Anda di halaman 1dari 42

STUDI PERBANDINGAN PAUD

DI NEGARA INDONESIA DAN NEGARA MALAYSIA

Oleh

1. Iswika Gigih Mahanani 17102241012


2. Naufal Nabih Winayu 17102244001
3. Ridho Nurmaghilma Susetyo 17102244003
4. Anis Hariyanisyah 17102244005
5. Nanda Dwi Kusumawati 17102244016

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia
meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu
aspek yang memegang peran paling penting bagi kehidupan manusia. Negara
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, suku, sumber daya alam, dan
sebagainya. Sebagai negara maju dan berkembang, sumber daya manusia tidak boleh
dikesampingkan. Kualitas warga negara akan menentukan ke arah mana negara
tersebut akan bergerak.
Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena
itu, setiap warga negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi.
Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas warga negara.
Bagaimana tidak, pendidikan merupakan investasi seseorang bagi masa depannya dan
merupakan bagian dari penentu kesuksesan seseorang. Pendidikan tentunya akan
mencetak sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi spiritual, intelegensi
dan keterampilan, dan pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus
bangsa.
Salah satu pendidikan di negara Indonesia adalah Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). PAUD merupakan pendidikan yang diberikan bagi anak-anak usia
prasekolah. Namun di negara Indonesia PAUD memiliki berbagai macam kelemahan
yaitu pendidik PAUD tidak sesuai kualifikasi contohnya guru PAUD masih lulusan
Sekolah Menengah Atas. Hal itu menyebabkan guru tidak memiliki kompetensi
pedagogik dan mengenai pemahaman psikologi anak. Selain itu terdapat kekurangan
yang terkait dengan sarana prasarana yang belum memadahi, sehingga dapat menjadi
salah satu faktor penghambat dalam berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang
berguna dalam mengimplementasikan kurikulum. Permasalahan lain juga terjadi
dalam penerapan kurikulum yang masih kurang tertata, sehingga dapat menyebakan
kesulitan bagi pendidik dalam melaksanakan pembalajaran kepada peserta didik. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah pendidikan
pendidik atau guru kurang memadai. Kedua adalah pendidik biasanya hanya
mengikuti arus permainan anak.
Pendidikan di Malaysia pada dasarnya banyak mengadopsi sistem dari negara
Inggris. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu, Malaysia adalah salah satu negara
bekas jajahan Inggris. Sehingga menyebabkan negara Malaysia maju dari segi
pendidikannya. Salah satu penyebabnya adalah negara Inggris sangat memperhatikan
pendidikan untuk negeri jajahannya. Segala peninggalan pendidikan Inggris
khususnya dari segi pendidikannya sangat dijaga dengan baik. Berbeda dengan
negara Indonesia yang bekas jajahan Belanda, karena Belanda hanya ingin mengeruk
kekayaan negara jajahannya tanpa memberikan pendidikan yang intensif untuk
negara jajahannya.
Negera Indonesia memiliki jenjang pendidikan salah satunya PAUD. Adanya
pendidikan usia dini menunjukkan bentuk perhatian penuh pemerintah Indonesia
terhadap perkembangan pendidikan bagi anak Indonesia. Pendidikan ini berdasarkan
Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 butir 14 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendididkan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Sedangkan di negara Malaysia, pendidikam prasekolah atau
yang disebut dengan ‘tadika’ mengajar anak usia 4-6 tahun. Pendidikan ini bukan
merupakan pendidikan wajib dalam sistem pendidikan di Malaysia. Sekolah tadika
diselenggarakan oleh pemerintah maupun pihak swasta. Selain sekolah tadika,
sebagaian besar Sekolah Kebangsaan memilki kelas prasekolah. Kelas khusus ini
diperuntukan untuk anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan nasional masa depan, perhatian perbaikan
sistem pendidikan nasional ditujukan pada aspek-aspek kurikulum, sarana dan
prasarana pendidikan, tenaga kependidikan, manajemen pendidikan dan partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan (Indra Djati Sidi). Untuk itu
diperlukan suatu kajian yang dapat dijadikan sebagai salah satu gambaran arah
konsep dan kebijakan pendidikan yang baik. Salah satu caranya adalah dengan
komparasi pendidikan di Indonesia dengan dengan pendidikan di negara yang mutu
pendidikannya lebih baik.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang dapat dikaji adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran pendidikan anak usia dini di negara Indonesia?
2. Bagaimana gambaran pendidikan anak usia dini di negara Malaysia?
3. Bagaimana perbandingan pendidikan anak usia dini di negara Indonesia dan
Malaysia?
4. Bagaimana bentuk implikasi pendidikan anak usia dini dari kedua negara ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan gambaran pendidikan anak usia dini di negara Indonesia.
2. Mendeskripsikan gambaran pendidikan anak usia dini di negara Malaysia.
3. Mengetahui perbandingan pendidikan anak usia dini di negara Indonesia dan
Malaysia.
4. Mengetahui bentuk implikasi pendidikan anak usia dini dari kedua negara
D. Manfaat

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, manfaat dari penulisan ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penulisan laporan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia
pendidikan terutama pada pendidikan non formal terutama dalam pengembangan
program pendidikan non formal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
1) Memperoleh ilmu tentang perbandingan Pendidikan Anak Usia Dini di
Negara Indonesia dan Negara Malaysia
2) Dapat meningkatkan kesiapan mahasiswa untuk terjun membangun
masyarakat.
b. Bagi Masyarakat
1) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan Pendidikan Anak Usia Dini
2) Meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program Pendidikan Anak
Usia Dini
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Perbandingan (Komparatif)
1. Pengertian Pendidikan Komparatif.
Pendidikan Komparatif sebagai salah satu disiplin ilmu telah berkembang
secara pesat karena telah diminati banyak orang. Hal ini selaras dengan keinginan
mayoritas bangsa untuk terus mengembangkan sistem pendidikannya. Keinginan
untuk berkembang ini di wujudkan dalam upaya-upaya salah satunya yaitu dengan
melakukan komparasi pendidikan. Dengan adanya komparasi pendidikan ini hal-hal
positif yang ada di negara lain dapat di adopsi dan diterapkan dalam negeri sendiri.
Disiplin ilmu komparatif mulai dirintis oleh beberapa ahli pada pertengahan abad ke
13 Masehi. Pendidikan komparatif memiliki kekhasan tersendiri bila dibandingkan
dengan ilmu-ilmu lain.
Secara Etimologis pendidikan kompraratif berasal dari kata pendidikan dan
kata komparatif. Menurut kamus bahasa Inggris Oxford Learner’s Pocket dictionary
kata pendidikan berarti pembelajaran atau pelatihan. Sedangkan kata komparatif
diartikan sebagai keadaan yang berkaitan dengan usaha membandingkan . Kata
komparatif sendiri berasal dari bahsa inggris “to compare“ (membandingkan) atau
kata benda “comparison” (perbandingan) sehingga komparatif diartikan sebagai
sesuatu yang bersifat membandingkan. Oleh karena itu pendidikan komparatif dapat
diartikan sebagi ilmu yang mempelajari tatacara atau prosedur membandingkan dua
atau lebih sistem pendidikan yang berbeda.
Secara terminologis pendidikan komparatif adalah sebagai disiplin ilmu
yang mempelajari sistem pendidikan di beberapa negara yang menyangkut pada hal
sebagai berikut :
1) Sistem pendidikan formal, non formal, dan informal
2) Teori dan praktek pendidikan
3) Latar belakang sosial ekonomi, politik, ideologi, dan budaya yang
mempengaruhi sistem pendidikan.
Selain pengertian secara etimologis dan terminologis terdapat para ahli
dengan beberapa pengertiannya masing- masing yaitu sebagai berikut:
a) Pengertian pendidikan komparatif menurut Isaac L Kandel
Pendidikan komparatif merupakan studi tentang teori dan praktek pendidikan
pada waktu sekarang yang dipengaruhi oleh bermacam-macam latar belakang dan
merupakan kelanjutan dari sejarah pendidikan
b) Pengertian pendidikan komparatif menurut C.V GOOD
Pendidikan komparatif adalah lapangan studi yang mempunyai tugas untuk
mengadakan perbandingan teori dan praktek pendidikan sebagaimana terdapat pada
beberapa negeri dengan maksud untuk mengadakan perluasan pandangan dan
pengetahuan tentang pendidikan di luar batas negeri sendiri (Imam Barnadib,1994).
c) Pengertian pendidikan komparatif menurut Nazir (2005: 58)
Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari
jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor
penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Bersifat
membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu.
Berdasarkan pengertian studi komparatif yang telah dikemukakan peneliti
dapat memahami bahwa studi komparatif adalah suatu bentuk penelitian yang
membandingkan antara variabel-variabel yang saling berhubungan dengan hubungan
menggunakan hukum sebab akibat dan kemudian menentukan perbedaan-perbedaan
atau persamaannya.
2. Tujuan Pendidikan Komparatif:
a. Menggambarkan sistem outcome pendidikan
b. Membantu prakek lembaga pendidikan
c. Untuk memperjelas hubungan pendidikan dan masyarakat
d. Menentukan statement umum setelah dibandingkan atau kesimpulan
pernyataan umumnya.
3. Ciri-ciri Metode Komparatif:
a. Merupakan dua atau lebih objek yang berbeda
b. Masing-masing berdiri sendiri dan bersifat terpisah
c. Memiliki kesamaan pola atau cara kerja tertentu
d. Objek yang diperbandingkan jelas dan spesifik
e. Memakai standar dan ukuran perbandingan berbeda dari objek yang
sama. (Muliawan, 2014:86).
Ciri-ciri metode komparatif yang lain yaitu menentukan mana yang lebih
baik atau mana yang sebaiknya dipilih, rumusan masalah dalam metode komparatif
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau sampel dan waktu
yang berbeda, membuat generalisasi tingkat perbandingan berdasaran cara pandang
atau kerangka berfikir tertentu.
Berdasarkan ciri-ciri metode komparatif yang telah dipaparkan peneliti dapat
memahami bahwa ciri-ciri metode komparatif merupakan suatu karakter atau ciri
yang signifikan yang dimiliki oleh metode komparatif agar dapat membedakan antara
metode komparatif dengan metode penelitian yang lain.

