Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH PERSEPSI ORANG TUA, LINGKUNGAN

SEKOLAH DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT


SISWA DALAM PEMILIHAN JENJANG SEKOLAH
LANJUTAN PADA SISWA KELAS IX MTs. AL AMIN
TABANAN

PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
TRI AYU WAHYUNI
NIM. 2129031011

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-

Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan proposal penelitian

kualitatif dengan judul “Pengaruh Persepsi Orang Tua, Lingkungan Sekolah dan

Teman Sebaya Terhadap Minat Siswa dalam Pemilihan Jenjang Sekolah Lanjutan

pada Siswa Kelas IX MTs. Al Amin Tabanan” . Proposal ini disusun untuk

memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Kualitatif.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal penellitian ini tidak akan

selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I Gusti Ketut Arya Sunu, M.Pd selaku Koordinator Program Studi

Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana Undiksha yang telah

memberika support kepada seluruh mahasiswa untuk dapat mengerjakan

semua tugas kuliah dengan baik dan tepat waktu

2. Orang tua yang telah memberikan semangat dan doa tulus untuk keberhasilan

Pendidikan kami

3. Buah hati saya Ataya Bagaskara Haidar Arhab yang menjadi alasan untuk

penulis meneruskan studi ini

4. Teman-teman seperjuangan di S2 Administrasi Pendidikan yang selalu

kompak dan saling memberikan semangat untuk dapat terus maju dan

menyelesaikan Pendidikan ini bersama-sama.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik

mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan.

2
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan

proposal penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian

ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Tabanan, Mei 2022

Penulis

Tri Ayu Wahyuni

NIM. 2129031011

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berbagai kemajuan telah banyak dicapai bangsa Indonesia dari

serangkai pembangunan yang telah dilakukan secara berkesinambungan

selama pelaksanaan tahapan pembangunan hingga saat ini baik dalam sektor

ekonomi, pendidikan, maupun sektor-sektor lainnya. Kemajuan dari berbagai

sektor yang ada dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan cita-cita ideal dari

pelaksanaan pembangunan yakni mewujudkan masyarakat adil dan makmur

sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Salah satu sektor pembangunan yang sudah dilaksanakan adalah

menempatkan pendidikan pada posisi dan peran yang sangat strategis dalam

akselerasi pembagunan. Peran itu secara prinsip mengarah pada adanya suatu

tujuan yakni meningkatkan kemakmuran (prosperity) masyarakat secara

keseluruhan disamping sebagai langkah untuk mewujudkan investasi sumber

daya manusia (human investment) yang penting di era globalisasi ini.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)

Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

4
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai misi yang

mulia untuk menyiapkan siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan.

Oleh sebab itu, setiap personil sekolah harus berinteraksi dalam suatu sistem

pendidikan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Para pelaksana

pendidikan harus berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan mutu

penididikan.

Siswa adalah seseorang yang mengalami pertumbuhan dan

perkembangan sesuai dengan usianya, dimana pertumbuhan dan

perkembangan itu akan mempengaruhi perilaku dirinya. Siswa terutama pada

rentang usia remaja merupakan masa perkembangan yang sulit bagi individu.

Pada masa ini memungkinkan timbulnya berbagai konflik diri dan sosial. Jika

individu dapat menjalankan tugas perkembangannya dengan baik maka

mereka akan siap untuk menjalankan tugas perkembangannya secara optimal.

Jika tidak,mereka akan mengalami kesulitan emosional dan akan mengalami

hambatan dalam mencapai tahap perkembangan berikutnya.

Dalam proses perkembangannya, siswa sebagai makhluk sosial dan

makhluk individu dipengaruhi o1eh bermacam-macam hal. Secara garis

besarnya dapat dibagi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu

dan faktor yang berasal dari luar diri individu. Kedua faktor tersebut pada

hakikatnya dapat menimbulkan masalah, yang nantinya dapat berpengaruh

pada hasil belajar dan juga dalam kehidupan individu siswa tersebut.

