Anda di halaman 1dari 41

Tugas II

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN


“MAKALAH PERBEDAAN KURIKULUM DI INDONESIA DENGAN
PENDIDIKAN DI (1) CHINA, (2)JEPANG, (3) SINGAPORE, DAN (4)
FINDLANDIA”

OLEH

NURWATI G2I1 18 016


DAHLAN WAHYUDI G2I1 18 022
SIMA YUNINGSIH G2I1 18 025

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Perubahan dan perbaikan dalam bidang pendidikan meliputi berbagai

komponen yang terlibat di dalamnya baik itu pelaksana pendidikan di lapangan

(kompetensi guru dan kualitas tenaga pendidik), mutu pendidikan, perangkat

kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan mutu menejemen pendidikan

termasuk perubahan dalam metode dan strategi pembelajaran yang lebih inovatif.

Upaya perubahan dan perbaikan tersebut bertujuan membawa kualitas pendidikan

Indonesia lebih baik.

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu

pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan disegala

aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di

tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006: 4).

Secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat,

baik dalam bentuk metode, sarana maupun target yang akan dicapai. Karena hal ini
merupakan salah satu sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat

maju. Dan apabila sebuah pendidikan tidak mengalami serta tidak menyebabkan

suatu kemajuan atau malah menimbulkan kemunduran maka tidaklah dinamakan

pendidikan. Karena pendidikan adalah sebuah aktifitas yang integral yang mencakup

target, metode dan sarana dalam membentuk manusia-manusia yang mampu

berinteraksi dan beradabtasi dengan lingkungannya, baik internal maupun eksternal

demi terwujudnya kemajuan yang lebih baik. Dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya melakukan berbagai reformasi

dalam bidang pendidikan. Dan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan

diperlukan sebuah kurikulum.

Setiap negara mempunyai sistem pendidikan yang berbeda – beda, sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai oleh negara tersebut. Dalam sistem pendidikan

terdapat konsep – konsep maupun metode yang pada dasarnya disesuaikan dengan

situasi maupun kondisi yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini

setiap negara berlomba – lomba untuk terus meningkatkan, memperbaiki maupun

memperbarui sistem pendidikan yang digunakan. Salah satunya yaitu mengenai

kurikulum. Kurikulum merupakan suatu dari sekian komponen yang mempunyai

peranan penting dalam system pendidikan di setiap negara.

Studi perbandingan pendidikan dalam hal ini kurikulum merupakan salah

satu cara untuk mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan sistem

pendidikan Indonesia dengan negara tertentu, terutama yang berhubungan dengan

kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada sistem pendidikan tersebut.


Sistem manajemen dari ke enam Negara ini terdapat kemiripan yaitu

gabungan antara sentralistik dan desentralisasi. Kondisi ini sebenarnya sedikit

berbeda dengan sistem pendidikan di Indonesia yang mana masalah sepenuhnya

bersifat sentralistik tanpa memberi kewenangan kepada daerah untuk

mengembangkan proses pendidikan, yang walaupun saat ini Indonesia sudah

masuk dalam era desentralisasi tapi proses pengolahan pendidikan khususnya aspek

anggaran daerah masih belum menaruh perhatian penuh terhadap pendidikan.

Penulis tertarik untuk mengkaji ke enam Negara ini di karenakan Negara ini

memiliki karakteristik yang berbeda - beda baik dalam hal sector industry,

ekonomi maupun pendidikan itu sendiri

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu, (1) Untuk mengetahui

Kurikulum yang berlaku di Indonesia, (2) Untuk mengetahui kurikulum yang berlaku

di China, (3) Untuk mengetahui kurikulum yang berlaku di Jepang, (4) Untuk

mengetahui kurikulum yang berlaku di Singapore, dan (5) Untuk kurikulum yang

berlaku di Finlandia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kurikulum Indonesia
1. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan yang dimaksud disini bukan semata-

mata kecerdasan yang hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual saja, melainkan

kecerdasan meyeluruh yang mengandung makna lebih luas. Seperti yang tertuang

dalam UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 berbunyi:

”…bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi


manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”

Tujuan pendidikan menurut undang-undang dapat diartikan lebih luas menjadi

sebuah tatanan perilaku individu dalam peranya sebagai warga Negara. membentuk

anak menjadi warga negara yang baik. Karena pendidikan merupakan bimbingan

terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka masalah

pokok bagi pendidikan ialah memiliki sebuah tindakan agar dapat mencapai sebuah

tujuan.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 seharusnya menjadi suatu landasan bagi

proses pendidikan yang berlangsung di Indonesia semenjak diberlakukan. Namun

demikian, hal ini berbeda dengan apa yang dipraktikkan oleh para pendidik di sekolah

saat ini. Satu pertanyaan untuk menguji apakah pendidikan di Indonesia secara hakiki
dilandaskan pada UU No. 20 tahun 2003 adalah “apakah proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru saat ini ditujukan untuk menjadikan potensi peserta didik

berkembang sebagaimana mestinya atau hanya sekedar ditujukan untuk

menyampaikan materi yang dipersepsi oleh guru-guru yang hanya mengasah

kemampuan otak?” Maka dari itu, untuk merubah dan mewujudkan perubahan sistem

pendidikan dibutuhkan beberapa upaya yang harus dilakukan salah satunya melalui

penulisan artikel ini diharapkan dapat mengubah paradigma khalayak tentang

pendidikan dan peran pekerja sosial yang penting di dalamnya.

Tujuan pendidikan nasional di atas harus diupayakan dapat dicapai oleh

semua penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan yang bersifat

formal. Untuk mencapainya membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan analisis

tujuan yang lebih spesifik dari setiap jenjang pendidikan disesuaikan dengan taraf

kemampuan dan kebutuhan peserta didik.

2. Struktur dan Jenis Pendidikan

Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.
Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Jalur Pendidikan Formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan,

akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.

Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima

belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pemerintah dan Pemerintah Daerah

menjamin terselenggaranya wajib belajar bagi setiap warga negara yang berusia 6

(enam) tahun pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Pendidikan dasar

berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang

sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),

atau bentuk lain yang sederajat.

Gambar 1. Siswa Sekolah Dasar

Pendidikan Menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan

menengah terdiri atas pendidikan menengah umum, dan pendidikan menengah

kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),


Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah

Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Gambar 2. Siswa Sekolah Menengah Pertama dan Atas

Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis,

dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat

berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Perguruan

tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik,

profesi, dan/atau vokasi.

Gambar 3. Suasana Belajar di Perguruan Tinggi


3. Manajemen Pendidikan

Dalam Undang – Undang tentang sistem pendidikan nasional BAB.I

Ketentuan Umum pasal 1. Berbunyi :

“Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan


nasional”.
Dalam sikdiknas bersifat dekonsentrasi. Mentri sebagai penanggung jawab

pemerintah pusat sebagai penentu kebijakan nasional dan standar Diknas. Pemprov

melakukan koordinasi untuk tinggat pendas-pendas dan menengah. Serta satuan

pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Sedangkan sedangkan perguruan tinggi

diberi otonomi untuk mengelola lembaganya.

Pengelolaan satuan pendidikan untuk pendidikan tinggi dilaksanakan

berdasarkan prinsip otonomi akuntabilitas, jaminan mutu dan evaluasi yang

transparan untuk pendidikan nonformal dilakukan oleh pemerintah, pemda dan atau

masyarakat.

4. Biaya/Anggaran Pendidikan

Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai sangat

tergantung oleh besarnya biaya yang diperutuntukkan bagi pendidikan per unit,

maupun alokasi danabagi pendidikan APBN serta persentase biaya pendidikan PDB.

Dengan demikian diperlukan adanya kemauan atau political will dari pemerintah dan

para pemegang amanat rakyat (DPR) untuk dapat lebih peduli kepda pendiidikan.

Anggaran pendidikan saat ini telah mencapai angka 20% dari APBN sesuai

dengan UU yang diperjuangkan sedemikian susah. Anggaran ini menurut Jazuli


Juwairu berkisar pada angka 213 trilyun rupiah yang akan digunakan untuk

membenahi mutu pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah

pertama di seluruh Indonesia. Lebih anjut Juwaini menyatakan bahwa 60% dari dana

tersebut akan digunakan untuk mutu dan sarana prasarana pendidikan.

Dengan anggaran yang sedemikian besar sangat diharapkan adanya

percepatan pembangunan mutu pendidikan sehningga semua peserta didik mulai dari

tingkat dasar sampai perguruan tinggi dapat merasakan pendidikan yang bermutu.

Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah pemerataan pendidikan bagi seluruh

rakyat Indonesia dengan biaya pendidikan yang rendah kalau perlu gratis, tapi mutu

tetap didapatkn.

Pada amandemen UUD 1945 pasal 31 dinyatakan dengan tegas bahwa; Ayat

(2): “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya”. Ayat (4): “negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-

kurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan

penyeenggaraan pendidikan nasional”. Ayat (5): “pemerintah memajukan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan

bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”.

Amandemen UUD di atas secara tegas meyebutkan setiap warga negara wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, akan tetapi

kenyataan yang kita lihat masih banyak anak uasi sekolah dasar tidak dapat mengikuti

sekolah dasar karena ketidakmampuan dalam biaya pendidikan. Selanjutnya


dikatakan bahwa anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan

APBD tetapi kenyataannya setelah tiga tahun amandemen itu disetujui dan

ditandatangani, baru pada 2010 “mungkin” dapat direalisasikan. Padahan Dallam

dictum ketetapan tersebut disebutkan bahwa ketetapan ini beraku sejak tanggal

ditetapkannya yaitu tahun 2006.

Sesuai dengan UUD 1945 yang ada, maka pemerintah pusat dan pememrintah

daerah mempunyai kewajiban untuk mnyukseskan upaya pemenuhan hak anak

memperoleh pendidikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyediakan anggaran yang memadai yang memungkinkan terpenuhi seluruh

kebutuhan pendidikan anak usia sekolah dan kebutuhan tenaga pendidik

memperoleh penghasilan dan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.

b. Mengidentifikasi peserta didik yang berprestasi guna pemberian beasiswa dan

tenaga pendidik yang berpretasi untuk pemberian insentif.

c. Mengidentifikasi orang tua peserta didik yang tidak mampu ekonominya.

d. Mengintegrasikan program-program pengentasan kemiskinan.

Selanjutnya peran DPR dalam upaya memenuhi hak anak untuk memproleh

pendidikan, adalah sebagai berikut.

a. Membuat kebijakan yang mendukung upaya dan program pemerintah untuk

melaksanakan UU tentang sikdinas, utamanya yang terkait dengan hak anak

memproleh pendidikan.

b. Membuat kebijakan yang mendukung dan menentukan porsi APBN yang

terkait dengna butir satu


c. Mengawasi pelaksanaan butir saru dan dua

d. Memperhatikan dan menyalurkan aspirasi masyarakat, utamanya yang terkait

dengan hak anak memproleh pendidikan

e. Mengadakan penyelidikan bila dipandang perlu dan atau meminta keterangan

pemerintah, utamanya yang terkait dengan masalah hak anak memperoleh

pendidikan

f. Mengusulkan peraturan bila dipandang perlu, utamanya yang terkait dengan

hak anak memproleh pendidikan

Pernyataan di atas, menwajikan kepada pemerintah untuk menjamin

terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa

diskriminasi dan DPR sebagai mitranya. Dengan demikian sangat wajar apabila DPR

memperjuangkan terpenuhinya hak anak memperoleh pendidikan dengan

mengalokasikan anggaeran yang memadai. Kemuddian pemerintah sebagai

penyelenggara pendidikan seharusnya segera merealisasikan alokasi anggaran

sekurang-kurangnya 20% kalau bisa lebih diluar gaji guru.

5. Guru/Personalia Pendidikan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, pada pasal 28, bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi

akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang

dibuktikan dengan ijazah/sertifikat keahlian yang relevan, yang dikeluarkan oleh


Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi dan

ditetapkan oleh Pemerintah.

Jenis pendidikan guru yaitu Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang

diselenggarakan oleh LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah,

dengan kualifikasi akademik:

1) Pendidik pada jenjang Pendidikan Dasar minimum D-IV atau S1 pendidikan

dasar.

2) Pendidik pada jenjang Pendidikan Menengah minimum D-IV atau S1

pendidikan menengah.

3) Pendidik pada jenjang Pendidikan Tinggi minimum: S1 untuk program

Diploma, S2 untuk program sarjana, dan S3 untuk program magister dan

program doktor.

6. Kurikulum

Kurikulum yang yang ada di Indonesia terdiri dari empat macam yaitu

kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau pun Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan Kurikulum 2013 yang sekarang ini berlaku.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah menerapkan

enam kali perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum

1984, kurikulum 2004, KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang

dikeluarkan pemerintah melalui Permen Dinas Nomor 22 tentang standar isi, Permen

Nomor 23 tentang standar lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang pelaksanaan


permen tersebut, tahun 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

merupakan revisi dan pengembangan dari kurikulum Berbasis Kompetensi, atau

kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar

dari pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi

dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, dalam KTSP bahan belajar siswa

sedikit berkurang dan tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru dan komite sekolah)

diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi yang

ada di lingkungannya.

7. Sistem Ujian dan Sertifikasi

Ujian Nasional adalah salah satu bentuk evaluasi pendidikan yang


diselenggarakan sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 58 Ayat (2), yang berbunyi:
“Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan
dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan
sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan”.

Salah satu bentuk evaluasi peserta didik yang diselenggarakan di Indonesia

dilaksanakan dalam bentuk UN. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 144 Tahun 2014 disebutkan bahwa UN adalah kegiatan

pengukuran dan penilaian pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional

pada mata pelajaran tertentu.

Guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan

sertifikat pendidik sebagaimana dipersyaratakan dalam Pasal 8 Undangundang No. 14

tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kualifikasi diperoleh melalui pendidikan tinggi
program diploma empat, sarjana, magister atau doktor. Sementara kompetensi

meliputi kemampuan pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi. Sertifikat diperoleh melalui pendidikan yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga

kependidikan yang terakreditasi.

8. Isu Pendidikan

Jika mencermati sudut pandang pemerintah, pemerintah saat ini juga sudah

berupaya untuk terus memperbaiki kualitas pendidikan yang ada. Salah satunya

adalah dengan mengubah-ubah kurikulum agar tetap relevan dengan zaman yang ada.