B. Pendidikan Anak Usia Dini


1. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini.
Masa usia dini pada anak yaitu pada rentang umur nol sampai enam tahun
adalah masa keemasan atau dapat dikenal sebagai golden age, masa ini berlangsung
pada anak mulai dari kandungan hingga berumur nol sampai enam tahun. Masa ini
disebut masa keemasan karena perkembangan otak anak pada masa usia ini
mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hidup manusia. Oleh karena itu
pada masa keemasan ini anak harus diberikan perhatian dan penanganan khusus yang
dapat diwujudkan dengan pemberian pendidikan sejak dini oleh orang tua secara
langsung maupun tidak langsung yaitu dengan lembaga terkait yaitu lembaga
pendidikan anak usia dini.
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia
dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan
perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam
rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992:18). Proses pembelajaran sebagai
bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang
dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada pasal
28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak
sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk
mengikuti pendidikan dasar”. Selanjutnya pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan
bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut (Depdiknas, USPN, 2004:4).
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan
perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-
tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak, serta berbasis pada kebutuhan
anak. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan
pada anak yang baru lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini
memfokuskan pada physical, intelligence/cognitive, emotional, and social education.
2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bengsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertangggung jawab (UU RI No.20/2003 BAB II Pasal 3). Tujuan
pendidikan anak usia dini adalah:
a. Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh
dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki
kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi
kehidupan dimasa dewasa.
b. Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di
sekolah.
c. Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan
potensi–potensi yang tersembunyi (hidden potency) yaitu dimensi
perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri,
minat dan bakat).
d. Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak.

3. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini


Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Beberapa fungsi pendidikan bagi anak usia dini
yang harus diperhatikan, dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai
dengan tahapan perkembangannya. Contoh: menyiapkan media pembelajaran yang
banyak sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.
(2) Mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Contoh: field trip ke Taman
Safari, selain dapat mengenal bermacammacam hewan ciptaan Allah juga dapat
mengenal berbagai macam tumbuhan dan hewan serta mengenal perbedaan udara
panas dan dingin.
(3) Mengembangkan sosialisasi anak. Contoh: bermain bersama teman,
melalui bermain maka anak dapat berinteraksi dan berkomunikasi sehingga proses
sosialisasi anak dapat berkembang.
(4) Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak. Contoh:
mengikuti peraturan atau tata cara upacara bendera, dapat menanamkan peraturan dan
mengenal arti penghormatan kepada pahlawan perjuangan bangsa.
(5) Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya.
Contoh: bermain bebas sesuai dengan minat dan keinginan anak.
BAB III
METODE

Metode Studi dalam Komparasi Pendidikan menurut Debold Van Dalen dalam
“Understanding Educational Research” dapat dilakukan melalui metode sebagai
berikut:

1. Metode Historis Fungsional


Metode historis digunakan untuk menemukan fakta-fakta pendidikan masa
lampau dalam rangka mencari keterkaitan dengan kondisi pendidikan sekarang
bahkan juga untuk masa mendatang. Adapun tujuan yang di dapat mendapatkan
hubungan antara pendidikan masa lampau dengan masa sekarang dan masa yang akan
datang. Menurut Debold Van Dalen metode historis dapat di lakukan dengan cara:
a. Mengumpulkan sumber bahan.
Melalui metode histori fungsional atau keterkaitan aspek pendidikan peneliti
menganalisis beberapa jurnal yang berkaitan dengan kompatif Pendidikan Anak Usia
Dini Indonesia dengan Malaysia.
b. Penilaian dan pengujian sumber data yang terkumpul, yang dilanjutkan dengan
penelitian.
Peneliti mampu menilai relevanitas jurnal yang sesuai yaitu komparatif
Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia dan Malaysia.
c. Menentukan hipotesis untuk menjelaskan hakikat fenomena pendidikan yang
sudah lampau.
Dalam metode historis fungsional peneliti mampu memberikan dugaan
sementara untuk menjelaskan fenomena di masa lampau berdasarkan data.
d. Melakukan penafsiran atas bahan-bahan yang telah terkumpul secara mendalam
atau juga penyusunan bahan-bahan.
e. Menyimpulkan dan membuat laporan mengenai temuan-temuannya.
2. Analisis Literatur

Kajian pustaka merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian yang kita
lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian literature, atau literature review. Sebuah
kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literature yang
relevan dengan bidang atau topik tertentu. Ia memberikan tinjauan mengenai apa
yang telah dibahas atau yang telah dibicarakan oleh peneliti atau penulis, teori atau
hipotesis yang mendukung, permasalahan penelitian yang diajukan atau ditanyakan,
metode dan metodologi yang sesuai.

Kajian literature merupakan alat yang penting sebagai contect review, karena
literature sangat berguna dan sangat membantu dalam member konteks dan arti
dalam penulisan yang sedang dilakukan serta melalui kajian literature ini juga
peneliti dapat menyatakan secara eksplisit dan pembaca mengetahui, mengapa hal
yang ingin diteliti merupakan masalah yang memang harus diteliti, baik dari segi
subjek yang akan diteliti dan lingkungan manapun dari sisi hubungan penelitian
dengan tersebut dengan penelitian lain yang relevan. (Afifuddin, 2012).

Pengertian kajian pustaka secara umum adalah bahasan atau bahan-bahan


bacaan yang terkait dengan suatu topic atau temuan dalam penelitian. Randolf
(2009) mendefinisikan kajian literature atau kajian pustaka, “ As an information
analysis and synthesis, focusing on findings and not simply bibliographic citations,
summarizing the substance of the literature and drawing conclusions from it.”
Kajian literature itu merupakan suatu analisis dan sisntesis informasi, yang
memusatkan perhatian pada temuan-temuan dan bukan kutipan bibliografi yang
sederhana, meringkas substansi literature dan mengambil kesimpulan dari suatu isi
literatur tersebut. Secara singkat, Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012) mengemukakan
batasan kajian pustaka atau referensi sebagai berikut.
Kajian literature adalah suatu kajian khazanah pustaka yang mendukung pada
masalah khusus dalam penelitian yang sedang kita kerjakan. Kajian ini sangat
berguna bagi peneliti, misalnya untuk memberikan gambaran masalah yang akan
diteliti, memberikan dukungan teoritis konseptual bagi peneliti, dan selanjutnya
berguna untuk bahan diskusi atau pembahasan dalam penelitian. Disamping itu,
kajian pustaka ataua literaur dapat membimbing peneliti untuk menyusun suatu
hipotesis penelitian yang dikerjakannya.