5
Dalam kegiatan belajar diharapkan adanya perubahan-perubahan

menuju perbaikan. Perubahan kearah perbaikan maupun peningkatan ini

biasanya tunjukkan dengan adanya keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar

yang baik sangat perlu untuk membuktikan bahwa proses belajar yang

dilakukan sudah dapat terlaksana dengan baik atau tidak, serta untuk

menentukan langkah-langkah maupun usaha yang perlu untuk dilakukan

dalam belajar.

Hasil belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika

mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman,

hambatan, dan gangguan. Siswa yang mengalami ancaman, hambatan, dan

gangguan dalam belajarakan berakibat adanya masalah dalam belajar.

Djamarah menegaskan bahwa pada tingkat tertentu memang ada

siswa yang dapat menyelesaikan masalahnya dengan sendiri tanpa melibatkan

orang lain, tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena siswa belum mampu

mengatasi masalah sendiri maka bantuan guru atau orang lain sangat

dibutuhkan oleh siswa. Disadari atau tidak masalah belajar pasti akan datang

pada siswa. Namun begitu usaha demi usaha harus tetap diupayakan dengan

berbagai strategi dan pendekatan agar siswa dapat dibantu keluar dari masalah

belajar. Sebab bila tidak gagallah siswa meraih hasil belajar yang memuaskan.

Selain masalah dalam belajar, siswa juga sering mengalami masalah

dalam menentukan pilihan sekolah lanjutan. Pemilihan sekolah lanjutan ini

diantara siswa kadang belum mampu menentukan pilihan bahkan pilihannya

juga terkadang dipengaruhi oleh teman-temannya. Faktor minat juga tidak

kalah penting dalam menentukan sekolahlanjutan. Minat pada dasarnya adalah

6
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas. Minat

seseorang dalam menentukan sekolah lanjutan dapat dipengaruhi dari fak tor

internal seperti munculnya kesadaran diri dari diri individu untuk memilih

sekolah lanjutan karena suka dengan kualitas pendidikan di sekolah tersebut

atau ia merasa cocok dengan kemampuan yang ia miliki terhadap pelajaran

yang ada disana, dan ada juga faktor eksternal yang mempengaruhi seperti

ajakan teman, anjuran orang tua dan juga promosi yang dilakukan oleh pihak

sekolah. Masih banyak juga di temui orang tua yang memaksakan anaknya

untuk masuk disekolah yang diinginkan oleh orang tuanya dan tidak

mendengarkan apa keinginan dan tanpa mempertimbangkan minat dan

kemampuan anaknya. Pada kasus ini anak biasanya cendrung tertekan karena

apa yang ia inginkan tak sesuai dengan keinginan orang tuanya.

Yayasan Al amin Tabanan adalah sebuah Yayasan Pendidikan yang

menaungi 4 jenjang pendidikan mulai dari RA/TK, MI/SD, MTs./SMP dan

MA/SMA. Berada di pusat kota Tabanan membuat Yayasan Al Amin menjadi

Yayasan Pendidikan yang banyak diminati oleh orang tua untuk

menyekolahkan anaknya. Hal ini terbukti dengan besarnya animo masyarakat

untuk mendaftarkan putra-putrinya di madrasah yang dinaungi oleh Yayasan

Al Amin, yaitu RA Al Amin, MI. Al Amin dan MTS. Al Amin. Namun

kondisi berbeda dialami oleh jenjang pendidikan MA. Al Amin. Sejak awal

berdiri animo masyarakat untuk mendaftarkan putra putrinya di MA Al Amin

Tabanan masih rendah apabila dibandingkan dengan unit satuan pendidikan

lainnya. Hal ini tentunya menjadi fokus perhatian dari segenap pengurus

Yayasan Al Amin, Kepala Madrasah dan juga Dewan Guru untuk bisa

7
menarik lebih banyak lagi lulusan SMP/MTs baik yang berasal dari MTs. Al

Amin sendiri ataupun dari SMP/MTs lainnya. Khusus untuk siswa MTs. Al

Amin, beberapa langkah yang dilakukan Yayasan Al Amin untuk

meningkatkan animo lulusan MTs. Al Amin agar dapat melanjutkan ke MA.

Al Amin diantaranya:

1. Tidak menerima kunjungan sosialisasi PPDB dari MA/SMA/SMK selain

MA. Al Amin Tabanan

2. Memberikan potongan biaya pendaftaran bagi lulusan MTs. Al Amin

Tabanan

3. Memberikan beasiswa pendidikan bagi lulusan MTs. Al Amin

Selain berfokus pada siswa MTs Al amin sebagai sasaran utama, Yayasan Al

Amin juga melakukan banyak perbaikan dari segi sarana prasarana dan

sumber daya manusia untuk dapat menarik lebih banyak lagi animo

masyarakat. Namun pada akhirnya meski jumlah siswa baru pada MA. Al

Amin Tabanan mulai mengalami peningkatan namun jumlahnya masih belum

mencapai target yang ditentukan. Terutama yang berasal dari siswa alumni

MTs. Al Amin yang masih kurang berminat untuk melanjutkan ke MA. Al

Amin.

Berdasarkan observasi awal banyak siswa MTs Al Amin kesulitan

menentukan pilihan untuk memilih jenjang sekolah lanjutan, yang disebabkan

karena: (1) adanya perbedaan antara minat siswa dengan orang tua, (2) adanya

pengaruh lingkungan teman sebaya sehingga pilihan sekolah lanjutan

cenderung ditentukan karena mengikuti pilihan teman sebaya. Kondisi inilah

yang akhirnya membuat penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul

8
“Pengaruh Persepsi Orang Tua, Lingkungan Sekolah dan Teman Sebaya

terhadap Minat Siswa dalam Pemilihan Jenjang Sekolah Lanjutan pada Siswa

Kelas IX MTs Al Amin Tabanan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka ditentukan rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh antara persepsi orang tua terhadap pemilihan jenjang

sekolah lanjutan pada siswa kelas IX MTs. Al amin Tabanan

2. Apakah ada pengaruh antara minat siswa terhadap pemilihan jenjang

sekolah lanjutan pada siswa kelas IX MTs. Al amin Tabanan

3. Apakah ada pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap pemilihan

jenjang sekolah lanjutan pada siswa kelas IX MTs. Al amin Tabanan

4. Apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama antara persepsi orang tua,

minat siswa dan lingkungan teman sebaya terhadap pemilihan jenjang

sekolah lanjutan pada siswa kelas IX MTs. Al Amin Tabanan

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara persepsi orang tua terhadap

pemilihan jenjang sekolah lanjutan pada siswa kelas IX MTs. Al amin

Tabanan

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara minat siswa terhadap

pemilihan jenjang sekolah lanjutan pada siswa kelas IX MTs. Al amin

Tabanan

9
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh lingkungan teman sebaya

terhadap pemilihan jenjang sekolah lanjutan pada siswa kelas IX MTs. Al

amin Tabanan

4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama antara

persepsi orang tua, minat siswa dan lingkungan teman sebaya terhadap

pemilihan jenjang sekolah lanjutan pada siswa kelas IX MTs. Al Amin

Tabanan

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:

1. Untuk instansi terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak

Yayasan Al Amin terkait hal-hal yang mempengaruhi siswa dalam

menentukan jenjang sekolah lanjutan, serta untuk menentukan kebijakan

dan program-program yang dapat menarik lebih banyak animo masyarakat

untuk mendaftar di unit-unit satuan pendidikan al amin khususnya MA. Al

Amin.

2. Untuk siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam menentukan

jenjang sekolah lanjutan sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan informasi

terkait hal-hal yang mempengaruhi minat siswa dalam menentukan jenjang

sekolah lanjutan.

10
11
BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN PUSTAKA

1. PERSEPSI ORANG TUA

a. Persepsi

Sebelum terjadi persepsi pada manusia, diperlukan sebuah stimulasi

yang harus ditangkap melalui organ tubuh yang bisa digunakan

sebagai alat bantunya untuk memahami lingkungan. Alat bantu itu

dinamankan alat indra. Indra saat ini secara universal diketahui adalah

hidung, mata, telinga, lidah, dan kulit. Kelima alat indra tadi memiliki

fungsi-fungsi tersendiri.

Persepsi dalam arti sempit ialah pengelihatan, bagaimana cara

seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas persepsi ialah

pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana cara orang memandang

atau mengartikan sesuatu.

Persepsi adalah proses saat seseorang mengatur dan guna memberikan

arti bagi lingkungan mereka. Perilaku Individusering kali didasarkan

pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataannya itu

sendiri. Selain itu, persepsi merupakan proses penilaian seseorang

terhadap obyek terntentu. Proses diterimanya rangsangan berupa

obyek, kualitas hubungan, gejala, maupun peristiwa sampai

rangsangan disebut persepsi.

12
Persepsi adalah aktivitas mengindra dan memberikan penilaian pada

obyek-obyek fisik maupun obyek social. Pengindraan tersebut

tergantung pada stimulus fisik dan stimulus social yang ada

dilingkungan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui persepsi

adalah mengungkapkan tentang pengalaman suatu benda ataupun

suatu kejadian yang dialami. Dalam persepsi terdapat aspek-aspek

yang bisa dipengaruhi oleh proses persepsi tersebut, yaitu:

1. Kognisi

Aspek kognisi merupakan aspek yang melibatkan cara berfikir,

mengenali, memaknai, suatu stimulus yang diterima oleh panca

indera, pengamalan atau yang pernah dilihat dalam kehidupan

sehari-hari. Aspek kognitif didasarkan atas konsep suatu

informasi, aspek kognitif ini juga didasarkan pada pengalaman

pribadi dan apa yang dipelajari.

a. Afektif

Aspek afektif merupakan aspek yang membangun aspek kognitif.

Aspek afektif ini mencakup cara individu dalam merasakan,

mengekspresikan emosi terhadap stimulus berdasarkan nilai-nilai

dalam dirinya yang kemudian mempengaruhi persepsinya.

b. Ciri-Ciri Persepsi

Adapun ciri-ciri umum persepsi adalah:

13
1) Rangsangan-rangsangan diterima harus harus diterima sesuai

modalitas sesuai tiap-tiap indera, artinya sifat masing-masing

sesuai tugas dan fungsinya.

2) Dunia persepsi mempunyai sifat ruangan kita dapat

mengatakan atas-bawah tinggi-rendah dan lain-lainnya.

3) Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-

lambat, tua muda.

4) Obyek-obyek atau gejala dalam dunia mempunyai dunia

pengamatan struktur yang menyatu dengan konteknya.

Contohnya kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi dalam

ruang tertentu dan posisi tertentu.

5) Dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cenderung

melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang

mempunyai makna bagi kita dan berhubungan dengan tujuan

dalam diri kita

Dimensi penginderaan tergantung sifat yang diterima rangsangan

sehingga kita punya pengalaman inderawi yang dapat kita

paparkan. Ada 4 dimensi yaitu :

1) Intesitas artinya kuat lemahnya pengindraan suatu rangsangan

tertent

2) Eksentsitas artinya penghayatan terhadap objek.

3) Lamanya pengindraan dapat langsung ataupun lama.

4) Kualitas artinya kita dapat membedakan kualitas produk

c. Proses Terjadinya Persepsi

14
Proses terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam

tahap-tahap berikut:

1) Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama

proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses

ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.

2) Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses

fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang

diterima oleh reseptor (alat indra) melalui saraf-saraf sensoris.

3) Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama

proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran

individu tentang stimulus yang diterima reseptor.

4) Tahap keempat, merupakan hasil yang diproleh dari proses

persepsi yaitu tanggapan dan perilaku

b. Orang tua

1. Pengertian Orang Tua

Banyak dari kalangan para ahli yang mengemukakan pendapatnya

tentang pengertian orang tua, yaitu menurut Miami yang dikutip oleh

Kartini Kartono, dikemukakan “Orang tua adalah pria dan wanita

yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul

tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang

dilahirkannya“.

Maksud dari pendapat di atas, yaitu apabila seorang laki-laki dan

seorang perempuan telah bersatu dalam ikatan tali pernikahan yang

sah maka mereka harus siap dalam menjalani kehidupan berumah

15
tangga salah satunya adalah dituntut untuk dapat berpikir serta

begerak untuk jauh ke depan, karena orang yang berumah tangga akan

diberikan amanah yang harus dilaksanakan dengan baik dan benar,

amanah tersebut adalah mengurus serta membina anak-anak mereka,

baik dari segi jasmani maupun rohani. Karena orang tualah yang

menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.

Seorang ahli psikologi Singgih D Gunarsa dalam bukunya psikologi

untuk keluarga mengatakan, orang tua adalah dua individu yang

berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan,

pendapat dan kebiasaan- kebiasaan sehari-hari.

Dalam hidup berumah tangga tentunya ada perbedaan antara suami

dan istri, perbedaan dari pola pikir, perbedaan dari gaya dan

kebiasaan, perbedaan dari sifat dan tabiat, perbedaan dari tingkatan

ekonomi dan pendidikan, serta banyak lagi perbedaan-perbedaan

lainya. Perbedaanperbedaan inilah yang dapat mempengaruhi gaya

hidup anak-anaknya, sehingga akan memberikan warna tersendiri

dalam keluarga. Perpaduan dari kedua perbedaan yang terdapat pada

kedua orang tua ini akan mempengaruhi kepada anak-anak yang

dilahirkan dalam keluarga tersebut. Pendapat yang dikemukakan oleh

Thamrin Nasution adalah orang tua adalah setiap orang yang

bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga

yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.

Seorang bapak atau ayah dan ibu dari anak-anak mereka tentunya

memiliki kewajiban yang penuh terhadap keberlangsungan hidup bagi

16
anak-anaknya, karena anak memiliki hak untuk diurus danan dibina

oleh orang tuanya hingga beranjak dewasa.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas

dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua orang tua memiliki

tanggung jawab dalam membentuk serta membina anak-anaknya baik

dari segi psikologis maupun fisiologis. Kedua orang tua dituntut untuk

dapat mengarahkan dan mendidik anaknya agar dapat menjadi

generasi-generasi yang sesuai dengan tujuan hidup manusia.

2. Tugas dan Peran Orang Tua

Setiap orang tua dalam menjalani kehidupan berumah tangga tentunya

memiliki tugas dan peran yang sangat penting, ada pun tugas dan

peran orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai berikut.

(1). Melahirkan, (2). Mengasuh, (3). Membesarkan, (4). Mengarahkan

menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norma-norma dan

nilai-nilai yang berlaku. Disamping itu juga harus mampu

mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memberi teladan

dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh

tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Anak-anak yang tumbuh

dengan berbagai bakat dan kecenderungan masing-masing adalah

karunia yang sangat berharga, yang digambarkan sebagai perhiasan

dunia.

Beberapa penelitian yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti

yang di kemukakan dalam majalah rumah tangga dan kesehatan

bahwa orang tua berperan dalam menentukan hari depan anaknya.

17
Secara fisik supaya anak-anaknya bertumbuh sehat dan berpostur

tubuh yang lebih baik, maka anak-anak harus diberi makanan yang

bergizi dan seimbang. Secara mental anak-anak bertumbuh cerdas dan

cemerlang, maka selain kelengkapan gizi perlu juga diberi motivasi

belajar disertai sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan secara

sosial supaya anak-anak dapat mengembangkan jiwa sosial dan budi

pekerti yang baik mereka harus di beri peluang untuk bergaul

mengaktualisasikan diri, memupuk kepercayaan diri seluas-luasnya.

Bila belum juga terpenuhi biasanya karena soal teknis seperti

hambatan ekonomi atau kondisi sosial orang tua.

Orang tua yang tidak memperdulikan anak-anaknya, orang tua yang

tidak memenuhi tugas-tugasnya sebagai ayah dan ibu, akan sangat

berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup anak-anaknya.

Terutama peran seorang ayah dan ibu adalah memberikan pendidikan

dan perhatian terhadap anak-anaknya. Sebagaimana dikemukakan,

perkembangan jiwa dan sosial anak yang kadang-kadang berlangsung

kurang mantap akibat orang tua tidak berperan selayaknya. Naluri

kasih sayang orang tua terhadap anaknya tidak dapat dimanifestasikan

dengan menyediakan sandang, pangan, dan papan secukupnya. Anak-

anak memerlukan perhatian dan pengertian supaya tumbuh menjadi

anak yang matang dan dewasa.

Dalam berbagai penelitian para ahli dapat dikemukakan beberapa hal

yang perlu di berikan oleh orang tua terhadap anaknya, sebagaimana

diungkapkan sebagai berikut : 1. Respek dan kebebasan pribadi. 2.

18
Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik. 3. Hargai

kemandiriannya. 4. Diskusikan tentang berbagai masalah. 5. Berikan

rasa aman, kasih sayang, dan perhatian. 6. Anak-anak lain perlu di

mengerti. 7. Beri contoh perkawinan yang bahagia.

Dari beberapa poin yang telah dikemukakan para ahli di atas dapat

dipahami bahwa banyak hal yang harus dilakukan oleh orang tua

dalam melakukan tugas serta peran mereka sebagai orang tua, yaitu

harus respek terhadap gerak-gerik anaknya serta memberikan

kebebasan pribadi dalam mengembangkan bakat serta menggali

potensi yang ia miliki, orang tua dalam menjalani rumah tangga juga

harus dapat menciptakan rumah tangga yang nyaman, sakinah serta

mawaddah sehingga dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada

anak-anaknya, orang tua harus memiliki sikap demokratis. Ia tidak

boleh memaksakan kehendak sehingga anak akan menjadi korban, ia

harus betul-betul mengerti, memahami, serta memberikan kasih

sayang dan perhatian yang penuh. Orang tua yang tidak memenuhi

peran dan tidak menjalankan tugas tugasnya seperti apa yang

dijelaskan di atas, maka anak-anak hidupnya menjadi terlantar, ia akan

mengalami kesulitan dalam menggali potensi dan bakat yang ia miliki.

Orang tua perlu membina anak agar mau berprestasi secara optimal,

karena kalau tidak berarti suatu penyia-nyiaan terhadap

bakatbakatnya. Pembinaan dilakukan dengan mendorong anak untuk

mencapai prestasi yang sesuai dengan kemampuannya. Ada pula

orang tua, karena tingkat pendidikan mereka sendiri terbatas, karena

19
acuh tak acuh atau karena kurang memperhatikan anak, pendidikan

anak, tidak peka dalam pengamatan ciri-ciri kemampuan anaknya.

Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi bagi pengembangan

kepribadian anak dalam hal ini orang tua harus berusaha untuk

menciptakan lingkungan keluarga yang sesuai dengan keadaan anak.

Dalam lingkungan keluarga harus diciptakan suasana yang serasi,

seimbang, dan selaras, orang tua harus bersikap demokrasi baik dalam

memberikan larangan, dan berupaya merangsang anak menjadi

percaya diri. Pendapat lain tentang peran dan tugas orang tua adalah

sebagai berikut, komunikasi ibu dan ayah dalam keluarga sangat

menentukan pembentukan pribadi anak-anak di dalam dan di luar

rumah. Selanjutnya dikatakan bahwa seorang ayah umumnya

berfungsi sebagai dasar hukum bagi putra-putrinya, sedangkan

seorang ibu berfungsi sebagai landasan moral bagi hukum itu sendiri.