Seperti K-13 yang hingga saat ini masih menuai banyak permasalahan.

Namun perlu kita ingat, bahwa ujung tombak dari setiap kebijakan dan

pendidikan pada akhirnya berpulang pada makhluk yang bernama guru. Gurulah yang

akan melaksanakan segala bentuk pola,gerak, dan geliatnya perubahan kurikulum.

Seperti saat ini, saat berbagai macam model pembelajaran yang berrkaitan dengan K-

13 diuji cobakan, maka gurulah yang sangat berperan dalam melaksanakannya.

Masukan dari guru akan menjadi perbaikan, terutama pada model unsur pembelajaran

itu sendiri, juga pada komponen-komponen /unsur-unsur kurikulum lainnya yang

terkait dengan uji coba tersebut.

B. Kurikulum China
1. Tujuan Pendidikan

Sejak tahun 1980-an pemerintah China menetapkan prinsip-prinsip dasar

pembangunan ekonomi sebagai tugas sentral Negara dengan tetap berpegang pada
empat landasan yaitu : Sosialisme, Komunisme, marxisme, Leuinisme serta ideology

MAO Tse Tung, dan terbuka terhadap dunia luar.

Pada tahun 1985 melalui keputusan komite petani Komunis Cina diadakan

reformasi struktur pendidikan, dengan tegas menyatakan bahwa “Pendidikan harus

menjalankan tujuan pembangunan sosialis, dan pembangunan sosialis harus

tergantung pada pendidikan”.

Keputusan ini menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara pensisikan

dan pembanguanan ekonomi, serta menegaskan bahwa pembangunan ekonomi ini

tergantung pada kemajuan IPTEK serta peningkatan kualitas angkatan kerja.

Dengan demikian tujuan umum pembangunan pendidikan Cina adalah untuk

membangun kerangka dasar system pendidikan yang dapat dipakai dan disesuaikan

dengan keperluan gerakan modernisasi sosialis yang diarahkan pada tuntutan abad

ke-21, dan yang merefleksikan karakteristik dan nilai-nilai Cina.

2. Struktur dan Jenis Pendidikan

Adapun struktur system pendidikan China adalah meliputi : Pendidikan dasar

(basic education), pendidikan teknik dan kejuruan (Technical and Vactional

Education, TAPE), pendidikan tinggi (Higher education, HE), dan pendidikan orang

dewasa (adult education, HA), berikut visualisai sistem pendidikan China.

Basic Education mencakup TK, Sekolah dasar dan pendidikan menengah,

dengan lama pendidikan yaiu : prasekolah 3 tahun ke atas, sekolah dasar 5-6 tahun

dengan usia masuk SD 6 th, dan pendidikan Sekola Menengah Tingkat pertama 3 th,

dan tingkat atas selama 3 tahun.


Pada tahun 1990 APN murid SD adalah 97,8%, sedangkan angka melanjutkan

ke sekolah menengah pertama 77,8%, (38,69 juta) yang ditampung di 72000 SMP,

dan 16000 SMA dengan siswa 7,17 juta orang, dan 1075 lembaga Perguruan Tinggi,

dengan mahasiwa 2, 15 juta mahasiswa.

Selain pendidikan formal, di Cin juga berkembang pendidikan non formal

yang berupa pendidikan orang dewasa yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat, yang pada gilirannya diharapkan dapat memberi sumbangan

dalam pengembangan sosioekonomi penduduk.

Selain itu di China dikembangkan pendidikan literasi guna pemberantasan

buta huruf, hingga saat ini sudah tercatat 42,5 juta lebih Rakyat Cina yang telah

dapat, “ melek aksara”. Pada tahun 1996 tercatat 82% tingkat literasi di China. (The

World Almance and book of facts 2000).

3. Manajemen Pendidikan

Sistem pendidikan di Cina adalah transentarlsasi, mulai dari level pusat, propinsi,

kotamdya, kabupaten, termasuk daerah-daerah otonomi/ setingkat kotamdya.

Adapaun yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan adalah komite

pendidikan Negara (state education Commission, SEDC), adalah suatu organisasi

professional pemerintah dalam bidang pembangunan pendidikan.

4. Biaya/ Anggaran Pendidikan

Alokasi biaya pendidikan tersedia pada pemerintah pusat dab daerah., dengan

distribusi, alokasi dari daerah untuk pendidikan yang dikelola oleh daerah dan dana

pusat untuk lembaga pendidikan yang berada di kementrian-kementrian. Besar


anggaran pendidikan China pada tahun 1990 adalah sebesar 43,3 miliar RnB

(Reuminbi) guan (13,1% dari anggaran Negara).

5. Guru / Personalia Pendidikan

Pada tahun 1990 Cina memiliki 13,45 juta guru, dengan perincian : 5,58 juta

guru SD, 3,63 juta guru-guru sekolah menengah, dan 394.500 adalah guru di

pendidikan tinggi regular. Adapun standar untuk menjadi guru di China adalah

melalui pendidikan dalam jabatan (Inservice Training ) yang diselenggarakan oleh

perguruan tinggi yang biaya pendidikan sepenuhnya ditanggung oleh Negara.

6. Kurikulum

Kurikulum dirumuskan oleh komisi pendidikan Negara (SEDC), yang sangat

fleksible serta berfariasi atas dasar kemampuan dan karakteristik wilayah, kota dan

desa, dengan memberikan keleluasan bagi daerah/ pedesaan untuk menambahkan

kurikulum local, dengan acuan sebagai berikut: SD memuat 10 mata pelajaran yang

berbeda antara perkotaan dan pedesaan, untuk SD pedesaan misal, memuat mata

pelajaran pertanian selain mata pelajaran inti, moral, matematika dan bahasa Cina,

sedangkan untuk SD perkotaan diwajibkan mata pelajaran olah raga; Sekolah

menengah Pertama memberikan 13 mata pelajaran wajib, termasuk diantaranya MA.

Pendidikan moral, politik, Bahasa Cina, Bahasa Asing dan matematika; sedangkan

untuk SLTA disesuaikan dengan keinginan siswa, kenutuhan social masyarakat serta

kondisi lembaga setempat, dengan beberapa mata kuliah pilihan.

7. Sistem Ujian dan Sertifikasi


Sekolah dasar dan menengah melaksanakan empat macam ujian, yaitu : ujian

semester, ujian tahunan, ujian akhir sekolah dan ujian masuk SMP, dan ujian-ujian ini

terbatas pada mata pelajaran bahasa Cina dan Matematika. Sedangkan ujianmasuk

SMA, digabungkan dengan ujian akhir SMP. Untuk masuk PT, dilakukan ujian

seleksi Nasional dengan pemisahan antara pilihan science dan ilmu social.

8. Isu Pendidikan

Masalah pendidikan Cina tahun 2000 , meliputi kualitas pendidikan,

profesionalisme personil pendidikan, isi dan metodelogi pendidikan yang belum

memenuhi tuntutan pembangunan social nasional.

C. Kurikulum Jepang

1. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan Jepang tercantum dalam undang-undang pokok pendidikan

tahun 1947 ayat 1, menyatakan bahwa, pendidikan Jepang bertujuan untuk

mengembangkan sepenuhnya kepribadian setiap individu baik fisik, maupun psikis,

yang cinta kebenaran dan keadilan, menghormati nilai-nilai pribadi orang lain,

menghargai pekerjaan, memiliki rasa tanggung jawab denagn semangat kemerdekaan

sebagai pendiri Negara dan masyarakat yang damai.

Titik berat pendidikan Jepang adalah pengembangan kemampuan dasar dalam

diri generasi muda, dengan asumsi bahwa generasi muda harus siap menyesuaikan

diri dengan kemajuan IPTEK yang global.

2. Struktur dan Jenis Pendidikan


Sebelum perang dunia II, system pendidikan Jepang memiliki banyak jalur

(Multi tract), namun setelah tahun 1980-an pemerintah Jepang melakukan reformasi

di bidang pendidikan

Taman kanak-kanak menerima anak berusia 3-5 tahun, sedangkan pendidikan

dasar (SD) menerima siswa yang berusia enam tahun yang sebagian besar (97 %)

berada di SDN, dengan jumlah mata pelajaran bervariasi yaitu : 850 jam pelajaran/th

untuk grade 1 sampai 1015 dan bagi grade 4-6, Sedangkan kenaikan antara grade

berikutnya dilaksanakan secara otomatis.

Sedangkan untuk pendidikan menengah pertama berlangsung selama tiga

tahun dengan jumlah jam pelajaran 1015/tahun. Setelah selama 3 tahun melalui ujian

masuk, dengan angka partisipasi murni 94%, namun 18 % diantaranya masuk SLTA

swasta , dan 10 % diantaranya mengambil jurusan umum, selebihnya masuk sekolah

kejuruan teknik dan pertanian.

Pendidikan tinggi (universitas/Daigaku) atau Tin kidaigaku (yunior college),

melalui ujian masuk yang meliputi test achivment, interview, test essai, dll, lama

pendidikan di Universitas (daigaku) berlangsung selama 4 (empat) tahun sedangkan

di Tan kigaikaku 2-3 tahun, serta pendidikan khusus teknik (Peoto Senmogakku)

yang berlangsung selama 5 tahun setelah tamat SLTA.

Kemudian di Jepang terdapat pendidikan non formal, yang dikenal dengan

pendidikan social. Adapun lingkup pendidikan non formal meliputi : teknik pertanian,

perikanan, nelayan dan buruh kehutanan. Selain itu juga tersedia pula program-

program pendidikan Radio dan televisi untuk pendidikan umum dan keterampilan.
3. Manajemen Pendidikan

Pada level nasional tanggung jawab pendidikan ada pada kementrian

pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Kementrian memberikan pedoman untuk menyusun kurikulum, mata

pelajaran serta persyaratan kredit mulai dari TK hingga ke perguruan tinggi.

Kementrian juga bertanggung jawab terhadap pengembangan buku teks untuk

sekolah dasar dan menengah.

Kemudian distrik terdapat dewan pendidikan yang bertanggung jawab

terhadap supervise atas masalah-masalah personalia pada lembaga pendidikan

pemerintah, memberikan inservice training asset cultural, dan memberikan nasihat

kepada lembaga-lembaga pendidikan.

4. Biaya / Anggaran Pendidikan

Sistem administrasi keuangan pendidikan Jepang disediakan bersama-sama

antara pemerintah pusat, distrik, maupun kota praja. Dimana diambil dari pajak dan

dari sumbersumber lain. Adapun anggaran pendidikan Jepang pada tahun 1980 (16,7

triliun) yen/97.000 juta dolar AS (19,7%) dari total anggaran belanja pemerintah

Jepang, dengan alokasi : 54,55 untuk wajib belajar, 17,9% untuk pendidikan

menengah dan 21,1% untuk pendidikan tinggi, sedangkan 1992-1994 anggaran

pendidikan Jepang sebesar 3,6% dari GNP nya (10,4 dan 19,9%) dari anggaran

pemerintah.

5. Guru / Personalia Pendidikan


Untuk menjadi guru SD dan sekolah menengah, guru harus dididik/dilatih di

universitas, pasca sarjana dan yunior college yang dipilih oleh kementrian

pendidikan. Kemudian guru memperoleh sertifikat mengajar dari dewan pendidikan

distrik yang berlaku di semua distrik. Sertifikat untuk guru SD, memberikan

kewenangan untuk mengajar semua mata ajaran, sementara untuk guru menengah

hanya pada mata ajaran tertentu saja, ke semua ini diperoleh setelah lulus rekruitmen

yang dilakukan Dewan Pendidikan Distrik.

6. Kurikulum

Kurikulum sekolah ditentukan oleh menteri pendidikan yang kemudian

dikembangkan oleh dewan pendidikan distrik dan kota praja. Kurikulum awal athun

980 memuat mata pelajaran untuk SD terdiri dari, bahasa Jepang sebagai pengantar,

ilmu sosial, berhitung, ilmu pengetahuan umu, musik/seni dan kerajinan, pendidikan

jasmani dan kerumah tanggaan (grade 4 dan 6), disamping itu pendidikan moral wajib

belajar 9 tahun, khusus perbaikan kurikulum dilakukan setiap 10 tahun sekali.

7. Sistem Ujian dan Sertifikasi

Pada semua tingkat system pendidikan di Jepang harus menempuh berbagai

ujian, yang merupakan syarat untuk naik kelas atau untuk mendapatkan

ijazah/sertifikat. Bagi siswa yang kehadirannya kurang dari 5% tahun belajar, dan

hasil ujian jelek, maka diwajibkan untuk mengulang pada level yang sama.

8. Isu Pendidikan
Kekurangan tenaga kerja yang terampil merupakan isu utama, untuk itu

pendidikan Jepang memerlukan guru guna pembelajaran kreatifitas dan

pengembangan karakter setiap anak.

Kekurangan tenaga kerja yang terampil merupakan isu utama, untuk itu

pendidikan Jepang memerlukan guru guna pembelajaran kreatifitas dan

pengembangan karakter setiap anak.

D. Kurikulum Singapore

1. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan Singapura adalah Membentuk masyarakat singapura yang

berbudaya tinggi dalam hal etika, disiplin dan perilaku social sehari – hari, serta

mengembangkan kreativitas anak didik khusunya di bidang teknologi informasi.

Pendidikan singapura juga bertujuan untuk mewujudkan suatu sistem pelajaran yang

memenuhi keperluan negara dan menggalakkan perkembangan kebudayaan, sosial,

ekonomi dan politik.

2. Struktur dan Jenis Pendidikan

Singapura merupakan salah satu negara yang pendidikannya, perekonomian,

teknologi, dan sumber daya manusia yang maju di dunia, terutama di Asia Tenggara.

Oleh karena itu, Singapura menjadi salah satu negara tujuan untuk menuntut

ilmu.Selama bertahun-tahun, Singapura telah berkembang dari sistem pendidikan ala

Inggris yang tradisional menjadi sistem pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan individual dan mengembangkan bakat peserta didik.


Keunggulan sistem pendidikan di Singapura terletak pada kebijakan dua

bahasa ( Bahasa Inggris dan bahasa ibu yaitu: Melayu/Mandarin/Tamil) dan

kurikulum yang lengkap dimana inovasi dan semangat kewirausahaan menjadi hal

yang sangat diutamakan. Para individu menunjukkan bakat-bakat yang berkaitan satu

sama lain dan kemampuan untuk bertahan dalam lingkungan yang penuh dengan

persaingan, dan dipersiapkan untuk sebuah masa depan yang lebih cerah.

Sistem pendidikan di Singapore meliputi:

a. Sekolah Dasar & Menengah (4-6 tahun)


Secara umum, lamanya pendidikan dasar di Singapura sama dengan di

Indonesia yaitu enam (6) tahun, terdiri dari program dasar selama empat (4) tahun

dan diikuti oleh program orientasi selama dua (2) tahun. Pada akhir tahun

keenam, pelajar akan mengikuti ujian PSLE (Primary School Leaving

Examination). Kurikulum yang diajarkan lebih memfokuskan pada pengajaran

bahasa Inggris, bahasa ibu seperti Cina, Melayu atau Tamil, serta pelajaran

matematika, pengetahuan alam, musik, seni rupa dan kerajinan tangan, olahraga

dan pendidikan sosial.

Setelah lulus ujian PSLE, pelajar meneruskan ke sekolah menengah

dengan kurikulum ‘O’ Level selama empat (4) tahun atau ‘N’ Level selama lima

(5) tahun, sesuai dengan kemampuan individu. Kurikulum ini mencakup bahasa

Inggris, bahasa ibu seperti Cina, Melayu atau Tamil, serta pelajaran matematika,

science dan humanities. Pada tahun ketiga, pelajar dapat memilih untuk
mengambil kelas kesenian, science, ilmu tata niaga atau jurusan teknik. Ujian

akhir yaitu Singapore - Cambridge General Certificate of Education ‘Ordinary’

(GCE ‘O’ Level) atau ‘Normal’ (GCE ‘N’ Level). Melalui kurikulum ini, pelajar

dilatih dan diajarkan cara berpikir kritis. Normal adalah kursus empat tahun

menjelang ujian Normal-tingkat (N-level), dengan kemungkinan tahun kelima

diikuti oleh tingkat O-. Normal dibagi menjadi Normal (Akademik) dan Normal

(Teknis). Pada tahun 2004, Departemen Pendidikan mengumumkan bahwa siswa

yang dipilih dalam kegiatan normal akan memiliki kesempatan untuk duduk

untuk ujian O-level secara langsung tanpa terlebih dahulu mengambil ujian N-

tingkat.

b. Pra-Universitas (Junior College)


Setelah menyelesaikan ujian GCE ‘O’ Level, untuk mempersiapkan diri

memasuki kurikulum universitas, pelajar dapat memilih mendaftar ke Pra-

Universitas (Junior College) atau langsung ke ITE (Institutes of Technical

Education) atau Politeknik. Pra-Universitas atau yang lebih dikenal dengan

sebutan Junior College atau disingkat JC ini berdurasi dua (2) tahun. Kurikulum

terdiri dari dua (2) pelajaran wajib yaitu general paper dan salah satu dari bahasa

ibu (Cina, Melayu atau Tamil), serta maksimum empat (4) pelajaran dari tingkat

‘A’ Level. Selesai dari JC, pelajar akan memperoleh Singapore - Cambridge

General Certificate of Education ‘Advanced’ (GCE ‘A’ Level) dan dapat

melanjutkan ke tahun pertama universitas di Singapura.

c. ITE (Institutes Of Technical Education) & Politeknik


Untuk pelajar yang telah menyelesaikan ujian GCE ‘O’ Level atau GCE

‘N’ Level, pilihan lainnya selain daripada masuk ke JC, adalah ITE dan

Politeknik. Keduanya memiliki durasi belajar selama tiga (3) tahun pada tingkat

Diploma; yang membedakan adalah persyaratan untuk mendaftar, Politeknik

memiliki persyaratan masuk yang lebih tinggi dibanding ITE. Kebanyakan

pelajar Indonesia mendaftar ke Politeknik dibandingkan ke ITE.

d. Universitas Negeri

Singapura sebagai pusat pendidikan tersier menawarkan kesempatan

belajar berbeda, karena didukung oleh fasilitas pendidikan dan teknologi yang

canggih. Pendidikan tersier di Singapura mempunyai dedikasi mempersiapkan

para pelajar di dalam menghadapi masa depan mereka. Di Singapura terdapat tiga

(3) universitas negeri yang menawarkan program Bachelor, Master hingga PhD;

dengan syarat penerimaan yang sangat kompetitif dan juga beasiswa dengan

kontrak kerja setelah kelulusan.

3. Manajemen Pendidikan

Pendidikan di Singapura dikelola oleh Kementerian Pendidikan Singapura,

yang mengontrol perkembangan dan administrasi sekolah negeri yang menerima

dana dari pemerintah, tetapi juga memiliki peran penasehat dan pengawas dalam hal

sekolah swasta. Baik sekolah swasta maupun negeri, ada variasi dalam tingkat

otonomi dalam kurikulum mereka, ruang lingkup bantuan pemerintah dan pendanaan,

beban tuisi siswa, dan kebijakan masuk.


4. Biaya / Anggaran Pendidikan

Singapura mengeluarkan kirakira 25 % daripada anggaran pemerintahannya

untuk menguruskan sektor pendidikan di negara pulau yang luasnya hanya 692

kilometer persegi dan mempunyai penduduk sebanyak 4.5 juta orang itu. Sektor

pendidikan mencapai 25 peratus daripada jumlah perbelanjaan kerajaan. Dari jumlah

tersebut, sebanyak 40 % adalah untuk tahap pendidikan pengajian tinggi (setingkat

perguruan tinggi).

Selain itu, Singapura juga menyediakan 75 % dana subsidi operasi dan

mendorong lebih banyak sumbangan atau bantuan dari sektor swasta untuk

membantu institusi pendidikan. Sedangkan, agar pendidkan boleh mendorong inovasi

yang berterusan, Singapura menekankan pendekatan antara pemerinatah dan kalangan

pembisnis.

Dengan pendapatan per kapita lebih dari 24,000 dollar AS per tahun,

Singapura termasuk paling kaya didunia. Namun, Singapura tidak menyamaratakan

bahawa semua warga pasti mampu. Sekolah di Singapura relatif murah.

Pada tahun 2000 Undang-Undang Wajib Belajar mengkodifikasikan wajib

belajar bagi anak-anak usia sekolah dasar (kecuali bagi mereka yang berkebutuhan

khusus), dan menjadikan tindak pidana bagi orang tua yang gagal mendaftarkan

anak-anak mereka di sekolah dan memastikan kehadiran mereka. Pengecualian

dierikan untuk sekolah rumah atau lembaga keagamaan penuh-waktu, tetapi orang tua

harus mengajukan permohonan pengecualian dari Kementerian Pendidikan dan

memenuhi patokan minimum.


5. Guru / Personalia Pendidikan

Proses penyaringan untuk menjadi guru sangat ketat dan calon guru yang

diterima disesuaikan dengan jumlah guru yang diperlukan, sehingga semua calon

guru tersebut pasti akan mendapatkan pekerjaan. Setelah teraudisi, para calon guru

diberi pelatihan sebelum bekerja, sehingga guru-guru sudah mendapatkan

pembekalan sebelumnya. Selain itu, gaji yang diberikan untuk guru-guru di

Singapura juga banyak. Hal itu menyebabkan kehidupan guru-guru terjamin

kesejahteraannya.

6. Kurikulum

Untuk kurikulum pada tahap sekolah taman kanak-kanak menyelenggarakan

dua sesi sehari dengan tiap sesi pelatihan 2, 5 sampai 4 jam, 5 hari setiap minggunya.

Pada umumnya kurikulum termaksud program berbahasa inggris dan bahasa asing

dengan pengecualian terhadap sistem luar negeri yaitu pada sekolah Intresnasional

yang menawarkan Prgram taman kanak-kanak bagi anak-anak ekspatriat.

Pada tahap dasar, Kurikulum ini terdiri dari pengajaran Bahasa Inggris,

bahasa daerah dan matematika, dengan mata pelajaran tambahan seperti music,

kesenia, dan kerajinan tangan, pendidikan fisik dan pembelajaran sosial Ilmu

Pengetahuan sudah diajarkan sejak kelas 3 Sekolah Dasar.

Kurikulum Peendidikan lanjutan Mencakup Bahasa Inggris, Bahasa daerah,

Matematika, Ilmu Pengetahuan dan Kemanusiaan. Pada tingkat lanjutan ke-3, siswa

dapat memilih pilihan mereka sendiri tergantung apakah mereka dijurusan Seni, Ilmu

Pengetahuan, Perniagaan atau teknik terapan.


Kurikulum pada sekolah lanjutan di Singapura dikenal diseluruh dunia

kemampuannya untuk mengembangkan siswa melalui pemikiran yang kritis dan

keterampilan intelektual.

Bicara soal silabus dan kurikulum, departemen pendidikan singapura setiap

kali bekerja untuk melakukan evaluasi. Setiap perkembangan baru selalu disisipkan

pada silabus baru.Pendidikan Singapura bukan hanya menyediakan saran dan

prasarana yang memadai setapi juga selalu mengupdate dari tahun ketahun.

7. Sistem ujian dan Sertifikasi

”O” Level Test, ini nama UN untuk secondary school. ”O” Level Test adalah

kependekan dari Ordinary Level Test. Bedanya dengan UN kita, UN mereka tidak

menentukan kelulusan seseorang karena, menurut Pemerintah Singapura, setiap orang

punya kesempatan sama untuk melanjutkan pendidikan.

Jadi, untuk pelajar yang sudah duduk di kelas 4 Express ataupun yang di kelas

5 Normal Academic sudah harus mengikuti ”O” Level Test untuk lulus dari

secondary school. Dalam ”O” Level Test ada tujuh pelajaran yang harus diikutin:

lima mata pelajaran pokok dan dua mata pelajaran pilihan. Kelima pelajaran pokok

itu adalah English, Mother Tongue, Matematika, IPA (Biologi, Kimia, Fisika), IPS

(Sejarah, Sosiologi, Geografi), serta dua mata pelajaran, pilihan dari Food and

Nutrition, IT, dan Design and Technology. Semua pelajaran tersebut punya nilai

minimum. Sedangkan mereka yang tidak bisa mendapatkan nilai minimum, tetap

lulus. Tapi, di ijazah mereka akan ada nilai merah. Kalau mereka tidak mau di

ijazahnya ada nilai merah, mereka boleh mengulang satu tahun di kelas yang sama.
Setelah Secondary School Masih ada satu lagi jenjang sebelum mereka masuk

ke universitas, yaitu Centralised Institute atau Junior Colleges (tertiary education,

persiapan menuju tingkat universitas). Tapi, untuk mereka yang punya nilai bagus

(poin 1 sampai 14) bisa langsung ke Junior College yang lamanya dua tahun.

Kalau mereka tidak mempunyai nilai dari poin yang disebutkan itu, mereka

melanjutkan ke Centralised Institute yang waktunya lebih lama, yakni tiga tahun.

Setelah itu mereka harus melewati ujian nasional yang namanya ”A” Level Test atau

Advanced Level Test. Tes yang diberikan tentu saja lebih susah, karena akan masuk

ke Universitas. Tapi, dengan banyaknya tes yang dilewati, tentulah universitas di

Singapura bisa mendapatkan calon mahasiswa yang berkualitas. Karena penyaringan

mahasiswa secara tidak langsung dilakukan lewat sejumlah tes-tes tersebut.

Soal-soal yang ada dalam setiap tes dibuat oleh Universitas Cambridge. Jadi,

ijazah yang mereka dapatkan bertaraf internasional yang bisa digunakan untuk

melanjutkan kuliah di mana saja, di seluruh dunia.

8. Isu Pendidikan

Singapura mengaku tidak memiliki formula spesifik yang dapat menciptakan

sebuah kesuksesan bagi sektor pendidikan karena hal tersebut hanya dapat diraih

berdasarkan berbagai upaya jangka panjang yang berkelanjutan.

Singapura memiliki tiga fase dalam mengembangkan strategi ipteknya, yaitu:

a) Fase transfer pengetahuan dari luar negeri (1970 hingga 1980-an)

b) Fase pembangunan landasan riset dan pengembangan (1990-an) antara lain

dengan mendirikan Dewan Teknologi dan Sains Nasional pada 1991.


c) Fase terakhir yang dimulai pada 2000 hingga kini adalah menciptakan

pengetahuan baru bagi industri dengan cara memaksimalkan hubungan antara

perguruan tinggi, institusi riset, dan industri.

E. Kurikulum Finlandia

1. Tujuan Pendidikan

Tujuan utama dari kebijakan pendidikan Finlandia adalah semua warga

mendapatkan kesempatan yang sama dalam hal menerima pendidikan, tanpa

memperhitungkan usia, tempat tinggal, situasi keuangan, jenis kelamin atau orang

tua. Pendidikan dianggap sebagai salah satu hak-hak dasar semua warga negara.

Pendidikan dasar Finlandia dikembangkan sedemikian rupa agar mampu

menjamin kesetaraan kesempatan bagi seluruh rakyat untuk menikmati pendidikan

terlepas dari faktor gender, strata sosial, latar belakang etnis dan golongan. Fokus

utama sistem pendidikan adalah kemerataan pendidikan guna menunjang tingkat

kompetensi rakyat dalam menyokong pembangunan nasional berdasarkan inovasi.

2. Struktur dan Jenis Pendidikan

Salah satu faktor yang mendorong keberhasilan Finlandia bertransformasi

menjadi negara industri maju dan modern adalah tingginya kualitas dan kompetensi

sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Tingginya kualitas dan kompetensi

SDM Finlandia merupakan hasil dari perjalanan panjang komitmen kuat pemerintah

dan rakyat Finlandia dalam membangun dan mengembangkan system pendidikan

nasionalnya.
Pemerintah dan rakyat Finlandia menyadari bahwa komitmen kuat untuk

membangun dan mengembangkan system pendidikan nasional merupakan kunci

penentu keberhasilan negaranya untuk tetap eksis mempertahankan keberlangsungan

hidupnya sebagai negara yang berpenduduk kecil, sumber daya alam yang sangat

terbatas dan hidup di tengah kondisi alam yang ekstrim dan kurang bersahabat.

Pembangunan negara dan bangsa Finlandia berdiri di atas pilar pendidikan dan

penelitian yang berbasis inovasi dan disokong penuh oleh seluruh komponen bangsa.

Sistem pendidikan di Finlandia memiliki 3 tingkatan, yakni:

a) Pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun (terdiri dari 6 tahun pendidikan dasar

dan 3 tahun pendidikan menengah pertama);

b) Pendidikan menengah atas dan/atau sekolah kejuruan (vocational training);

c) Pendidikan tinggi (higher education).

Pendidikan pra-sekolah tersedia bagi anak-anak yang belum memasuki usia

wajib sekolah (di bawah usia 7 tahun). Pendidikan dasar adalah tingkat pendidikan

umum dasar yang diberikan secara komprehensif dalam periode 9 tahun. Pendidikan

menengah atas terdiri dari pendidikan dan pelatihan kejuruan dan pendidikan dasar.

Pendidikan tinggi diberikan di berbagai universitas dan politeknik. Pendidikan dan

pelatihan kaum muda tersedia di setiap tingkatan jenjang pendidikan. Selain dari pada

itu, pendidikan kaum dewasa menawarkan berbagai macam pendidikan dan pelajaran

rekreasional yang diharapkan mampu membangun kompetensi dan keahlian

penduduk.
a) Pendidikan Pra Sekolah

Di Finlandia, anak dikenakan wajib belajar ketika ia memasuki usia yang

ketujuh. Namun demikian, bagi anak yang belum mencapai usia 7 tahun,

mereka dapat menikmati pendidikan pra-sekolah yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah di bawah pengawasan administratif Kementerian Sosial.

Anak yang berusia di bawah 7 tahun yang mengikuti jenjang pendidikan pra-

sekolah di sekolah umum/ pemerintah tidak dipungut biaya pendidikan. Selain

dari pada itu, siswa pra-sekolah juga disediakan makanan (school meals),

pelayanan kesehatan, dan transportasi (apabila rumah mereka berada lebih dari

5 km) secara gratis.

Namun demikian, bagi anak berusia di bawah 7 tahun yang mengikuti

jenjang pendidikan pra-sekolah di pusat penitipan anak akan dikenai biaya yang

disesuaikan dengan pendapatan orang tuanya. Di jenjang pendidikan pra-

sekolah terdapat konsep ”educational partnership” yang menekankan

pentingnya peran orang tua dalam mendukung proses pembelajaran anak yang

diberikan oleh gurunya di sekolah atau di pusat penitipan anak. Orang tua

murid juga turut aktif dilibatkan dalam penyusunan kurikulum daerah yang

tetap berpegang teguh dengan kurikulum inti nasional.

b) Pendidikan Dasar

Sistem pendidikan Finlandia tidak lagi mengenal sistem pendidikan

menengah pertama, atau setara dengan pendidikan di tingkat Sekolah Menegah

Pertama (SMP) di Indonesia. Orang tua atau wali murid dalam usia wajib
belajar wajib menyekolahkan anaknya untuk mengikuti program wajib belajar.

Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan

dasar tanpa dipungut biaya untuk seluruh anak yang tinggal di kekuasaan

wilayah administratifnya. Setelah anak menyelesaikan seluruh silabus

pendidikan dasar, maka anak tersebut akan menerima sebuah sertifikat yang

menyatakan bahwa anak tersebut telah menyelesaikan pendidikan wajib dasar 9

tahun dan berhak untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menegah atas

(general upper secondary school) atau pendidikan kejuruan (vocational

education and training).

Dalam jenjang pendidikan dasar 9 tahun, tidak terdapat ujian nasional

untuk kenaikan tingkat kelas, maupun ujian nasional untuk kelulusan

pendidikan wajib dasar 9 tahun. Anak hanya akan memperoleh penilaian yang

diberikan oleh guru di tiap akhir tahun ajaran dan di akhir jenjang pendidikan

dasar.

c) Pendidikan Menengah

Sekolah Menengah atas dan Kejuruan Setelah seorang murid telah

menerima seluruh kurikulum jenjang pendidikan wajib dasar 9 tahun, maka

murid tersebut dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan

lanjutan (upper secondary education level). Terdapat dua macam jenjang

pendidikan lanjutan, yakni jenjang Pendidikan Menengah Atas dan jenjang

Pendidikan Sekolah Kejuruan (vocational education and training). Jenjang

pendidikan sekolah kejuruan dibagi ke dalam dua tingkat, yakni pendidikan


kejuruan (initial vocational education and training) dan pendidikan kejuruan

lanjutan (further vocational education and training). Murid dapat memilih jalur

pendidikan mana yang akan mereka jalani. Kurikulum jenjang pendidikan

menengah atas dan jenjang pendidikan sekolah kejuruan ditempuh selama 3

tahun. Namun demikian, setelah seorang murid menamatkan salah satu dari

kedua jalur pendidikan tersebut, maka ia berhak untuk melanjutkan

pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi di Universitas atau Politeknik.

d) Pendidikan Tinggi

Sistem pendidikan tinggi (dikti) Finlandia terdiri dari 2 sektor, yakni

politeknik, dan universitas. Misi politeknik adalah untuk mencetak dan melatih

para ahli untuk mendukung dunia kerja dan melaksanakan riset dan

pembangunan yang mampu menyokong pendidikan serta pembangunan daerah.

Universitas melaksanakan riset ilmiah dan menyediakan instruksi dan pendidikan

paska sarjana. Tujuan inti kebijakan dikti Finlandia adalah untuk memenuhi

kebutuhan pendidikan masyarakat dan mencetak para ahli terdidik guna

memenuhi kebutuhan dunia kerja, khususnya di bidang bisnis dan industri.

3. Manajemen Pendidikan

Administrasi pendidikan nasional diselenggarakan pada dua lembaga.

Kebijakan pendidikan merupakan tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. Disamping itu terdapat sebuah lembaga nasional, Finnish National

Board of Education, bertanggung jawab untuk memantau implementasi kebijakan

agar sesuai dengan tujuan pendidikan. Lembaga tersebut memiliki garis konsultasi
dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayan untuk untuk mengembangkan

tujuan pendidikan, konten dan metode pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini,

pendidikan pre-primary, pendidikan dasar, pendidikan menengah atas dan pendidikan

orang dewasa.

Pemerintah daerah/kota dapat menentukan bentuk-bentuk otonomi yang dapat

dilakukan oleh sekolah. Kemudian sekolah-sekolah memiliki hak untuk memberikan

layanan pendidikan sesuai dengan visi dan misi serta tujuan sekolah, sepanjang tidak

melanggar aturan. Dalam banyak kasus pengelolaan pendidikan misalnya anggaran,

akuisisi dan perekrutan adalah tanggung jawab sekolah.

4. Biaya / Anggaran Pendidikan

Anggaran pendidikan di Finlandia 20% dari total seluruh anggaran negara

yaitu sebesar Rp. 107 triliun. Pendidikan di Finlandia murni public good, yang berarti

bahwa investasi berasal dari publik melalui pajak, dan manfaat hasil pendidikan

dinikmati oleh publik juga. Pendidikan di Finlandia gratis dari sekolah dasar hingga

program doktoral. Hanya 4% dari keseluruhan institusi pendidikan di Finlandia yang

tidak didanai oleh pemerintah melalui pajak.

