Anda di halaman 1dari 27

TUGAS ILMU PENDIDIKAN

PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN DAN PENANGGULANGAN

DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. Sariyatun, M.PD., M.Hum
OLEH :
1. Aulia Tsaabita Qurrotu’ain K4420017
2. Bagus Triwidodo K4420018
3. Benanda Tesa Terara K4420019
4. Bilqis Fauzyah K4420020
5. Bintang Putra Rachmad K4420021

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb
Puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah yang berjudul Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangan
ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Ilmu Pendidikan di
Universitas Sebelas Maret. Tidak hanya itu, makalah ini juga dapat menambah wawasan
bagi pembaca dan menjadi kebermanfaatan bagi semua.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bp. Abdul Rohman
selaku pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan atas bimbingan beliau. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Kami sebagai penulis tentu menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini agar nantinya dapat
menjadi makalah yang baik lagi. Apabila terdapat banyak kekurangan , kami memohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Surakarta, 7 Desember 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses yang mencakup tiga dimensi, individu,
masyarakat atau komunitas nasional dari individu tersebut, dan seluruh kandungan
realitas, baik material maupun spiritual yang memainkan peranan dalam
menentukan sifat, nasib, bentuk manusia maupun masyarakat (Nurkholis, 2013: 24).
Pendidikan berproses agar menjadi keseimbangan dalam perkembangan individu
maupun masyarakat. Dengan demikian, diperlukan sinergi yang baik antara
komponen sekolah dengan masyarakat. Namun, dalam proses penyinergian sering
kali menemukan hambatan dan tantangan yang menimbulkan permasalahan.
Permasalahan yang datang harus segera diselesaikan agar tidak semakin
menghambat proses pendidikan. Di sisi lain, mengkaji permasalahan pendidikan di
Indonesia sebenarnya bukan soal yang mudah, karena dari tahun ke tahun
penyelesaian masalah pendidikan seperti tidak ada realisasinya, layaknya hanya
sebuah ucapan tanpa tindakan. Melihat dari permasalahan umum pendidikan
Indonesia, di mana tingginya tingkat pendidikan tidak mengurangi jumlah
pengangguran yang justru semakin banyak. Bukan hal yang asing ketika
menemukan pengangguran yang berijazah Strata 1 dikarenakan rendahnya tingkat
kualitas lulusan perguruan tinggi di Indonesia. Di era sekarang ini, pendidikan juga
memiliki masalah baru yaitu timbulnya rasa radikalisme dan terorisme, radikalisme
dan terorisme ini merupakan salah satu permasalahan yang mempunyai potensi
besar untuk mempengaruhi generasi muda memiliki pikiran untuk melakukan
tindakan radikal atau bahkan mempunyai pandangan untuk mengganti ideologi
pancasila.
Dalam data yang dikeluarkan oleh Global Talent Competitiveness Index pada
2019 yaitu data yang menunjukkan pemeringkatan daya saing berdasarkan
kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki negara tersebut. Indikator yang
digunakan dalam data ini yaitu pendapatan per kapita, infrastruktur teknologi,
lingkungan, stabilitas politik, dan yang paling utama yaitu pendidikan. Di ASEAN,
Singapura menjadi peringkat pertama yang mempunyai skor 77,27. Selanjutnya ada
Malaysia dengan skor 58,62, Brunei Darussalam dengan skor 49,91. Indonesia
berada di peringkat enam dari sembilan negara dengan skor 38,61. Sedangkan
menurut International Student Assessment (PISA) 2018 penilaian berdasarkan
membaca, berhitung,ilmu pengetahuan Indonesia berada pada Peringkat 72 dari 77
negara, Indonesia mempunyai angka 371 dalam membaca, 379 untuk matematika,
396 terkait ilmu pengetahuan, hasil ini bahkan lebih rendah dari negara Thailand
dan Malaysia.
Banyak faktor yang menyebabkan kecilnya angka indeks pendidikan Indonesia
dibandingkan negara lain, dari permasalahan dalam lingkungan keluarga yang
berdampak dalam dunia pendidikan anak, permasalahan pendidikan di jenjang SD,
SMP, dan SMA, ataupun permasalahan pendidikan di perguruan tinggi.
Permasalahan pendidikan sudah menjadi masalah yang cukup lama di Indonesia,
Oleh karena itu dalam setiap permasalahan dalam dunia pendidikan haruslah ada
solusi dalam mengatasi masalah baik dari pemerintahan pusat, daerah, masyarakat
umum, lembaga pendidikan ataupun inisiatif pelajar sendiri agar permasalahan
pendidikan bisa diselesaikan sehingga kualitas pendidikan di Indonesia bisa
meningkatkan kualitas manusia maupun untuk kemajuan negara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana permasalahan pokok dalam dunia pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana solusi mengatasi masalah pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana permasalahan dan solusi saat situasi pandemi dalam pendidikan di
Indonesia?
C. Tujuan
1. Memahami dan mengetahui permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan
di Indonesia.
2. Mengetahui beberapa solusi yang bisa digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia.
3. Meningkatkan motivasi pembaca agar menyadari bahwa permasalahan
pendidikan di Indonesia merupakan masalah yang harus diselesaikan dengan
kerjasama semua lapisan masyarakat Indonesia
4. Mengetahui permasalahan pendidikan di era pandemi dan solusi untuk
mengatasi masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan Pokok Pendidikan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia tentu mempunyai permasalahan di setiap lingkungan
pendidikannya, dari pendidikan yang pertama yaitu keluarga lalu tingkat sekolah
dasar hingga sekolah menengah keatas lalu dilanjutkan ke perguruan tinggi.
Berbagai masalah yang dihadapi tentunya diupayakan agar segera diselesaikan
permasalahannya untuk tujuan pendidikan yang baik dan membentuk pelajar atau
sumber daya manusia yang mempunyai keunggulan dan kualitas. Berikut poin
penjabaran dari masing-masing lingkup permasalahan pendidikan di Indonesia :
A. Permasalahan pendidikan di lingkungan keluarga
Lingkungan yang pertama mempunyai peran penting sebagai pendidik adalah
lingkungan keluarga. Keluarga adalah lingkungan pendidikan paling mendasar bagi
anak (Sudardja Adiwikarta: 1988:65). Keluarga menjadi salah satu faktor penting
dalam tumbuh kembang perilaku maupun pola pikir anak yang terbentuk oleh
hubungan ibu dengan anak, ataupun ayah dengan anak, ataupun anak dengan anak.
Hubungan di dalam keluarga ini bisa mempengaruhi anak dalam hal pendidikan
pula. Namun dalam keluarga tidak jarang juga ada permasalahan yang bisa
menghambat anak dalam kegiatan pendidikannya seperti : rendahnya ekonomi
keluarga, kurangnya percaya diri dari orang tua ataupun sekolah untuk bekerja
sama, kesibukan pekerjaan orang tua sehingga waktu untuk mendidik dan
mengawasi anaknya berkurang, kebiasaan orang tua yang menyerahkan
permasalahan perkembangan anak kepada guru di sekolah, dan anak yang terlahir
dalam kondisi keluarga broken home. Permasalahan ekonomi merupakan yang
paling banyak ditemui, Dilansir melalui web Badan Pusat Statistik presentase
penduduk miskin di Indonesia berjumlah 11,16 juta orang pada Maret 2020
meningkat dari 9,86 pada September 2019. Dilansir melalui web Badan Pusat
Statistik jumlah siswa putus sekolah di Indonesia pada tahun 2016-2018 terus
mengalami kenaikan, ekonomi yang rendah bisa saja mengakibatkan permasalahan
jumlah siswa putus sekolah yang cukup besar di Indonesia.
Masalah lainnya yaitu anak kurang mendapatkan pendidikan di rumah dan kasih
sayang orang tua karena orang tua terlalu sibuk sehingga kurangnya waktu yang
dihabiskan untuk anaknya ini dapat menyebabkan perilaku anak yang kurang
terawasi dan bisa menjadi perilaku yang tidak sesuai norma dan nilai. Selain
kurangnya waktu untuk anak dari orang tua permasalahan keluarga lainnya yang
cukup penting adalah anak lahir dan tumbuh di keluarga broken home. Menurut
Matinka (2011, h. 6) Broken home adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suasana keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalannya
kondisi keluarga yang rukun dan sejahtera yang menyebabkan terjadinya konflik
dan perpecahan dalam keluarga tersebut. Suasana keluarga yang tidak harmonis,
tidak rukun, dan kurang sejahtera ini bisa menimbulkan akibat buruk terhadap
psikologis anak, pola pikir anak, mental anak lalu masalah-masalah ini bisa
menyebabkan terganggunya pendidikan anak tersebut, dari mulai hilangnya
motivasi belajar, stress, ataupun orang tua yang tidak mendukung anaknya untuk
bersekolah karena ada masalah dalam keluarganya. Masalah-masalah dalam
keluarga yang sudah umum di Indonesia ini menjadi salah satu faktor turunnya
kualitas pendidikan dan turunnya kualitas pelajar.
B. Permasalahan di tingkat pendidikan SD-SMA
Pendidikan dalam lingkungan SD sampai SMA. Masyarakat Indonesia pada
umumnya mendapatkan pendidikan dalam lembaga pendidikan formal, dari Taman
Kanak-Kanak hingga perguruan tinggi. Indonesia dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Bab 1 Pasal 1 tentang wajib belajar
menyebutkan bahwa wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus
diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan
pemerintah daerah. Program wajib belajar selama 9 tahun dari setingkat SD, SMP,
dan SMA merupakan program pemerintah Indonesia untuk mengupayakan
masyarakatnya mendapatkan pendidikan, walaupun pada tahun belakang pemerintah
mengusulkan untuk mengganti aturan wajib belajar menjadi 12 tahun. Dari lembaga
pendidikan setingkat SD-SMA.
1. Pemasalahan di Sekolah Dasar (SD)
a. Permasalahan Sekolah Dasar di Daerah Terpencil
Pasal 31 UUD 45 yang menjelaskan tentang hak bagi setiap warga negara
mendapatkan pendidikan serta peran pemerintah untuk mendukung dan
membiayai kegiatan pendidikan belum benar-benar terealisasikan. Indonesia
yang mempunyai wilayah luas dengan bentang alam yang berbeda-beda ini
pemerataan kualitas pendidikan belumlah maksimal masih banyak dijumpai
ketimpangan pendidikan dari sekolah di kota dengan sekolah di daerah yang
sulit dijangkau ataupun terpencil. Standar sarana dan prasarana sekolah
dasar atau setingkat telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 yang menjelaskan baik
sekolah dasar negeri maupun swasta wajib memenuhi standar yang telah
ditetapkan. Fasilitas seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan,
lapangan, tempat ibadah, UKS, dan sebagainya. Namun masih banyak
dijumpai sekolah dasar yang memiliki fasilitas tidak memenuhi syarat
terutama di sekolah dasar yang ada di daerah 3T (terdepan, terpencil, terluar)
Selain sulitnya akses yang menghambat pelajar untuk pergi kesekolah, SD di
daerah 3T mempunyai masalah lain yaitu berupa kurangnya fasilitas yang
mendukung seperti gedung yang tidak memadai, perpustakaan dengan buku
yang tidak lengkap, atapun sarana penunjang seperti teknologi yang tidak
terpenuhi. Jadi pemenuhan kebutuhan pendidikan oleh pemerintah untuk
mengakomodasi sekolah dasar di daerah 3T kurang maksimal.
b. Sistem Pengajaran Kurang Kreatif Dan Inovatif
Guru hanya menggunakan metode ceramah dan siswa hanya sebagai
pendengar sehingga pelajaran terasa kurang menarik sehingga siswa menjadi
jenuh dan kurang memperhatikan.
c. Kurangnya Interaksi Antara Guru Dan Siswa
Guru yang cenderung kaku dan kurang bersahabat dengan siswanya akan
membuat hubungan terasa ada jarak. Sehingga jika terjadi kebingungan
siswa terkadang malu dan takut untuk bertanya sehingga siswa menjadi
pasif. Guru juga penting untuk meningkatkan motivasi dan semangat belajar
peserta didik di sekolah dasar.
d. Kurangnya Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar
Sekolah Dasar merupakan sarana anak untuk mengetahui cara berteman
yang baik, menghargai guru atau orang yang lebih tua, membentuk sikap
cinta lingkungan, namun dengan adanya kemajuan teknologi yang bisa
membuat anak mudah membuka informasi ini terkadang anak-anak sekolah
dasar terpengaruh oleh informasi buruk seperti perkataan kotor, ataupun
informasi-informasi yang seharusnya butuh pendampingan orang yang lebih
mengerti, adanya kebiasaan saling ejek juga masih ada dalam kebudayaan
sekolah dasar Indonesia. Kurangnya pendidikan karakter untuk
menyadarkan anak sekolah dasar agar bersikap baik terhadap sesama,
lingkungan atapun teknologi merupakan salah satu permasalahan yang harus
dihadapi.
2. Permasalahan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
a. Rendahnya fasilitas dan perawatan fasilitas sekolah pada tingkat SMP
Saat ini Indonesia memiliki 298.268 ruang kelas namun ruang kelas dalam
kondisi rusak mencapai 125.320 (42%). Selain itu alat peraga pendidikan
dan fasilitas pendidikan juga masih terlihat seadanya, pembelajaran
berlangsung akan mudah diterima oleh siswa SMP jika menggunakan alat
peraga pembelajaran yang lebih memadai. Kondisi rusak yang tinggi juga
menjelaskan bahwa pemberdayaan alat yang sudah ada termasuk rendah,
entah dari pembiayaan perawatan, ataupun kurangnya kemampuan dan
kesadaran sekolah maupun pelajar untuk bersama-sama menjaga fasilitas
sekolah.
b. Tingginya Angka Putus Sekolah di SMP
Menurut Badan Pusat Statistik dalam kurun waktu 2016 sampai 2018
tercatat lebih dari 51 ribu pelajar SMP putus sekolah, sedangkan pada tahun
2019 masih tetap besar karena hanya naik sebesar 1,07 % padahal
pemerintah melalui program Indonesia Pintar ingin menurunkan angka
sebesar 1%.
c. Perubahan Kurikulum Dan Implementasi Kurang Maksimal
Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah seperti tujuan yang
akan dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah, kegiatan belajar
mengajar berubah serta evaluasi berubah. Kenyataan di Indonesia yaitu
bahwa setiap pergantian menteri, kurikulum juga kebanyakan berubah,
dengan perubahan yang cepat ini terkadang guru kurang benar-benar
menerapkan acuan kurikulum untuk memenuhi tujuan kurikulum.
3. Permasalahan di Sekolah Menengah Atas (SMA)
a. Permasalahan Belajar Siswa-Siswi SMA dengan dirinya sendiri :
Permasalahan belajar individu tidak bisa dilepaskan dari aspek fisik dan
psikologinya. Perkembangan individu bukan hanya ditandai oleh
pertumbuhan fisik semata, tetapi juga dibarengi dengan kematangan aspek
psikologis dalam rangka aktivitas-aktivitas tugas perkembangannya
(Suyitno, 2009: 88). Ketika siswa memiliki kekurangan fisik, hal itu akan
menimbulkan rasa rendah diri dan malu di hadapan teman-temannya dan
kondisi ini bisa berpengaruh pula terhadap konsentrasi belajar.
b. Permasalahan Belajar Siswa-Siswi SMA dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat :
 Teman Sebaya. Siswa remaja lebih mempercayai temannya
dibanding dengan orang tuanya. Bergaul dengan lingkungan teman
yang salah dapat mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun.
Contohnya seperti siswa yang bergaul dengan siswa malas cenderung
akan ikut malas. Hal tersebut dapat dipengaruhi juga oleh
kematangan psikologis dan pendidikan dasar yang ditanamkan oleh
keluarga. Selain itu ada tindakan bullying yang mengakibatkan anak
jadi takut untuk pergi ke sekolah bahkan hingga prestasi belajarnya
menurun.
 Orang yang Lebih Tua. Permasalahan yang dihadapi siswa diantara
masalah dengan orang yang lebih tua, semisal tetangga, kakak kelas.
Contoh masalahnya berupa pelecehan, ancaman dan perilaku buruk
lainnya.
 Lawan Jenis. Pada masa ini (puber), remaja sangat menonjol
perkembangan nafsu birahinya, karena aktifnya kelenjar-kelenjar
hormone sex dan mulai tertarik dengan lawan jenisnya. Tidak jarang
anak melakukan masturbasi dengan gejala pengiringnya rasa dosa
yang mengganggu kata hatinya, kadang-kadang menimbulkan
masalah dan konflik di dalam dirinya yang sering nampak dalam
kekurangmampuan bergaul dengan teman sebayanya (Konstham,
2009: 101). Berdasarkan kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa
rasa cinta terhadap lawan jenis dapat mengakibatkan permasalahan
dalam interaksi sosial dengan teman sebayanya. Bahkan parahnya
mengakibatkan tindakan agresi seperti pelecehan seksual dan
penyimpangan seksual.
c. Permasalahan Belajar Siswa Siswi SMA yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekolah :
 Hubungan pelajar dengan pelajar lainnya permasalahan yang dialami
oleh siswa seperti perilaku siswa lainnya yang memberikan
pelabelan, bodoh, nakal, miskin, malas dan hal itu berpengaruh buruk
pada perkembangan kognitif dan psikologi anak.
 Hubungan pelajar dengan gurunya, hubungan buruk antara pelajar
dengan gurunya akan berakibat buruk bagi siswa. Jika guru terlalu
arogan, suka memberi stigma negatif terhadap siswa sehingga siswa
menjadi sakit hati, maka berdampak terhadap kesungguhan belajar
siswa yang mana siswa akan menjadi malas dan memendam
kebencian pada guru yang bersangkutan.
 Hubungan pelajar dengan fasilitas sekolahnya. Hubungan pelajar
dengan fasilitas sekolah yang mengakibatkan penurunan prestasi
belajar diantaranya, kurangnya bahan atau sumber belajar, kondisi
kelas yang tidak mendukung aktivitas belajar dan lokasi sekolah yang
rawan terkena bencana alam seperti banjit, longsor dan lain lain.
 Tingginya angka putus sekolah. Menurut Badan Pusat Statistik
jumlah siswa putus sekolah di Indonesia pada tahun 2016 sampai
2018 masih tergolong tinggi terutama di tingkat SMA/SMK, jumlah
siswa SMA yang putus sekolah lebih dari 73 ribu. Hal tersebut
menunjukkan siswa yang mengalami putus sekolah kurang
mendapatkan pendidikan secara menyeluruh sehingga kualitas siswa
tersebut tidak memenuhi kriteria layaknya lulusan SMA pada
umumnya.

C. Permasalahan di Tingkat Perguruan Tinggi


Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan tinggi sebagai
tingkat lanjut setelah tingkat sekolah menengah di jalur pendidikan formal. Lulusan
sarjana di Indonesia mencapai angka 700 hingga 800 ribu tiap tahunnya. Hal ini
sesuai dengan pengertian perguruan tinggi menurut UU No.20 tahun 2003 pasal 19
ayat 1 yang menyatakan : “Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi”. Masa pendidikan
perguruan tinggi rata-rata 4 tahun untuk Strata 1 dan beberapa program studi
memiliki masa pendidikan lebih cepat/lama. Lulusan sarjana di Indonesia mencapai
angka 700 hingga 800 ribu tiap tahunnya. Namun yang disayangkan, dengan
jumlah sarjana yang banyak justru menambah tingkat pengangguran di Indonesia.
Penyebabnya adalah rendahnya tingkat kualitas pendidikan di perguruan tinggi
sehingga kurang mengasah kemampuan dan mempersiapkan lulusan sarjana untuk
menghadapi dunia karier.
Salah satu masalah mendasar yang dihadapi perguruan tinggi adalah problem
relevansi dan mutu yang belum menggembirakan. Pendidikan tinggi belum bisa
menjadi faktor penting yang mampu melahirkan enterpreneur dengan orientasi job
creating dan kemandirian. Pengangguran terdidik dari hasil perguruan terus
bertambah, problem pengabdian masyarakat dimana perguruan tinggi tersebut
berada dirasa kurang responsif, dan berkontribusi terhadap problem masyarakat.
Perguruan Tinggi juga belum sepenuhnya mampu melahirkan lulusan yang
memiliki akhlak mulia dan karakter yang kuat. Anarkhisme intra dan inter-kampus
seperti membentuk lingkaran kekerasan, banyak kita jumpai terjadinya demo-demo
yang bersifat anarkhis yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa. Walaupun tentu
banyak juga prestasi yang telah dicapai, akan masih tetap ada permasalahan dalam
dunia perguruan tinggi seperti:
1. Belum memadainya fasilitas pendidikan.

Hingga kini masih banyak pendidikan tinggi yang belum memiliki fasilitas
pendidikan yang lengkap, sehingga proses pembelajaran dan hasil lulusan menjadi
kurang optimal. Perlu diingat bahwa tanpa fasilitas yang memadai dan relevan
dengan kebutuhan, maka hasil pendidikan tidak akan optimal. Hal ini pada
umumnya terjadi di berbagai fakultas yang membutuhkan alat peraga dan alat
praktek dalam proses pembelajaran seperti fakultas kedokteran, fakultas teknik,
fakultas peternakan, fakultas pertanian, dan lain sebagainya.
2. Efektivitas pendidikan terkait erat dengan kualitas sumber daya manusia yang
dihasilkan oleh pendidikan tinggi, Belum memadainya fasilitas pendidikan,
Mahalnya biaya pendidikan, Masalah pengangguran terdidik

Namun kenyataan yang sangat memprihatinkan adalah, bahwa di Indonesia,


hingga kini masih banyak penyelenggaraan pendidikan tinggi yang belum efektif,
masih dijumpai mahasiswa yang tidak sepenuhnya paham dengan materi yang
diberikan ataupun kurangnya motivasi untuk mencari tahu dan mempelajari sendiri
materi, juga masih kurang meratanya kualitas perguruan tinggi di Indonesia
dibuktikan dengan adanya sebutan “kampus ternama, kampus unggulan, dan lain-
lain.”

3. Mahalnya biaya pendidikan

Sebagaimana kita ketahui bersama, hingga kini masyarakat masih harus


menanggung banyak biaya, sehingga hanya golongan masyarakat mampu yang
dapat membiayai pendidikan anaknya di jenjang pendidikan ini. Meskipun
Pemerintah menyediakan beasiswa untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu,
namun jumlahnya hanya sedikit. Dampak akhir dari kenyataan ini adalah
ketidakadilan dalam memperoleh hak atas pendidikan.

4. Masalah pengangguran terdidik

Pengangguran terdidik terkait dengan kualitas pendidikan tinggi. Banyaknya


lulusan pendidikan tinggi yang tidak dapat segera memasuki duniakerja, apalagi
menciptakan lapangan kerja sendiri, merupakan permasalahan krusial dalam
pendidikan tinggi di Indonesia. Berdasarkan pengamatan, pengangguran terdidik di
Indonesia terus mengalami peningkatan sejak beberapa tahun terakhir, sementara
jumlah penganggur tidak terdidik makin turun. Dengan melonjaknya jumlah
pengangguran intelektual maka tugas pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja
juga akan semakin susah.
D. Permasalahan Paham Terorisme Dan Radikalisme di dunia pendidikan Indonesia
Menurut Hasani dan Naipospos (2010), radikalisme adalah pandangan
yang ingin melakukan perubahan yang mendasar sesuai dengan interpretasinya
terhadap realitas sosial atau ideologi yang dianutnya. Terorisme menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan teror sebagai usaha untuk
menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan
tertentu (Depdikbud, 2013). Dalam perkembangan kehidupan di Indonesia
masyarakat kebanyakan sudah mengganggap antara radikal dan terror ini
menjadi satu makna (Muchith, 2016). Walaupun arti radikal berbeda dengan
terorisme, di Indonesia sendiri peristiwa-peristiwa terorisme dan radikal sudah
sering dianggap menjadi satu sehingga banyak orang menggangap bahwa
tindakan terorisme merupakan hasil dari pemikiran radikalisme.
Peristiwa radikalisme dan terorisme di Indonesia ditemui di segala
lapisan masyarakat, dari keluarga, pelajar, dan mahasiswa. Contoh kasus di
keluarga yaitu adanya peristiwa pengeboman di Surabaya pada tahun 2018 yang
dilakukan oleh satu keluarga dari ayah, ibu, dan anak, dalam kasus pelajar ada
peristiwa bom Gereja Oikumene di Samarinda yang dilakukan oleh dua remaja
yang berumur 16 dan 17 tahun, sedangkan dalam lingkungan perguruan tinggi
dilansir di situs Tirto.id walaupun dilakukan oleh alumni salah satu perguruan
tinggi di Riau pernah terjadi penangkapan oleh Polda Riau terhadap terduga
teroris, yang ingin meledakan bom di Gedung DPR RI dan DPRD Provinsi Riau
didukung dengan bukti bom rakitan. Adanya kasus-kasus tersebut bisa menjadi
anggapan bahwa paham radikalisme dan tindakan terorisme sudah mencapai
segala kalangan terutama dalam jenjang pendidikan, tindakan radikalisme dan
terorisme berupa perusakan infrakstruktur umum juga sering terjadi oleh para
pelajar yang melakukan tawuran, bahkan kegiatan tawuran ini juga sering
menghilangkan nyawa seseorang bahkan terakhir dilansir detik.com pada
tanggal 2 Desember 2020 terjadi tawuran yang mengakibatkan kematian remaja
berumur 16 tahun di Surabaya, belum lagi apabila kita berbicara perusakan
fasilitas umum yang terjadi pada demo yang diikuti beberapa kelompok
mahasiswa dan pelajar SMA/SMK dalam demo penolakan RUU Cipta Kerja
pada bulan Oktober 2020. Mudahnya para pemuda melakukan tindakan
radikalisme dan terorisme ini mempunyai banyak faktor seperi kemiskinan,
pendidikan agama yang salah, tidak merasa diberi keadilan oleh kinerja
pemerintah, ataupun kelompok radikal dan terorisme yang gencar melakukan
pergerakan. Peristiwa-peristiwa itu bisa menjadi bibit-bibit permasalahan seperti
perpecahan antar golongan, munculnya ketakutan warga ataupun menjadi
ancaman-ancaman ideologi pancasila sebagai ideologi bangsa.

B. Solusi Permasalahan Pendidikan di Indonesia


Setiap permasalahan yang hadir pasti membutuhkan solusi untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Berikut solusi dari penjabaran permasalahan dari berbagai
lingkup di atas :
Permasalahan lingkungan keluarga 

1. Ketersediaan waktu orang tua dalam mendampingi anak belajar, karena seorang
anak akan memiliki sikap positif yang lebih tinggi terhadap belajar, apabila
kedua orang tuanya memberikan pendidikan di rumah dengan pembiasaan baik
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Keluarga mengetahui fungsi-fungsi yang wajib dilaksanakan, karena keluarga
merupakan institusi pertama yang memiliki fungsi-fungsi yang wajib
dilaksanakan, diantara fungsi itu antara lain: agama, biologis, pendidikan,
ekonomi, perlindungan, dan lain sebagainya. Fungsi-fungsi diatas lah yang
menjadikan sebuah barometer/tolak ukur mengenai sebuah keluarga yang ideal
dan harmonis. Keluarga sebagai media sosialisasi anak terhadap lingkungan
masyarakat sangatlah penting dan juga bisa memberikan dampak yang baik
terhadap anak.
3. Perhatian yang cukup dari orang tua, orang tua adalah pendidik sejati, karena
kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang yang diberikan orang tua hendaklah
kasih sayang yang sejati pula. Yang berarti pendidik/orang tua mengutamakan
kepentingan dan kebutuhan anak-anak, dengan mengesampingkan keinginan dan
kesenangan sendiri sesuai kondisi.
4. Banyak orang berspekulasi bahwa anak-anak yang berasal dari keluaga tidak
utuh akan menjadi pribadi yang nakal, suka menyendiri, tidak bisa berekspresi
dengan baik, dan tidak bisa sukses seperti yang lainnya. Semua itu salah, karena
justru anak-anak broken home memiliki kelebihan yang tidak dimiliki anak-anak
normal lainnya. Misalnya, karena semua kejadian yang dialami semenjak kecil
tidak sedikit dari mereka yang menjadi dewasa sebelum waktunya.
Ketidakhadiran salah satu orang tua , atau bahkan keduanya membuatnya
menjadi pribadi yang mandiri. Terkadang mereka juga memiliki mental yang
tangguh, karena biasanya mereka sudah biasa menerima hinaan dan cacian
semenjak kecil. Karena hal itu, anak broken home biasanya memiliki motivasi
sendiri untuk hidup lebih baik dan bisa menunjukka diri kepada orang-orang
bahwa mereka bisa sukses seperti orang lain. Sebagai contoh, bapak presiden
kita yang ke 6 yaitu, Susilo Bambang Yudhoyono. Siapa sangka, beliau
merupakan salah satu anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan
keluarga broken home. Orang tua beliau bercerai ketika beliau masih remaja.
Sempat merasa terguncang dengan kejadian yang dialaminya, itu pasti. Akan
tetapi, dari situlah ia bertekad untuk mengubah hidupnya sambal berkata “di
persimpangan itu, saya bersumpah harus keluar dari situasi broken home dan
menjadi seseorang”. Dengan disertai tekad dan semangat yang kuat serta selalu
berdoa kepada Allah, kata-kata yang beliau ucapkan pun terbukti dengan
menjadi presiden Republik Indonesia selama 2 periode. Agar bisa membentuk
anak brokem home menjadi anak yang mandiri dan memiliki mental yang baik
perlu adanya bimbingan dari pihak luar. Berdirinya komunitas sepeti Anak
Muda Peduli Indonesia (AMPI) di Bogor dan komunitas Hamur yaitu komunitas
yang mengumpulkan anak-anak dari keluarga broken home, komunitas tersebut
dapat membantu perkembangan anak agar dapat melakukan kegiatan positif
yang bermanfaat dari pertumbuhan dan pemahaman yang bagi anak broken
home adanya komintas dengan anggotanya yang mempunyai permasalahan yang
sama juga bisa meningkatkan kasih sayang antar sesama anggota, selain itu
peran BK ataupun guru di sekolah dalam menciptakan lingkungan yang baik
juga sangat penting untuk mengarahkan perkembangan anak agar tidak merasa
stress, ataupun tertekan.

Permasalahan di tingkat SD-SMA 


Proses pembelajaran di sekolah akan efektif apabila didukung oleh semua unsur
pendidikan, mulai dari pendidik, pelajar, fasilitas pembelajaran, dan kurikulum.
Untuk mengatasi masalah-masalah dan mendukung terciptanya proses pembelajaran
yang baik perlu adanya penyelesaian masalah berupa solusi-solusi yang sesuai
dengan permasalahan.
1. Solusi di Tingkat Sekolah Dasar (SD)
a. Tidak meratanya kualitas pendidikan di Indonesia bisa disebabkan berbagai
macam hal, dari sarana transportasi yang sulit sehingga sulit dijangkau,
susahnya kondisi alam yang mengelilingi sekolah, masyarakat yang kurang
menerima perubahan, daerah rawan konflik, ataupun kurangnya tingkat
kesejahteraan masyarakat sekitar lingkungan sekolah. Persoalan kurangnya
pengembangan SD di daerah 3T ini merupakan permasalahan yang harus
diselesaikan dengan berbagai pihak. Bantuan dan rencana dari
pemerintahan pusat tidak cukup karena perlu perbuatan nyata yang bisa
dirasakan bagi sekolah yang membutuhkan, program dan dana dari
pemerintah harus benar-benar dipakai untuk memajukan sarana dan prasana
di sekolah yang membutuhkan, jangan sampai dana tersebut tidak
digunakan untuk pembangunan tapi diselewengkan untuk keperluan oknum
seseorang. Pemerintah daerah harus benar-benar memanfaatkan dana untuk
keperluan pemajuan pendidikan di daerahnya. Selain itu pengembangan
daerah di sekitar sekolah juga merupakan hal yang penting, terutama untuk
merealisasikan pembungan nasional. Pembangunan meliputi infrastruktur,
sosial budaya, dan ekonomi di daerah 3T ini juga akan memajukan
pendidikan di daerah tersebut.
b. Guru harus sering melatih diri untuk lebih banyak berkreasi dalam
mengajar, seperti menciptakan cara pemahaman yang mudah dan kreatif.
Sering bertukar pikiran dan pengalaman sesama guru agar lebih banyak
ilmu yang didapat dan Guru harus mampu membuat media-media
pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga menarik siswa untuk lebih
memperhatikan proses pembelajaran. Adanya Internet juga harus
dimaksimalkan karena juga terdapat cara pembelajaran mudah dan kreatif
yang bisa diterapkan.
c. Guru haruslah bersikap hangat terhadap siswanya dan lebih sering
berinteraksi sehingga hubungan terasa lebih nyaman dan tidak membuat
siswa takut bertanya dan memancing keaktifan siswa. Menjadikan guru
benar-benar sebagai orangtua ke dua di sekolah. Guru harus mampu
mengenali berbagai karakter siswanya sehingga mampu memberikan solusi
atas apapun yang dialami oleh siswa.
d. Selain adanya program penerapan pendidikan karakter, implementasinya
harus benar-benar dijalankan, pelajar sekolah dasar pastilah sifatnya belum
sematang remaja ataupun orang dewasa, maka bimbingan guru di sekolah
merupakan hal yang penting, dari mengajari murid untuk mencintai
kebersihan, melaksanakan kejujuran dalam belajar, bagaimana bersikap
yang baik terhadap teman ataupun orang lain, belajar agama yang baik
ataupun pelaksanaan program olahraga untuk meningkatkan kesehatan,
karena apabila tubuh anak sehat, kegiatan pelajaran ilmu pengetahuan
atapun mental akan berjalan lancar.
2. Solusi di Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
a. Rendahnya fasilitas dan perawatan fasilitas bisa diselesaikan dengan pengunaan
dana yang baik dan sesuai keperluan, selain itu pihak sekolah juga harus
mensosialisasikan kepada pelajar bahwa property sekolah itu property milik
bersama, jadi harus digunakan dengan baik, selain itu sekolah juga perlu
melakukan perawatan, penyimpanan, dan pengamanan agar fasilitas tetap
terjaga.
b. Solusi Tingginya Angka Putus Sekolah
Selain pembangunan akses agar mudah untuk dijangkau terutama SMP yang
berada di pedesaan, bantuan juga perlu untuk dilakukan semisalnya
menggratiskan biaya pendidikan. Pemerintah juga bisa melakukan program
bantuan baik dari ekonomi maupun peralatan maupun penunjang pendidikan.
Program yang baru dilancarkan oleh pemerintah berupa kartu Indonesia pintar
(KIP) terbukti juga bisa membantu meringankan biaya pendidikan pelajar.
Angka putus sekolah ini juga dapat diselesaikan dengan pemahaman bahwa
mengenyam pendidikan merupakan hal yang penting untuk kemajuan
pengetahuan dan wawasan yang akan berguna di kehidupan.
c. Pergantian kurikulum bisa diatasi dengan dengan membuat kurikulum yang
visioner, yaitu kurikulum yang selalu bisa menyesuaikan perkembangan zaman
dan juga bisa bertahan atau relevan sampai tahun-tahun yang akan datang.
Walaupun pasti juga perlu perubahan-perubahan kecil (minor) untuk
menyesuaikan situasi selama pelaksanaan kurikulum. Selain itu memberikan
sosialisasi kepada guru sebelum kurikulum baru diterapkan, agar guru
mempunyai pandangan bagaimana menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan
kurikulum.
3. Solusi di Tingkat Sekolah Menengah Keatas (SMA)
a. Permasalahan Belajar Siswa-Siswi SMA dengan dirinya sendiri
pemberian pendampingan psikologis pada siswa yang memiliki
kekurangan fisik dan memberikan sanksi yang berat terhadap pelaku
pengejekan.
b. Permasalahan Belajar Siswa-Siswi SMA dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat meliputi:
 Teman Sebaya menciptakan lingkungan pertemanan yang baik,
agar lingkungan pertemanan yang buruk dapat berkurang dan
tergantikan dengan lingkungan yang positif.
 Orang yang Lebih Tua memberikan sosialisasi perlindungan diri
agar bisa memiliki harga diri yang kokoh dan tidak mudah
tertindas.
 Lawan Jenis memberikan pendidikan seksual yang baik dan
diarahkan agar tidak melakukan hal-hal diluar norma dan nilai
masyarakat. Selain itu, disibukkan pula dengan kegiatan-kegiatan
positif yang membangun kepribadian positif pula.
4. Permasalahan Belajar Siswa Siswi SMA yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekolah meliputi :
 Hubungan pelajar dengan pelajar lainnya pengajar mengarahkan murid
agar tidak memberi label yang mempunyai arti negatif yang bisa
membuat seseorang menilai dirinya rendah.
 Hubungan pelajar dengan gurunya Menanamkan pemahaman ke siswa
bahwa wajar manusia tidak suka dengan manusia lainnya dan manusia
tidak ada yang sempurna. Namun, sepantasnya siswa menghargai orang
yang lebih tua dan guru yang berperilaku tidak pantas diharapkan sadar
bahwa ia adalah teladan bagi siswanya. Apabila siswa tidak menyukai
cara pengajaran guru, setidaknya siswa masih bisa belajar dari
pengalaman guru tersebut
 Hubungan pelajar dengan fasilitas sekolahnya Masalah ini memerlukan
kerjasama antara pihak pemerintah dan sekolah. Dari sekolah, harus
mempunyai data tentang fasilitas sarana prasarana yang keadaannya
sudah tidak layak dan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk
mengembangkan pembelajaran ilmu pengetahuan dan minat bakat para
siswa. Pemerintah dalam penyediaan dananya juga harus mengawasi
dengan kesungguhan agar tidak terjadi penyelewangan dana dalam
alokasi sarana prasarana.
 Tingginya angka putus sekolah Meningkatkan kesadaran pendidikan
terhadap orang tua dan siswa. Lingkungan sekolah juga harus
mendukung kenyamanan dan keamanan lingkungan belajar agar siswa
bersemangat untuk melanjutkan pendidikannya. Pemerintah juga
memberikan bantuan terhadap siswa yang putus sekolah, tak hanya dari
pemerintah, namun bantuan juga didapatkan dari pihak swasta yang
mampu dan mau.

Permasalahan di tingkat perguruan tinggi 


1. Untuk masalah fasilitas yang kurang memadai, pemerintah dan pihak universitas
harus bersama-sama mendukung program untuk melengkapi dan
mengembangkan fasilitas di Universitas dari pengawasan dana hingga mendata
keperluan apa saja yang kurang dalam suatu perguruan tinggi sehingga bisa
menjadi acuan pengeluaran pemerintah maupun universitas.
2. Dalam efektivitas pendidikan, solusinya adalah pemerintah membuat tujuan
pencapaian yang jelas yang harus di capai oleh universitas. Perguruan tinggi
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus memiliki program yang sesuai
dengan kondisi, serta program ini juga harus benar-benar bisa membuat
mahasiswa peserta didik menjadi manusia yang lebih baik dan mempunyai
kualitas.
3. Untuk masalah biaya yang mahal, pemerintah maupun lembaga-lembaga swasta
harus memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi dan memberikan
wawasan kepada orang-orang yang tidak mampu bahwa pendidikan merupakan
hal yang penting, selain beasiswa pemerintah juga mempunyai program bantuan
biaya terhadap orang yang membutuhkan. Dalam dunia pendidikan harus
dibersihkan ataupun meminimalisirkan dari berbagai biaya pemungutan seperti
biaya seragam,biaya uang gedung, biaya uang ekstrakulikuler dll yang sekiranya
memberatkan dan yang sudah dirasakan adalah adanya pembagian tingkat UKT
sesuai dengan kemampuan mahasiswa.
4. Untuk masalah penggangguran terdidik, salah satu upaya adalah universitas
melakukan kerja sama untuk pembukaan magang ataupun pameran workshop
kerja untuk para lulusan baru. Sinergi pemerintah dalam menyediakan lapangan
kerja juga dapat mengatasi tingkat pengangguran. Namun tidak hanya dari pihak
pemerintah, masyarakat maupun lembaga swasta juga harus bersinergi untuk
membangun lapangan kerja bagi yang lainnya. Selain itu perlunya pengajaran
seperti kursus keterampilan ataupun berwirausaha agar diharapkan lulusan
mahasiswa juga bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri ataupun untuk orang
lain.

Permasalahan Radikalisme dan Terorisme 

Dalam solusi mengatasi paham radikalisme dan terorisme di dunia Pendidikan bisa
melalui solusi pencegahan berupa:
1. Dalam lingkungan sekolah diberikan sosialisasi mengenai paham radikalisme
dan terorisme yang sebisa mungkin dihindari, sosialisasi ini bisa dilakukan oleh
pihak kepolisian ataupun Badan Nasional Penangulangan Terorisme Indonesia
(BNPT). Selain memberikan pemahaman juga diberikan solusi agar tidak
terkena dampaknya.
2. Guru sebagai agen pendidik di sekolah tidak boleh mempengaruhi siswanya
untuk menguatkan paham radikalisme atau terorisme kepada pelajar.
3. Meningkatkan rasa cinta tanah air kepada masyarakat Indonesia, menyadarkan
bahwa negara Indonesia yang penuh keberagaman ini perlu untuk dijaga dan
dikembangkan.
4. Pemerintah ataupun sekolah mengadakan program kegiatan yang bersifat
produktif dan membangun intelektual ataupun kemampuan pelajar, agar
kemampuan bisa tersalurkan secara maksimal.
5. Menanamkan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yang terkandung sudah
memenuhi segala unsur pokok kehidupan berbangsa dan bernegara adanya
kampus yang menerapkan program seperti Kampus Benteng Pancasila patut
diapresiasi karena ini merupakan salah satu inovasi untuk menanamkan nilai-
nilai Pancasila.
6. Menumbuhkan nilai kebudayaan bangsa, meningkatkan rasa toleransi dan kasih
sayang terhadap manusia.
(Zaidan & Hukum, 2017) BNPT menggunakan upaya pencegahan melalui kontra-
radikalisasi (penangkalan ideologi). Hal ini dilakukan dengan membentuk Forum
Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di daerah, Pelatihan anti radikal-
terorisme bagi ormas, Training of Trainer (ToT) bagi sivitas akademika perguruan
tinggi, serta sosialiasi kontra radikal terorisme siswa SMA di empat provinsi.
Apapun yang melatar belakangi tindakan radikalisme dan terorisme merupakan
tanggung jawab harus diemban oleh lapisan masyarakat dari pemerintah sampai
masyarakat sendiri.

C. Permasalahan dan Solusi Saat Pandemi dalam Pendidikan di Indonesia


Pandemi COVID-19 membawa perubahan besar bagi berbagai bidang, salah
satunya bidang pendidikan. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah terhadap
perubahan-perubahan pembelajaran dalam bidang pendidikan diselaraskan dengan
Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) yang
ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pada 24
Maret 2020. Prinsip yang diterapkan adalah “kesehatan dan keselamatan peserta
didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat merupakan prioritas
utama dalam menetapkan kebijakan pembelajaran”. Sekolah dan pihak sekolah
mengubah strategi pembelajaran yaitu metode pembelajaran yang awalnya tatap
muka menjadi metode dalam jaringan (daring) yang sangat memanfaatkan teknologi
informasi terkini. Beberapa hal yang dapat dilakukan selama pembelajaran daring
adalah saling berkomunikasi dan berdiskusi secara online (Riyanda,dkk: 2020).
Penelitian juga menyebutkan sebanyak 81% guru menjawab dengan beberapa alasan
yang mendasari untuk melakukan pembelajaran daring. Alasan pertama dijawab 20
responden bahwa pada masa pandemi pembelajaran daring dapat memutus
penyebaran virus tersebut. Alasan kedua direspon 23 guru dengan beralasan
tanggung jawab, kewajiban dan tugas seorang guru harus tetap melakukan
pembelajaran meskipun daring.
Namun, kondisi pandemi saat ini menuntut pengajar untuk berinovasi agar tidak
membosankan siswa dan guru dapat dengan mudah beradaptasi. Pentingnya dan
manfaat pendidikan untuk mencerdaskan bangsa tentu tidak dapat berhenti apapun
kondisinya. Namun, keterberubahan yang bisa dibilang terlalu cepat ini tentu
memiliki permasalahan-permasalahan baru. Berikut permasalahan-permasalahan
umum pendidikan saat pandemi :
1. Keterbatasan Penguasaan Teknologi Informasi oleh Guru dan Siswa
Revolusi industri 4.0 tidak dapat lepas dari perkembangan teknologi. Hal itu
pula yang memaksakan seluruh bidang kehidupan untuk segera beradaptasi dengan
pembaruan-pembaruan yang terus terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan.
Kondisi pengajar saat ini tidak seluruhnya memahami penggunaan teknologi
terutama pengajar yang lahir tahun 1980-an. Kendala usia dan perkembangan yang
begitu cepat, membuat pengajar sulit beradaptasi dan terbatas pula untuk segera
memahami informasi-informasi baru. Tak hanya bagi pengajar, para murid pun ada
yang merasa kesulitan untuk cepat menyerap teknologi informasi
2. Sarana dan Prasarana yang kurang memadai
Fasilitas yang digunakan demi kelancaran pembelajaran daring harus memadai
dan tidak boleh menghambat. Jika terjadi keterhambatan, justru akan mengganggu
proses transfer pengetahuan bagi pengajar dan proses menyerap pengetahuan bagi
pelajar. Dengan demikian, tujuan dari pembelajaran tidak sepenuhnya terwujud.
Terlebih kondisi yang awalnya bertatap muka lalu langsung berganti ke
pembelajaran daring tentu tidak semua orang siap memiliki perangkat seperi
handphone, laptop dan jaringan yang tersedia saat itu juga. Harga dari perangkat
teknologi sendiri terbilang cukup mahal dan kondisi perekonomian pengajar serta
pelajar tidak semuanya berkecukupan. Pandemi juga membuat banyak
perekonomian masyarakat Indonesia terdampak dan terancam.
3. Akses Internet yang terbatas
Keterbatasan jaringan internet yang tidak merata ke seluruh pelosok negeri
menjadi salah satu kendala yang seringkali membuat keluar-masuk virtual room saat
pembelajaran sedang berlangsung. Beberapa pelajar juga terhambat dalam
pengiriman tugas akibat sinyal yang buruk. Hal tersebut menyebabkan pelajar
terhitung tidak tepat waktu dalam pengumpulan tugas. Informasi dari guru pun
terkadang tidak langsung tersampaikan ke wali murid karena terkendala sinyal
karena baru bisa membuka sosial media 5 hari kemuadian dan membuat guru harus
mengulang-ulang informasi.
4. Keterbatasan Pengalaman Pembelajaran Online
Metode pembelajaran daring yang terbilang baru tentu membuat guru maupun
pelajar sangat minim pengalaman dalam pengajaran. Karena sebelumnya terbiasa
melalui metode tatap muka. Hal tersebut akan berdampak dengan keefektifan
pembelajaran yang mana membuat kejenuhan dan kebosanan guru atapun pelajar
karena belum terbiasa dengan metode baru.
Kendala lain pembelajaran daring adalah siswa mengalami kebosanan dan
membuat guru harus menemukan strategi yang membuat siswa keluar dari zona
kebosanan. Tak hanya itu, dalam pembelajaran metode terbaru guru juga dituntut
untuk membangun suasana yang semangat walaupun tidak bertatap muka secara
langsung dan kreatif agar pembelajaran terkesan menarik bagi para siswa. Orang tua
yang sulit menjelaskan dan menerangkan materi pelajaran ke anak turut menjadi
salah satu hambatan di masa pandemi ini. Karena, kebanyakan orang tua tidak
berprofesi sebagai guru namun kondisi memaksa orang tua untuk serba bisa dan
berperan ganda sebagai orang tua serta guru di rumah. Hal tersebut mempengaruhi
kefahaman siswa yang mana mereka lebih faham ketika dijelaskan oleh guru
ketimbang orang tua. Terlebih kebanyakan orang tua tidak sabar mendampingi
anaknya belajar dan itu membuat anak jadi tidak terpantau dengan baik. Solusi atas
permasalahan tersebut sebagai berikut :
1. Keterbatasan Penguasaan Teknologi Informasi oleh Guru dan Siswa
Diadakan proses pelatihan untuk para guru-guru dalam peningkatan kapasitas
mengajar berbasis media online tersebut dan untuk murid diberikan pengarahan
perlahan dalam memahami penggunaan teknologi informasi untuk pembelajaran.
2. Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai
Penggunaan bantuan pemerintah dengan baik, bantuan dari pemerintah
dimanfaatkan dengan baik semisal untuk membeli paket internet yang
jaringannya bagus di daerahnya, jika mampu untuk membeli handphone atau
laptop digunakan untuk itu. Namun, jika tidak sanggup, di siasati meminjam
perangkat milik saudara/tetangga.
3. Keterbatasan Internet
Bantuan paket internet dari pemerintah harus benar-benar dimanfaatkan untuk
kegiatan sekolah, bukan untuk hal lainnya dan memakai paket jaringan yang
memang sinyalnya bagus terutama di daerah tempat tinggal masing-masing.
4. Kurang siapnya penyediaan anggaran
Bisa diatasi dengan pengawasan dan evaluasi dana oleh pemerintahan pusat,
Pemerintah melakukan evaluasi dalam hal pemerataan pembangunan yang sudah
dilaksanakan dan benar-benar memperbaiki kekurangan-kekurangan dengan
tindakan nyata agar terwujud kesejahteraan bagi semua kalangan rakyat
Indonesia terutama dalam hal pendidikan, pengawasan dana perlu dilakukan
agar dalam keadaan pandemi ini dana untuk kepentingan rakyat bisa tersalurkan
dengan maksimal.
5. Keterbatasan Pengalaman Pembelajaran Online
Mendukung program yang bisa mempermudah adaptasi pelajar dalam
pembelajaran online, Diadakan seperti gathering/pertemuan online untuk para
guru ataupun pelajar yang mana memuat focus group discussion membahas
permasalahan dan solusi yang tepat, selain FGD bisa juga diselingi dengan
diskusi santai kehidupan sehari-hari.
Diharapkan dengan adanya solusi tersebut dapat membantu mengatasi
permasalahan pembelajaran dalam masa pandemi. Bukan berarti semua permasalahan
harus langsung selesai dengan menerapkan solusi, namun dibutuhkan pula sinergi antara
guru dan wali murid agar pembelajaran daring dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Disisi lain, pembelajaran daring memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya
adalah pembelajaran lebih praktis dan santai, waktu fleksibel, menghemat waktu, siswa
dapat pantauan langsung dari orang tua dan terakhir, pengalaman baru bagi para guru.
Namun ada pula kelemahannya yaitu kurang maksimalnya keterlibatan siswa. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa hanya 50% siswa yang terlibat aktif secara penuh, 33%
siswa terlibat aktif dan 17% siswa kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam
pembelajaran. Semoga ke depan pandemi dapat segera berakhir dan pembelajaran tatap
muka bisa diterapkan kembali di Indonesia.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada banyak aliran-aliran pendidikan klasik memberikan berbagai


masukan mengenai proses-proses pelaksanaan pendidikan. Aliran-aliran klasik
membentuk pemikiran-pemikiran baru sebagai dasar pelaksanaan pendidikan
yang dapat mengarahkan peserta didik ke tujuan pendidikan. Adanya aliran-
aliran klasik juga mendorong lahirnya gerakan - gerakan baru pendidikan.
Gerakan – gerakan baru pendidikan menunjang untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Gerakan-gerakan baru itu pada
umumnya telah memberi kontribusi secara bervariasi terhadap penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar di sekolah sekarang ini. Sehingga terbentuklah ragam
proses belajar yang dilakukan di Indonesia. Dari banyaknya ragam proses
belajar yang diberikan guru, kadang kalanya terdapat beberapa pihak yang
kurang setuju akan model pembelajaran itu, sehingga perlu dilakukan
rekonstruksi dalam penyajiannya.
Dari pembahasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa terdapat banyak
permasalahan dalam bidang pendidikan yang terjadi di negara ini. Kita mulai
dari lingkup terkecil dahulu yaitu keluarga, di dalamnya terdapat berbagai
macam bentuk permasalahan diantaranya : rendahnya ekonomi keluarga,
kurangnya percaya diri dari orang tua ataupun sekolah untuk bekerja sama,
kesibukan pekerjaan orang tua sehingga waktu untuk mendidik dan mengawasi
anaknya berkurang, kebiasaan orang tua yang menyerahkan permasalahan
perkembangan anak kepada guru di sekolah, dan anak yang terlahir dalam
kondisi keluarga broken home. Kemudian berlanjut ke lingkup yang lebih luas
lagi, yaitu ketika anak menginjak jenjang pendidikan dari SD hingga SMA
permasalahan yang sering dibicarakan yaitu : Masalah penerapan kurikulum
yang berubah-ubah, rendahnya pemerataan pendidikan, tingginya angka putus
sekolah, maraknya kasus kekerasan dan bullying yang ada di sekolah, rendahnya
kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru. Kemudian berlanjut ke tingkat
universitas, di tingkat ini permasalahan yang sering muncul terlihat lebih luas
lagi, karena mencakup keberlanjutan pendidikan setelah tamat menimba ilmu di
tingkat universitas. Diantara permasalahannya ialah : efektivitas pendidikan
terkait erat dengan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan oleh
pendidikan tinggi, belum memadainya fasilitas pendidikan, mahalnya biaya
pendidikan, masalah pengangguran terdidik. Dan juga masih banyak hal lainnya
yang tak dapat disebutkan satu persatu.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam mengakhiri makalah
ini ialah semua pihak harus dapat bekerjasama dalam menanggulangi masalah
pendidikan di Indonesia ini, baik dari pemerintah hingga keluarga atau
masyarakat sekitar. Untuk meminimalisir pengaruh negatif dalam permasalahan
ini ialah harus adanya perencanaan yang baik dan matang, penyedian sarana dan
prasana dalam menunjang keberlangsungan pendidikan, dan meningkatkan
kualitas pendidik di Indonesia. Kita sebagai mahasiswa sekaligus penerus
keberlangsungan pendidikan di bangsa ini, seyogyanya harus menyadari dan
memahami berbagai problematika yang timbul di negara ini, sehingga kita dapat
mencari alternatif pemecahannya.

DAFTAR PUSTAKA
Academia Edu. (23 April 2019). Mahalnya Biaya Pendidikan. Diakses
pada 02 Desember 2020, dari
https://www.academia.edu/32268785/Mahalnya_Biaya_Pendidikan_A_Inti_Mas
alah
Anugrahana,Andri. (03 September 2020).Hambatan, Solusi, dan
Harapan: Pembelajaran Daring Selama Masa Pandemi Covid-19 oleh Guru
Sekolah Dasar.ejournal.uksw.edu. Diakses pada 02 Desember 2020 melalui
https://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/view/4033
Alius, Suhardi (05 Mei 2017) Terorisme Menyasar Generasi Muda
diakses pada 08 Desember 2020 melalui
https://mediaindonesia.com/opini/103385/terorisme-menyasar-generasi-muda
Badan Pusat Statistik.(15 Juli 2020). Persentase Penduduk Miskin Maret
2020 naik menjadi 9,78 persen. Diakses pada 02 Desember 2020, dari
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/07/15/1744/persentase-penduduk-
miskin-maret-2020-naik-menjadi-9-78-persen.html
Bimawa UAD. (28 Desember 2019). Faktor-faktor Penyebab Pendidikan
Tidak Merata di Indonesia. Diakses pada 03 Desember 2020, dari
https://bimawa.uad.ac.id/wp-content/uploads/Paper-Seminar-Nasional-2.pdf
Halal,Rizqon Syah Aji’.(17 Mei 2020).Dampak Covid-19 pada
Pendidikan di Indonesia: Sekolah, Keterampilan, dan Proses
Pembelajaran.journal.uinjkt.ac.id. Diakses pada 03 Desember 2020 melalui
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/15314

IAIN Batusangkar.(2009). Lingkungan Keluarga Sebagaii Wahana


Sosialisasi dan Interaksi Edukatif bagi Anak (Suatu Tinjauan Sosio-Edukasi
Religius Terhadap Pendidikan dalam Keluarga). Diakses pada 2 Desember 2020,
dari http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/takdib/article/view/162
IAIN Surakarta. (17 Januari 2019). Upaya Mengatasi Pengangguran
Terdidik. Diakses pada 02 Desember 2020, dari https://syariah.iain-
surakarta.ac.id/upaya-mengatasi-pengangguran-terdidik/
JIMBK.(2019). Analisis Kondisi Sosial Psikologis Siswa dari Keluarga
Broken Home di SMPN 2 Banda Aceh. Diakses pada 02 Desember 2020, dari
http://jim.unsyiah.ac.id/pbk/article/view/10861

Kompasiana. (24 Desember 2014). Efektivitas Pendidikan di Indonesia.


Diakses pada 02 Desember 2020, dari
https://www.kompasiana.com/anikmah/54f3873b7455137a2b6c7a02/efektifitas-
pendidikan-di-indonesia
KPAI.(10 Februari 2020). Sejumlah Kasus Bullying Sudah Warnai
Catatan Masalah Anak di Awal 2020, Begini Kata Komisioner KPAI. Diakses
pada 02 Desember 2020, dari https://www.kpai.go.id/berita/sejumlah-kasus-
bullying-sudah-warnai-catatan-masalah-anak-di-awal-2020-begini-kata-
komisioner-kpai

Latip, Abdul.(31 Maret 2017). Pendidikan di Negeriku, diakses melalui


https://www.kompasiana.com/abdul_latip/58ddf553359373256ea8ac6f/pendidik
an-di-negeriku pada tanggal 8 Desember 2020
Marzukialie. (01 Desember 2020). Upaya Menjawab Masalah Pendidikan
Tinggi di Indonesia. Diakses pada 02 Desember 2020, dari
http://www.marzukialie.com/?show=tulisan&id=57#:~:text=Dalam%20hal
%20ini%2C%20setidaknya%20kita,pertama%2C%20masih%20rendahnya
%20kualitas%20pendidik.&text=Ketiga%2C%20masalah%20efektivitas
%20pendidikan.,yang%20dihasilkan%20oleh%20pendidikan%20tinggi
Melani Agustina (09 Oktober 2020) Demo UU Cipta Kerja Rusak
Fasilitas Umum, Pemkot Surabaya Belum Pastikan Nilai Kerugian, diakses pada
08 Oktober melalui https://surabaya.liputan6.com/read/4378092/demo-uu-cipta-
kerja-rusak-fasilitas-umum-pemkot-surabaya-belum-pastikan-nilai-kerugian
Muzawir, Ahmad Saleh.().Problematika Kebijakan Pendidikan di Tengah
Pandemi dan Dampaknya Terhadap Proses Pembelajaran di Indonesia. Diakses
pada 02 Desember 2020 melalui https://osf.io/7xah6/download/?format=pdf

Muchith, Saekan M (01 Februari 2016) Radikalisme Dalam Dunia


Pendidikan. Diakses pada 08 Desember 2020 melalui
https://media.neliti.com/media/publications/177465-ID-radikalisme-dalam-
dunia-pendidikan.pdf
Nurkholis.(01 November 2013).Pendidikan Dalam Upaya Memajukan
Teknologi.ejournal.iainpurwokerto.ac.id. Diakses pada 02 Desembee 2020
melalui
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/jurnalkependidikan/article/view/53
0
Nussah, Martinus Johannes (14 Oktober 2019). Problematika Pendidika
Di Sekolah Dasar. Koran Bogor, Diakses pada 08 Desember 2020 melalui
http://koranbogor.com/berita/kampus-kita/problematika-pendidikan-di-sekolah-
dasar/
Oioey WordPress. (19 Juli 2016). Upaya Pemerintahan dalam
Meningkatkan Kualitas Guru di Indonesia. Diakses pada 02 Desember 2020, dari
https://oioey.wordpress.com/2016/07/19/upaya-pemerintah-dalam-meningkatkan-
kualitas-guru-di-indonesia/
Perpustakaan Bappenas.(13 Agustus 2020). Mendiknas Sambut Gembira
Perubahan Pasal 31 UUD 1945. Diakses pada 02 Desember 2020, dari
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?
file=digital/blob/F30670/Mendiknas%20Sambut%20Gembira%20Perubahan
%20Pasal%2031%20UUD%201945.htm#:~:text=Bunyi%20Pasal
%2031%20UUD%2045,yang%20meningkatkan%20keimanan%20dan
%20ketakwaan%2C

Rahmwati, Selly (2015). Analisis Kebijakan Pendanaan Pendidikan,


diakses melalui http://repository.upy.ac.id/417/1/artikel%20selly.pdf pada 08
Desember 2020

Salim, Nur dkk. (2018) Pencegahan Paham Radikalisme dan Terorisme


Melalui Pendidikan Multikulturalisme pada Siswa MAN Kediri I diakses pada 08
Desember 2020 melalui file:///C:/Users/USER/Downloads/11988-Article
%20Text-5203-1-10-20180717%20(1).pdf

Tirto.id.(2019, 02 Mei). Indeks Pendidikan Indonesia Rendah, Daya Saing


pun Lemah. Diakses pada 02 Desember 2020, dari https://tirto.id/indeks-
pendidikan-indonesia-rendah-daya-saing-pun-lemah-dnvR

Utomo, Prastyo Deny. (02 Desember 2020) Polisi Tangkap 5 Orang soal
Tawuran yang Tewaskan Remaja di Surabaya, diakses pada tanggal 08 Desember
2020 melalui https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5278558/polisi-tangkap-
5-orang-soal-tawuran-yang-tewaskan-remaja-di-surabaya?
_ga=2.25461950.282856658.1607347169-1238668129.1600762322
WordPress. (19 Mei 2019). Permasalahan Dalam Bidang Pendidikan.
Diakses pada 03 Desember, dari
https://rahmilyaciwitha.wordpress.com/2019/05/19/permasalahan-dalam-bidang-
pendidikan/
Nugraha, Fajar. Permasalahan Permasalahan Belajar Siswa siswi SMA
dalam Sudut Pandang Teori Humanistik Maslow. Diakses pada 8 Desember 2020
melalui
https://www.academia.edu/19931279/Permasalahan_Permasalahan_Belajar_Sisw
a_siswi_SMA_dalam_Sudut_Pandang_Teori_Humanistik_Maslow?
show_app_store_popup=true

Anda mungkin juga menyukai