Tugas-tugas serta peran yang harus dilakukan orang tua tidaklah

mudah, salah satu tugas dan peran orang tua yang tidak dapat

dipindahkan adalah mendidik anak-anaknya. Sebab orang tua

memberi hidup anak, maka mereka mempunyai kewajiban yang

teramat penting untuk mendidik anak mereka. Jadi, tugas sebagai

orang tua tidak hanya sekadar menjadi perantara makhluk baru dengan

kelahiran, tetapi juga memelihara dan mendidiknya, agar dapat

melaksanakan pendidikan terhadap anakanaknya, maka diperlukan

adanya beberapa pengetahuan tentang pendidikan.

20
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas

penulis dapat memberikan suatu kesimpulan bahwa orang tua harus

memperhatikan lingkungan keluarga, sehingga dapat menciptakan

lingkungan yang sehat, nyaman, serasi serta lingkungan yang sesuai

dengan keadaan anak. Komunikasi yang dibangun oleh orang tua

adalah komunikasi yangn baik karena akan berpengaruh terhadap

kepribadian anak-anaknya.

3. LINGKUNGAN SEKOLAH

a. Pengertian Lingkungan Sekolah

4. LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA

Menurut pendapat John W Santrock (2003:219), yang merupakan teman

sebaya ( peers ) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau

tingkat kedewasaan yang sama. Sedangkan menurut Vembriarto

(2003:54), kelompok sebaya adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah

individu yang sama. Pengertian sama disini berarti individuindividu

anggota kelompok sebaya itu mempunyai persamaanpersamaan dalam

berbagai aspeknya. Persamaan yang penting terutama terdiri atas

persamaan usia dan status sosialnya.

Menurut Santrock (2003: 236) hampir semua hubungan dari teman

sebaya pada masa remaja dapat dikategorikan menjadi 3 bentuk, yaitu

persahabatan individual, kerumunan, dan klik. Kerumunan merupakan

bentuk yang terbesar dari teman sebaya, mempunyai cakupan yang luas,

dan hubungannya paling tidak individual di teman sebaya. Anggota

kerumunan teman sebaya bertemu karena ada kesamaan minat dalam

aktivitas. Klik merupakan kelompok dari teman sebaya yang lebih kecil

21
dibanding kerumunan, namun mempunyai tingkat keakraban yang lebih

besar dibanding kerumunan.

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan menyatakan bahwa: “Lingkungan adalah kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk

manusia dan perilakunya yang memenuhi kelangsungan hidup dan

kesejaheraan manusia serta makhluk hidup lainnya”. Menurut Nommy

H. T. (2004: 5) pengertian lingkungan merupakan semua benda yang

mempunyai daya, perilaku, dan ruang yang mempunyai kondisi tertentu

sehingga terdapat proses interaksi atau saling mempengaruhi.

Berdasarkan uraian tersebut maka bisa ditarik kesimpulan lingkungan

teman sebaya adalah segala aspek yang saling mempengaruhi berupa

perilaku, keterkaitan, dan interaksi yang terjadi pada anak atau remaja

dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama.

a. Konfromitas Teman Sebaya

Menurut Santrock (2003: 221), konformitas muncul pada saat

individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain karena ada

tekanan maupun yang dibayangkan oleh mereka. Konformitas

terhadap tekanan teman sebaya pada siswa dapat menjadi positif dan

negatif. Siswa terlibat atas konformitas negatif dapat berupa

penggunaan bahasa yang asal-asalan, mencuri, coret-mencoret,

membuat malu orang tua dan guru.

Namun banyak konformitas yang positif dan menimbulkan

keinginan untuk bersama lingkungan teman sebayanya. Misalnya

berpakaian seperti teman-temannya dan ingin menghabiskan waktu

22
dengan anggota kelompok lingkungan teman sebaya. Keadaan

seperti ini dapat meningkatkan aktivitas sosial yang baik.

b. Dampak Positif dan Negatif Teman Sebaya

Pada prinsipnya hubungan teman sebaya mempunyai arti yang

sangat penting bagi remaja. Dalam literatur psikologi perkembangan

diketahui satu contoh klasik betapa pentingnya teman sebaya dalam

perkembangan sosial remaja. Dua ahli teori yang berpengaruh, yaitu

Jean Piaget dan Harry Stack S, menekankan bahwa melalui

hubungan teman sebaya, anak dan remaja belajar tentang hubungan

timbal balik yang simetris. Anak mempelajari prinsip-prinsip

kejujuran dan keadilan melalui peristiwa pertentangan dengan

remaja. Mereka juga mempelajari secara aktif kepentingan-

kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam rangka memuluskan

integrasi dirinya dalam aktifitas teman sebaya yang berkelanjutan

(Desmita, 2005: 220).

Enam fungsi positif dari teman sebaya menurut Kelly dan Hansen

dalam Desmita(2005: 220-221).

1) Mengontrol impuls-impuls agresif. Melalui interaksi dengan

teman sebaya, remaja belajar bagaimana menyelesaikan

pertentangan - pertentangan dengan cara-cara lain selain

tindakan secara langsung.

2) Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih

independen. Teman sebayanya memberikan dorongan bagi

remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang baru.

Dorongan yang diperoleh remaja dari teman-teman sebaya

23
mereka ini menyebabkan berkurangnya ketergantungan remaja

pada dorongan keluarga mereka.

3) Meningkatkan ketrampilan-ketrampilan sosial, mengembangkan

kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan

perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih matang. Melalui

percakapan dan perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar

mengakspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan serta

mengambangkan kemampuan mereka untuk memecahkan

masalah.

4) Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku

peran jenis kelamin. Sikap-sikap seksualitas dan tingkah laku

peran jenis kelamin terutama terbentuk melalui teman

sebayanya. Remaja 23 belajar mengenai tingkah laku dan sikap

yang mereka asosiasikan dengan menjadi laki-laki dan

perempuan muda.

5) Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Umumnya

orang dewasa mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang

apa yang benar dan apa yang salah. Di dalam teman sebaya,

remaja mencoba mengambil keputusan atas diri mereka sendiri.

Remaja mengevaluasi nilai yang dimiliknya dan yang dimiliki

oleh lingkungan teman sebayanya, serta memutuskan mana yang

benar. Proses evaluasi ini dapat membantu remaja

mengambangkan kemampuan penelaran moral mereka.

6) Meningkatkan harga diri. Menjadi orang yang disukai oleh

sejumlah besar teman-teman sebayanya membuat remaja merasa

enak atau senang tentang dirinya.

24
Sejumlah ahli teori lain menekankan pengaruh negatif dari teman

sebaya terhadap perkembangan anak-anak dan remaja. Bagi

sebagian remaja, ditolak atau diabaikan oleh teman sebaya

menyebabkan munculnya perasaan kesepian atau permusuhan.

Disamping itu, penolakan oleh teman sebaya dihubungkan dengan

kesehatan mental dan problem kejahatan. Budaya teman sebaya

merupakan sesuatu bentuk kejahatan yang merusak nilai-nilai dan

control orang tua. Teman sebaya dapat memperkenalkan remaja

pada alcohol, obatobatan, kenakalan, dan berbagai bentuk perilaku

yang dipandang orang dewasa (Santrock dalam Desmita).

c. Indikator Lingkungan Teman Sebaya

Berdasarkan penjelasan dari fungsi Teman Sebaya maka dapat

diperoleh kesimpulan mengenai indikator Lingkungan Teman

Sebaya, yang terdiri dari:

1) Belajar memecahkan masalah bersama teman.

2) Memperoleh dorongan emosional.

3) Teman sebagai pengganti keluarga.

4) Menjadi teman belajar siswa

5) Menemukan harga diri siswa

Indikator ini akan menjadi tolok ukur dalam mengetahui seberapa

besar pengaruh teman sebaya terhadap minat siswa dalam pemilihan

jenjang sekolah lanjutan.

25

Anda mungkin juga menyukai