Anda di halaman 1dari 7

ULANGAN AKHIR SEMESTER

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU
DR.DRS. I KETUT TANU, M.SI

OLEH :

NAMA : NI KOMANG VOFI ARSINTHA


NO ABSEN / NIM : 31/2111031259
SMTR/KLS : 2/B2 SIANG
JURUSAN : PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
MATA KULIAH : SOSIOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HINDU NEGERI


I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR
TAHUN AJARAN
2021/2022
1. Apa yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan, jika dilihat dari masalah masalah
kependidikan?
Jawaban :
Pendidikan selalu dilihat sebagai usaha manusia optimistik mendasar yang dikenali
dari aspirasi untuk kemajuan dan kesejahteraan. Pendidikan dipahami oleh banyak
orang sebagai usaha untuk mencapai kesetaraan sosial yang lebih tinggi dan
memperoleh kekayaan dan status sosial. Pendidikan dianggap sebagai tempat anak-
anak bisa berkembang sesuai kebutuhan dan potensi unik mereka. Selain itu juga
sebagai salah satu arti terbaik dalam mencapai kesetaraan sosial yang lebih tinggi.
Banyak orang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan setiap
orang hingga potensi tertinggi mereka dan memberi kesempatan untuk mencapai
segalanya dalam kehidupan sesuai kemampuan alami mereka (meritokrasi). Banyak
juga orang yang meragukan bahwa sistem pendidikan apapun mencapai tujuan ini
dengan sempurna. Pendapat lain mengemukakan pandangan negatif, menyatakan
bahwa sistem pendidikan dirancang dengan tujuan
mengakibatkan reproduksi ketidaksetaraan sosial. Sejumlah pakar berpendapat bahwa
tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup
bangsa tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian
bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk menentukan tujuan pendidikan Nasional
serta tujuan pendidikan lainnya.
Sosiologi pendidikan muncul karena terjadinya pengaruh kondisi sosial masyarakat
di Eropa. Revolusi industri yang terjadi di masyarakat eropa dan juga terjadinya revolusi
kesadaran masyarakat eropa ketika itu membuat melemahnya nilai-nilai dan norma-
norma tradisional. Keadaan tersebut membuat terbentuknya patologi sosial. Masyarakat
ketika itu tidak mempunyai sebuah pedoman yang kuat untuk menguatkan integrasi
sosial. Hal tersebut berimbah terhadap harmoni sosial retak di tengah-tengah
masyarakat. Perubahan yang terjadi secara cepat tersebut melahirkan sebuah kajian
ilmu dari sosiologi yaitunya sosiologi pendidikan.
Dalam perkembangannya, seorang ahli yang bernama Laster F. Ward, dapat dikatakan
sebagai pencetus studi baru tentang sosiologi pendidikan. Studi ini memunculkan
gagasan evolusi sosial yang realistik dan memimpin perencanaan
kehidupan pemerintah. Di tempat lain, sosiologi pendidikan diajarkan secara formal di
perguruan tinggi. Misalnya pada tahun 1910, Henry Suzzalo memberikan kuliah
sosiologi pendidkan di Teachers College University Columbia. Kehadiran ilmu sosiologi
dengan beberapa cabang ilmunya mendapat sambutan yang positif dari kalangan
praktisi pendidikan dan sebagai wujud alternatif untuk memperkuat ketahanan sosial
melalui pendidikan.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi_pendidikan
2. Sebut dan jelaskan bahwa sekarang ini telah terjadi perubahan dalam bidang pendidikan?
Jawaban :
perubahan sosial di bidang pendidikan
a. Peningkatan kesejahteraan sebagian masyarakat, tingginya kebutuhan tenaga kerja
terdidik, dan kemajuan pembangunan telah membuat jumlah peserta didik di Indonesia
terus meningkat. Akses ke jenjang pendidikan juga semakin tinggi, sehingga kini lebih
banyak sarjana di Indonesia ketimbang periode 30 hingga 50 tahun lalu.
b. Hadirnya inovasi teknologi komunikasi dan informasi yang cepat turut mengubah
pendidikan di Indonesia. Akibatnya, saat ini penggunaan komputer, internet, dan
sumber-sumber pustaka digital semakin banyak sekaligus lumrah di sekolah-sekolah.
c. Selain itu, adanya pandemi Covid-19 yang mengharuskan para pelajar dan
mahasiswa belajar dari jarak jauh, terbukti membuat penggunaan sarana pembelajaran
online bertambah populer di sekolah-sekolah dan kampus. Sebelumnya, sarana
pembelajaran online memang sudah digunakan sejak beberapa tahun lalu, tapi tidak
semasif pada tahun 2020 dan 2021 saat pandemi terjadi. Di sisi lain, perubahan ini juga
memicu polemik karena sebagian masyarakat menilai pembelajaran online memakan
biaya tidak sedikit dan kurang efektif.
d. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi dan perluasan akses internet di
Indonesia telah mengubah sistem ujian ke arah sistem online. Kini, pelaksanaan ujian
masuk universitas negeri, seperti SNMPTN, SBMPTN dan lain sebagainya, telah
menggunakan sistem online secara penuh. Hal seperti ini jauh berbeda dari sistem ujian
masuk PTN pada 10 atau 20 tahun lalu.
Sumber : https://tirto.id/contoh-perubahan-sosial-di-bidang-pendidikan-dan-ekonomi-
gi9d

3. Masalah pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama, beri pendapat saudara apa yang
muncul dalam bidang pendidikan tersebut?
Jawaban :
Segala sektor di dalam suatu negeri tidak akan terlepas dari permasalahan, tak terkecuali bidang
pendidikan. Kenyataannya, sampai sekarang masih ada berbagai permasalahan pendidikan di
Indonesia yang masih belum terselesaikan. Hal ini sangat disayangkan karena bidang pendidikan
merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia nasional.
Sumber daya manusia yang rendah membuat kemajuan negeri menjadi terhambat. Pasalnya, mau
sebanyak apa pun sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, tidak akan berpengaruh pada
petumbuhan bangsa apabila tidak dikelola oleh orang-orang yang tepat. Tanpa adanya pendidikan
yang berkualitas, cita-cita menjadi negara yang maju hanyalah sebuah angan-angan.

Masalah Pendidikan di Indonesia :

 Kurangnya ketersediaan dana pendidikan


Ketika membahas seputar dana, bukan hanya biaya pendidikan di lembaga formal maupun
informal. Biaya untuk membayar properti dan fasilitas seperti buku, alat tulis, seragam, dan
transportasi juga termasuk ke dalamnya. Tak hanya itu, bagi kalangan yang mengalami kesulitan
ekonomi, mereka lebih memilih bekerja untuk memenuhi biaya hidup yang semakin tinggi
ketimbang meneruskan pendidikan.
Sebenarnya, pemerintah telah menyusun rencana pendidikan gratis dan program Wajib Belajar 12
Tahun untuk mengatasinya. Namun, permasalahan pendidikan di Indonesia terkait dana ternyata
tidak bisa diselesaikan semudah itu. Hal ini disebabkan karena penyebaran alokasi dana program
pendidikan yang tidak tersebar secara merata. Belum lagi, menurut HSBC Global Report 2017,
Indonesia merupakan salah satu negara dengan biaya pendidikan termahal di dunia.
o Minimnya bahan belajar mengajar
Permasalahan pendidikan di Indonesia yang berikutnya adalah kurangnya bahan belajar
mengajar. Demi meningkatkan kualitas belajar, murid sudah sepatutnya memperoleh buku
pelajaran atau lembar latihan soal. Tidak adanya perpustakaan atau bahan belajar gratis juga dapat
menghambat proses pembelajaran. Seharusnya, bantuan berupa bahan belajar diberikan lebih
banyak ke wilayah-wilayah yang dengan masyarakat kurang mampu.
Bukan itu saja, guru juga memerlukan bahan ajar yang dengan materi yang berkualitas dan sesuai
kurikulum terbaru sedang berlaku. Jika tenaga pendidik memakai bahan ajar yang ketinggalan
zaman, tentu kegiatan mengajar menjadi kurang maksimal. Ini akan berpengaruh pada proses
penyerapan ilmu para murid.
o Rendahnya kualitas tenaga pendidik
Kualitas tenaga pendidik yang rendah menjadi salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia.
Tidak semua guru mampu mengajar materi yang sesuai kompetensi masing-masing. Menurut
Global Education Monitoring (GEM) Report 2016 oleh UNESCO, pendidikan di Indonesia
menempati urutan ke-10 dan urutan terakhir untuk kualitas guru dari 14 negara berkembang.
Selain itu, total guru meningkat secara signifikan, yaitu 382 persen atau 3 juta lebih pada sekitar
tahun 1999 hingga 2000. Jumlah ini tidak sebanding dengan jumlah peserta didik yang berkisar
17 persen saja. Ditilik dari jumlah guru sebanyak itu pun, masih ada 52 persen guru yang belum
mempunyai sertifikat profesi dan 25 persen yang belum memenuhi kualifikasi akademik.
o Tidak tersedia fasilitas yang memadai
Terakhir adalah permasalahan pendidikan di Indonesia terkait fasilitas. Fasilitas yang dimaksud
mencakup ruang belajar dengan segala isinya. Tidak hanya harus lengkap, fasilitas juga harus
memadai. Beberapa contoh fasilitas pendidikan yang perlu disediakan, misalnya, papan tulis,
meja, kursi, perkakas laboratorium, atau alat elektronik. Bayangkan jika fasilitas tersebut rusak,
pasti akan mengganggu proses belajar mengajar.
Adapun permasalahan fasilitas yang berkaitan dengan kemajuan teknologi. Meskipun sekarang
murid dapat belajar secara digital, hanya kalangan tertentu saja yang bisa menikmatinya. Murid
yang berasal dari keluarga kurang mampu bahkan belum bisa menerima fasilitas esensial yang
memadai. Permasalahan seperti inilah yang harus menjadi fokus pemerintah dalam negeri.
Namun, seperti yang kita ketahui bahwa selama ini pergantian kurikulum masih ‘mengadopsi’
kurikulum negara lain yang dianggap berhasil dalam pendidikannya, sehingga selalu berganti-
ganti. Tidak hanya ketiga faktor di atas namun hal-hal di bawah ini juga perlu diperbaiki dalam
sistem pendidikan di Indonesia, seperti:
1. Ujian Nasional atau UN di Indonesia. Dimana, ujian nasional tidak lagi menimbulkan efek
positif kepada siswa, guru sampai kepala sekolah. …
2. Sarana dan Prasarana Sekolah.
3. Kesenjangan Pendidikan.
4. Mahalnya Biaya Pendidikan.
5. Penerapan E-learning.
Demikian ulasan tentang permasalahan pendidikan di Indonesia yang sampai saat ini masih
belum terselesaikan. Masalah-masalah tersebut tidak akan bisa rampung apabila tidak melibatkan
peran dari seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, dukungan dari setiap orang sangat penting
dalam situasi dan kondisi pendidikan masa kini.
Sumber : https://www.akseleran.co.id/blog/permasalahan-pendidikan-di-indonesia/

4. Sekarang ini telah terjadi revolusi dalam bidang pendidikan, beri penjelasan yang
bagaimana disebut pendidik propesional dan dibuktikan dengan apa?
Jawaban :
Guru dan dosen merupakan pendidik profesional dalam wilayah kerja yang sama, yakni
ilmu dan pendidikan. Namun keduanya memiliki fungsi pengembangan ilmu yang berbeda. Bila
guru berperan sebagai agen pembelajaran, maka dosen merupakan ilmuwan yang mengajar.
Dalam diri guru melekat tugas mengajar dengan kewajiban mengembangkan teknik pembelajaran
sehingga para siswa dapat terus belajar dan mengembangkan diri agar menjadi bagian dari
masyarakat yang bermoral, religious, memiliki keahlian, berintegritas, dan sehat baik jasmani
maupun rohani. Perbedaan guru dan dosen ditetapkan dalam regulasi pendidikan, seperti Undang-
Undang (UU) Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. UU ini menegaskan bahwa Guru
merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
melalui jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan dosen
merupakan pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebar-luaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Apa itu Profesional?
Istilah profesi lazim digunakan pada sebuah pekerjaan yang dijalankan seseorang dengan
memenuhi berbagai kualifikasi yang dibutuhkan dalam memperoleh hasil sesuai standar atau
tujuan yang ditetapkan. Pada saat yang sama, profesi juga difahami sebagai pekerjaan yang
menjadi harapan ideal seseorang yang dipercaya mengerjakannya. Helen G Hurg[1] dari Rutgers
University, New Jersey, menjelaskan bahwa profesi adalah sebuah pekerjaan yang dijalankan
seseorang dengan sebelumnya memperoleh pendidikan yang cukup, dan memenuhi seluruh
kualifikasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya itu. Secara lebih detail Hurd
menjelaskan, bahwa pekerjaan yang bisa menjadi sebuah profesi, dan pekerjanya adalah
profesional harus memenuhi beberapa ciri, yakni:
1. Bahwa pekerjaan itu hanya bisa dilakukan oleh orang dengan pendidikan yang sesuai dengan
pekerjaannya itu;
2. Mereka yang mengikuti pendidikan atau pelatihan sudah berusia dewasa sehingga bisa lebih
siap untuk terjun dalam pekerjaan profesinya itu;
3. Pekerjaan tersebut juga harus memperoleh pengakuan dari instansi yang memberikan
sertifikat pengakuan bahwa pekerjaan tersebut hanya bisa dilakukan oleh mereka yang
berpendidikan khusus dan memperoleh legalitas berbentuk sertifikat atau sejenisnya;
4. Lisensi pengakuan atau sertifikat dikeluarkan oleh sebuah badan yang dikelola sekelompok
orang berkewenangan dari profesi yang sama.
5. Berbagai aturan yang membentuk dan meregulasi profesi juga dikembangkan oleh organisasi
profesi itu sendiri;
6. Pekerjaan profesi menghasilkan pendapatan yang baik, prestisius, dan membuat para
profesionalnya memiliki kekuatan sebanding dengan profesi lainnya;
7. Profesi tersebut diawasi dan terus dievaluasi oleh mereka yang memahami profesi tersebut
dan berasal dari komunitas yang sama, sehingga terbebas dari evaluasi dan kontrol yang
salah;
8. Berbagai aturan tentang profesinya itu ditetapkan oleh organisasi, dan bahkan jauh lebih
powerful dibanding aturan lembaga legislatif sendiri;
9. Para anggota organisasi profesi tersebut lebih terikat dengan organisasi profesinya daripada
dengan organisasi lain di luar profesinya; dan,
10. Pekerjaan yang menjadi profesinya itu menjadi terminal terakhir dari pengembaraan
pekerjaannya, dan hampir tidak ada niat atau rencana untuk meninggalkan profesinya itu dan
beralih pada profesi lain.
Bukti seorang guru bisa di katakana profesional adalah yang terdidik dan terlatih dengan baik
serta memiliki pengalaman di bidangnya. Yang dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan
hanya memiliki pendidikan formal, tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik
dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) serta menguasai dan memahami landasan - landasan
kependidikan yang tercantum dalam kompetensi guru. Seorang Guru memiliki tugas yang
beragam, dimana pengimplementasiannya dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi
bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan.
Sumber : https://www.kompasiana.com/liandrea/5b06a29f16835f5a433ef8a2/hal-hal-yang-harus-
dimiliki-sebagai-guru-professional
Http://dederosyada.lec.uinjkt.ac.id/reviews/profesionalismebagigurudandosen
5. Pendidikan abad ke 21 merupakan konsep baru dalam pembelajaran. sebutkan
pembeharuan itu?
Jawaban :
Pendidikan Abad 21 Pendidikan Abad 21 merupakan pendidikan yang mintegrasikan
antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap
TIK. Kecakapan tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai model pembelajaran
berbasis aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi
pembelajaran. Kecakapan yang dibutuhkan di Abad 21 juga merupakan keterampilan
berpikir
lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills (HOTS)) yang sangat diperlukan dalam
mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global.Pada bagian ini akan
dibahas masing-masing kecakapan tersebut sebagai berikut.
Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem
Solving Skill
Berpikir kritis menurut Beyer (1985) adalah: Berpikir kritis adalah kemampuan (1)
menentukan kredibilitas suatu sumber, (2) membedakan antara yang relevan dari yang
tidak relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4) mengidentifikasi dan
mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikasi bias yang ada, (6)
mengidentifikasi sudut pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk
mendukung pengakuan.
UNtik selanjutnya, Paul (1993) :Berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal,
substansi atau masalah apa saja – di mana si pemikir meningkatkan kualitas
pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam
pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya. Dalam hal ini juga
Walker (2006) menyatakan bahwa :Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam
pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau
mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman,
refleksi, di mana hasil proses ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil
tindakan.Masih banyak para ahli yang memberikan pengertian atau definisi berpikir kritis
ini, tetapi dalam bahasan ini akan disajikan hasil meramu sebagai berikut.
Menggunakan berbagai tipe pemikiran/penalaran atau alasan, baik induktif maupun
deduktif dengan tepat dan sesuai situasi. Memahami interkoneksi antara satu konsep
dengan konsep yang lain dalam suatu mata pelajaran, dan keterkaitan antar konsep
antara suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Melakukan penilaian dan
menentukan keputusan secara efektif dalam mengolah data dan menggunakan
argumen. Menguji hasil dan membangun koneksi antara informasi dan argumen.
Mengolah dan menginterpretasi informasi yang diperoleh melalui simpulan awal dan
mengujinya lewat analisis terbaik. Membuat solusi dari berbagai bermasalahan non-
rutin, baik dengan cara yang umum, maupun dengan caranya sendiri. Menggunakan
kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan Menyusun
dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan suatu masalah.

Sumber : https://www.smkn4bone.sch.id/read/4/pembelajaran-abad-21

Anda mungkin juga menyukai