut istilah adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari
kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jiz
(sesuatu yang melemahkan), yang dimaksud dengan i’jaz ialah menampakkan kebenaran
Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan
orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an, dan kelemahan
generasi-generasi sesudah mereka. Rasulullah telah meminta orang Arab menandingi
Qur’an dalam tiga tahapan:
1. Menantang mereka dengan seluruh Qur’an dalam uslub umum yang meliputi orang
Arab sendiri dan orang lain, jin dan manusia.
2. Menantang mereka dengan sepuluh surah saja dari Qur’an.
3. Menantang mereka dengan satu surah saja dari Qur’an.
Atau patutkah mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah:
"(kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat
seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya)
selain Allah, jika kamu orang yang benar." (QS.10, Yunus : 38).
Kelemahan orang Arab untuk menandingi Qur’an padahal mereka memiliki
faktor-faktor dan potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa
Arab di masa bahasa ini berada pada puncak keremajaan dan kejayaannya.
Kemukjizatan Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku di sepanjang zaman
dan akan selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misteri-misteri alam yang
disingkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari fenomena hakikat-
hakikat tinggi yang terkandung dalam misteri alam wujud yang merupakan bukti bagi
eksistensi pencipta dan perencanaannya.1
Dalam menjelaskan macam-macam I’jazil Qur’an para ulama berbeda pendapat.
Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing, di antaranya yaitu :

1
Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001.

2
1) Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalam kitab Al-I’jazu al-Adadi Lil Qur’anil Karim
menerangkan bahwa i’jazil Qur’an itu ada 4 macam, adalah sebagai berikut :
· Al-I’jazul Balaghi yaitu kemukjizatan segi sastra balaghahnya, yang muncul ada
pada masa peningkatan mutu sastra Arab.
· Al-I’jazut Tasyri’i yaitu kemukjizatan segi pensyariatan hukum-hukum ajarannya
yang muncul pada masa penetapan hukum-hukum syari’at Islam.
· Al-I’jazul Ilmu yaitu kemukjizatan segi ilmu pengetahuan, yang muncul pada masa
kebangkitan ilmu dan sains di kalangan umat Islam.
· Al-I’jazul Adadi, yaitu kemukjizatan segi quantity / matematis, statistik yang
muncul pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang.
2) Imam al-Khotthoby (wafat 388 H) dalam buku al-Bayan fi I’jazil Qur’an
mengatakan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus pada bidang kebalaghahan saja.
3) Imam al-Jahidh (w. 255 H) di dalam kitab Nudzumul Qur’an dan Hujajun
Nabawiyah serta al-Bayan wa at-Tabyin menegaskan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu
terfokus pada bidang susunan lafal-lafalnya saja, maksudnya, i’jazul Qur’an itu hanya
satu macam saja, yaitu kemukjizatan susunannya dengan semboyan :
‫انَّ ا ِالع َْجا َز اِنَّ َما ُه َو فِى النَّ ْط ِم‬
4) Moh. Ismail Ibrahim dalam buku yang berjudul Al-Qur’an wa I’jazihi al-Ilmi
mengatakan, orang yang mengamati al-Qur’an dengan cermat, mereka akan mengetahui
bahwa kitab itu merupakan gudang berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan, baik ilmu-
ilmu lama maupun ilmu-ilmu baru.

B. Segi-segi kemukjizatan al-quran


1. Gaya Bahasa
Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu kagum dan terpesona.
Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka masuk islam. Bahkan,
Umar bin Abu Thalib pun yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi
Nabi Muhammad SAW dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk
masuk islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan
ayat-ayat Al-Qur’an. Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik
apapun.
2. Susunan Kalimat