Walaupun gratis, pemerintah Finlandia juga berkomitmen untuk menjamin

kualitas tinggi pada semua sekolah tanpa kecuali. Ini berlaku bagi siswa dari keluarga

miskin atau kaya, di desa maupun di kota, di daerah jarang penduduknya atau yang

rapat penduduknya. Sekolah-sekolah di Finlandia tidak menjual nama karena mutu

semua sekolah adalah sama. Orang tua dapat dengan mudah memilih sekolah mana

saja untuk anaknya tanpa harus ragu akan kualitas sekolah tersebut. Yang
membedakan hanya 2 hal, yaitu setiap sekolah memiliki pelajaran bahasa asing yang

berbeda dan olahraga khusus.

5. Guru / Personalia Pendikan

Pemerintah Finlandia juga menetapkan standar tinggi untuk profesi guru.

Dimana semua tenaga pengajar di Finlandia setidaknya diwajibkan mempunyai latar

belakang pendidikan Master. Untuk mendapat gelar master, mahasiswa harus

menyelesaikan 5 tahun pendidikan research-based yang menekankan pengetahuan

tentang pedagogic. Sebelum lulus mahasiswa juga harus mengikuti magang selama

satu tahun penuh mengajar di sekolah yang bekerja sama dengan universitas tempat

mereka kuliah. Sekolah-sekolah ini adalah sekolah model, dimana para guru dan

peneliti mengembangkan metode-metode baru dan menyelesaikan penelitian

mengenai belajar mengajar.

Proses seleksi tenaga pengajar pun sangat ketat, hanya 10% dari lulusan

perguruan tinggi yang bisa diterima menjadi guru. Mereka yang lolos seleksi ini pun

masih harus melalui proses training yang kompleks terlebih dahulu sebelum

dinyatakan siap berkecimpung dalam profesi guru. Finlandia percaya bahwa guru

adalah modal utama untuk menghasilkan siswa yang unggul.

6. Kurikulum

The National Board of Education adalah dewan yang menerbitkan kurikulum

inti secara nasional. Mereka menyusun kurikulum dengan tujuan dan materi utama

kurikulum pendidikan dasar yang berfungsi sebagai guideline bagi sekolah. Namun,

pemerintah lokal dan sekolah dapat melakukan penyesuaian terhadap mata pelajaran
yang akan diajarkan, berbasis pada kebutuhan peserta didik. Bahkan orang tua peserta

didik juga diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam menyusun kurikulum

sekolah dan tujuan pendidikannya. Indonesia selintas memang menerapkan sistem

yang hampir serupa. Acuan kurikulum pendidikan nasional dibuat oleh Depdiknas

dan pengembanganya diserahkan pada masing-masing sekolah sebagaimana KTSP di

implementasikan. Namun pada prakteknya, tidak semua pendidik memiliki

kompetensi untuk mengembangkan KTSP sebab sudah terbiasa dengan pola

kurikulum yang sentralistis..

Dari segi mata pelajaran di Finlandia memiliki 6 mata pelajaran inti yang

semuanya terbungkus dengan kata orientation. Kenapa ada kata orientation? Karena

kurikulum di Finlandia memiliki konsep gagasan bahwa 6 mata pelajaran ini bukan

mengharuskan siswa belajar isi dari seluruh pelajaran ini namun mengajak anak didik

untuk mulai memperoleh kemampuan menjelajah dan memahami fenomena-

fenomena alam yang ada disekitar mereka. Maka jika anda melihat ada tiga kata yang

dipakai disini yaitu examine, understand, & experience.

Dalam proses pembelajaran, peserta didik Finlandia tidak dipaksa oleh

pendidik untuk mencapai target tertentu. Pendidik hanya memberi tahu mereka

tentang nilai-nilai yang dapat dicapai oleh peserta didik bila mereka memenuhi taraf

tertentu. Target pembelajaran dibuat sendiri oleh peserta didik dengan bantuan orang

tua peserta didik. Sistem pendidikan Finlandia memahami belajar sebagai proses

bertahap yang tidak bisa dipaksakan apalagi diberi target waktu pencapaiannya.

Sehingga Finlandia yang tidak mengenal adanya sistem tinggal kelas ini memberikan
kesempatan pada peserta didik usia sekolah dasar (kelas 1-9) untuk berada di sekolah

hingga 10 tahun lamanya dan bagi peserta didik usia sekolah menengah (kelas 10-12)

hingga 4 tahun.

7. Sistem Ujian dan Sertifikasi

Pemerintah Finlandia percaya bila ujian banyak itu hanya akan memfokuskan

siswa pada nilai sekedar lulus. Pendidikan Finlandia membimbing siswa untuk lebih

mandiri, terampil, cerdas, dan kemampuan mencari informasi secara independen.

Model pembelajaran di Finlandia mendorong siswa untuk lebih cerdas dan mandiri.

8. Isu Pendidikan

Isu utama pendidikan di Finlandia adalah kesetaraan pendidikan dan sosial.

Untuk mencapai target tersebut, diperlukan peningkatan kualitas pendidikan-dengan

selalu memperhitungkan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

kesetaraan, dan pembangunan demokrasi masyarakat Finlandia. Selanjutnya,

berupaya membangun tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap sistem

pendidikan dan kerjasama yang erat dan berkelanjutan antara pemerintah, dunia

usaha dan masyarakat.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kajian dan pembahasan tentang perbandingan kurikulum dari 5

negara yaitu : Indonesia, China, , Jepang, Singapura, dan Finlandia dapat

disimpulkan bahwa, dari ke 5 negara tersebut sistem manajemen bersifat gabungan

antara desentralisasi dan sentralistik. Kurikulum Masing-masing negara disusun oleh

kementrian pendidikan, selanjutnya sekolah diberikan kewenangan untuk menyusun

kurikulum/menambah kurikulum lokal sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing

dan permintaan siswa.

Kondisi ini sangat berbeda dengan system pendidikan di Indonesia masa lalu

dan masa kini yang mana masalah sepenuhnya sentralistik, tanpa memberikan

kewenangan kepada daerah untuk mengembangkan proses pendidikan, sedangkan

saat ini di Indonesia memasuki era “desentralisasi” ini pun proses pengelolaan

pendidikan, khususnya aspek anggaran “Daerah” masih belum manaruh perhatian

penuh terhadap pendidikan.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka

penulsa sangat megharapkan saran dan masukan dari para pembaca untuk perbaikan

makalah ini kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Idris, R. (2010). APBN Pendidikan dan Mahalnya Biaya Pendidikan. Lentera


Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 13(1), 92-110.

INDONESIA, P. R. (2006). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun


2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Sujatmoko, E. (2016). Hak warga negara dalam memperoleh pendidikan. Jurnal


Konstitusi, 7(1), 181-212.

Wijaya, I. E. (2007). STUDI KOMPARATIF PENDIDIKAN DI KAWASAN ASIA


(RRC, KOREA SELATAN, JEPANG). EDUCARE, 5(1).

Wulandari, R. Makalah Perbandingan Pendidikan di Indonesia, Finlandia, dan


Jepang.

Anda mungkin juga menyukai