Suatu kajian pustaka mungkin sepenuhnya memuat deskripsi, misalnya berupa


suatu annotated bibliography, atau kajian ini memberikan suatu penting tentang
pustaka dalam suatu bidang tertentu, yang menyatakan di mana kelemahan dan
kesenjangan yang ada, yang membedakan dengan pandangan penulis tertentu, atau
yang memunculkan permasalahan. Kajian pustaka itu tidak cukup hanya
memberikan rangkuman tetapi juga akan memberikan penilaian dan menunjukkan
antara bahan-bahan yang berbeda, sehingga memunculkan tema kunci. Bahkan
suatu kajian yang bersifat deskriptif tidak cukup hanya menyebutkan daftar nama
atau uraian kata-kata, tetapi juga perlu menambahkan komentar-komentar dan
menghasikan tema-tema.

Suatu kajian pustaka memuat rangkuman dan uraian secara lengkap dan
mutakhir tentang topic tertentu, sebagaimana ditemukan dalam buku-buku ilmiah
dan artikel jurnal. Pada bagian kajian pustaka membicarakan hal-hal: 1) Membahas
teori-teori pendukung yang melandasi masalah yang kita kaji. Teori dapat berupa
teori induk (grand theory), teori turunan (middle range theory), dan teori aplikasi
(applied theory). 2) Membahas hasil-hasil riset sebelumnya yang sudah dilakukan
oleh orang lin mengenai topic yang sejenis. (Sarwono, 2010)

a.) Tujuan Kajian Literatur (Berg & Lune 2009. Chapter 2).

Ada dua tujuan utama dari kajian literatur. Pertama, kajian literatur yang
dilakukan dengan tujuan untuk menulis sebuah makalah untuk memperkenalkan
kajian-kajian baru dalam topik tertentu yang perlu diketahui oleh mereka yang
bergiat dalam topik ilmu tersebut. Kajian ini sewaktu-waktu dapat diterbitkan
untuk kepentingan umum. Contoh kajian-kajian semacam ini dapat dilihat
misalnya dalam Annual Review of Anthropology, Annual Review of Sociology,
dan sebagainya. Mereka yang baru menjadi peneliti pemula dalam topik tertentu
dapat menggunakan terbitan annual review ini sebagai bacaan awal. Tujuan
kedua dari kajian literatur adalah untuk kepentingan projek penelitian sendiri.
Dalam hal ini, membuat kajian literatur adalah untuk memperkaya wawasan kita
tentang topik penelitian kita, menolong kita dalam memformulasikan masalah
penelitian, dan menolong kita dalam menentukan teori-teori dan metodemetode
yang tepat untuk digunakan dalam penelitian kita.

Dengan memelajari kajian-kajian orang lain, kita dapat menentukan apakah


akan meniru, mengulangi, atau mengeritik satu kajian tertentu. Kajian-kajian
orang lain itu kita gunakan sebagai bahan pembanding bagi kajian kita sendiri.
Dengan mengkritisi karangan orang lain, kita lalu menciptakan sesuatu yang
baru. Dalam tulisan ini khusus akan dibincangkan kajian literatur untuk
kepentingan penelitian sendiri, khususnya bagi mahasiswa yang akan menulis
karya ilmiah terakhir – skripsi, tesis, atau disertasi.

b.) Fungsi Kajian Literatur

Di bawah ini akan dipaparkan beberapa manfaat dari kajian literatur untuk
kepentingan penelitian yang akan kita lakukan. Menulis kajian literatur berarti
kita memperlihatkan kepada pembaca bahwa: Pertama, kita mengetahui kajian-
kajian lain yang pernah dilakukan orang berkenaan dengan topik penelitian kita.
Kita telah akrab dan memahami satu khazanah pengetahuan tentang topik
penelitian kita. Kita sedang membangun kredibilitas diri dalam khazanah
pengetahuan yang menjadi topik penelitian kita. Satu kajian literatur
memperlihatkan kepada pembaca tentang penguasaan kita tentang topik kajian
kita. Makin baik dan makin lengkap penulisan kajian literatur, makin baik pula
penghargaan orang terhadap kita sebagai penulis kajian tersebut. Kedua, kajian
literatur akan menghubungkan kajian yang akan kita lakukan dengan wacana luas
dalam literatur tentang topik tersebut. Kita menutupi jurang yang ada antara
projek penelitian yang sedang kita kerjakan dengan dunia literatur secara umum,
bahkan kita memperluas kajian-kajian yang ada sebelumnya. Kita memahami
alur perjalanan penelitian-penelitian sebelumnya tentang topik tersebut. Dengan
pengetahuan tersebut, kemudian kita merancang bagaimana projek penelitian
baru yang akan kita lakukan bisa tersambung masuk ke dalam jalur perjalanan
penelitian-penelitian yang ada dengan topik tersebut.

Kajian literatur yang baik dapat menempatkan projek penelitian yang sedang
dirancang ke dalam konteks bidang kajian yang terkait dengan khazanah umum,
topik penelitian, dan daerah atau masyarakat penelitian. Ketiga, menunjukkan
kemampuan kita dalam mengintegrasikan dan meringkaskan apa yang sudah
diketahui orang lain tentang bidang kajian kita. Satu review merangkum dan
mensintesekan keseluruhan hasil penelitian, mana hal yang sudah disepakati,
mana yang masih dalam perdebatan, dan mana masih dalam perambahan, dan
kira-kira ke arah mana topik penelitian kita ini akan berkembang pada masa yang
akan datang. Keempat, dengan belajar dari orang lain kita dapat melahirkan
pemikiran-pemikiran baru. Kajian literatur yang baik adalah mengenali aspek-
aspek yang masih gelap dan memberi insight dan hipotesis baru bagi penelitian
lanjutan (Neuman (2011: 124) (Creswell 2003: 30).
c.) Cara Penggunaan Kajian Literatur
Fungsi Kajian Literatur Kriteria Tipe Kajian

Kajian literatur Harus tersedia Setiap tipikal bentuk


digunakan sebagai beberapa literatur kajian literatur ini
‘kerangka’ dalam digunakan dalam semua
menyusun masalah jenis kajian kualitatif.
penelitian. Kajian
literatur diletakkan
dalam ‘Bab
Pendahuluan’
Kajian literatur disajikan Jenis kajian literatur Pendekatan ini digunakan
dalam bagian yang ini biasanya dilakukan dalam kajian-kajian yang
terpisah, dalam sebuah oleh mereka yang menggunakan teori dan
Bab tersendiri, ‘Review sangat akrab dengan latar belakang literatur
of Literature’ pendekatan tradisional yang kuat pada awal
dan positivis kajian

Kajian literatur disajikan Pendekatan ini paling Pendekatan ini digunakan


pada bagian akhir tulisan sesuai bagi proses dalam semua tipe
‘Bab Kesimpulan’. penelitian kualitatif pendekatan kualitatif.
Kajian literatur menjadi induktif. Disini kajian Tetapi yang paling
modal bagi literatur tidak popular adalah dalam
membandingkan dan digunakan sebagai penelitian grounded
mempertentangkan hasil pemandu dan untuk menghasilkan teori.
penelitian sendiri pengarah kajian, tetapi Disini sang peneliti
dengan hasil-hasil menjadi pembantu mempertentangkan dan
penelitian yang pernah bagi lebih mengenali membandingkan
dilakukan orang lain. pola atau kategori kesimpulankesimpulan
yang ditemukan dalam teoritis yang dibangunnya
penelitian sendiri. dengan teori-teori lain
yang dijumpainya dalam
literatur.