3
Kendati pun Al-Qur’an, hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama keluar dari
mulut nabi, tetapi uslub atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa Al-
Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila di bandingkan dengan lainnya. Al-Qur’an
muncul dengan uslub yang begitu indah.di dalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai
istimewa yang tidak akan pernah ada ucapan manusia.2
3. Hukum Ilahi yang sempurna
Al-Qur’an menjelaskan pokok-pokok akidah, norma-norma keutamaan, sopan
santun, undang-undang ekonomi, politik, social dan kemasyarakatan,serta hokum-hukum
ibadah. Apabila memperhatikan pokok-pokok ibadah, kita akan memperoleh kenyataan
bahwa islam telah memperluasnya dan menganekaragamkan serta meramunya menjadi
ibadah amaliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga berupa ibadah amaliyah sekaligus
ibadah badaniyah, seperti berjuang di jalan Allah.
4. Ketelitian Redaksinya
Ketelitian redaksi bergantung pada hal berikut :
a. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya, beberapa contoh
diantaranya :
· Al-Hayah (hidup0 dan Al-Maut (mati), masing-masing serbanyak 145 kali.
· An-Naf (manfaat) dan Al-Madharah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali.
· Al-Har (panas) dan Al-Bard (dingin) sebanyak 4 kali.
· As-Shalihat (kebajikan) dan As-Syyiat (keburukan) sebanyak masing-masing 167
kali.
· Ath-thuma’ninah (kelapangan) dan Adh-dhiq (kesempitan) sebanyak masing-msing
13 kali.

b. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna yang


dikandungnya:
· Al-harts dan Az-zira’ah (bertani) masing-masing 14 kali.
· Al-‘ushb dan Adh-dhurur (angkuh) masing-masing 27 kali.
· Adh-dhaulun dan Al-mawta (orang sesat/mati jiwanya) masing-masing 17 kali.

c. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukan
akibatnya
· Al-infaq (infaq) dengan Ar-ridha (kerelaan) masing-masing 73 kali.
2
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.

4
· Al-bukhl (kekikiran) dengan Al-hasarah (penyesalan) masing-masing 12 kali.
· Al-kafirun(orang-orang kafir) dengan An-nar (neraka) masing-masing 154 kali.

d. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya


· Al-israf (pemborosan) dengan As-sur’ah (ketergesaan) masing-masing 23 kali.
· Al-maw’izhah (nasihat) dengan Al-lisan (lidah) masing-masing 25 kali.
· Al-asra (tawanan) dengan Al-harb (perang) masing-masing 6 kali.

e. Di samping keseimbangan-keseimbangan tersebut, di temukan juga keseimbangan


khusus:
· Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari
dalam setahun, sedangkan kata hari dalam bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni),
berjumlah tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang
berarti bulan (syahr) hanya terdapat dua belas kali sama dengan jumlah bulan dalam
setahun.
· Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi
sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah ayat 29, surat Al-Isra ayat 44,
surat Al-Mu’minun ayat 86, surat Fushilat ayat 12, surat Ath-thalaq 12, surat Al- Mulk
ayat 3, surat Nuh ayat 15, selain itu, penjelasan tentang terciptanta langit dan bumi dalam
enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat.

5. Berita tentang hal-hal yang gaib


Sebagaian ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur’an itu adalah
berita-berita gaib. Pada Al-qur’an sudah ditegaskan bahwa badan firaun tersebut akan
diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak seorang pun
mengetahui hal tersebut karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun SM. Pada awal abad ke-
19 tepatnya.
6. Isyarat-Isyarat Ilmiah
Banyak sekali isyarat ilmiah yang di temukan dalam Al-Qur’an, misalnya:
· Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan.
· Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan napas.
· Perbedaan sidik jari manusia.
· Masa penyusunan yang tepat dan masa kehamilan minimal.
· Adanya nurani dan bawah sadar manusia.
5
· Yang merasakan nyeri adalah kulit.
· Aroma atau bau manusia berbeda-beda.3
C. Macam-macam kemukjizatan al-quran
Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu pertama
mukjizat yang bersifat material indrawi lagi tidak kekal, dan kedua mukjizat imaterial,
logis, lagi dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat nabi-nabi terdahulu kesemuanya
merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam arti
keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan atau dijangkau langsung lewat indra oleh
masyarakat tempat Nabi tersebut menyampaikan risalahnya.4
Perahu Nabi Nuh a.s yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan
dalam situasi ombak dan gelombang dahsyat; tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s dalam
kobaran api yang sangat besar; tongkat Nabi Musa a.s yang beralih wujud menjadi ular;
penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s atas izin Allah; dan lain-lain.
Kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat nabi tersebut
berada. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad Saw, yang sifatnya bukan indrawi
atau material, namun dapat dipahami oleh akal. Karena sifatnya yang demikian, maka ia
tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al- Qur’an dapat dijangkau
oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan kapanpun.5
Al-Qur’an mengemukakan, alasan mengapa bukti mukjizat Nabi Muhammad Saw
adalah Al-Qur’an? Karna sesungguhnya umat terdahulu jikalau di tunjukkan mukjizat
para Nabi Allah SWT, mereka berdusta. Sebagaimana firman Allah didalam al-quran
surah Al-Isra’
‫ب ِب َها ااْل َ َّولُ ْو ۗ َن َو ٰا َت ْي َنا َثم ُْودَ ال َّنا َق َة ُمبْصِ َر ًة َف َظلَم ُْوا ِب َه ۗا َو َم ا ُنرْ ِس ُل‬ ِ ‫َو َما َم َن َع َنٓا اَنْ ُّنرْ سِ َل ِبااْل ٰ ٰي‬
َ ‫ت ِآاَّل اَنْ َك َّذ‬
ِ ‫ِبااْل ٰ ٰي‬
‫ت ِااَّل َت ْخ ِو ْي ًفا‬
“Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi kami untuk mengirimkan tanda-tanda
(mukjizat) yang bersifat indrawi (melalui Engkau Nabi Muhammad) melainkan karena
tanda-tanda (semacam )itu telah (kami kirimkan sebelum ini, namun) didustakan oleh
umat terdahulu” (QS Al-Isra : 59)
Penolakan terhadap Al- Qur’an sebagai wahyu Allah, sudah terjadi pada waktu
turunnya. Mereka menganggap bahwa Al- Qur’an merupakan buah karya Nabi
Muhammad Saw, padahal beliau sendiri seorang yang ummy (tidak bisa menulis dan

3
Ash-Shiddieqy, Muhammad Habsyi, Teungku, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra,2002.
4
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al- Qur’an, (Bandung : Mizan,1997), h :35
5
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al- Qur’an, (Bandung : Mizan,1997), h :36

6
membaca). Untuk menjawab penolakan orang Quraisy terhadap Al- Qur’an sebagai
wahyu Allah, Al- Qur’an menantang dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Mendatangkan semisal Al- Qur’an
Disini Allah memerintahkan Manusia dan Jin berkumpul untuk membuat semacam Al-
Qur’an. Sebagaimana Firman Allah :
ٓ
‫ض‬ ٍ ْ‫ض ُه ْم لِ َبع‬ َ ‫ت ااْل ِ ْنسُ َو ْال ِجنُّ َع ٰلى اَنْ يَّأْ ُت ْوا ِبم ِْث ِل ٰه َذا ْالقُرْ ٰا ِن اَل َيأْ ُت ْو َن ِبم ِْثلِهٖ َولَ ْو َك‬
ُ ْ‫ان َبع‬ ِ ‫قُ ْل لَّ ِِٕٕى ِن اجْ َت َم َع‬
‫َظ ِهيْرً ا‬
“katakanlah : sesungguhnya jika berkumpul manusia dan jin untuk mendatangkan yang
seperti Al- Qur’an ini, pastilah mereka tidak dapat mendatangkan yang sepertinya,
walaupun sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain” (QS. Al- Isra’ :
88)
2. Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-
Qur’an.Sebagaimana firman allah :

َ‫اَ ْم يَقُوْ لُوْ نَ ا ْفت َٰرىهُ ۗقُلْ فَأْتُوْ ا بِ َع ْش ِر ُس َو ٍر ِّم ْثلِ ٖه ُم ْفت ََر ٰي ٍت َّوا ْد ُعوْ ا َم ِن ا ْستَطَ ْعتُْ`م ِّم ْن ُدوْ ِن هّٰللا ِ اِ ْن ُك ْنتُ ْم ٰص ِدقِيْن‬
“Bahkan mereka mengatakan : Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu.
Katakanlah, (kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat untuk
menyamainya, dan panggilah orang-orang yang kamu anggap sanggup (memanggilnya)
selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar” (QS. Hud : 13)
Meskipun lebih ringan dibanding tantangan yang pertama, namun tak seorang pun yang
berhasil menjawab tantangan tersebut.
3. Mendatangkan satu surat,Sebagaimana firman allah:

َ‫اَ ْم َيقُ ْولُ ْو َن ا ْف َت ٰرى ُه ۗ قُ ْل َفأْ ُت ْوا ِبس ُْو َر ٍة م ِّْثلِهٖ َو ْادع ُْوا َم ِن اسْ َت َطعْ ُت ْم مِّنْ ُد ْو ِن هّٰللا ِ اِنْ ُك ْن ُت ْم ٰص ِدقِيْن‬
“Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya”. Katakanlah,
“(kalau benar yang kamu lakukan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat
seumpamanya dan panggilah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuat-
membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar ”. (QS. Yunus : 38)
Dan Allah mengulangi firman-Nya kembali pada surat Al-baqarah:
‫ش َه ۤدَا َء ُك ْم مِّنْ ُد ْو ِن هّٰللا ِ اِنْ ُك ْن ُت ْم‬
ُ ‫ب ِّممَّا َن َّز ْل َنا َع ٰلى َع ْب ِد َنا َفأْ ُت ْوا ِبس ُْو َر ٍة مِّنْ م ِّْثلِهٖ ۖ َو ْاد ُع ْوا‬
ٍ ‫َواِنْ ُك ْن ُت ْم فِيْ َر ْي‬

َ‫ٰص ِدقِيْن‬
7
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada
hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”(QS. Al-
Baqarah : 23)6
D. Pendapat Ulama
Dalam ilmu kalam, terjadi perbedaan pandangan para ulama tentang apakah al-
Qur’an itu merupakan makhluk atau bukan. Hal itu juga mendasari perbedaan pendapat
mengenai mukjizat al-Qur’an. Pendapat mereka terbagi menjadi beberapa ragam, antara
lain:
1. Abu Ishaq Ibrahim al-Nizam dan pengikutnya dari kaum Syiah berpendapat bahwa
kemukjizatan al-Qur’an adalah dengan cara shirfah. Maksudnya ialah bahwa Allah
memalingkah orang-orang arab yang menentang al-Qur’an, padahal sebenarnya mereka
mampu untuk menghadapinya. Pendapat ini merupakan pendapat yang salah.
2. Satu golongan ulama berpendapat bahwa al-Qurr’an itu bermukjizat dengan
balaghahnya yang mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandingannya dan ini adalah
pendapat ahli bahasa.
3. Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Qur’an adalah karena
mengandung badi’ yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang dikenal dalam
perkataan orang arab pada umumnya.
4. Golongan yang lain berpendapat bahwa al-Qur’an itu kemukjizatannya terletak pada
pemberitaannya tentang hal-hal yang ghaib, yang telah lalu dan yang akan datang yang
tidak ada seorang pun yang tahu.
5. Satu golongan berpendapat bahwa mukjizat al-Qur’an itu terjadi karena ia
mengandung berbagai macam ilmu hikmah yang dalam.7
Demikian berbagai pandangan ulama mengenai kemukjizatan al-Qur’an.
Sebenarnya peninjauan hal itu hanya berdasarkan keilmuan yang mereka miliki.
Perbedaan itu disebabkan oleh keilmuan yang mereka miliki berbeda-beda antara satu
ulama dengan ulama yang lain.

6
Minaul Kholil Al-Qutthon, Mabahits fi ulumil Quran, h : 259
7
Shihab, Quraish, Mu’jizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, Bandung:
Mizan, 2007

8
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
I’jaz (kemukjizatan) menurut bahasa adalah masdar dari kata ‘ajz artinya lemah.
Sedangkan menurut istilah adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari
kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jiz
(sesuatu yang melemahkan), yang dimaksud dengan i’jaz ialah menampakkan kebenaran
Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan
orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an, dan kelemahan
generasi-generasi sesudah mereka.
Segi-segi kemukjizatan al-quran adalah :
1. Gaya bahasa
2. Susunan kalimat
3. Hukum ilahi yang sempurna
4. Ketelitian redaksinya
5. Berita tentang hal-hal ghaib
6. Isyarat-isyarat ilmiah
Pandangan ulama mengenai kemukjizatan al-Qur’an. Sebenarnya
peninjauan hal itu hanya berdasarkan keilmuan yang mereka miliki. Perbedaan itu
disebabkan oleh keilmuan yang mereka miliki berbeda-beda antara satu ulama dengan
ulama yang lain.

9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa,
2001.
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Habsyi, Teungku, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Semarang : PT. Pustaka
Rizki Putra,2002.
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al- Qur’an, (Bandung : Mizan,1997)
Minaul Kholil Al-Qutthon, Mabahits fi ulumil Quran, h : 259
Shihab, Quraish, Mu’jizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
Pemberitaan Ghaib, Bandung: Mizan, 2007

10

Anda mungkin juga menyukai