Disusun Oleh:
Hari Farhan Nugraha NIM C2086206055
Nisa Shafa Azizah NIM C2086206039
Nurhanida NIM C2086206059
Nova Fahriatul Utami NIM C2086206025
Riffanny Amalia Hayat NIM C2086206035
Riska Sulistiawati NIM C2086206056
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bapa/ibu Dosen dan kakak panitia yang telah membimbing kami
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
yang ofensif dalam semua aspek kehidupan ekonomi, serta perubahan kebutuhan
yang cepat didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk memenuhi
perkembangan ilmu dan teknologi, diperlukan SDM yang berkualitas. Oleh karena
tempat tempat yang jauh dan tersebar. Guna mengatasi hal yang tidak mungkin
akan diambil seperti peningkatan jumlah anak yang ikut merasakan pendidikan,
akses terhadap pendidikan ini dihitung berdasarkan angka partisipasi mulai tingkat
Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Umum. Selain itu pemerintah akan
mengurangi tingkat disparitas atau ketidakmerataan akses baik spasial kota non
kota dan yang bersifat gender. 3.5.1 Wajib BelajarDalam sektor pendidikan,
kewajiban belajar tingkat dasar perlu diperluas dari 6 ke 9 tahun, yaitu dengan
Pemerintah 2 Mei 1994. Hal ini segaris dengan semangat “Pendidikan untuk
Semua” yang dideklarasikan di konferensi Jomtien di Muangthai tahun 1990 dan
lebih efektif, lebih cepat dan dengan dukungan biaya negara yang menanggungnya”
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang diharapkan tuntas pada tahun 2008 yang
dapat diukur antara lain dengan peningkatan angka partisipasi kasar jenjang
Namun demikian sampai dengan tahun 2006 belum seluruh rakyat dapat
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
negara-negara sedang berkembang. Hal ini tidak terlepas dari makin tumbuhnya
Akses terhadap pendidikan yang merata berarti semua penduduk usia sekolah telah
pasif. Pemerataan pasif adalah pemerataan yang lebih menekankan pada kesamaan
pendidikan yang dicapai oleh suatu daerah, apalagi bagi negara yang sedang
membangun dimana kendala pendanaan nampak masih cukup dominan baik dilihat
Saat ini kondisi pendidikan di Indonesia masih belum merata. Misalnya saja di
kota-kota besar disana sarana dan prasarana pendidikan disana sudah sangat
pendidikannya.
kurang tapi juga kurangnya tenaga pengajar sehingga sekolah-sekolah disana masih
Indonesia yang tinggal di kota-kota besar tapi karena mereka termasuk ke dalam
warganegara yang kurang mampu sehingga mereka tidak bisa merasakan
Untuk itu, agenda penting yang harus menjadi prioritas adalah peningkatan
masyarakat terpencil yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total
penduduk Indonesia. Sejak tahun 1984, pemerintah Indonesia secara formal telah
Orang Tua Asuh. Program beasiswa ini semakin intensif ketika terjadi krisis
ekonomi, dan dewasa ini dengan Program BOS untuk Pendidikan dasar.Hal ini
tidak hanya berkaitan dengan penyediaan fasilitas tapi juga pemeliharaan siswa
dalam kehidupan, dimana terjadi pewarisan ilmu untuk dapat dipahami dan
diterapkan, bahkan dapat mengembangkan dan menciptakan suatu ilmu untuk
yang sama dan merata untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan dapat
meningkatkan pembangunan.
(1) Masih banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak
(3) Anak-anak usia sekolah yang putus sekolah , atau bahkan tidak sekolah.
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah agar masalah pemrataan
dan pendidikan jarak jauh untuk tingkt unversitas, dan lain-lain. Perencanaan,
dapat diatasi dan Indonesia memiliki warna negara dengan SDM berkualitas,
mewujudkan itu saat ini masih banyak terdapat kendala yang dihadapi.
pendidikan yang ada di pelosok daerah.Hal ini bisa dilihat ketika pihak
pemerintah lebih mengutamakan upaya pembangunan di berbagai
sekolahan perkotaan.
pemerintah daerah.
Berikut beberapa cara yang bisa dijadikan sebagai solusi dalam pemerataan
belajar.
bersama bahwa masih banyak warga negara yang tidak mampu dalam
pohon dan tebing yang curam.Dalam hal ini pihak pemerintah wajib
menelusuri satu per satu kondisi akses jalan menuju sekolahan,sehingga
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://raymondpieterz.blogspot.com/2012/01/pengertian-pemerataan-pendidikan.html?
m=1
https://www.researchgate.net/publication/
324208454_Rendahnya_Pemerataan_Kesempatan_Pendidikan_di_Indonesia
https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/
imanaa_/5c07a632677ffb697617f053/pemerataan-pendidikan-di-indonesia?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16127847295276&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s
https://www-kompasiana
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/arwo/solusi-pemerataan-
pendidikan-di-seluruh-indonesia_58c9dab16ea8346d048b4569?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16127850132748&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s