Turki merupakan negara sekuler sejak 1924. Penduduk mencapai 72 juta yang akan
tumbuh menjadi 100 juta dalam 30 tahun. Sekitar 30% penduduk (21 juta) merupakan rentang
usia 0-14 tahun. Lebih dari 65% (47 juta) adalah golongan usia 15-64 tahun. Hanya sekitar 5%
(4 juta) yang lebih dari 65 tahun (Laporan PBB, 2003). Sebanyak 99% menganut agama Islam.1
Di Turki, ada 2 lembaga yang mengurusi pendidikan, yang pertama adalah Kementerian
Pendidikan Nasional, yang mengurusi jenjang pendidikan dasar formal dan menengah, serta
pendidikan nonformal. Kementerian Pendidikan mencakup organisasi dari pusat hingga provinsi
serta perwakilan di luar negeri. Menteri merupakan anggota Parlemen yang dicalonkan oleh
Perdana Menteri. Lembaga yang kedua adalah Dewan Pendidikan Tinggi yang mengelola satuan
pendidikan tinggi. Ketua Dewan Pendidikan Tinggi bukan merupakan pegawai negeri yang
Sistem pendidikan Turki mencakapu pendidikan jalur formal dan nonformal. Jalur formal
meliputi 4 jenjang, yaitu pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Pendidikan nonformal tersedia bagi tiap orang yang tidak berkesempatan mengenyam
pendidikan formal atau bagi mereka yang ingin mengembangkan tingkat pendidikannya, atau
(Ortaöğretim) yang terdiri atas SMP 4 (empat) tahun dan SMA (Lise) juga selama 4 (empat)
tahun. Di tahun 1997, wajib belajar ditingkatkan menjadi 8 tahun, dimulai bagi tiap anak usia 6
tahun dan tahun 2004, sekitar 90% usia tersebut sudah mengenyam pendidikan dasar. Hampir 10
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Turki, diakses pada 17 September 2021, pukul 22:42 wib.
2
Ahmad Syalabi,Sejarah dan Kebudayaan Islam:Imferium Turkey Usmani(Jakarta:Kalam Mulia, 1988),h.7
juta anak tersebar di 35.000 sekolah (baik negeri maupun swasta) dengan dukungan 375.000
Pendidikan menengah tidak wajib, umumnya 3 tahun, dan kadang-kadang bisa 4 tahun.
Telah ada hampir 1,5 juta siswa, 37% mencakup usia wajib belajar, dan sekitar 2.637 sekolah
Alternatif yang lain, sesudah menempuh pendidikan dasar, siswa dapat mengikuti
pendidikan kejuruan dan sekolah menengah teknik dengan keterampilan tertentu. Untuk jenis
sekolah ini ada 820.000 siswa (sekitar 23% dari usia wajib belajar) yang meliputi 3.428 sekolah
vokasi dan teknik, dengan 68.176 guru. Tingkat ketersediaan sekolah ini 60% dari jumlah
penduduk.4
krisis selama hampir 30 tahun terakhir. Salah satu diantaranya adalah pada tahun 2001, yang
menghasilkan pertumbuhan pesat usaha kecil yang bangkrut, dengan tingkat pengangguran yang
tinggi (sekitar 10,5%) dan mencapai inflasi sampai 80%. Sejak itu, ekonomi berangsur-angsur
meningkat, diikuti dengan perubahan kebijakan ekonomi dan keuangan. Sekarang, GDP per
kapita yang mencapai US $ 2.230 dan purchasing power partiy (PPP) mencapai YS $ 5,890
(Laporan PBB, 2003). Ada ketimpangan pendapatan. Pada 2002, 10% orang terkaya menguasai
30,7% pendapatan Turki. Sebanyak 10% pendapatan dikuasai penduduk miskin yang mencapai
2,3%.
3
Ibid. h. 25
4
Ibid h. 42
Untuk sektor pendidikan, belanja hanya 6,8% GDP dan sekitar 16,2% dari keseluruhan
belanja pemerintah, yang mayoritas digunakan untuk pengeluaran rutin. Tingkat melek huruf
mencapai 85,55%, yang masing-masing meliputi 93,7% laki-laki dan 77,2% perempuan.5
Sedangkan untuk di negeri kita Indonesia seperti banyak diketahui bahwa sistem
pendidikan di Indonesia menerapkan wajib belajar 9 tahun pada penduduk, jenjang pendidikan
yang wajib ditempuh 9 tahun adalah jenjang pendidikan dasar yang terdiri dari 6 tahun sekolah
dasar atau sederajat dan 3 tahun sekolah menengah pertama atau sederajat. Tentu sudah banyak
yang mengetahui mengenai pembagian jenjang pendidikan formal di Indonesia ini, namun tidak
ada salahnya jika coba ditengok kembali untuk lebih memahami kembali jenjang pendidikan
Nasional Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa jenjang pendidikan
adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Dalam Undang-Undang tersebut
disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar,
relevansi, dan daya saing. Alokasi anggaran fungsi pendidikan mencerminkan upaya pemerintah
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan sebagai salah
satu upaya untuk memenuhi amanat konstitusi bahwa alokasi anggaran pendidikan sekurang-
5
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana 2008). h. 321
6
LeKDiS, Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 20 Tahun 2005), (Ciputat: Han’s Print, 2005), hlm. 26.