1.) Kajian literatur yang pertama: Kajian literatur dalam baris yang pertama
dapat dimasukkan ke dalam ‘Bab Pendahuluan’ dari satu rencana studi. Kajian
literatur ini memberikan satu latar belakang bagi masalah penelitian atau isu-
isu yang akan membimbing keperluan kajian. Disini dipaparkan tentang siapa-
siapa saja yang telah menulis tentang kajian yang seperti ini, siapa yang telah
mengkajinya, dan siapa yang mengatakan bahwa isu seperti ini adalah penting
untuk dikaji. Kerangka masalah tentu saja tergantung kepada kajian-kajian
yang sudah tersedia.
2.) Kajian literatur yang kedua: Disini kajian literatur ditempatkan dalam bagian
yang tersendiri. Ini adalah satu model yang tipikal dalam dalam kajian
kuantitatif. Pendekatan yang seperti ini sering muncul ketika pembaca terdiri
dari individu-individu atau pembaca-pembaca dengan orientasi kuantitatif.
Bagaimanapun, bentuk yang seperti ini juga biasa dilakukan dalam
kajiankajian kualitatif yang berorientasi teori, seperti kajian-kajian etnografi
dan etnografi kritikal, atau kajian-kajian dengan tujuan advokasi atau
emansipatori (kajian postmodernist dan feminist, participatory action
research, dan lain-lain), dimana peneliti mungkin meletakkan diskusi teori
dan literatur dalam bagian yang tersendiri, khasnya pada awal dari kajian.
3.) Kajian literatur yang ketiga: Disini peneliti mungkin dapat menggabungkan
kajian literatur ke dalam bagian akhir dari laporan kajian (Bab Kesimpulan),
dimana kajian literatur digunakan sebagai pembanding (komparatif) atau
penyangkal terhadap hasil yang diperoleh dari penelitian sendiri. Model ini
populer di kalangan kajiankajian teori grounded.
Bagi peneliti pemula, pertimbangkanlah tempat yang tepat bagi kajian literatur
dalam rencana penelitian yang sedang anda lakukan. Buatlah pertimbangan tersebut
atas dasar siapa yang menjadi pembaca dari hasil proyek penelitian anda. Mungkin
lebih baik meletakkan kajian literatur pada bagian awal tulisan untuk memberi
kerangka bagi masalah penelitian. Letakkan kajian literatur tersebut dalam sub-bab
tersendiri dalam Bab Pendahuluan, dan kemudian gunakan lagi pada bagian akhir
kajian (kesimpulan) sebagai pembanding atau penyangkal terhadap hasil temuan
kajian anda (Creswell 2003: 32-33).

3. Metode menurut Isaac Kendel


a. Deksripsi
Hanya mempelajari system pendidikan.
b. Ekplanasi
Memahami makna nyata dari system pendidikan suatu bangsa.
c. Analisis Komparatif
Membandingkan perbedaan dari beragam sisitem pendidikan dan dasarnya.
BAB IV
HASIL PERBANDINGAN

A. Gambaran Pendidikan Anak Usia Dini di Negara Indonesia


Pada masa penjajahan Belanda, pendidikan yang ditetapkan di Indonesia yakni
pendidikan gaya barat. Pendidikan gaya barat hanya ditujukan untuk golongan elit
saja. Pada masa penjajahan Belanda sekolah menggunakan pengantar bahasa daerah
dan bahasa Belanda. Pendidikan pada masa penjajahan ditujukan untuk membentuk
sumber daya masyarakat Indonesia yang berkualitas di bidang industri dan ekonomi
yang nantinya dapat digunakan untuk kepentingan Belanda sendiri. Namun seiring
dengan perkembangan jaman, golongan rakyat bawah pun mendapatkan kesempatan
yang sama dalam hal memperoleh pendidikan.
Di Indonesia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bukan hanya bagian dari
sistem pendidikan formal. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang mengakui PAUD sebagai langkah menuju pendidikan
dasar dan ditetapkan bahwa PAUD dapat diorganisasikan secara formal, nonformal,
atau informal. Dalam pendidikan nonformal perubahan yang signifikan dalam
pelayanan anak usia dini secara konsep dan diprogramkan serta disampaikan di
seluruh Indonesia. Pada tahun 2019, pemerintah Indonesia mengalami kenaikan APK
(Angka Partisipasi Kasar) sebanyak 14-15 persen saja. Dengan melihat APK pada
tahu lalu maka dapat dikatakan belum semua anak-anak di Indonesia yang terlayani
dalam pendidikan anak usia dini. Sehingga negara Indonesia berada di posisi keenam
berdasarkan Global Talent Competitiveness Index pada tahun 2019. Secara global,
sesuai dengan Index Starting Well yang dikeluarkan oleh The Economist Intelligence
Unit, Indonesia menempati juara dua dari bawah. Indeks ini mengukur kualitas pra-
sekolah di 45 negara menurut ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas lembaga
pra-sekolah. Pendidikan anak usia dini di Indonesia juga menggunakan tiga pilar
pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, dan learning to be.
Pencapaian yang terlihat dari Direktorat PADU (Pendidikan Anak Dini Usia)
adalah percepatan pelayanan pendidikan jalur luar sekolah (nonformal) dalam
struktur administrasi pemerintah. Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak
walaupun telah ada sebelum adanya Direktorat PADU, tetapi dengan Direktorat
PADU pelayanan lapisan bawah lain yang sudah ada diakui dan dirangkul oleh
perencanaan pemerintah. Meningkatkan membantu meragamkan tempat-tempat
pelayanan TK/RA dalam jalur pendidikan sekolah (formal). Disamping itu
kemungkinan ini membuka dan memperluas pelayanan anak usia dini pada anak-anak
yang kurang beruntung (anak-anak yang kurang mampu). Berikut merupakan
beberapa PAUD yang ada di Indonesia sesuai dengan jenis pendidikan formal,
nonformal, dan informal:
TK/RA KB TPA Posyandu Bina
Keluarga
Balita
Usia 4-6 tahun 2-6 tahun 3 bulan-6 0-6 tahun 0-5 tahun
tahun

Sasaran Anak Anak Anak Anak dan Ibu Ibu


Waktu 2 jam/hari 2 jam minimal, 8-10 jam setiap 2 jam, 2 kali 2 jam
Kegiatan 3 kali hari sebulan
seminggu
Persyaraatan 2 tahun di SLTA dengan SLTA dengan SMP dengan SMP dengan
Kualifikasi akademi (D2) training khusus training khusus pelatihan pelatihan
Pendidik dan magang dan magang khusus khusus

Agen Depdikna, Departement Departement Departement Kementrian


Pemerintah Departement Sosial, Sosial, Kesehatan Pemberdayaan
yang Agama, Departement Komponen perempuan
bertanggung Supervisi dan Penididkan Supervisi
jawab Monitoring Nasional
RA

Fokus Pendidikan Pendidikan Pelayanan Pelayanan Pendidikan


Pembelajaran Anak Usia dini pada dasarnya perawatan kesehatan orangtua serta
perkembangan bermain-main untuk anak- untuk ibu dan kegiatan untuk
anak dan perkembangan anak yang anak yang anak juga
kesiapan emosi dan orangtuanya digabung ditawarkan
bersekolah dan mental bekerja, dengan selama
ajaran agama digabung pendidikan pertemuan
dengan orangtua
perkembangan
emosi dan
mental
Tabel 1. Perbedaan Pendidikan Prasekolah di Indonesia

Keterangan:
a. TK (Taman Kanak-kanak) adalah pelayanan pendidikan anak usia dini
terutama disediakan untuk anak-anak usia 4-6 tahun. Demikian pula dengan RA
(Raudhatul Athfal), tetapi di RA menekankan pada pengajaran agama Islam. RA
berada di bawah Kementrian Agaman (Kemenag). TK/RA merupakan jenis program
pendidikan anak usia dini dalam jalur pendidikan formal.
b. KB (Kelompok Bermain) menyediakan pendidikan anak pada usia 2-6 tahun.
KB memberikan pelayanan pendidikan setengah hari untuk anak. KB merupakan
salah satu jenis pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal.
c. TPA (Taman Penitipan Anak) menyediakan pendidikan untuk anak usia 3
bulan-6 tahun. TPA menyediakan kebutuhan mendidik dan merawat anak untuk para
ibu-ibu yang sibuk bekerja. TPA juga merupakan salah satu jenis pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan nonformal.
d. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan pusat kegiatan perawatan
kesehatan dan juga untuk belajar tentang orang tua yang memberikan pelayanan pada
anak-anaknya khususnya anak usia dini. Posyandu merupakan bagian dari jalur
pendidikan informal.
e. BKB (Bina Keluarga Balita) bertujuan untuk menyediakan informasi pada
ibu-ibu mengenai keterampilan orangtua, seperti bagaimana membesarkan dan
mengawasi perkembangan fisik, emosi, dan intelektual anak usia dini. BKB juga
merupakan bagian dari jalur pendidikan informal.

B. Gambaran Pendidikan Anak Usia Dini di Negara Malaysia


Pada jaman penjajahan Inggris, pendidikan Malaysia memiliki ciri-ciri yaitu
kurikulum yang diterapkan di sekolah satu dengan sekolah lainnya berbeda, lokasi
sekolah bagi setiap kaum terpisah, setiap jenis sekolah khusus mengikuti kaum,
bahasa pengantar yang digunakan berbeda-beda seperti Sekolah Cina berbahasa
pengantar Mandarin dan Sekolah Tamil menggunakan bahasa pengantar bahasa
Tamil. Pada masa itu sistem penjajahan menggunakan “monitorial system” dimana
pengajar-pengajar didatangkan dari Inggris, sehingga ada peningkatan mutu sekolah.
Para pengajar pada masa penjajahan diberikan pelatihan kerja profesional dan dikirim
ke Raffles Collage (perguruan tinggi).
Malaysia merupakan negara dengan indeks pendidikan pra-sekolah terbaik
kedua di Asia Tenggara setelah Singapura. Menurut Indeks Starting Well negara
Malaysia unggul dalam segi keterjangkauan serta standar kesehatan dan keselamatan.
Pendidikan anak usia dini di Malaysia juga berpedoman pada empat pilar yaitu
learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together.
Malaysia membagi taman anak-anak menjadi dua berdasarkan Akta (undang-undang)
yaitu Taska (Taman Asuhan Anak-Anak) dan Tadika (Taman Didikan Anak-Anak).
Taska merupakan jenjang pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak yang
berusia 0-4 tahun. Sementara itu, Tadika merupakan jenjang pendidikan yang
diperuntukkan bagi anak-anak yang berusia 4-6 tahun atau usia prasekolah. Kedua
jenjang pendidikan antara Taska dan Tadika, memiliki sistem yang berbeda.
Perbedaan program Taska dan Tadika dapat ditunjukkan melalui Tabel 2. Perbedaan
Program Taska dan Tadika.
Taman Asuhan Kanak-kanak Taman Didikan Kanak-kanak
(Taska) (Tadika)
Usia 0-4 tahun 4-6 tahun

Kurikulum Kurikulum Permata Negara Kurikulum Standar Prasekolah


Kebangsaan (KSPK)
Tujuan Untuk menyediakan program Untuk mengembangkan potensi
pengasuhan dan pendidikan awal siswa berusia 4-6 tahun secara
yang terpadu untuk anak-anak komprehensif dan terpadu.
yang berumur 0-4 tahun.
Kegiatan Belajar Fokus pada permainan dan Fokus pada aspek kognitif dalam
kegiatan yang dilakukan sehari- kegiatan belajar
hari
Jumlah Peserta Penerimaan pendaftar 10 orang Penerimaan pendaftar 25 orang
Didik atau lebih

Pendidik Pendidikan sekurang-kurangnya Pendidikan sekurang-kurangnya


adalah diploma. adalah diploma.
Telah lulus Kursus Asuhan
Permata atau Kursus Asas
Asuhan Kanak-kanak.
Keterangan :

a. Taman Asuhan Kanak-kanak (Taska)


Taman Asuhan Kanak-kanak atau Taska merupakan pendidikan untuk tingkat
prasekolah, yang memiliki model seperti Tempat Penitipan Anak (TPA) serta
dipadukan dengan playgroup. Pendidikan anak usia dini di jenjang Taska bertujuan
untuk mendidik anak-anak agar dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan sesama
maupun dengan lingkungan sekitar. Pembelajaran yang dilakukan pada jenjang Taska
menggunakan Kurikulum Permata Negara. Kurikulum tersebut bertujuan untuk
menyediakan program pengasuhan dan pendidikan awal yang terpadu bagi anak-anak
usia 0-4 tahun. Kurikulum tersebut juga dirancang dengan berfokus pada pembinaan
kualitas individu anak-anak. Aspek dalam kurikulum ini menitikberatkan pada
bagaimana cara membina kepribadian, emosi, sosial, rohani, fisik, motorik, bahasa,
kreativitas, dan intelektual anak. Rancangan kurikulum permata dapat berupa RPP,
RPS, RPM, dan RPH.
Taska memberikan fasilitas ruang-ruang khusus bagi anak untuk melakukan
berbagai aktivitas yang selalu didampingi oleh guru pengasuh. Dalam setiap ruang
yang disediakan, anak-anak bebas untuk beraktivitas sesuai dengan tahap
perkembangannya. Pada jenjang Taska terdapat pembagian kelas-kelas yang
disesuaikan dengan kegiatan dan usia anak. Kelas tersebut dapat dibagi menjadi kelas
untuk bayi dan kelas untuk anak usia 3-4 tahun. Kegiatan yang dilakukan bagi
kelompok bayi dapat berupa pengasuhan dan stimulasi untuk membantu proses
perkembangan. Kegiatan rutin yang dilakukan dalam Taska dapat berupa kegiatan
sehari-hari seperti berikut:
 Menyambut kedatangan siswa
Dilakukan dengan kegiatan mengucap salam dan bersalaman, pendidik bertanya
kabar siswa, dan pendidik memeriksa kondisi siswa.
 Pertemuan pagi
Dilakukan dengan doa bersama, menyanyikan lagu kebangsaan, menyanyikan
lagu permata, menyanyikan lagu patriotik, dan membaca ikrar anak permata,
dengan durasi waktu 30-40 menit.
 Makan dan minum
Dalam kegiatan ini, siswa diberikan kesempatan untuk makan dan minum.
Pendidik juga menjelaskan terkait dengan adab makan yang baik.
 Kebugaran
Kegiatan kebugaran dilakukan melalui senam, tari, dan permainan bebas.
 Kesehatan dan kebersihan diri anak
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan, membasuh
tangan, dan lain-lain.

Dalam pembelajaran di Taska juga melalui pengintegrasian enam bidang


pembelajaran permata yaitu:

1. Perkembangan Sahsiah, Sosio-emosi, dan Kerohanian


2. Perkembangan Bahasa, Komunikasi, dan Literasi Awal
3. Perkembangan Awal Matematik dan Pemikiran Logik
4. Perkembangan Deria dan Pemahaman Dunia Persekitaran
5. Perkembangan Fizikal dan Psikomotor
6. Perkembangan Kreativif dan Estetika

Selain itu, dalam pembelajaran Taska juga menggunakan berbagai alat atau
sumber belajar yang meliputi:

 Peralatan Musik
 Peralatan Manipulatif
 Peralatan Kognitif
 Peralatan Permainan Peran
 Peralatan Main Air dan Pasir
 Peralatan Fizikal dan Senam
 Peralatan Seni dan Kraf
 Bahan Bacaan dan Literasi

Taska memiliki sarana dan prasarana yang disediakan oleh kerajaan, namun
dalam Taska biasanya dipungut bayaran bagi siswa atau peserta didik. Pegawai
(semacam kader) atau pendidik juga mendapatkan gaji dari kerajaan. Pendidik
menerima gaji minimum yang setimpal dengan tanggungjawab. Dalam proses seleksi,
seorang calon pendidik di Taska juga perlu dipertimbangkan. Untuk dapat menjadi
pendidik di Taska perlu memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya pendidikan
adalah tingkat diploma. Selain itu, pendidik di Taska juga telah lulus kursus
KAAK/KAP dan terdaftar sebagai pengasuh atau pendidik yang mengikuti Akta
Taska 1984 (pindanaan 2007).

b. Taman Didikan Kanak-kanak (Tadika)


Taman Didikan Kanak-kanak atau Tadika merupakan sekolah bagi anak-anak
usia 4-6 tahun. Sama halnya dengan negara Indonesia, sekolah Tadika bukan
merupakan pendidikan wajib dalam pendidikan di negara Malaysia. Model
pendidikan di Tadika sama seperti pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di
Indonesia. Pendidikan anak usia dini di jenjang Tadika memiliki tujuan yang sama
seperti Taksa dengan tidak membedakan latar belakang sosial, agama, tempat tinggal,
kondisi kesehatan, serta perkembangan intelektual anak. Pembelajaran yang
dilakukan pada jenjang Tadika menggunakan Kurikulum Standar Prasekolah
Kebangsaan (KSPK). Tujuan dari kurikulum tersebut adalah mengembangkan potensi
siswa yang berusia empat sampai enam tahun secara komprehensif dan terpadu dalam
aspek fisik, emosional, spiritual, intelektual, dan sosial melalui lingkungan belajar
yang aman dan asuh, serta kegiatan belajar yang menyenangkan, kreatif, dan
bermakna. Kurikulum Standar Prasekolah Kebangsaan juga memberikan peluang
bagi murid untuk dapat mencapai objektif sebagai berikut:
1. Menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara efektif.
2. Mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa yang
beragama Islam.
3. Mempraktikkan nilai-nilai murni masyarakat Malaysia.
4. Menghargai dan peka terhadap budaya masyarakat Malaysia.
5. Menyayangi dan menghargai alam sekitar.
6. Mengembangkan konsep diri dan kepercayaan diri yang positif.
7. Mempraktikkan amalan kesehatan, membina kebugaran badan dan menjaga diri
agar tetap aman.
8. Mengaplikasikan pemikiran kritis, kreatif dan inovatif serta kemahiran
menyelesaikan masalah dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari.
Dalam Kurikulum Standar Prasekolah Kebangsaan, menggunakan pendekatan
pembelajaran yang fleksibel dan lingkungan belajar yang nyaman, anam, ceria, dapat
mendorong rasa ingin tahu, dapat menjelajahi, dan mengeksplorasi, serta memberikan
pengalam baru kepada anak-anak. pelaksanaan pembelajaran dalam KSPK, waktu
yang ditentukan sekurang-kurangnya empat jam sehari (termasuk kegiatan istirahat).
Dalam pembelajaran di Tadika, seorang pendidik juga diharapkan agar dapat:
1. Memahami dan menghayati hak kanak-kanak
2. Mengakui pendapat dan partisipasi kanak-kanak
3. Mengenali dan menerima kenyataan kondisi kanak-kanak
4. Menyediakan lingkungan fisik dan sosial
5. Melibatkan orangtua dalam aktivitas kanak-kanak
C. Perbandingan Pendidikan Anak Usia Dini di Negara Indonesia dan
Malaysia
Dari hasil penjelasan Pendidikan anak usia dini di masing-masing negara yaitu
negara Indonesia dan negara Malaysia di atas dapat kita ketahui perbandingan
pendidikan anak usia dini di negara Indonesia dan Malaysia dapat dilihat dari jalur
pendidikan, pelaksanaan, pendidik, peserta didik, fokus pembelajaran, pengawasan,
lokasi sekolah dan keamanan. Petunjuk teknis penyelenggaraan PAUD di negara
Indonesia dan negara Malaysia hampir sama. Petunjuk teknis penyelenggaraan
PAUD dan hasil perbandingan pendidikan anak usia dini di negara Indonesia dan di
negara Malaysia dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Aspek Indonesia Malaysia


Pengawasan Usia 0-2 tahun, 1 : 4 Usia 0-1 tahun, 1 : 3
Usia 2-4 tahun, 1 : 8 Usia 1-3 tahun, 1 : 5
Usia 3-4 tahun, 1 : 10
Lokasi Sekolah  TK/RA :  Standar luas ruangan
- Memiliki luas lahan Tadika :
minimal 300 meter 1,4 meter persegi setiap
persegi untuk bangunan anak. Jika diruangan
dan halaman. terdapat sepuluh anak
- Memiliki ruang kegiatan maka area bermain di
anak yang aman dan dalam gedung harus seluas
sehat dengan rasio 14 meter persegi. Ruangan
minimal 3 meter persegi haruslah berada di area
per anak dan tersedia yang paling aman dari
fasilitas cuci tangan keseluruhan gedung.
dengan air bersih  Standar luas ruangan
 Kelompok Bermain Taska :
(KB) : Jika di sebuah rumah yang
Memiliki jumlah ruang dan terdaftar, luas lantai
luas lahan disesuaikan minimum yang ditetapkan
dengan jumlah anak, luas adalah 2,5 meter persegi
minimal 3 meter persegi per per anak. Jika dilingkungan
anak. tempat kerja atau institusi
 Taman Penitipan Anak khusus penitipan anak, luas
(TPA) : lantai minimum adalah 3,5
Memiliki jumlah ruang dan meter persegi.
luas disesuaikan dengan
jumlah anak, luas minimal
3 meter persegi per anak.
 Satuan Paud Sejenis
(SPS) :
Memiliki jumlah ruang dan
luas lahan disesuaikan
dengan jumlah anak, luas
minimal 3 meter persegi.
Keamanan - Indonesia juga - Malaysia mewajibkan
mewajibkan lokasi lokasi dapur dan tempat
kegiatan anak-anak dengan banyak benda
berada jauh dari tempat berbahaya bagi anak
berbahaya seperti jauh berada jauh dari tempat
dari dapur. kegiatan anak.
- Pemilihan alat permainan - Penganjuran untuk
edukatif (APE) yang - pemasangan CCTV
aman digunakan anak. - Pemilihan cat yang tidak
berbahaya

Jenis dan jenjang PAUD - Di Indonesia terdapat - Sementara itu, di


macam nama pendidikan Malaysia terdapat dua
anak usia dini yaitu TK jenjang pendidikan anak
atau RA, KB, TPA, usia dini yaitu Taman
Posyandu, BKB, dan Asuhan Kanak-kanak
sebagainya sesuai dengan (Taska) dan Taman
jalur pendidikan baik Didikan Kanak-kanak
formal, nonformal (Tadika).
maupun informal.

Usia peserta didik PAUD - Pelaksanaan PAUD di - Sementara itu, di negara


Indonesia dapat melalui Malaysia pelaksanaan
program TK/RA untuk PAUD dapat melalui dua
anak usia 4-6 tahun, KB program yaitu Taska
untuk anak usia 2-6 untuk anak-anak usia 0-4
tahun, TPA untuk anak tahun dan Tadika untuk
usia 3 bulan-6 tahun, anak-anak usia 4-6 tahun
Posyandu untuk anak
usia 0-6 tahun, dan BKB
untuk anak usia 0-5
tahun.
Kualifikasi pendidik PAUD di Indonesia PAUD di Malaysia baik di
PAUD memiliki kualifikasi Taska maupun Tadika
pendidik yaitu D2 untuk memiliki kualifikasi
TK, SLTA dengan training pendidik yang sama yaitu
khusus untuk KB dan TPA, pendidikan sekurang-
serta SMP dengan pelatihan kurangnya adalah diploma.
khusus untuk Posyandu dan
BKB.
Fokus pembelajaran PAUD di Indonesia PAUD di Malaysia
PAUD memiliki fokus memiliki fokus
pembelajaran dalam pembelajaran dalam aspek
kesiapan bersekolah, kognitif dan kegiatan
perkembangan emosi dan sehari-hari.
mental, serta memberikan
edukasi bagi orangtua.
Pedoman PAUD Di Indonesia Pendidikan Pendidikan anak usia
anak usia dini berpedoman dini di negara Malaysia
pada Kurikulum Nasional berpedoman pada
yang isinya mengacu pada Kurikulum Permata
tiga pilar pendidikan yaitu Negara yang berisi empat
learning to know, learning pilar pendidikan yaitu
to do, dan learning to be learning to know,
learning to do, learning
to be dan learning to live
together.
Pelaksanaan kurikulum
pelaksaaan kurikulum kurikulum pendidikan anak
pendidikan anak usia dini di usia dini yang digunakan di
negara Indonesia negara Malaysia terdapat
menekankan pada enam enam bidang
bidang perkembangan yaitu perkembangan yaitu
nilai, agama, modal, fisik- agama, sosio-emosional,
motorik, kognitif bahasa, bahasa, komunikasi dan
sosio-emosional dan seni. literasi awal, matematika
awal dan pemikiran logika,
pemahaman lingkungan
sekitar, fisika, psikomotor,
krativitas dan estetika.

Berikut adalah keterangan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini di negara


Indonesia dan negara Malaysia:
1. Pengawasan
a.) Indonesia: Pengawasan anak-anak di PAUD Indonesia menggunakan
parameter yang bisa dijadikan rujukan adalah rasio antara pengasuh dan
anak. Aturan di Indonesia menggunakan rasio 1 : 4 (satu pengawas untuk
empat anak) dengan usia 0-2 tahun, sementara usia 2-4 tahun
menggunakan rasio 1 : 8 (satu pengawas untuk delapan anak).
b.) Malaysia: Tingkat pengawasan anak di Malaysia tidak jauh berbeda
dengan di Indonesia. Parameter yang bisa dijadikan rujukan adalah rasio
anatar pengawas dan anak. Aturan di Malaysia, untu anak usia 0-1 tahun
rasionya 1 : 3 (satu pengawas untuk tiga anak), usia 1-3 tahun rasionya 1 :
5 (satu pengawas untuk lima anak), dan untuk usia 3-4 tahun rasionya 1 :
10 (satu untuk sepuluh anak).
2. Lokasi Sekolah
a.) Indonesia: persyaratan sarana dan prasarana penyelenggaraan PAUD di
Indonesia terdapat dalam Pasal 32, Permendikbud 137 tahun 2014 untuk
TK/RA harus memiliki luas lahan minimal 300 meter persegi, memiliki
ruangan kegiatan anak baik di dalam maupun di luar ruangan, memiliki
ruang guru dan ruang kepala sekolah, memiliki ruang UKS dengan
kelengkapan P3K, memiliki alat permainan edukatif, dan memiliki tempat
sampah yang tertutup serta tidak tercemar. KB (Kelompok Bermain),
TPA (Taman Penitipan Anak) dan SPS (Satuan Paud Sejenis) memiliki
persyaratan sarana dan prasarana yang hampir sama yaitu memiliki
jumlah ruang dan luas lahan yang disesuaikan dengan jumlah anak atau
peserta didik, luas minimal 3 meter persegi per anak, memiliki ruang atau
fasilitas untuk bermain anak, memiliki fasilitas cuci tangan dengan air
bersih, memiliki kamar mandi dengan air yang bersih, dan memiliki
tempat sampah yang tertutup serta tidak tercemar.
b.) Malaysia: standar luas ruangan satuan Tadika adalah 1,4 meter persegi
setiap anak. Malaysia juga menerapkan standar luas ruangan lainnya yaitu
luas dapur minimal 4,5 meter persegi, kamar mandi 6 meter persegi,
ruang staff 20 meter persegi. Untuk ruang terbuka dan parkir harus
memiliki luas minimal 50 meter persegi dan 24 meter persegi. Untuk
Taska jika di sebuah rumah yang terdaftar, luas lantai minimal yang
ditetapkan adalah 2,5 meter persegi per anak. Jika dilingkungan kerja atau
institusi khusus penitipan anak, luas lantai minimal 3,5 meter persegi.
Panduan pendirian PAUD di Malaysia sudah cukup lengkap.
Pertimbangan lokasi, luas bangunan, pelatihan dan kursus pengasuh,
hingga anjuran pemasangan CCTV dimasukkan dalam panduan. Setiap
pengelola yang melanggar akan dikenai denda oleh pemerintah Malaysia.
3. Keamanan
a.) Indonesia : Penyelenggaraan PAUD di Indonesia harus memperhatikan
faktor keamanan baik keamanan pendidik maupun peserta didik. Tingkat
keamanan di PAUD Indonesia sudah mewajibkan lokasi kegiatan anak-
anak berada jauh dari tempat berbahaya seperti jauh dari dapur. Selain itu,
pemilihan atau penggunaan alat permainan edukatif yang aman digunakan
untuk anak-anak baik dari segi bahan maupun pewarnaan. Tetapi belum
semua penyelenggara PAUD di Indonesia menyediakan CCTV.
b.) Malaysia : Penyelenggaraan pendidikan prasekolah di Malaysia tidak jauh
berbeda dengan di Indonesia yaitu mewajibkan lokasi dapur dan tempat
dengan banyak benda berbahaya bagi anak berada jauh dari tempat
kegiatan anak. Selain hal tersebut, dalam penyelenggaraan pendidikan pra-
sekolah di Malaysia pemerintah juga menganjurkan untuk memasang
CCTV untuk keamanan, dan pemilihan cat tembok serta cat dalam alat
permainan yang digunakan terjamin aman untuk anak-anak.
4. Jenis dan Jenjang Pendidikan Anak Usia Dini
a.) Indonesia : Pendidikan pra sekolah di Indonesia terbagi menjadi 3 jalur
pendidikan yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan
pra sekolah jalur formal yaitu TK/RA, pendidikan pra sekolah jalur non
formal yaitu KB (Kelompok Bermain), TPA (Taman Penitipan Anak), dan
SPS (Satuan Paud Sejenis), dan pendidikan pra sekolah jalur informal
yaitu posyandu dan BKB (Bina Keluarga Balita).
b.) Malaysia : Pendidikan pra sekolah di Malaysia terbagi menajdi dua
jenjang pendidikan yaitu Taman Asuhan Kanak-kanak (Taska) dan Taman
Didikan Kanak-kanak (Tadika).
5. Usia Peserta Didik
a.) Indonesia : Usia rata-rata peserta didik pra sekolah di Indonesia yaitu
untuk TK/RA berusia 4-6 tahun, KB berusia 2-6 tahun, TPA berusia 3
bulan - 6 tahun, Posyandu berusia 0-6 tahun, dan BKB berusia 0-5 tahun.
b.) Malaysia : Usia rata-rata peserta didik pra sekolah di Malaysia yaitu untuk
Taska berusia 0-4 tahun, dan Tadia berusia 4-6 tahun.
6. Kualifikasi Pendidik PAUD
a.) Indonesia : Kualifikasi pendidik atau pengajar di pendidikan pra sekolah
di Indonesia yaitu D2 untuk TK/RA, SLTA dengan training khusus atau
mengikiti diklat untuk KB dan TPA, serta SMP dengan pelatihan khusus
untuk Posyandu dan BKB.
b.) Malaysia : Kualidikasi pendidik di pendidikan pra sekolah di Malaysia
untuk pendidikan Taska dan Tadika adalah minimal telah menempuh
jenjang Diploma.
7. Fokus Pembelajaran
a.) Indonesia : Fokus pembelajaran pendidikan pra sekolah di Indonesia
adalah dalam kesiapan bersekolah atau dalam menyiapkan diri untuk
memasuki sekolah ke tahap berikutnya, perkembangan emosi dan mental,
serta memberikan edukasi bagi orangtua.
b.) Malaysia : Fokus pembelajaran pendidikan pra sekolah di Malaysia adalah
pada pembinaan kualitas individu anak-anak. Aspek utama dalam fokus
pembelajaran pendidikan pra sekolah di Malaysia adalah interaksi anak-
anak, kaidah pengasuhan, membina emosi, rohani, sosial, fisik dan
intelektualitas.
8. Pedoman PAUD
a.) Indonesia : Di Indonesia pendidikan pra sekolah berpedoman pada
Kurikulum Nasional yang isinya mengacu pada tiga pilar pendidikan yaitu
learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk
melakukan/menerapkan), dan learning to be (belajar untuk menjadi).
b.) Malaysia : Malaysia menggunakan pedoman Kurikulum Permata Negara,
dimana kurikulum ini dirancang dengan berfokus pada pembinaan kualitas
individu anak-anak. Teori dalam Kurikulum Permata Negara berisi
tentang interaksi anak-anak, kaedah pengasuhan secara holistik, dan
panduan merancang kegiatan untuk mengkaji perkembangan anak.
9. Pelaksanaan kurikulum
a.) Indonesia : Kurikulum pendidikan anak usia dini di negara Indonesia
menekankan pada enam bidang perkembangan yaitu nilai, agama, modal,
fisik-motorik, kognitif bahasa, sosio-emosional dan seni. Dimana bidang
perkembangan tersebut di masukan dalam kompetensi inti yang meliputi
tiga pokok pembelajaran yaitu kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
b.) Malaysia : Kurikulum pendidikan anak usia dini yang digunakan di negara
Malaysia juga terdapat enam bidang perkembangan yaitu agama, sosio-
emosional, bahasa, komunikasi dan literasi awal, matematika awal dan
pemikiran logika, pemahaman lingkungan sekitar, fisika, psikomotor,
krativitas dan estetika. Berdasarkan enam bidang perkembangan tersebut
dapat menghasilkan dua komponen yaitu pengasuhan dan pengajaran.

D. Bentuk Implikasi Pendidikan Anak Usia Dini dari Kedua Negara


Selanjutnya dari poin perbandingan diatas dapat di ambil beberapa alasan
mengapa memilih negara Malaysia untuk dijadikan perbandingan pendidikan pra
sekolah dengan negara Indonesia yaitu karena negara Indonesia dan negara Malaysia
memiliki rumpun yang sama, wilayah yang berdekatan, bahasa yang hampir sama,
dan budaya yang hampir sama. Selain alasan tersebut juga karena negara Malaysia
merupakan negara yang menduduki peringkat kedua di Asia Tenggara yang sangat
memperdulikan pendidikan pra sekolah setelah negara Singapura. Implikasi dari
penelitian studi perbandingan pendidikan anak usia dini di negara Indonesia dan di
negara Malaysia ini yaitu adalah kita dapat mengetahui bawa walaupun negara
Indonesia dan negara Malaysia memiliki beberapa kesamaan seperti yang telah
disebutkan di atas tetap terdapat beberapa perbedaan, dari beberapa perbedaan inilah
kemudian kita dapat membandingkan pendidikan anak usia dini di 2 negara ini.
Setelah mengetahui dan memahami hasil perbandingan dari kedua negara ini kita
kemudian dapat belajar dan terus mengupayakan untuk meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan anak usia dini di negara kita tercinta negara Indonesia. Dari
perbandingan di atas terdapat beberapa point tentang penyelenggaraan pendidikan pra
sekolah di Malaysia yang dapat adopsi di negara Indonesia sebagai wujud perbaikan
pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini. Beberapa hal yang dapat di adopsi
adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pedoman 4 pilar pendidikan yaitu learning to know, learning to


do, learning to be dan learning to live together.
2. Memperhatikan sistem pengawasan, lokasi dan keamanan dalam pendidikan
pra sekolah.
3. Meningkatkan kualitas dalam kualifikasi pendidik pendidikan anak usia dini.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam penyelenggaraan pendidikan nasional masa depan, perhatian perbaikan
harus dilakukan salah satunya yaitu perbaikan pada pendidikan anak usia dini di
Indoneis Untuk itu diperlukan suatu kajian yang dapat dijadikan sebagai salah satu
gambaran arah konsep dan kebijakan pendidikan yang baik. Salah satu caranya
adalah dengan komparasi pendidikan di Indonesia dengan dengan pendidikan di
negara yang mutu pendidikannya lebih baik yang dalam hal ini adalah negara
Malaysia. Komparasi pendidikan anak usia dini di negara Indonesia dan negara
Malaysia ini menghasilkan beberapa poin perbandingan berikut :
1. Perbedaan macam dan jenis pendidikan anak usia dini. Di negara Indonesia
terdapat kurang lebih 5 macam nama pendidikan anak usia dini seperti TK/RA,
BKB, Posyandu, TPA dan lainnya sementara di negara Malaysia hanya terdapat
2 macam nama pendidikan anak usia dini yaitu Taska dan Tadika.
2. Perbedaan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini. Pendidikan
anak usia dini di negara Indonesia memiliki 3 pilar pendidikan yang di
laksanakan yaitu learning to know, learning to do, dan learning to be. Sementara
Pendidikan anak usia dini di Malaysia berpedoman pada empat pilar yaitu
learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together.
3. Perbedaaan dalam pelaksaaan kurikulum pendidikan anak usia dini di negara
Indonesia menekankan pada enam bidang perkembangan yaitu nilai, agama,
modal, fisik-motorik, kognitif bahasa, sosio-emosional dan seni. Sementara itu,
kurikulum pendidikan anak usia dini yang digunakan di negara Malaysia juga
terdapat enam bidang perkembangan yaitu agama, sosio-emosional, bahasa,
komunikasi dan literasi awal, matematika awal dan pemikiran logika,
pemahaman lingkungan sekitar, fisika, psikomotor, krativitas dan estetika.
4. Terdapat perbedaan dalam peserta didik, kualifikasi pendidik dalam pendidikan
anak usia dini dan fokus pembelajaran pendidikan anak usia dini di negara
Indonesia dan di negara Malaysia.
5. Terdapat perbedaan dalam pengawasan lokasi dan keamanan dalam
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini di negara Indonesia dan di negara
Malaysia.

B. Saran
1. Pemerintah
a. Terus memperbaiki sistem pendidikan khususnya pendidikan anak
usia dini baik melalui perbaikan dan penyesuaian kurikulum atau
peningkatan sarana prasarana dan lainnya
b. Mendukung atau mewadahi upaya-upaya perbaikan seperti adanya
anggaran dana untuk pelatihan tenaga pendidikan pada pendidikan anak
usia dini.
2. Bagi orang tua.
a. Menyadari bahwa pendidikan penting untuk di lakukan pada anak
sedini mungkin dan mewadahinya.
b. Mencukupi kebutuhan pendidikan anak dalam keluarga atau
pendidikan informal bagi anak.
3. Lembaga terkait.
a. Terus memiliki semangat dan motivasi untuk memperbaiki dan
mengembangkan kelembagaan maupun satuan pendidikan anak usia dini
itu sendiri.
b. Memiliki pikiran terbuka dan mau menerima saran untuk kemudian
dapat di lakukan sebagai upaya perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Nur. 2018. “Kurikulum Malaysia”. Artikel Pascasarjana Pendidikan Anak


Usia Dini, Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses dari http://academia.edu/,
pada 6 Maret 2020.
Direktorat Pembinaan PAUD. 2015. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD
Holistik Integratif di Satuan PAUD. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia.
Jurnal Etnografi Indonesia. Vol.1 No.2 Desember 2016. Departemen Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Kurikulum Permata Negara Asuhan dan Didikan Awal Kanak-kanak 0-4 Tahun.
Diakses dari https://www.academia.edu/.

Kurikulum Standard Prasekolah Kebangsaan. Kementerian Pendidikan Malaysia.


Diakses dari https://www.academia.edu/.

Nordin, Norazly dan Mohd Zaidi Hajazi. 2019. “Pendidikan Anak Usia Dini Dan
Pendidikan Awal Kanak-Kanak”. Jurnal Internasional Conference On Global
Education VII “Humanising Tecnology For IR 4.0”.

Nurani Sujiono, Yuliani. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks.

PLAN Malaysia (Jabatan Perancangan Bandar dan Desa). 2017. Garis Panduan
perancangan dan penubuhan Tadika dan Taska 2017. Kementrian
Kesejahteraan Bandar. Perumahan dan Kerajaan Tempatan:Malaysia.

Pundi (Penggiat Pendidikan Indonesia), “Pemerataan Akses dan Kualitas Pendidikan


Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia”, Diakses dari http://pundi.or.id, pada
tanggal 11 Maret 2019.

Rohman, Arif. 2013. Pendidikan Komparatif. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.


Standar Nasional PAUD, Pasal 32 Permendikbud. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan 137/2014..

UNESCO. 2005. “Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini di Indonesia”. Laporan
Review Kebijakan, Workshop UNESCO Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai