Oleh
A. Latar Belakang
Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia
meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu
aspek yang memegang peran paling penting bagi kehidupan manusia. Negara
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, suku, sumber daya alam, dan
sebagainya. Sebagai negara maju dan berkembang, sumber daya manusia tidak boleh
dikesampingkan. Kualitas warga negara akan menentukan ke arah mana negara
tersebut akan bergerak.
Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena
itu, setiap warga negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi.
Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas warga negara.
Bagaimana tidak, pendidikan merupakan investasi seseorang bagi masa depannya dan
merupakan bagian dari penentu kesuksesan seseorang. Pendidikan tentunya akan
mencetak sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi spiritual, intelegensi
dan keterampilan, dan pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus
bangsa.
Salah satu pendidikan di negara Indonesia adalah Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). PAUD merupakan pendidikan yang diberikan bagi anak-anak usia
prasekolah. Namun di negara Indonesia PAUD memiliki berbagai macam kelemahan
yaitu pendidik PAUD tidak sesuai kualifikasi contohnya guru PAUD masih lulusan
Sekolah Menengah Atas. Hal itu menyebabkan guru tidak memiliki kompetensi
pedagogik dan mengenai pemahaman psikologi anak. Selain itu terdapat kekurangan
yang terkait dengan sarana prasarana yang belum memadahi, sehingga dapat menjadi
salah satu faktor penghambat dalam berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang
berguna dalam mengimplementasikan kurikulum. Permasalahan lain juga terjadi
dalam penerapan kurikulum yang masih kurang tertata, sehingga dapat menyebakan
kesulitan bagi pendidik dalam melaksanakan pembalajaran kepada peserta didik. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah pendidikan
pendidik atau guru kurang memadai. Kedua adalah pendidik biasanya hanya
mengikuti arus permainan anak.
Pendidikan di Malaysia pada dasarnya banyak mengadopsi sistem dari negara
Inggris. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu, Malaysia adalah salah satu negara
bekas jajahan Inggris. Sehingga menyebabkan negara Malaysia maju dari segi
pendidikannya. Salah satu penyebabnya adalah negara Inggris sangat memperhatikan
pendidikan untuk negeri jajahannya. Segala peninggalan pendidikan Inggris
khususnya dari segi pendidikannya sangat dijaga dengan baik. Berbeda dengan
negara Indonesia yang bekas jajahan Belanda, karena Belanda hanya ingin mengeruk
kekayaan negara jajahannya tanpa memberikan pendidikan yang intensif untuk
negara jajahannya.
Negera Indonesia memiliki jenjang pendidikan salah satunya PAUD. Adanya
pendidikan usia dini menunjukkan bentuk perhatian penuh pemerintah Indonesia
terhadap perkembangan pendidikan bagi anak Indonesia. Pendidikan ini berdasarkan
Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 butir 14 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendididkan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Sedangkan di negara Malaysia, pendidikam prasekolah atau
yang disebut dengan ‘tadika’ mengajar anak usia 4-6 tahun. Pendidikan ini bukan
merupakan pendidikan wajib dalam sistem pendidikan di Malaysia. Sekolah tadika
diselenggarakan oleh pemerintah maupun pihak swasta. Selain sekolah tadika,
sebagaian besar Sekolah Kebangsaan memilki kelas prasekolah. Kelas khusus ini
diperuntukan untuk anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan nasional masa depan, perhatian perbaikan
sistem pendidikan nasional ditujukan pada aspek-aspek kurikulum, sarana dan
prasarana pendidikan, tenaga kependidikan, manajemen pendidikan dan partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan (Indra Djati Sidi). Untuk itu
diperlukan suatu kajian yang dapat dijadikan sebagai salah satu gambaran arah
konsep dan kebijakan pendidikan yang baik. Salah satu caranya adalah dengan
komparasi pendidikan di Indonesia dengan dengan pendidikan di negara yang mutu
pendidikannya lebih baik.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang dapat dikaji adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran pendidikan anak usia dini di negara Indonesia?
2. Bagaimana gambaran pendidikan anak usia dini di negara Malaysia?
3. Bagaimana perbandingan pendidikan anak usia dini di negara Indonesia dan
Malaysia?
4. Bagaimana bentuk implikasi pendidikan anak usia dini dari kedua negara ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan gambaran pendidikan anak usia dini di negara Indonesia.
2. Mendeskripsikan gambaran pendidikan anak usia dini di negara Malaysia.
3. Mengetahui perbandingan pendidikan anak usia dini di negara Indonesia dan
Malaysia.
4. Mengetahui bentuk implikasi pendidikan anak usia dini dari kedua negara
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, manfaat dari penulisan ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penulisan laporan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia
pendidikan terutama pada pendidikan non formal terutama dalam pengembangan
program pendidikan non formal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
1) Memperoleh ilmu tentang perbandingan Pendidikan Anak Usia Dini di
Negara Indonesia dan Negara Malaysia
2) Dapat meningkatkan kesiapan mahasiswa untuk terjun membangun
masyarakat.
b. Bagi Masyarakat
1) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan Pendidikan Anak Usia Dini
2) Meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program Pendidikan Anak
Usia Dini
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Perbandingan (Komparatif)
1. Pengertian Pendidikan Komparatif.
Pendidikan Komparatif sebagai salah satu disiplin ilmu telah berkembang
secara pesat karena telah diminati banyak orang. Hal ini selaras dengan keinginan
mayoritas bangsa untuk terus mengembangkan sistem pendidikannya. Keinginan
untuk berkembang ini di wujudkan dalam upaya-upaya salah satunya yaitu dengan
melakukan komparasi pendidikan. Dengan adanya komparasi pendidikan ini hal-hal
positif yang ada di negara lain dapat di adopsi dan diterapkan dalam negeri sendiri.
Disiplin ilmu komparatif mulai dirintis oleh beberapa ahli pada pertengahan abad ke
13 Masehi. Pendidikan komparatif memiliki kekhasan tersendiri bila dibandingkan
dengan ilmu-ilmu lain.
Secara Etimologis pendidikan kompraratif berasal dari kata pendidikan dan
kata komparatif. Menurut kamus bahasa Inggris Oxford Learner’s Pocket dictionary
kata pendidikan berarti pembelajaran atau pelatihan. Sedangkan kata komparatif
diartikan sebagai keadaan yang berkaitan dengan usaha membandingkan . Kata
komparatif sendiri berasal dari bahsa inggris “to compare“ (membandingkan) atau
kata benda “comparison” (perbandingan) sehingga komparatif diartikan sebagai
sesuatu yang bersifat membandingkan. Oleh karena itu pendidikan komparatif dapat
diartikan sebagi ilmu yang mempelajari tatacara atau prosedur membandingkan dua
atau lebih sistem pendidikan yang berbeda.
Secara terminologis pendidikan komparatif adalah sebagai disiplin ilmu
yang mempelajari sistem pendidikan di beberapa negara yang menyangkut pada hal
sebagai berikut :
1) Sistem pendidikan formal, non formal, dan informal
2) Teori dan praktek pendidikan
3) Latar belakang sosial ekonomi, politik, ideologi, dan budaya yang
mempengaruhi sistem pendidikan.
Selain pengertian secara etimologis dan terminologis terdapat para ahli
dengan beberapa pengertiannya masing- masing yaitu sebagai berikut:
a) Pengertian pendidikan komparatif menurut Isaac L Kandel
Pendidikan komparatif merupakan studi tentang teori dan praktek pendidikan
pada waktu sekarang yang dipengaruhi oleh bermacam-macam latar belakang dan
merupakan kelanjutan dari sejarah pendidikan
b) Pengertian pendidikan komparatif menurut C.V GOOD
Pendidikan komparatif adalah lapangan studi yang mempunyai tugas untuk
mengadakan perbandingan teori dan praktek pendidikan sebagaimana terdapat pada
beberapa negeri dengan maksud untuk mengadakan perluasan pandangan dan
pengetahuan tentang pendidikan di luar batas negeri sendiri (Imam Barnadib,1994).
c) Pengertian pendidikan komparatif menurut Nazir (2005: 58)
Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari
jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor
penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Bersifat
membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu.
Berdasarkan pengertian studi komparatif yang telah dikemukakan peneliti
dapat memahami bahwa studi komparatif adalah suatu bentuk penelitian yang
membandingkan antara variabel-variabel yang saling berhubungan dengan hubungan
menggunakan hukum sebab akibat dan kemudian menentukan perbedaan-perbedaan
atau persamaannya.
2. Tujuan Pendidikan Komparatif:
a. Menggambarkan sistem outcome pendidikan
b. Membantu prakek lembaga pendidikan
c. Untuk memperjelas hubungan pendidikan dan masyarakat
d. Menentukan statement umum setelah dibandingkan atau kesimpulan
pernyataan umumnya.
3. Ciri-ciri Metode Komparatif:
a. Merupakan dua atau lebih objek yang berbeda
b. Masing-masing berdiri sendiri dan bersifat terpisah
c. Memiliki kesamaan pola atau cara kerja tertentu
d. Objek yang diperbandingkan jelas dan spesifik
e. Memakai standar dan ukuran perbandingan berbeda dari objek yang
sama. (Muliawan, 2014:86).
Ciri-ciri metode komparatif yang lain yaitu menentukan mana yang lebih
baik atau mana yang sebaiknya dipilih, rumusan masalah dalam metode komparatif
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau sampel dan waktu
yang berbeda, membuat generalisasi tingkat perbandingan berdasaran cara pandang
atau kerangka berfikir tertentu.
Berdasarkan ciri-ciri metode komparatif yang telah dipaparkan peneliti dapat
memahami bahwa ciri-ciri metode komparatif merupakan suatu karakter atau ciri
yang signifikan yang dimiliki oleh metode komparatif agar dapat membedakan antara
metode komparatif dengan metode penelitian yang lain.
Metode Studi dalam Komparasi Pendidikan menurut Debold Van Dalen dalam
“Understanding Educational Research” dapat dilakukan melalui metode sebagai
berikut:
Kajian pustaka merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian yang kita
lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian literature, atau literature review. Sebuah
kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literature yang
relevan dengan bidang atau topik tertentu. Ia memberikan tinjauan mengenai apa
yang telah dibahas atau yang telah dibicarakan oleh peneliti atau penulis, teori atau
hipotesis yang mendukung, permasalahan penelitian yang diajukan atau ditanyakan,
metode dan metodologi yang sesuai.
Kajian literature merupakan alat yang penting sebagai contect review, karena
literature sangat berguna dan sangat membantu dalam member konteks dan arti
dalam penulisan yang sedang dilakukan serta melalui kajian literature ini juga
peneliti dapat menyatakan secara eksplisit dan pembaca mengetahui, mengapa hal
yang ingin diteliti merupakan masalah yang memang harus diteliti, baik dari segi
subjek yang akan diteliti dan lingkungan manapun dari sisi hubungan penelitian
dengan tersebut dengan penelitian lain yang relevan. (Afifuddin, 2012).
Suatu kajian pustaka memuat rangkuman dan uraian secara lengkap dan
mutakhir tentang topic tertentu, sebagaimana ditemukan dalam buku-buku ilmiah
dan artikel jurnal. Pada bagian kajian pustaka membicarakan hal-hal: 1) Membahas
teori-teori pendukung yang melandasi masalah yang kita kaji. Teori dapat berupa
teori induk (grand theory), teori turunan (middle range theory), dan teori aplikasi
(applied theory). 2) Membahas hasil-hasil riset sebelumnya yang sudah dilakukan
oleh orang lin mengenai topic yang sejenis. (Sarwono, 2010)
a.) Tujuan Kajian Literatur (Berg & Lune 2009. Chapter 2).
Ada dua tujuan utama dari kajian literatur. Pertama, kajian literatur yang
dilakukan dengan tujuan untuk menulis sebuah makalah untuk memperkenalkan
kajian-kajian baru dalam topik tertentu yang perlu diketahui oleh mereka yang
bergiat dalam topik ilmu tersebut. Kajian ini sewaktu-waktu dapat diterbitkan
untuk kepentingan umum. Contoh kajian-kajian semacam ini dapat dilihat
misalnya dalam Annual Review of Anthropology, Annual Review of Sociology,
dan sebagainya. Mereka yang baru menjadi peneliti pemula dalam topik tertentu
dapat menggunakan terbitan annual review ini sebagai bacaan awal. Tujuan
kedua dari kajian literatur adalah untuk kepentingan projek penelitian sendiri.
Dalam hal ini, membuat kajian literatur adalah untuk memperkaya wawasan kita
tentang topik penelitian kita, menolong kita dalam memformulasikan masalah
penelitian, dan menolong kita dalam menentukan teori-teori dan metodemetode
yang tepat untuk digunakan dalam penelitian kita.
Di bawah ini akan dipaparkan beberapa manfaat dari kajian literatur untuk
kepentingan penelitian yang akan kita lakukan. Menulis kajian literatur berarti
kita memperlihatkan kepada pembaca bahwa: Pertama, kita mengetahui kajian-
kajian lain yang pernah dilakukan orang berkenaan dengan topik penelitian kita.
Kita telah akrab dan memahami satu khazanah pengetahuan tentang topik
penelitian kita. Kita sedang membangun kredibilitas diri dalam khazanah
pengetahuan yang menjadi topik penelitian kita. Satu kajian literatur
memperlihatkan kepada pembaca tentang penguasaan kita tentang topik kajian
kita. Makin baik dan makin lengkap penulisan kajian literatur, makin baik pula
penghargaan orang terhadap kita sebagai penulis kajian tersebut. Kedua, kajian
literatur akan menghubungkan kajian yang akan kita lakukan dengan wacana luas
dalam literatur tentang topik tersebut. Kita menutupi jurang yang ada antara
projek penelitian yang sedang kita kerjakan dengan dunia literatur secara umum,
bahkan kita memperluas kajian-kajian yang ada sebelumnya. Kita memahami
alur perjalanan penelitian-penelitian sebelumnya tentang topik tersebut. Dengan
pengetahuan tersebut, kemudian kita merancang bagaimana projek penelitian
baru yang akan kita lakukan bisa tersambung masuk ke dalam jalur perjalanan
penelitian-penelitian yang ada dengan topik tersebut.
Kajian literatur yang baik dapat menempatkan projek penelitian yang sedang
dirancang ke dalam konteks bidang kajian yang terkait dengan khazanah umum,
topik penelitian, dan daerah atau masyarakat penelitian. Ketiga, menunjukkan
kemampuan kita dalam mengintegrasikan dan meringkaskan apa yang sudah
diketahui orang lain tentang bidang kajian kita. Satu review merangkum dan
mensintesekan keseluruhan hasil penelitian, mana hal yang sudah disepakati,
mana yang masih dalam perdebatan, dan mana masih dalam perambahan, dan
kira-kira ke arah mana topik penelitian kita ini akan berkembang pada masa yang
akan datang. Keempat, dengan belajar dari orang lain kita dapat melahirkan
pemikiran-pemikiran baru. Kajian literatur yang baik adalah mengenali aspek-
aspek yang masih gelap dan memberi insight dan hipotesis baru bagi penelitian
lanjutan (Neuman (2011: 124) (Creswell 2003: 30).
c.) Cara Penggunaan Kajian Literatur
Fungsi Kajian Literatur Kriteria Tipe Kajian
1.) Kajian literatur yang pertama: Kajian literatur dalam baris yang pertama
dapat dimasukkan ke dalam ‘Bab Pendahuluan’ dari satu rencana studi. Kajian
literatur ini memberikan satu latar belakang bagi masalah penelitian atau isu-
isu yang akan membimbing keperluan kajian. Disini dipaparkan tentang siapa-
siapa saja yang telah menulis tentang kajian yang seperti ini, siapa yang telah
mengkajinya, dan siapa yang mengatakan bahwa isu seperti ini adalah penting
untuk dikaji. Kerangka masalah tentu saja tergantung kepada kajian-kajian
yang sudah tersedia.
2.) Kajian literatur yang kedua: Disini kajian literatur ditempatkan dalam bagian
yang tersendiri. Ini adalah satu model yang tipikal dalam dalam kajian
kuantitatif. Pendekatan yang seperti ini sering muncul ketika pembaca terdiri
dari individu-individu atau pembaca-pembaca dengan orientasi kuantitatif.
Bagaimanapun, bentuk yang seperti ini juga biasa dilakukan dalam
kajiankajian kualitatif yang berorientasi teori, seperti kajian-kajian etnografi
dan etnografi kritikal, atau kajian-kajian dengan tujuan advokasi atau
emansipatori (kajian postmodernist dan feminist, participatory action
research, dan lain-lain), dimana peneliti mungkin meletakkan diskusi teori
dan literatur dalam bagian yang tersendiri, khasnya pada awal dari kajian.
3.) Kajian literatur yang ketiga: Disini peneliti mungkin dapat menggabungkan
kajian literatur ke dalam bagian akhir dari laporan kajian (Bab Kesimpulan),
dimana kajian literatur digunakan sebagai pembanding (komparatif) atau
penyangkal terhadap hasil yang diperoleh dari penelitian sendiri. Model ini
populer di kalangan kajiankajian teori grounded.
Bagi peneliti pemula, pertimbangkanlah tempat yang tepat bagi kajian literatur
dalam rencana penelitian yang sedang anda lakukan. Buatlah pertimbangan tersebut
atas dasar siapa yang menjadi pembaca dari hasil proyek penelitian anda. Mungkin
lebih baik meletakkan kajian literatur pada bagian awal tulisan untuk memberi
kerangka bagi masalah penelitian. Letakkan kajian literatur tersebut dalam sub-bab
tersendiri dalam Bab Pendahuluan, dan kemudian gunakan lagi pada bagian akhir
kajian (kesimpulan) sebagai pembanding atau penyangkal terhadap hasil temuan
kajian anda (Creswell 2003: 32-33).
Keterangan:
a. TK (Taman Kanak-kanak) adalah pelayanan pendidikan anak usia dini
terutama disediakan untuk anak-anak usia 4-6 tahun. Demikian pula dengan RA
(Raudhatul Athfal), tetapi di RA menekankan pada pengajaran agama Islam. RA
berada di bawah Kementrian Agaman (Kemenag). TK/RA merupakan jenis program
pendidikan anak usia dini dalam jalur pendidikan formal.
b. KB (Kelompok Bermain) menyediakan pendidikan anak pada usia 2-6 tahun.
KB memberikan pelayanan pendidikan setengah hari untuk anak. KB merupakan
salah satu jenis pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal.
c. TPA (Taman Penitipan Anak) menyediakan pendidikan untuk anak usia 3
bulan-6 tahun. TPA menyediakan kebutuhan mendidik dan merawat anak untuk para
ibu-ibu yang sibuk bekerja. TPA juga merupakan salah satu jenis pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan nonformal.
d. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan pusat kegiatan perawatan
kesehatan dan juga untuk belajar tentang orang tua yang memberikan pelayanan pada
anak-anaknya khususnya anak usia dini. Posyandu merupakan bagian dari jalur
pendidikan informal.
e. BKB (Bina Keluarga Balita) bertujuan untuk menyediakan informasi pada
ibu-ibu mengenai keterampilan orangtua, seperti bagaimana membesarkan dan
mengawasi perkembangan fisik, emosi, dan intelektual anak usia dini. BKB juga
merupakan bagian dari jalur pendidikan informal.
Selain itu, dalam pembelajaran Taska juga menggunakan berbagai alat atau
sumber belajar yang meliputi:
Peralatan Musik
Peralatan Manipulatif
Peralatan Kognitif
Peralatan Permainan Peran
Peralatan Main Air dan Pasir
Peralatan Fizikal dan Senam
Peralatan Seni dan Kraf
Bahan Bacaan dan Literasi
Taska memiliki sarana dan prasarana yang disediakan oleh kerajaan, namun
dalam Taska biasanya dipungut bayaran bagi siswa atau peserta didik. Pegawai
(semacam kader) atau pendidik juga mendapatkan gaji dari kerajaan. Pendidik
menerima gaji minimum yang setimpal dengan tanggungjawab. Dalam proses seleksi,
seorang calon pendidik di Taska juga perlu dipertimbangkan. Untuk dapat menjadi
pendidik di Taska perlu memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya pendidikan
adalah tingkat diploma. Selain itu, pendidik di Taska juga telah lulus kursus
KAAK/KAP dan terdaftar sebagai pengasuh atau pendidik yang mengikuti Akta
Taska 1984 (pindanaan 2007).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penyelenggaraan pendidikan nasional masa depan, perhatian perbaikan
harus dilakukan salah satunya yaitu perbaikan pada pendidikan anak usia dini di
Indoneis Untuk itu diperlukan suatu kajian yang dapat dijadikan sebagai salah satu
gambaran arah konsep dan kebijakan pendidikan yang baik. Salah satu caranya
adalah dengan komparasi pendidikan di Indonesia dengan dengan pendidikan di
negara yang mutu pendidikannya lebih baik yang dalam hal ini adalah negara
Malaysia. Komparasi pendidikan anak usia dini di negara Indonesia dan negara
Malaysia ini menghasilkan beberapa poin perbandingan berikut :
1. Perbedaan macam dan jenis pendidikan anak usia dini. Di negara Indonesia
terdapat kurang lebih 5 macam nama pendidikan anak usia dini seperti TK/RA,
BKB, Posyandu, TPA dan lainnya sementara di negara Malaysia hanya terdapat
2 macam nama pendidikan anak usia dini yaitu Taska dan Tadika.
2. Perbedaan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini. Pendidikan
anak usia dini di negara Indonesia memiliki 3 pilar pendidikan yang di
laksanakan yaitu learning to know, learning to do, dan learning to be. Sementara
Pendidikan anak usia dini di Malaysia berpedoman pada empat pilar yaitu
learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together.
3. Perbedaaan dalam pelaksaaan kurikulum pendidikan anak usia dini di negara
Indonesia menekankan pada enam bidang perkembangan yaitu nilai, agama,
modal, fisik-motorik, kognitif bahasa, sosio-emosional dan seni. Sementara itu,
kurikulum pendidikan anak usia dini yang digunakan di negara Malaysia juga
terdapat enam bidang perkembangan yaitu agama, sosio-emosional, bahasa,
komunikasi dan literasi awal, matematika awal dan pemikiran logika,
pemahaman lingkungan sekitar, fisika, psikomotor, krativitas dan estetika.
4. Terdapat perbedaan dalam peserta didik, kualifikasi pendidik dalam pendidikan
anak usia dini dan fokus pembelajaran pendidikan anak usia dini di negara
Indonesia dan di negara Malaysia.
5. Terdapat perbedaan dalam pengawasan lokasi dan keamanan dalam
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini di negara Indonesia dan di negara
Malaysia.
B. Saran
1. Pemerintah
a. Terus memperbaiki sistem pendidikan khususnya pendidikan anak
usia dini baik melalui perbaikan dan penyesuaian kurikulum atau
peningkatan sarana prasarana dan lainnya
b. Mendukung atau mewadahi upaya-upaya perbaikan seperti adanya
anggaran dana untuk pelatihan tenaga pendidikan pada pendidikan anak
usia dini.
2. Bagi orang tua.
a. Menyadari bahwa pendidikan penting untuk di lakukan pada anak
sedini mungkin dan mewadahinya.
b. Mencukupi kebutuhan pendidikan anak dalam keluarga atau
pendidikan informal bagi anak.
3. Lembaga terkait.
a. Terus memiliki semangat dan motivasi untuk memperbaiki dan
mengembangkan kelembagaan maupun satuan pendidikan anak usia dini
itu sendiri.
b. Memiliki pikiran terbuka dan mau menerima saran untuk kemudian
dapat di lakukan sebagai upaya perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Nordin, Norazly dan Mohd Zaidi Hajazi. 2019. “Pendidikan Anak Usia Dini Dan
Pendidikan Awal Kanak-Kanak”. Jurnal Internasional Conference On Global
Education VII “Humanising Tecnology For IR 4.0”.
Nurani Sujiono, Yuliani. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks.
PLAN Malaysia (Jabatan Perancangan Bandar dan Desa). 2017. Garis Panduan
perancangan dan penubuhan Tadika dan Taska 2017. Kementrian
Kesejahteraan Bandar. Perumahan dan Kerajaan Tempatan:Malaysia.
UNESCO. 2005. “Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini di Indonesia”. Laporan
Review Kebijakan, Workshop UNESCO Jakarta.