Anda di halaman 1dari 7

A.

Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia


B. Bagaimana sistem pendidikan di Korea Selatan
C. Bagaimana perbandingan pendidikan di Indonesia dan Korea

A. Sistem Pendidikan Indonesia


Sistem Pendidikan Nasional sekaligus merupakan alat dan tujuan yang amat penting
dalam perjuangan mencapai cit-cita kemerdekaan serta tujuan negara dan bangsa
Indonesia.
Sistem Pendidikan Nasional harus dapat memberikan pendidikan bagi setiap warga
Negara Republik Indonesia agar masing – masing memperoleh sekurang-kurangnya
pengetahuan dan kemampuan dasar, yang meliputi kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung, serta menggunakan bahasa Indonesia, yang diperlukan oleh setiap warga
Negara untuk dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Setiap warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan, baik melalui
jalur pendidikan sekolah maupun melalui pendidikan luar sekolah sampai ke tingkat yang
sesuai dengan kemampuannya. Sistem pendidikan Nasional memberikan kesempatan
belajar seluas-luasnya kepada setiap warga Negara sehingga tidak dibenarkan adanya
perbedaan atas dasar jenis kelamin, agama, ras, suku, latar belakang sosial, dan tingkat
kemampuan ekonomi dalam penerimaan murid baru.
1. Jenjang Pendidikan Formal di Indonesia
Menurut Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada bab VI pasa
16 disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal di Indonesia meliputi tiga jenjang,
yaitu: pendidikan Dasar, pendidikan Menengah, dan pendidikan Tinggi.
a. Pendidikan Dasar.
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pemerintah menetapkan wajib belajar pendidikan dasar 9
tahun, dan setiap warga negara yang berusia 7 (tujuh) tahun wajib mengikuti belajar
pada jenjang pendidikan dasar tanpa dipungut biaya. Pendidikan dasar berbentuk:
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang Sederajat
selama 6 tahun; dan sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah
(MTs), atau bentuk lain yang sederajat selama 3 tahun.
b. Pendidikan Menengah.
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan
menengah terdiri atas: Pendidikan menengah umum, berbentuk Sekolah Menengah
Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), atau bentuk lain yang sederajat; dan Pendidikan
menengah kejuruan, berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat, selama 3 tahun.
c. Pendidikan Tinggi.
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup program pendidikan diploma (2-4 tahun); sarjana (4 tahun atau lebih);
magister, spesialis, dan doktor (2 tahun atau lebih); yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.
Perguruan tinggi dapat berbentuk: Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut,
atau Universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat
menyelenggarakan program akademik, profesi, dan atau vokasi.
2. Kurikulum
Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri
Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar
mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum
pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah
pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek
pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum
2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan
materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa
Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi
Matematika.
Peraturann Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan
delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3) Standar
Kompetensi Lulusan, (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar Sarana
dan Prasarna, (6) Standar Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan, dan (8) Standar Penilaian
Pendidikan.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem
politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara
dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua
kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD
1945, perbedaanya pada penekanan.
3. Pembelajaran
Metode pembelajaran yang diterapkan di Indonesia yaitu, ceramah, diskusi, demonstrasi,
eksperimen, study tour, latihan keterampilan. Metode ceramah adalah guru menjelaskan
dan peserta didik mendengarkannya, metode ini cenderung membuat peserta didik pasif.
Metode diskusi adalah proses pertukaran pendapat antara dua orang atau lebih dan
menghasilkan kesepakatan bersama, metode ini akan membuat peseerta didik aktif untuk
menyampaikan pikirannya. Metode demonstrasi adalah seorang guru atau seorang
demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan
kepada seluruh kelas sesuatu proses. Metode eksperimen adalah pembelajaran dimana
peserta didik melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajarinya. Metode study tour atau karya wisata adalah mengajak peserta
didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan membukukan hasil
kunjungan tersebut. Metode latihan ketrampilan adalah memberikan pelatihan
ketrampilan secara berulang dan mengajaknya langsung ke tempat latihan tersebut.
4. Peserta Didik
Pendidikan di Indonesia berorientasi pada nilai. Peserta didik diberi pengajaran kejujuran,
tenggang rasa, kedisiplinan, dsb. Peserta didik dituntut untuk dapat bersaing dengan
teman, berfikir kreatif dan inovatif. Saat ini pendidikan di Indonesia masih mengalami
masalah di bidang pemerataan pendidikan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan di
Indonesia hanya dapat dirasakan oleh kaum menengah keatas. Agar pendidikan di
Indonesia tidak semakin terpuruk, maka pemerintah harus mengambil kebijakan yang
tepat. Misalnya, adanya kebijakan wajib belajar 9 tahun. Kurangnya pendidikan karakter
di Indonesia berdampak pada peserta didik untuk melakukan penyimpangan-
penyimpangan, diantaranya membolos sekolah, melakukan tawuran.
5. Pendidik
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam
pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan
penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Bukan itu saja, sebagian guru di
Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Itu, dari sekitar 680.000 guru
SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3- Kependidikan ke atas. Di
tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang Persentase guru menurut
kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD
yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12%
(negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta
untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta). Kelayakan
mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data
Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8%
yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain memiliki pendidikan S1 ke
atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan
S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3). Di Indonesia yang terkadang satu guru bisa
mengajar apa saja, bahkan tidak aneh bila guru agama mengajar matematika dan lain-lain,
serta sebaliknya. Mengingat pendidikan merupakan ”titik sentral” dalam maju mundurnya
kondisi bangsa, untuk itu sudah selayaknyalah anggaran pendidikan harus diperhatikan
dengan sungguh-sungguh dan paling penting juga menjamin kesejahteraan para guru
sebagai prajurid terdepannya, sehingga para guru dapat merasa bangga dalam
menjalankan tugasnya. Hal ini cukup beralasan, karena menurut Ferggosun, (1999)
bahwa “…Semakin tinggi gaji guru semakin berkualitas hasil pendidikan”.

B. SISTEM PENDIDIKAN DI KOREA SELATAN


1. Tujuan Pendidikan di Korea Selatan
Salah satu keputusan Dewan Nasional Republik Korea tahun 1948 adalah
menyusun undang-undang pendidikan. Sehubungan dengan hal ini, maka tujuan
pendidikan Korea Selatan adalah untuk menanamkan pada setiap orang rasa Identitas
Nasional dan penghargaan terhadap kedaulatan Nasional, menyempurnakan
kepribadian setiap warga Negara, mengemban cita-cita persaudaraan yang universal,
mengembangkan kemampuan untuk hidup mandiri dan berbuat untuk Negara yang
demokratis dan kemakmuran seluruh umat manusia, dan menanamkan sifat
patriotisme.
2. Jenjang Pendidikan di Korea Selatan
Secara umum system pendidikan di korea Selatan terdiri dari empat jenjang
pendidikan formal yaitu : Sekolah dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, SLTA
dan pendidikan tinggi. Keempat jenjang pendidikan ini adalah: grade 1-6 (SD), grade
7-9 (SLTP), 10-12 (SLTA), dan grade 13-16 (pendidikan tinggi/program S1), serta
program pasca sarjana (S2/S3).
Visualisasi grade pendidikan yang dimaksud adalah:
a. Sekolah dasar merupakan pendidikan wajib selama 6 tahun bagi anak usia 6 dan
11 tahun, dengan jumlah lulusan SD mencapai 99,8%, dan putus sekolah SD 0,2%.
b. SMP merupakan kelanjutan SD bagi anak usia 12-14 tahun, selama 3 tahun
pendidikan.
c. Kemudian melanjutkan ke SLTA pada grade 10-11 dan 12, dengan dua pilihan
yaitu: umum dan sekolah kejuruan. Sekolah kejuruan meliputi pertanian,
perdagangan, perikanan dan teknik. Selain itu ada sekolah komperhensif yang
merupakan gabungan antara sekolah umum dan sekolah kejuruan, yang merupakan
bekal untuk melanjutkan ke akademik (yunior college) atau universitas (senior
college).
d. Pendidikan tinggi/akademik (yunior college) atau universitas program S1
(senior college), pada grade 13-16, dan selanjutnya ke program pasca sarjana
(graduate school) gelar master/doktor.

Sistem pendidikan Korea Selatan yang tergolong disiplin dan terstruktur adalah
pengaruh Konfusianisme yang sudah tertanam sejak lama dalam masyarakat Korea.
Siswa-siswanya jarang memiliki waktu cukup untuk bersantai karena mengalami
tekanan untuk berprestasi baik dan masuk universitas.

3. Manajemen Pendidikan di Korea Selatan


Sistem manajemen pendidikan di Negara ini bersifat gabungan antara
sentralistik dan desentralisasi, sifat kesentralistiknya hanya terbatas kepada
penyusunan panduan dan pedoman semata, sedangkan operasionalnya secara penuh di
serahkan kepada komite/Dewan sekolah secara mandiri untuk mengkaji proses
pendidikan secara keseluruhan.
Kekuasaan dan kewenangan dilimpahkan kepada menteri pendidikan. Di daerah
terdapat dewan pendidikan (board of education). Pada setiap propinsi dan daerah
khusus (Seoul dan Busam), masing-masing dewan pendidikan terdiri dari tujuh orang
anggota yang dipilih oleh daerah otonom, lima orang dipilih dan dua orang lainnya
merupakan jabatan yang dipegang oleh walikota daerah khusus atau gubernur
propinsi. Dewan pendidikan diketuai oleh walikota atau gubernur.
a) Anggaran pendidikan.
Anggaran pendidikan Korea Selatan berasal dari anggaran Negara, dengan
total anggaran 18,9% dari Anggaran Negara. Pada tahun 1995 ada kebijakan wajib
belajar 9 tahun, sehingga porsi anggaran terbesar diperuntukan untuk ini, adapun
sumber biaya pendidikan, bersumber dari: GNP untuk pendidikan, pajak pendidikan,
keuangan pendidikan daerah, dunia industri khusus bagi pendidikan kejuruan.
b) Guru/Personalia.
Terdapat dua jenis pendidikan guru, yaitu tingkat akademik (grade 13-14)
untuk guru SD, dan pendidikan guru empat tahun untuk guru sekolah menengah.
Dengan biaya ditanggung oleh Pemerintah untuk pendidikan guru negeri. Kemudian
guru mendapat sertifikat yaitu: sertifikat guru pra sekolah, guru SD, dan guru sekolah
menengah. Sertifikat ini diberikan oleh kepala sekolah dengan kategori guru magang,
guru biasa dua (yang telah diselesaikan onjob training) dan lesensi bagi guru magang
dikeluarkan bagi mereka yang telah lulus ujian kualifikasi lulusan program empat
tahun dalam bidang engineering, perikanan, perdagangan, dan pertanian. Sedangkan
untuk menjadi dosen yunior college, harus berkualifikasi master (S2) dengan
pengalaman dua tahun dan untuk menjadi dosen di senior college harus berkualifikasi
dokter (S3).
c) Kurikulum.
Reformasi kurikulum pendidikan di korea, dilaksanakan sejak tahun 1970-an
dengan mengkoordinasikan pembelajaran teknik dalam kelas dan pemanfaatan
teknologi, adapun yang dikerjakan oleh guru, meliputi lima langkah yaitu (1)
perencanaan pengajaran, (2) Diagnosis murid (3) membimbing siswa belajar dengan
berbagai program, (4) test dan menilai hasil belajar. Di sekolah tingkat menengah
tidak diadakan saringan masuk, hal ini dikarenakan adanya kebijakan walikota daerah
khusus atau gubernur propinsi, ke sekolah menengah di daerahnya.
Keunggulan
Beberapa hal yang perlu menjadi perbandingan bagi kita dalam pengelolaan pendidikan
dengan Korea Selatan, diantaranya adalah sebagai berikut:
 Untuk sekolah taman kanak-kanak "Youchiwon" dimulai usia 3 tahun hingga 6 tahun,
kapan saja boleh masuk sekolah ini asal sudah mencukupi usianya. Sebenarnya ada juga usia
2 tahun tapi sekolah ini berseling sehari sekolah dan sehari tidak, hanya beberapa jam saja ini
hanya milik swasta. Pra sekolah ada yang milik negara dan swasta. Untuk pra sekolah swasta
pemerintah tetap membantu, mengawasi dan memperhatikan sepenuhnya pengolahan
sekolah-sekolah TK ini.
 Hal yang sangat mempengaruhi besarnya pertumbuhan ekonomi di korea Selatan
selain investasi pemerintah di bidang pendidikan, adalah kebijakan pemerintah terutama
mengenai ekonomi yang mendukung tumbuhnya industri. Industri tersebut kemudian menjadi
mesin ekonomi yang efektif karena perkembangannya disesuaikan dengan ketersediaan
tenaga kerja yang dihasilkan oleh sistem pendidikan.
 Baik negri dan swasta pra sekolah memiliki program pendidikan yang sama, yaitu
lebih banyak mengajarkan kemandirian, kreatifitas dan bersosialisasi dengan lingkungan.
Mengajarkan tentang kehidupan sehari-hari, BAB, ganti baju, sikat gigi… dan lain-lain.
 Sebelum masuk sekolah SD biasanya untuk pra sekolah anak-anak akan dibawa
berkunjung ke SD untuk sekedar melihat-lihat sekolah mereka selanjutnya bagaimana. Pada
umumnya anak yang masuk sekolah SD menerima surat pemberitahuan ijin masuk sekolah
pada bulan Februari dan awal maret. Lalu bisa mendaftar pada sekolah dasar.
 Korea sangat terobsesi dengan pendidikan. Pendidikan benar-benar ditekankan
kepada siswa seperti orang gila. Seberapa keras siswa belajar? Selama tahun-tahun sekolah
mereka dan kadang-kadang bahkan selama bertahun-tahun, siswa pergi ke sekolah dari jam 8
pagi sampai lewat tengah malam. Hal ini dikarenakan setelah selesai sekolah, mereka harus
menghadiri pendidikan khusus untuk mencoba untuk meningkatkan kinerja akademis mereka.
Mereka diprioritaskan untuk mempersiapkan diri mengikuti ujian masuk perguruan tinggi
yang sangat ketat, yang banyak mendukung masa depan mereka.

Di Korea, jika Anda masuk sebuah universitas bergengsi, Anda akan memperoleh
kesempatan yang baik untuk mendapatkan informasi pekerjaan yang baik. Seorang anak
memasuki Universitas yang baik tidak hanya menjamin keadaan ekonomi individunya, tetapi
juga mencerminkan reputasi orang tua anak. Dalam budaya Korea, pertimbangan yang paling
penting bagi seorang pimpinan bukan kepribadian atau pengalaman kerja, melainkan di
Universitas apa orang tersebut belajar. Korea memiliki tingkat kelulusan SMA 97%, ini
adalah yang tertinggi tercatat di negara-negara maju. Sangat menarik untuk dicatat bahwa
80% sekolah-sekolah di korea memperbolehkan hukuman fisik.

C. Perbandingan pendidikan di Indonesia dengan Korea Selatan


Sistem Pendidikan di korea adalah 6 tahun SD, 3 tahun SMP, 3 tahun SMU dan 4 tahun
Universitas, secara umum terdiri dari 6-3-3-4 dan sama seperti di Indonesia. Untuk jenjang
SD dan SMP di Korea semua biaya sekolah ditanggung oleh pemerintah selama 9 tahun.
Sistem pendidikan dari pra sekolah sampai perguruan tinggi terbagi dalam 2 semester
pertahunnya sama seperti di Indonesia. Jika selesai semester pertama sekolah akan libur
sebulan penuh dimusim panas. Jika selesai semester ke dua dan sebelum dimulainya semester
baru akan libur dimusim dingin dan dimusim semi selama 2 bulan.
Kurikulum dilaksanakan sejak tahun 1970, dan yang dilakukan guru adalah Perencanaan
pembelajaran dan diagnosis siswa. Pembelajaran Agama di korea tidak diprioritaskan
pembelajaran agama, hanya memprioritaskan pada teknologi saja.
Lalu Jenjang Pendidikan di Indonesia sama seperti di Korea Selatan, Indonesia menggunakan
Kurikulum 2013. Pembelajaran Agama di Indonesia diatur oleh DEPAG.

Daftar pustaka
Agustiar Syah Nur. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Cet. 1. Bandung:
Lubuk Agung.
https://makalah-xyz.blogspot.com/2021/02/perbandingan-sistem-pendidikan.html?m=1
http://freezchool.blogspot.com/2016/09/perbandingan-pendidikan-indonesia-dan.html?m=1
http://ardhianzahroni.blogspot.com/2017/06/perbandingan-kurikulum-indonesia.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai