Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PERNIKAHAN DINI TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN DI


KECAMATAN CIPUTAT
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Ibnu Sina, M.Sc.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
Chiquita Khairunnisa Zain 201010501834
Erlis Mayanti 201010501845
Fika Nursanda Putri 201010501790
Mayang Shakira 201010501823
Tri Nurlita 201010501811

PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini
dengan judul “Pengaruh Pernikahan Dini Terhadap Tingkat Pendidikan Di
Kecamatan Ciputat”. Penyusunan laporan proposal penelitian ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas metodelogi penelitian.
Penyusunannya dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak.
Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang membangun akan berguna agar pada penulisan selanjutnya
dapat menghasilkan karya yang lebih baik. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya.

Pamulang, Maret 2023

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi,
yang mempunyai tujuan lebih tinggi dari sekedar untuk hidup, sehingga manusia
lebih terhormat dan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada yang tidak
berpendidikan. Pendidikan juga merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan
dari diri manusia. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua
manusia mengalami proses pendidikan yang didapatkan dari orang tua, masyarakat,
maupun lingkungannya. Pendidikan bagaikan cahaya penerang yang berusaha
menuntun manusia dalam menentukan arah, tujuan dan makna kehidupan ini.
Manusia sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha
menggali dan mengembangkan potensi dirinya lewat metode pengajaran atau dengan
cara lain yang telah diakui oleh masyarakat.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkaan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa.
Oleh karena itu, pendidikan harus terus menerus diperbaiki baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan
kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama
sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan
aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan
hidup mereka.
Pendidikan tidak hanya cukup sampai pada tingkat dasar saja tetapi masih ada
jenjang pendidikan di atasnya berupa pendidikan menengah yang harus ditempuh
oleh siswa. Tujuan dari pendidikan menengah yaitu pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat
mengembangkan kemampuan labih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan yang telah ditempuh, baik formal
maupun nonformal. Harapan dan cita-cita orang tua akan berbeda-beda tergantung
tingkat pendidikan, ekonomi masing-masing, pasti masing-masing orang tua
menginginkan anaknya bisa membantu orang tuanya, bahkan ada di antaranya orang
tua itu menginginkan anaknya kelak dapat atau sama bahkan lebih dari orang tuanya.
Latar belakang pendidikan orang tua sangat mempengaruhi anak dalam proses
pendidikannya, karena peranan keluarga terhadap perkembangan sosial anak-anaknya
tidak hanya sebatas kepada situasi ekonominya atau kebutuhan struktur dan
interaksinya tetapi sikap pergaulan dan pendidikan orang tua juga memegang peranan
penting di dalam perkembangan pendidikan anak. Hal ini lah yang menjadi latar
belakang tingkat pendidikan orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
orang tua dalam membimbing dan mengarahkan anaknya dalam hal pendidikan yang
akan ditempuh oleh anaknya.
Pernikahan dini merupakan pernikahan yang pelakunya adalah seseorang yang
belum memenuhi batas usia perkawinan yang pada hakikatnya disebut masih berusia
muda atau anak-anak. Dalam Pasal 81 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002,
seseorang yang belum berusia 18 tahun dikategorikan masih anakanak, juga termasuk
anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan pernikahan dini menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional adalah pernikahan yang berlangsung pada
umur di bawah usia reproduktif yaitu kurang dari 20 tahun pada wanita dan kurang
dari 25 tahun pada pria. Pernikahan di usia dini rentan terhadap masalah kesehatan
reproduksi seperti meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada saat persalinan
dan nifas, melahirkan bayi prematur dan berat bayi lahir rendah serta mudah
mengalami stress (BKKBN, 2008).
Sejumlah kasus di beberapa daerah di Indonesia, pernikahan seringkali didasari
oleh budaya yang berkembang di masyarakat. Budaya yang berkembang
dilingkungan masyarakat seperti anggapan negatif terhadap wanita yang akan disebut
sebagai perawan tua jika tidak menikah melebihi usia 17 tahun atau kebiasaan
masyarakat yang menikah diusia sekitar 14-16 tahun menjadi faktor yang mendorong
tingginya jumlah perkawinan muda. Selain itu, orang tua juga berharap akan
mendapat bantuan dari anak setelah menikah karena rendahnya 2 ekonomi keluarga.
Faktor yang mempengaruhi usia kawin pertama perempuan diantaranya adalah
faktor sosial, ekonomi, budaya dan tempat tinggal (desa/kota) (BKKBN, 2012).
Selain itu, pendidikan juga menjadi salah satu faktor lainnya yang mempengaruhi
terjadinya pernikahan dini. Dian taranya yaitu tingkat pendidikan remaja serta
pendidikan orang tua. Dalam kehidupan seseorang, menyikapi masalah dan membuat
keputusan termasuk hal yang lebih kompleks serta menunjukkan kematangan
psikososialnya. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang
(Sarwono, 2007).
Tingkat pendidikan maupun pengetahuan anak yang rendah dapat menyebabkan
adanya kecenderungan melakukan pernikahan di usia dini (Alfiyah, 2010).
Pendidikan orang tua juga memiliki peranan dalam keputusan untuk anaknya. Selain
itu, dalam lingkungan keluarga, pendidikan anak merupakan hal yang utama
(Nandang, 2009). Peran orang tua terhadap kelangsungan pernikahan dini pada
dasarnya tidak terlepas dari tingkat pengetahuan orang tua yang dihubungkan pula
dengan tingkat pendidikan orang tua (Juspin, 2012).
Selain itu pendapatan juga mempengaruhi pernikahan usia dini. Ekonomi
berpengaruh terhadap ketidakmampuan orang tua untuk membiayai anaknya dalam
meraih masa depan yang lebih baik melalui pendidikan. Terutama bagi perempuan,
dimana kondisi ekonomi yang sulit yang berpengaruh terhadap pendapatan yang
rendah, para orang tua memilih mengantarkan putri mereka menikah, karena paling
tidak sedikit banyak beban mereka akan berkurang. Bagi 3 sebuah keluarga miskin,
pernikahan usia dini dianggap menyelamatkan masalah ekonomi sosial keluarga
(Muzaffak, 2013).
Laju perkawinan usia muda harus ditekan karena dapat mengakibatkan
permasalahan yang lebih kompleks, mulai dari masalah demografi, sosial, ekonomi,
kesehatan dan masalah yang lainnya. Salah satu wilayah di Ciputat yang masih
banyak terjadi pernikahan usia dini adalah Kabupaten Lamongan. Data Provinsi
Banten menunjukkan dari tahun 2012-2015 angka pernikahan dibawah usia 17 tahun
di wilayah Ciputat mengalami penurunan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di uraikan pokok permasalahan yang
akan di teliti:
1. Apakah pernikahan dini berpengaruh terhadap tingkat pendidikan ?
2. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan pernikahan dini terhadap tingkat
pendidikan ?

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pernikahan dini terhadap tingkat pendidikan.
2. Untuk mengetahui faktor- faktor yang menyebabkan pernikahan dini terhadap
pendidikan.

1.4 Manfaat Penulisan


Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat:
1. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
peneliti tentang pengaruh pernikahan dini terhadap tingkat pendidikan di
masyarakat ciputat serta sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti.
2. Pembaca
Menjadi sumber informasi bagi masyarakat terkait dengan pengaruh pernikahan
dini terhadap tingkat Pendidikan, sehingga masyarakat dapat menggunakannya
sebagai data untuk tidak melakukan pernikahan dini dan melanjutkan pendidikan
yang tinggi sesuai dengan tingkatannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pernikahan
Nikah menurut bahasa;al-jam’u dan al-dhamu yang artinya kumpul. Makna
nikah (zawaj) bisa di artikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah,juga
bisa di artikan (wath’u al-zaujah)bermakna menyetubuhi istri. Adapun yang di
kemukakan oleh Rahmat Hakim bahwa kata nikah berasal dari bahasa arab
“nikahun” yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja (fi’il madhi)
“nakaha” sinonimnya “tazawwaja” kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia sebagai perkawinan.8 .Pernikahan adalah akad atau ikatan,karena dalam
suatu proses pernikahan terdapat ijab kabul (pernyataan penyerahan dari pihak
perempuan) dan Kabul (pernyataan penerimaan dari pihak lelaki)selain itu ,nikah
juga bisa di artikan sebagai bersetuibuh. ”Sesuai firman allah dalam surat Ar-Rum
(30) ayat 21:”

ARTINYA : ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaannya ialah dia menciptakan


untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya dan di jadikannya di antaramu rasa kasih sayang
sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.”

Perkawinan di sebut juga “pernikahan” berasal dari kata nikah yang menurut
bahasa artinya mengumpulkan,saling memasukkan dan digunakan untuk arti
bersetubuh (wathi)kata (nikah) sendiri sering di pergunakan untuk arti
persetubuhan (coitus),juga untuk arti akad nikah. Sedangkan menurut istilah
hukum islam yaitu nikah menurut istilah syara’ ialah akad yang mengandung
ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau kata-kata
yang semakna dengannya.

Pernikahan merupakan ketetapan yang umum dan berlaku pada semua


makhluknya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh- tumbuhan. ia adalah
suatu cara yang di pilih oleh Allah swt sebagai jalan bagi makhluknya untuk
berkembang biak dan melestarikan hidupnya.

Nikah atau perkawinan adalah akad antara calon suami dan istri untuk
memenuhi hajat jenisnya menurut yang diatur oleh syariah,dengan akad ini kedua
calon akan di perbolehkan bergaul sebagai suami istri. Akad ialah ijab dari pihak
wali perempuan atau wakilnya dan Kabul dari pihak calon suami atau wakilnya.
Menurut UUP RI No. 1 Tahun 1974 ,Pernikahan ialah ikatan lahir batin
antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal bardasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. (UUP Pasal 1/Tahun 1974).

Pada pasal 2 UUP disebutkan pernikahan adalah akad yang sangat kuat untuk
mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Dalam kompilasi hukum islam di sebutkan adalah pernikahan yaitu akad yang
sangat kuat untuk mentaati perintah Allah dan merupakan ibadah. Abdurrahman
Ghazaly dalam bukunya fiqh munakahat, menyebutkan bahwa pernikahan
mengandung aspek akibat hukum, melangsungkan pernikahan adalah saling
mendapatkan hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan hubungan
pergaulan yang di landasi tolong menolong karena perkawinan termasuk
pelaksanaan agama,maka di dalamnya terkandung adanya tujuan/maksud
mengharapkan keridhoan Allah.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa


pernikahan adalah akad yang sangat kuat yang mengandung ketentuan hukum
kebolehan hubungan seksual dangan lafadz Nikah dan kata-kata yang semakna
dengannya untuk membina rumah tangga yang sakinah dan untuk mentaati
perintah Allah SWT,dan melakukannya merupakan ibadah.

2.1.1 Syarat dan Rukun Nikah

Sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.maka terlebih dahulu harus


diperhatikan hal-hal yang mendasar dari terlaksananya kegiatan tersebut,yaitu
dilengkapi syarat-syarat serta rukun-rukun dari pernikahan tersebut,pengertian
rukun adalah “rukun yang pokok dalam perkawinan adalah keridhoan dari kedua
belah pihak dan persetujuan mereka didalam ikatan tersebut.QS An-Nisa (4) ayat
3:

Artinya: “Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua,tiga,atau


empat.kemudia jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang ddemikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”.

Dari pengertian diatas dapat di jelaskan bahwa rukun adalah sesuatu yang
menjadi hakikat atas sesuatu.maka apabila rukunnya tidak terpenuhi dapat
dipastikan bahwa pernikahan tidak syah.Yang termasuk kedalam rukun
pernikahan itu adalah:

a. Calon pengantin pria


b. Calon pengantin wanita
c. Wali nikah
d. Dua orang saksi
e. Sighat (akad) ijab Kabul.

Rukun nikah merupakan bagian dari segala hal yang terdapat dalam
perkawinan yang wajib di penuhi,kalau tidak terpenuhi pada saat
berlangsung pernikahan tersebut dianggap batal. juga disertai dengan syarat-
syarat, adapun yang di maksud dengan syarat adalah sesuatu yang harus ada
dalam perkawinan,tetapi tidak termasuk salah satu bagian dari hakikat
perkawinan. Adapun mengenai syarat-syarat nikah bila merujuk kepad
Undang- undang pernikahan Nomor 1 tahun 1974,maka syarat-syarat nikah
meliputi debagai berikut:

a. Persetujuan kedua calon mempelai


b. Lelaki sudah berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun
c. Izin orang tua /pengadilan kalau belum berumur 21 tahun
d. Tidak terikat dalam satu perkawinan
e. Tidak bercerai untuk kedua kali dengan suami/istri yang sama ,yang
hendak di nikahi. Bagi janda,sudah melewati masa tunggu (iddah)
f. Memberi tahu kepada pegawai pencatat pernikahan 10 hari sebelum di
langsungkan pernikahan.
g. Tidak ada yang melakukan pencegahan
h. Tidak ada larangan karena:
a) Berhubungan darah dalam garis lurus kebawah ataupun keatas
b) berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping (saudara-
saudara orang tua, saudara nenek)
c) berhubungan semenda (mertua,anak tiri,menantu,ibu/bapak tiri)
d) Berhubungan susunan.
e) berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan
istri,dalam hal seorang suami beristri lebih dari satu orang istri.

Syarat pernikahan merupakan dasar bagi sahnya pernikahan. Jika syarat-


syaratnya terpenuhi maka pernikahannya adalah sah dan menimbulkan segala
kewajiban dan hak-hak pernikahan. Dalam islam syarat-syarat nikah di
perinci ke dalam syarat-syarat untuk mempelai laki- laki, syarat-syarat ini di
golongkan ke dalam syarat materi dan harus di penuhi agar dapat
melangsungkan pernikahan.

2.1.2 Hukum Nikah


Hukum nikah (perkawinan) yaitu hokum yang mengatur hubungan antara
manusia dengan sesamanya yang menyangkut penyaluran kebutuhan biologis
antar jenis dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat
perkawinan tersebut.

Hukum nikah menurut para ulama bermacam-macam, yaitu berdasarkan


kondisi dan situasi . Akan tetapi,Islam sangat menganjurkan umatnya yang sudah
mampu untuk menikah karena banyak hikmah yang terkandung di
dalamnya .Hukum nikah berdasarkan kondisi dan situasi ini terbagi menjadi lima:

1) Sunnat artinya nikah itu sunnah bagi orang yang telah mampu dan
berkehendak untuk menikah.
2) Wajib artinya nikah itu wajib dilaksanakan bagi mereka yang telah mampu
menikah dan jika tidak menikah ia akan terjatuh ke dalam perzinaan.
3) Mubah artinya nikah itu mubah bagi orang yang tidak terdesak oleh hal-hal
yang mengharuskan atau mengharamkan nikah.
4) Makruh artinya nikah itu makruh bagi orang yang tidak mampu untuk
nikah,yakni tidak mampu baik biaya maupun mental.
5) Haram artinya nikah itu haram hukumnya bagi orang yang berkeinginan
nikah dengan niat menyakiti atau berbuat aniaya.

Jadi, hukum pernikahan sendiri di sesuaikan berdasarkan keadaan satu


orang yang hendak atau mau menikah. Dengan keterangan di atas, kita mampu
membedakan mana hukum yang sesuai buat kasus atau keadaan yang diharuskan
maupun diharamkan menikah.

2.1.3 Hikmah dan tujuan pernikahan dalam islam


a. Hikmah Perkawinan

Islam menganjurkan umat untuk melaksanakan perkawinan sesuai dengan


tuntunan ajaran agama (islam)tidak lepas dari keutamaan dan faedah yang
tekandung di dalamnya , baik bagi dirinya sendiri,masyarakat,maupun bagi
manusia pada umunya.Berbicara masalah hikmah perkawinan Sayid Sabiq
menyatakan antara lain sebagai berikut:
1. Manusia terhindar dari perbuatan zina karena manusia memiliki naluri
seksual yang paling kuat dan eksplosif, yang selalu mendesak manusia
untuk mencari dan menemukan penyalurannya sehingga terhindar dari
kegelisahan dan keluh kesah yang akan menyeretnya kepada
penyelewengan-penyelewengan yang tidak di inginkan.
2. Perkawinan merupakan cara yang di tempuh manusia untuk berkembang
biak dan mendapatkan keturunan yang baik, serta berlangsungnya
kehidupan rumah tangga yang disertai terjaminnya kemurnian asal usul
manusia yang amat dipentingkan oleh agama islam.kemurnian asal usul
inilah yang menjadi ciri khusus manusia di bandingkan dengan makhluk
allah lainnya.
3. Dengan perkawinan naluri keibuan dan keayahan (naluri parental) akan
tumbuh dan dan menjadi sempurna.Perasaan santun dan kasih sayang akan
bersemi dan mekar,tanpa sifat-sifat tersebut maka sifat kemanusiaanya
menjadi kosong dan hampa.
4. Perkawinan akan menumbuhkan kesadaran akan tanggung jawab berumah
tangga dan membiayai anak-anak yang selanjutnya akan mendorong orang
untuk giat dan rajin berusaha serta membangkitkan kemampuan-
kemampuan pribadi dan bakat-bakat yang terpendam .
5. Dengan perkawinan akan muncul dan berkembang pembagian tugas yang di
satu pihak sesuai dengan keadaan rumah tangga, sedang di pihak lain sesuai
dengan keadaan dan suasana di luar ,di samping menentukan tanggung
jawab suami istri itu mengenai pekerjaannya masing-masing.
Landasan bagi seorang untuk melakukan suatu perbuatan pada dasarnya
adalah tujuan yang ingin diraih dari melakukan tersebut.Begitupun halnya
dengan petrnikahan,seseorang ingin melaksanakannya karena di landasi oleh
tujuan yang ingin diraih.
b. Tujuan Pernikahan
Pernikahan bertujuan untuk membentuk perjanjian (suci)antara seorang pria
dan seorang wanita yang mempunyai segi-segi perdata di antaranya adalah: a.
kesukarelaan, b. Persetujuan kedua belah pihak, c. kebebasan memilih, d. aurat.

Adapun tujuan pernikahan secara rinci dapat di kemukakakan sebagai berikut:


1. Perkawinan itu merupakan pangkal ikatan kemasyarakatan.
2. Perkawinan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biologios dan
psikologis.
3. Perkawinan bermanfaat agar orang terhindar dari penyakit.
4. Perkawinan untuk kesenangan.
5. Perkawinan untuk mendapatkan keturunan.
6. Perkawinan sebagai pelaksanaan ajaran islam.
Zakiyah Darajat dkk. Mengemukakan lima tujuan dalam pernikahan yaitu:
1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.
2. Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan
kasih sayangnya
3. Memenuhi panggilan agama ,memelihara diri dari kejahatan dan
kerusakan
4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak
serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta
kekayaan yang halal serta
5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang
tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang.

Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi hajat tabi’at


kemanusiaan, yakni hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka
mewujudkan keluarga yang bahagia, atas dasar kasih dan sayang. Tujuan
lainnya adalah untuk memperoleh keturunan dalam masyarakat dengan
mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur oleh syari’ah.

2.2 Pernikahan Usia Dini.


Pernikahan dini merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri di usia yang masih muda/remaja.
2.2.1 Pengertian dan batasan usia dini
Sebelum penulis membahas tentang pengertian pernikahan dini,terlebih
dahulu harus di ketahui batasan usia muda.Mendefinisikan usia muda (remaja)
memang tidak mudah karena kalau kita lihat sampai saat ini belum ada kata
sepakat antara para ahli ilmu pengetahuan tentang batas yang pasti mengenai
usia muda,karena menurut mereka hal ini terghantung kepada keadaan
masyarakat dimana usia muda itu di tinjau.
Ada beberapa pengertian usia muda yang di tinjau dari beberapa segi
diantaranya:Usia muda (remaja) menurut bahasa adalah Mulai dewasa,sudah
mencapai umur untuk kawin.
Masa remaja adalah suatu periode peralihan yaitu masa peralihan dari
masa kanak-kanak kepada masa dewasa. Ini berarti anak-anak pada masa ini
harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak- kanakan dan juga
harus mempelajari sikap dan pola perilaku yang baru pengganti perilaku dan
pola yang di tinggalkan. Akibat peralihan ini remaja bersikap ambivalensi. Di
situ pihak si anak remaja ingin di perlakukan sebagai orang dewasa, jangan
selalu di perintah seperti anak kecil, tetapi dilain pihak segala kebutuhannya
masih diminta dipenuhi seperti halnya pada anak-anak.
Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam
perubahan fisiknya maupun perubahan sikap dan perilakunya. Ada empat
perubahan yang bersifat universal selama merasa remaja yaitu:
1. Meningkatkan emosi, intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi, perubahan emosi ini banyak terjadi pada
masa remaja awal.
2. Perubahan fisik, perubahan peran dan minat yang di harapkan oleh
kelompok sosial menimbulkan masalah-masalah baru sehingga selama
masa ini remaja merasa di timbuni masalah.
3. Dengan berubahnya minat dan perilaku, maka nilai-nilai juga berubah.
Apa yang dianggap penting dan bernilai pada masa kanak-kanak sekarang
ini tidak lagi. Kalau pada masa kanak-kanak kuantitas di pentingkan
sekarang segi kualitas yang diutamakan
4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalensi terhadap setiap perubahan.
Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan,tetapi mereka sering takut
bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka
untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut.
Dalam Agama Islam tidak dijelaskan batasan umur remaja,tetapi hal ini
dapat dilihat ketika seseorang telah mencapai akil baligh, itu di tanda haid
(Menstruasi) yang pertama bagi perempuan sehingga sudah boleh di nikahkan
dan wanita Indonesia rata-rata haid pada usia kurang lebih 13 tahun.
Sedangkan yang laki-laki ditandai dengan bermimpi atau mengelurkan mani
(ejakulasi) dan sudah boleh menikah juga.
Mahmud Yunus mendefinisikan usia remaja dan membaginya dalam tiga
tingkatan yaitu; pra remaja 10-12 tahun, remaja awal 13-16 tahun,remaja akhir
17-21 tahun.
Menurut WHO Batasan Usia muda terbagi dalam dua bagian yaitu; usia
muda awal 10-14 tahun dan usia muda akhir 15-20 tahun.
Dari penjelasan diatas,ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang
batasan usia muda ,namun dalam hal ini penulis mencoba menyimpulkan
bahwa uisia muda itu dalah mulai dari umur 10 tahun sampai 21 tahun yang
tercakup didalamnya antara lain masa pra remaja,remaja awal dan remaja
akhir. Jadi pernikahan dini yang penulis maksud disini adalah hubungan antara
dua insan yang berlainan jenis kelamin yang didasari atas rasa suka sama suka
sebagai landasan terlaksananya ketentuan-ketentuan syariat agama untuk
membentuk mahligai rumah tangga yang sakinah mawaddah dan warahmah
yang dilakukan pada saat pasangan tersebut berusia antara 10-21 tahun.
2.2.2 Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menikah usia dini
Ketika seseorang memutuskan untuk menikah dini maka sebainya
mempersiapkan diri terlebih dahulu sehingga nantinya memiliki bekal untuk
menjalani hidup berumah tangga serta menghindari dari kemungkinan-
kemungkinan yang buruk. Hal-hal yang diperhatikan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Memiliki kesiapan merupakan faktor utama terlaksananya
pernikahan
Jika seseorang ingin melangkah menuju suatu pernikahan,maka dia
harus memiliki kesiapan sebelumnya ,kesiapan yang di maksud adalah
fisik, mental, materi, atau lainnya. Maka pernikahan akan sulit
terwujud. Kesiapan dari semua hal sangat dibutuhkan dalam
membentuk mahligai rumah tangga.Disamping menyiapkan perangkat
fisik, mental dan materi, seseorang yang akan melakukan pernikahan
seharusnya mempersiapkan hal-hal berikut;
a) Persamaan dalam tujuan pernikahan,yakni pembentukan keluarga
sejahtera
b) Persamaan pendapat tentang bentuk keluarga kelak,jumlah nak dan
arah pendidikannya.
c) Mempunyai dasar pernikahan dan hidup keluarga yang kuat
kemauan;baik toleransi dan cinta kasih.
Faktor-faktor ini harus dibereskan pemikirannya sebelum
pernikahan,apabila hal ini telah dipersiapkan sebelum pernikahan,barulah
mereka dapat membina hidup keluarga.
2. Memiliki kematangan Emosi
Kematangan emosi adalah kemanusiaan untuk menyelesaikan
diri ,menempatkan diri, dan menghadapi segala macam kondisi dengan
suatu cara dimana kita mampu untu menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang kita hadapi saat itu. Dengan memiliki kematangan
emosi seseorang dapat menjaga kelangsungan pernikahannya karena
lebih mampu mengelola perbedaan yang pasti ada dalam rumah tangga.

3. Lebih Sekedar Cinta


Ada alasan lain yang lebih baik untuk menikah sebuah pernikahan
tidak hanya didasari cinta ataupun keterkaitan pada fisik dan dorongan
seksual saja.Tetapi harus di dasari pada komitmen agar tidak terjerumus
pada hubungan perzinahan dan hanya ingin mengikuti sunnah nabi dan
mengharap ridho Allah SWT
4. Mempunyai bekal ilmu
Banyak hal yang harus dipelajari untuk menghadapi kehidupan
berumah tangga.Ada kewajiban-kewajiban maupun kebajikan-
kebajikan dalam pernikahan yang menuntut kita untuk memiliki
ilmunya. Sehingga kita bisa melaksanakan dengan baik dan tidak
menyimpan.mengajarkan ilmu agama kepada istri dan anak-anak,
mengingatkan dan menasehati Istri,mendapingi suami,dan sebagainya
butuh ilmu, bahkan untuk berjimak pun butuh ilmu tentang
sebagaimana berjimak sesuai dengan anjuran Rasulullah Saw. Untuk itu
orang yang berumah tangga ,kebutuhan bekal ilmu untuk mengurangi
bahtera rumah tangganya.
5. Kemampuan memenuhi tanggung jawab
Kemampuan memenuhi tanggung jawab yang haru di pikul oleh
seorang suami ataupun oleh seorang istri sehingga kadangkala membuat
seseorang takut melakukan pernikahan. Bagi seorang suami akan
dipenuhi tanggung jawab untuk memberiokan pakaian ,makan serta
rumah tinggal bagi istri dan anaknya.Dan bagi istri memiliki tanggung
jawab untuk melayani suami dengan sebaik-baiknya. mengatur rumah
tangga, mengurus dan mendidik anak, ketika suami bekerja, dan banyak
lagi tanggung jawab yang harus di pikul oleh pasangan suami
istri.Untuk itu,sebelum menikah pasangan ini harus siap dengan segala
tanggung jawab yang akan di pikulnya agar rumah tangga dapat
berjalan dengan baik.

6. Kesiapan menerima anak


Dalam membentuk sebuah rumah tangga tidak hanya di tuntut
kesiapan untuk menikah, tetapi juga dituntut kesiapan untuk
membentuk rumah tangga,yakni membentuk keluarga yang terdiri dari
ayah,ibu dan anak.Suami istri harus siap menerima kehadiran anak
dalam kehidupan mereka.
2.2.3 Faktor-faktor Pendorong Pernikahan Usia Muda
Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia muda
yang sering dijumpai dilingkungan masyarakat, antara lain:
a) Ekonomi
Pasangan yang menikah karena adanya faktor sulitnya kehidupan
orangtua yang ekonominya pas-pasan sehingga terpaksa menikahkan
anak gadisnya dengan keluarga yang sudah mapan perekonomiannya.
Keputusan menikah kadang kala muncul dari inisiatif anak itu sendiri
yang ingin meringankan beban ekonomi orangtuanya dengan cara
menikah pada usia muda. Dengan menikah di usia muda
merekaberharap akan dapat meringankan beban orang tuanya
b) Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak
dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan
anaknya yang masih dibawah umur.
c) Faktor orang tua
Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran
dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan
anaknya.
d) Media massa
Gencarnya ekspose seks dimedia massa menyebabkan remaja modern
kian Permisif terhadap seks.
e) Faktor adat
Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya
dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan.
2.2.4 Dampak Pernikahan Usia Muda
Berbagai dampak pernikahan usia muda dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a) Dampak positif
Dampak positif dari pernikahan usia muda sebagai berikut:
1) Menghindari perzinahan
Jika ditinjau darisegi agama Pernikahanusiamuda pada
dasarnya tidak dilarang, karena dengan dilakukannya perkawinan
tersebut mempunyai implikasi dan tujuan untuk menghindari
adanya perzinahan yang sering dilakukan para remaja yang secara
tersirat maupun tersurat dilarang baik oleh agama maupun hukum.
2) Belajar bertanggungjawab
Suatu perkawinan akan memberikan motivasi/dorongan
kepada seseorang untuk bertanggung jawab,baik pada dirinya
sendiri maupun pada orang lain (istrinya).
b) Dampak negatif
Dampak negatif dari perkawinan usia muda sebagai berikut:
1) Segi pendidikan
Seseorang yang melakukan pernikahan terutama pada usia
yang masih muda, tentu akan membawa dampak dalam dunia
pendidikan. Dapat diambil contoh, jika seseorang yang
melangsungkan pernikahan ketika baru lulus SMP atau SMA,
tentu keinginannya untuk melanjutkan sekolah lagi atau
menempuh pendidikan yang lebih tinggi tidak akan tercapai.
Selain itu belum lagi masalah ketenagakerjaan, seperti yang ada
di dalam masyarakat, seseorang yang mempunyai pendidikan
rendah hanya dapat bekerja sebagai buruh saja, dengan demikian
dia tidak dapat mengeksplor kemampuan yang dimilikinya.
2) Segi Fisik
Pasangan usia muda belum mampu dibebani suatu pekerjaan
yang memerlukan ketrampilan fisik,untuk mendatangkan
penghasilan baginya, dan mencukupi kebutuhan keluarganya.
3) Segi Mental/Jiwa
Pasangan usia muda belum siap bertanggung jawab secara
moral, pada setiap apa saja yang merupakan tanggung jawabnya.
Mereka sering mengalami kegoncangan mental,karena masih
memiliki sikap mental yang labil dan belum matang
emosionalnya.
4) Segi Kelangsungan Rumah Tangga

Perkawinan usia muda adalah perkawinan yang masih rawan


dan belum stabil, tingkat kemandiriannya masih rendah serta
menyebabkan banyak terjadinya perceraian.
3.1 Tinjauan Tingkat Pendidikan
3.1.1 Pengertian Tingkat

Pengertian tingkat menurut KBBI adalah susunan yang berlapislapis


atau berlenggek-lenggek seperti lenggek rumah, tumpuan pada tangga
(jenjang). Tinggi rendahnya martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan
peradaban, pangkat, derajat dan sebagainya).1 Tingkat merupakan suatu
pangkat, kedudukan, lapisan atau kelas suatu susunan. Dimana tingkat
sangat penting dalam kedudukan yang menandakan bahwa adanya suatu
perbedaan tinggi rendahnya suatu posisi. Dengan kata lain tingkat
merupakan pemisah antara posisi yang tinggi dengan yang rendah karena
tingkat dapat dikatakan pemisah antara pangkat yang tinggi ke pangkat yang
lebih rendah.

3.1.2 Pengertian Pendidikan

Pengertian pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa


mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan
memenuhi tujuan kehidupan secara efektif dan efisien. Pendidikan lebih dari
sekedar pengajaran, karena dalam kenyataan pendidikan adalah suatu proses
dimana suatu bangsa atau negara membina atau mengembangkan kesadaran
diri diantara individu-individu, dengan kesadaran tersebut, suatu bangsa
atau negara dapat mewariskan kekayaan budaya atau pemikiran kepada
generasi berikutnya, sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap
aspek kehidupan. Para ahli mengemukakan berbagai arti tentang pendidikan
diantaranya; menurut Zahara Idris mengatakan bahwa “Pendidikan adalah
serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan antara manusia dewasa
dengan anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media
dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak
seutuhnya”. Pendapat lain menurut M.J Langeveld mengatakan bahwa “
Pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang
masih memerlukannya”. Menurut K.H Dewantara “Pendidikan adanya daya
upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan
jasmani anak”. Pendidikan adalah suatu proses, teknik, dan metode belajar
mengajar dengan maksud mentransfer suatu pengetahuan dari seseorang
kepada orang lain melalui prosedur yang sistematis dan terorganisir yang
berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Menurut Sumitro bahwa
“Pendidikan adalah proses dalam mana potensi-potensi, kemampuan-
kemampuan, kapasitas-kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh
kebiasaan-kebiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang
baik, dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, dan digunakan
oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam
mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan”. Dari uraian diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa para ahli didik berbeda pendapat, namun dari
perbedaan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan adanya titik
persamaan yang secara ringkas dapat dikemukakan bahwa pendidikan
adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak didik
dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian.

3.1.3 Tingkat Pendidikan

Andrew E. Sikula menyatakan tingkat pendidikan adalah suatu proses


jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir,
yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual
dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Pendapat lain menurut Azyumardi
Azra menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan suatu kegiatan
seseorang dalam mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah
lakunya, baik untuk kehidupan masa kini dan sekaligus persiapan bagi
kehidupan masa yang akan datang dimana melalui organisasi tertentu
ataupun tidak terorganisir. Dalam kamus besar bahasa indonesia tingkat
pendidikan adalah tahap yang berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembagan para peserta didik, keluasaan bahan pengajaran, dan
tujuan pendidikan yang dicantumkan dalam kurikulum. Jadi dapat
simpulkan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu proses peserta didik
dalam meningkatkan pendidikan sesuai dengan jenjang yang akan di
tempuhnya dalam melanjutkan pendidikan yang ditempuh. Tingkat
pendidikan ditempuh secara manajerial atau terorganisir.

3.1.4 Indikator Tingkat Pendidikan

Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), Indikator tingkat pendidikan


terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. terdiri dari:

a. Jenjang Pendidikan
1) Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan)
tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang
pendidikan menengah.
2) Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan
dasar.
3) Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
b. Kesesuaian jurusan adalah sebelum karyawan direkrut terlebih dahulu
perusahaan menganalisis tingkat pendidikan dan kesesuaian jurusan
pendidikan karyawan tersebut agar nantinya dapat ditempatkan pada
posisi jabatan yang sesuai dengan kualifikasi pendidikannya tersebut.
Dengan demikian karyawan dapat memberikan kinerja yang baik bagi
perusahaan.

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan


berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari:

a. Pendidikan formal indikatornya adalah jenjang pendidikan


terakhir yang ditamatkan oleh pekerja, dan kesesuaian jurusan.
b. Pendidikan non formal indikatornya indikatornya relevansi
pendidikan nonformal yang pernah diikuti dengan pekerjaan
sekarang.
c. Pendidikan informal indikatornya sikap dan kepribadian yang
dibentuk dari keluarga dan lingkungan.

Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut Hasbullah adalah


sebagai berikut :

a. Ideologi. Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak


yang sama khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan
peningkatan pengetahuan dan pendidikan.
b. Sosial Ekonomi. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi
memungkinkan seseorang mencapai tingkat pendidikan yang
lebih tinggi.
c. Sosial Budaya. Masih banyak orang tua yang kurang menyadari
akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya.
d. Perkembangan IPTEK. Perkembangan IPTEK menuntut untuk
selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan agar tidak
kalah dengan negara maju.
e. Psikologi. Konseptual pendidikan merupakan alat untuk
mengembangkan kepribadian individu agar lebih bernilai.
3.1.5 Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh


kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah suatu logis bahwa
pendidikan itu harus dimulai dengan tujuan, yang diasumsikan sebagai
nilai, tanpa sadar tujuan, maka dalam praktek pendidikan tidak ada artinya.
Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketaqwaan terhadap
Tuhan yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertinggi semangat kebangsaan agar
tumbuh manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
sendiri serta bersamasama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.

Allah telah menjelaskan tujuan pendidikan dalam Al-Qur’an Q.S Ali


Imran ayat 138-139. Artinya: “(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi
manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa (138).
Dan janganlah kamu merasa lemah dan janganlah kamu bersedih hati,
padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
benar-benar beriman (139)”,

Muhammad Abduh menjelaskan tujuan pendidikan yang ingin dicapai


yakni mencakup aspek kognitif (akal), aspek efekif (moral), dan spritual.
Dengan kata lain terciptanya kepribadian yang seimbang yang tidak hanya
menekankan perkembangan akal, tetapi juga perkembangan spritual.
Sehubungan dengan itu Quraish Shihab mengemukakan pendapat Islam
mengenai pencapaian tujuan yang disyariatkan dalam Al-Qur’an yaitu
serangkaian upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam membantu
anak didik menjalankan fungsinya dimuka bumi, baik pembinaan pada
aspek material atau spiritual.

Adapun tujuan pendidikan terbagi atas empat yaitu :

a. Tujuan umum pendidikan nasional yaitu untuk membentuk manusia


pancasila.
b. Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga
pendidikan tertentu untuk mencapainya.
c. Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau mata pelajaran.
d. Tujuan instruksional yaitu tujuan materi kurikulum yang berupa
bidang studi terdiri dari pokok bahasan dan sub pokok bahasan, terdiri
atas tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.

Hubungan antara Variabel Independen dan Variabel Dependen

1.Hubungan antara Pendidikan dengan Pernikahan Usia Dini

Menurut Notoatmojo (dalam Mulyana, 2009:66) peran pendidikan dalam


hal ini sangatlah penting, dalam mengambil keputusan oleh individu lebih condong
dilihat sebagai prilaku. Terbentuknya suatu perilaku baru pada manusia dimulai
dari dominan kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus
yang berupa materi atau objek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru
pada subjek terhadap objek yang diketahui tersebut. Sedangkan dalam kelompok
kontrol hasil penelitian berbanding terbalik dengan hasil penelitian pada kelompok
kasus. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan seseorang sangat menentukan dalam
kehidupannya, baik dalam 20 mengambil keputusan, menyikapi masalah, termasuk
didalamnya kematangan psikologis maupun dalam hal lain yang lebih kompleks
(Sarwono dalam Mulyana, 2009:66-67). Adapun keputusan untuk melakukan
pernikahan dini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan sendiri serta tingkat
pendidikan orang tua. Hal ini dikarenakan semakin rendah pendidikan seseorang
maka semakin dekat dengan keputusan untuk menikah atapun menikahkan anaknya
dalam usia muda.

2. Hubungan antara Pendapatan dengan Pernikahan Usia Dini

Angka pendapatan seseorang mengambil peranan penting dalam


pengambilan keputusan untuk berkeluarga karena dalam membina sebuah
keluarga diperlukan sebuah kesiapan fisik, mental spiritual dan sosial ekonomi.
Masalah kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pernikahan
usia dini. Pernikahan usia dini dianggap sebagai suatu solusi untuk mendapatkan
mas kawin dari pihak laki-laki. Ekonomi keluarga yang rendah tidak cukup
menjamin kelanjutan pendidikan anak sehingga apabila seorang anak perempuan
telah menamatkan pendidikan dasar dan tidak melanjutkan pendidikan tinggi, ia
hanya tinggal dirumah (Mambaya, 2011).
Pendapatan seseorang merupakan suatu hal yang dapat dijadikan sebagai
sumber kelangsungan hidup. Ketika seseorang tidak berpedapatan atau
pendapatanya rendah, maka ketergantungan terhadap orang lain tentu akan lebih
besar. Berbeda dengan seseorang yang sudah memiliki pendapatan sendiri yang
mencukupi kebutuhannya, maka dia akan berusaha untuk tidak bergantung kepada
orang lain. Dalam hal ini semakin rendah pendapatan seseorang semakin tinggi
kemungkinan seseorang tersebut untuk menikah di usia dini. Pendapatan yang
rendah menjadikan orang tua ingin cepat mengawinkan anaknya agar beban
mereka cepat berkurang. Sisi lain dari perkawinan tersebut orang tua berharap
menantu meringankan kesulitan ekonomi yang sedang dialami (Mambaya, 2011).

9. Kerangka Pemikiran

Pernikahan usia dini dipengaruhi oleh pendidikan dan pendapatan.


Rendahnya pengetahuan disebabkan karena rendahnya pendidikan dan
kesempatan pengetahuan. Pendidikan yang baik, maka seseorang berpeluang
untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Pendapatan yang kurang akan
mempengaruhi banyaknya pernikahan usia dini.

Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian dapat disusun kerangka


pemikiran dapat digambarkan 2.1 :

PENDIDIKAN

KEPUTUSAN
PERNIKAHAN DINI
PENDAPATAN

Sumber : Data Diolah, 2023

Perumusan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan penelitian terdahulu, serta tinjauan
pustaka yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis diduga bahwa
pendidikan dan pendapatan berpengaruh terhadap pernikahan usia dini penduduk
kelurahan ciputat sawah lama
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

lapangan. Penelitian lapangan pada hakikatnya merupakan metode untuk

menemukan secara khusus dan realistis apa yang telah terjadi pada suatu saat

di tengah masyarakat. Dengan mengadakan penelitian mengenai beberapa

masalah aktual yang kini tengah berkecamuk dan mengekspresikan diri dalam

bentuk gejala atau proses sosial.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Yang mana, pendekatan kualitatif sebenarnya merupakan tata cara

penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu apa yang dikatakan oleh

responden secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata. Yang diteliti dan

dipelajari adalah objek penelitian yang utuh.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena sosial dan

memperbanyak pemahaman secara mendalam tentang objek penelitian.Yang

mana, pada dasarnya peneliti secara pribadi aktif berinteraksi dengan subjek

penelitian dan peneliti bebas menggunakan invitasi dan dapat memutuskan

bagaimana merumuskan pertanyaan.Dengan pendekatan ini, peneliti langsung

terjun ke lapangan untuk mengerti dan memahami gejala yang diteliti,

kemudian melakukan wawancara dengan subjek untuk mendapatkan data

yang valid.
C. Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan riset memilih lokasi di Kelurahan Sawah Lama,

Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Karena di kelurahan sawah lama itu sendiri

banyak terjadi pernikahan dini seperti yang ditulis pada anak judul, yang

mana lokasi yang peneliti teliti adalah tempat di mana peneliti tinggal di sana.

Jadi lebih memudahkan peneliti untuk mencari informasi. Maka dari itu

peneliti memilih lokasi tersebut dengan harapan bisa bermanfaat bagi

mahasiswa dan masyarakat setempat. Sehingga lebih memiliki kesadaran

hukum yang berlaku.

D. Sumber Data

1.Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data asli yang langsung diterima dari

orang yang di wawancara. Data yang dikumpulkan ini sifatnya benar-

benar orisinil.Sumber data ini bisa diperoleh melalui wawancara atau

interview langsung kepada beberapa subjek yang melaksanakan

perkawinan di bawah umur dan petugas Kelurahan ( Agam selaku ketua

Kelurahan) yang mengetahui perkawinan dan menggunakan kuesioner.


b. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa, hal-hal,

keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh

elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian. Sedangkan

teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti, meliputi:

1) Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya, dapat diberikan secara langsung atau melalui pos atau

internet. Jenis angket ada dua, yaitu tertutup dan terbuka. Kuesioner yang

digunakan dalam hal ini adalah kuesioner tertutup yakni kuesioner yang

sudah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih dan

menjawab secara langsung (Sugiyono, 2008: 142).

Kuesioner ini ditujukan kepada para remaja yang sudah menikah

dini untuk mengetahui persepsi responden tentang pengaruh pernikahan

dini terhadap tingkat Pendidikan.


2) Wawancara (Interview)

Dalam pelaksanaan penelitian, interview bukan berupa alat yang

terpisah atau khusus, melainkan merupakan suplemen bagi metode dan

teknik lainnya. Interview adalah percakapan dengan cara bertatap muka

yang tujuannya memperoleh informasi faktual, untuk menaksir dan

menilai kepribadian individu, atau untuk tujuan-tujuan konseling,

penyuluhan, terapeutis. Dari pengertian interview di atas, wawancara

merupakan cara yang digunakan seseorang untuk tujuan satu tugas

tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari

seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan

orang itu untuk meminta suatu keterangan. Dan disini peneliti akan

mewawancarai pelaku pernikan dini,orang tua yang terkait, kepala

Kelurahan, petugas-petugas Kelurahan, Tokoh masyarakat (Kyai, ustad,

Guru-guru agama, orang yang disegani di desa setempat), dan itu sebagai

pembanding pembanding untuk obyektifan penelitian. selain itu juga untuk

mengetahui bagaiman proses secara rinci strategi KUA, dan Tokoh

Masyarakat dalam mencegah pernikahan dini dan juga di harapkan

mendapat jawaban hasil dan hambatan yang di hadapi oleh KUA dan

Tokoh Masyarakat dalam mencegah pernikahan dini..


c. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dengan lengkap di lapangan,

selanjutnya diolah dan dianalisis untuk menjawab masalah penelitian.

Adapun untuk menjawab masalah penelitian tentu saja data yang

didapat perlu diorganisasikan dengan menggunakan analisis deskriptif

kualitatif, dimana deskriptif merupakan laporan penelitian yang berisi

kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan

tersebut. 5Dan dalam pengolahan data perlu melalui beberapa tahapan

untuk menyimpulkan suatu realita dan fakta dalam menjawab sebuah

persoalan. Tahap-tahap pengolahan data diantaranya:


a. Proses Editing

Pada proses atau cara ini harus pertama kali dilakukan

dengan meneliti kembali catatan atau informasi yang diperoleh

dari data di lapangan untuk mengetahui apakah catatan atau

informasi tersebut sudah cukup baik atau belum, dan dapat

segera dipersiapkan untuk keperluan proses berikutnya. Peneliti

mengamati kembali data-data yang telah diperoleh di lapangan

melalui wawancara dan catatan di lapangan pada saat penelitian

kemudian memilah apakah data yang telah ada sudah cukup

untuk keperluan analisis atau cukup yang berkaitan dengan

penelitian.

b. Classifying

Seluruh data baik yang berasal dari hasil wawancara

pada KUA dan Tokoh Masyarakat, komentar peneliti dan

dokumen yang berkaitan akan dibaca dan ditelaah

(diklasifikasikan) secara mendalam. Sehingga data yang ada

hanya yang berkaitan dengan rumusan masalah atau tujuan

penelitian.

c. Verifying

Setelah data yang diperoleh diedit dan diklasifikasikan,

langkah selanjutnya adalah verifikasi data, yaitu pengecekan

kembali untuk memperoleh keabsahan data sehingga data-data

yang ada dapat diakui oleh pembaca. Atau dengan kata lain
verifikasi data yaitu sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada

saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam

bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum. 6

d. Analysing

Dari berbagai data yang diperoleh dari penelitian ini,

maka tahap berikutnya adalah analisis data untuk memperoleh

kesimpulan akhir. Analisis data adalah proses penyusunan data

agar data tersebut dapat ditafsirkan.7 Analisis data merupakan

rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,

penafsiran dan verifikasi data yang telah di dapat dari observasi

yang dilakukan langsung di Desa Taman sari, wawancara

kepada KUA dan Tokoh Masyarakat,.

Untuk memperoleh tujuan dari hasil penelitian ini,

maka menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerjasama dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutus apa

yang dapat diceritakan pada orang lain.


Dari hasil wawancara yang penulis dapatkan akan dianalisis

dengan beberapa buku tentang pernikahan dan juga dengan

undang-undang NO. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

e. Concluding

Concluding adalah merupakan hasil suatu proses. 9

Pengambilan kesimpulan dari proses penelitian yang menghasilkan

suatu jawaban yang menjadi generalisasi yang telah dipaparkan

dibagian latar belakang.10 Di dalam metode ini penulis membuat

kesimpulan dari semua data-data yang telah diperoleh dari semua

kegiatan penelitian yang sudah dilakukan baik melalui wawancara

kepada KUA dan Tokoh Masyarakat maupun dokumen yang

bersangkuta dengan pernikahan dini.

.
1. Pendekatan Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang dijadikan untuk penelitian ini yaitu Kelurahan Sawah
Lama, Jl. Cendarawasih Raya No. 2, Sawah Lama, Ciputat, Kota Tangerang Selatan,
Banten. Waktu peneltian dilaksanakan pada bulan Juni 2023.

2. Sumbe
3. r Data
Sumber data yang di kumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data skunder
yaitu:
a) Data Primer
Data primer digunakan dan dibutuhkan sebagai data untuk memperoleh informasi
secara valid. Penelitian ini, data primer yang didapatkan melalui penelitian lapangan,
baik yang diperoleh dari pengamatan secara langsung ataupun wawancara melalui
informan. Maka dari itu, dalam mengumpulkan data primer melalui observasi dan
wawancara oleh pihak terkait dengan masalah pernikahan dini terhadap tingkat
Pendidikan yang di bahas menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan
sebelumnya.
b) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung berupa catatan yang diambil dari buku,
skripsi, artikel, jurnal, buku elektronik, media massa, website, dan literatur lainnya
yang berkaitan dengan penelitian.

4. Populasi dan Sampel


a) Populasi
Menurut Hadari Nawawi, populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang
dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan-hewan, tumbuhan-tumbuhan, gejala-
gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah para pasangan suami istri yang menikah dini
di Kelurahan Ciputat. Yang memiliki karakteristik ialah yang pernah melakukan
pernikahan usia dini dan umur saat menikah mulai usia 17 sampai 19 tahun yang
berjumlah 110, yang terdiri dari 15 orang perempuan dan 15 orang laki-laki.
b) Sampel
Sampel adalah sebagian dari subjek penelitian yang dipilih dan di anggap
mewakili keseluruhan. Menurut Kartini, sampel adalah contoh, monster, representan
atau wakil dari satu populasi yang cukup besar jumlahnya, yaitu satu bagian dari
keseluruhan yang dipilih, dan representative sifatnya dari keseluruhannya. Adapun
pengambilan sampelnya yaitu dengan teknik snow ball dengan orang tua yang
memiliki anak yang pernah melakukan pernikahan dini.

5. Operasional variabel penelitian


Definisi operasional dalam variabel penelitian ialah suatu atribut atau sifat atau nilai
dari obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015).
Variabel Definisi
Pernikahan dini (variabel X) Pernikahan dini adalah akad nikah yang
dilangsungkan pada usia dibawah kesesuaian
aturan yang berlaku. Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan menyebutkan bahwa
perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan
wanita sudah mencapai umur 19 tahun.

Tingkat pendidikan (variabel Y) Tingkat pendidikan adalah tahapan


pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan
yang akan dicapai dan kemauan yang
dikembangkan.

6. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data atau (data collection) adalah proses riset dimana peneliti
menerapkan metode ilmiah dalam mengumpulkan data secara sistematis untuk
dianalisa.
Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara
langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden
dicatat atau direkam dengan alat perekam (Irawan Soehartono 2011, 67). Wawancara
dalam penelitian kuantitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi
secara jelas dari informan. Melaksanakan teknik wawancara berarti melakukan
interaksi komunikasi atau percakapan antara pewawancara (interviewer) dan
terwawancara (interviewee) dengan maksud menghimpun informasi dari
terwawancara (interviewee).
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden secara
langsung maupun tidak langsung.

7. Teknik analisis data


Penelitian ini pengumpuan data nya menggunakan kuisioner. Menurut Sugiyono
(2017:142) kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Dalam kuisioner ini menggunakan skala liker sebagai pengujkuran
variabelnya. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indiktor variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan
(Sugiyono, 2012:133). Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka dapat diberi skor
dari skala likert, yaitu :

Skor skala likert


Skor Jawaban

1 Tidak setuju

2 Setuju

Anda mungkin juga menyukai